Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Peranan Akal Dan Pengaruhnya Kepada Da’wah Tauhid

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله. أما بعد
4aTeladan ahli tauhid adalah Kholilulloh Ibrohim ‘Alaihishsholatu Wassalam, beliau tumbuh di tengah-tengah kaumnya yang mereka beribadah kepada 
selain Alloh, mereka menyembah batu yang diukir dan patung-patung, Ibrohim ‘Alaihishsholatu Wassalam mengingkari sesembahan mereka, bahkan beliau sekaligus menghancurkan patung-patung mereka.
Beliau dengan kecerdasan dan ketajaman akal pikirannya, mencoba untuk membuka wawasan kaumnya supaya mereka berpikir, dengan itu beliau merobohkan dan menghancurkan semua patung-patung dengan membiarkan satu patung yang besar, perbuatan beliau dalam mengingkari kemungkaran terbesar tersebut mengakibatkan kaumnya marah dan mengancam beliau, maka beliau mengarahkan mereka untuk berpikir sehat dengan berkata:
(بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ)
“Bahkan yang besarnya (dari patung-patung) ini yang melakukannya, bertanyalah kalian kepada mereka jika keberadaan mereka itu bisa berbicara”.
Para pemuja dan pencari berkah kepada patung-patung tersebut kemudian mengakui bahwa patung-patung mereka tidak bisa berbicara maka dengan itu Ibrohim ‘Alaihishsholatu Wassalam langsung menghujat mereka:

(أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ * أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ) 
“Apakah kalian masih akan beribadah kepada selain Alloh, dari apa-apa yang dia tidak akan memberikan manfaat kepada kalian sedikitpun dan tidak pula memberi madhorot. Kecelakaanlah bagi kalian dan apa-apa yang kalian sembah dari selain Alloh, tidakkah kalian akan berpikir?”.

ORANG-ORANG YANG BERAKAL ADALAH TIDAK BERBUAT KESYIRIKAN

Termasuk dari ciri- ciri orang yang berakal sehat adalah mentauhidkan Alloh Ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berikut ini kami akan sebutkan diantara mereka:
* Kholilulloh Abu ‘Isma’il Ibrohim -Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam-.
Dengan akal yang beliau miliki, beliau gunakan untuk mengenal Robb semesta alam dan mengetahui kekuasaan dan ayat-ayat-Nya, Alloh Ta’ala berkata:
(وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا آلِهَةً ۖ إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ * وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ)
“Dan ketika Ibrohim berkata kepada bapaknya -ya’ni- Azar apakah engkau akan menjadikan patung-patung sebagai sesembahan-sesembahan?!, sesungguhnya aku melihatmu dan kaummu di dalam kesesatan yang nyata, demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrohim kekuasaan langit-langit dan bumi supaya dia menjadi orang yang yakin”.
Beliau mengamati kekuasaan Alloh yang ada di angkasa berupa bintang-bintang, bulan dan matahari, dengan sebab pengamatan tersebut beliau bertambah yakin bahwa Alloh-lah yang menciptakan semua itu, oleh karena itu tidak boleh bagi jin dan manusia untuk beribadah kepada selain Alloh, tidak boleh bagi mereka berdoa kepada selain-Nya, tidak boleh bagi mereka berdoa kepada patung-patung, batu-batu yang dikeramatkan, pohon-pohon dan roh-roh nenek moyang serta tidak boleh berdoa kepada penghuni kubur, namun wajib bagi setiap jin dan manusia untuk berdoa kepada Alloh Ta’ala semata, sebagaimana keadaan Nabiulloh Ibrohim ‘Alaihishsholatu Wassalam selalu berdoa kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan mengikhlaskan amalan-amalannya hanya kepada Alloh Ta’ala, beliau berkata sebagaimana yang telah Alloh sebutkan di dalam Al-Qur’an:
(إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ)
“Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku hanya kepada Yang Telah Menciptakan langit-langit dan bumi, dengan penuh pengikutan kepada agama yang lurus, dan tidaklah aku termasuk dari orang-orang yang berbuat keayirikan”.
* Ratu Negeri Saba’ -Rodhiyallohu ‘anha-.
Dengan akal yang ada padanya, ketika selembar risalah yang berisikan da’wah tauhid sampai kepadanya, dengan perantara seekor burung Hudhud maka ia mengumpulkan para mentri dan bawahannya untuk meminta pendapat mereka:
(قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ)
“Mereka berkata: Kita adalah pemilik kekuatan dan pemilik keberanian yang sangat”.
Mereka mengakui ini, bersamaan dengan itu mereka mengakui kecerdasan dan kebijaksanaan Ratu mereka:
(وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانْظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ)
“Dan perintah ada pada engkau, maka lihatlah apa yang akan engkau perintahkan!”.
Dan tampak kecerdasaannya:
(قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ)
“Ia berkata: Sesungguhnya para raja jika mereka memasuki suatu negri maka mereka akan menaklukannya, menjadikan kemuliaan penduduknya menjadi hina, demikian itulah yang akan mereka lakukan”.
Tampak sempurna kecerdasannya ketika ia bersedia meninggalkan sesembahannya berupa menyembah matahari dan menyembah sesembahan lainnya dari selain Alloh:
(قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ)
“Ia berkata: Wahai Robbku, sesungguhnya aku telah menzholimi diriku, dan aku ber-Islam bersama Sulaiman karena Alloh Robb semesta alam”.
Tidakkah para ibu -selaku penanggung jawab di rumah suami- mau mencontoh wanita mulia tersebut?!, dengan sebab selembar risalah dari Sulaiman ‘Alaihishsholatu Wassalam ia mendapatkan hidayah dan bahkan menjadi penyebab tersampaikannya da’wah kepada para mentri dan rakyatnya, -semoga dengan sampainya lembaran buletin “Al-Amin” ini di sisi para ibu dan para bapak sebagai sebab hidayah, semoga keberadaan buletin ini seperti risalah Sulaiman ‘Alaihishsholatu Wassalam tersebut-.
TANYA: Bagaimana caranya kita bisa berdoa untuk kedua orang tua kita supaya doa kita sampai kepada keduanya?. (Pertanyaan dari Limboro-SBB).
JAWAB: Caranya sangat mudah, tidak membutuhkan bagi anda mengeluarkan uang, namun cukup bagi anda dengan berdoa:
(رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ)
“Wahai Robb kami, ampunilah aku, kedua orang tuaku dan orang-orang yang beriman”.
Atau berdoa:
(رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا)
“Wahai Robbku, rohmatilah keduanya sebagaimana keduanya telah memperhatikanku semasa kecilku”.
Kapan ada waktu untuk mendoakan maka doakanlah!; di saat sujud, setelah sholat-sholat sunnah, sepertiga malam terakhir, hari Jum’at pada penghujung waktu ashar, di saat safar dan waktu-waktu selain itu.
Adapun mengkhususkan waktu berdoa hanya pada waktu tahlilan di hari raya atau di saat kedua orang tua meninggal maka ini penyempitan dan pembatasan, tidak hanya itu, bahkan ia tidak akan diterima oleh Alloh dan tidak akan Dia kabulkan karena menyelisihi petunjuk yang disampaikan oleh Rosul-Nya Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
«من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد».
“Barang siapa melakukan suatu perkara di dalam urusan (agama) kami ini, yang dia bukan bagian darinya maka dia tertolak”.
Orang yang mendoakan kedua orang tuanya dengan cara tahlilan atau mengadakan hari kematian bukanlah doanya terkabulkan dan bukan pula diterima amalannya tersebut namun justru dia mendapatkan dua kerugian sekaligus:
Pertama: Rugi karena telah membelanjakan hartanya untuk kebutuhan tahlilan, yang dia tidak bermanfaat untuk kedua orang tuanya. 
Kedua: Berdosa karena telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari’at Alloh Ta’ala dan mengadakan perkara baru di dalam agama Islam, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
“Setiap perkara baru (di dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di neraka”.

MUTIARA SALAF

* Ustadzuna Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy -Rohimahulloh- berkata:
مَيز اللهُ الإنسانَ والخَلقَ بأمرين: الأول: خلقَ اللهُ الإنسانَ أَحْسَنَ الْخَالِقِينَ. الثاني: جَعلَ اللهُ للإنسان عَقلاً.
“Alloh telah membedakan manusia dan makhluk dengan dua perkara: 
Pertama: Alloh telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baik ciptaan.
Kedua: Alloh menjadikan untuk manusia akal”.
* Syaikhuna Abu ‘Abdirrozzaq Riyadh bin Muhammad Ar-Rodfaniy -Rohimahulloh- berkata:
كرم الله الإنسان، وميزه بأمور منها العقل قال الله تعالى: (وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا).
“Alloh memuliakan seseorang, dan membedakannya dengan beberapa perkara, diantaranya: akal, Alloh Ta’ala berkata: “Sungguh Kami telah membawa mereka di darat dan di laut serta Kami berikan rezki kepada mereka dari kebaikan-kebaikan dan Kami mengutamakan mereka dengan sebenar-benar pengutamaan atas kebanyakan dari apa-apa yang telah Kami ciptakan”.
* Al-Imam Ibnu Hazm -Zhohiriy -Rohimahulloh- berkata:
“والأحمق هو الذي يجهل عيوب نفسه، إما لقلة علمه وتمييزه وضعف فكرته، وإما لأنه يقدر أن عيوبه خصال، وهذا أشد عيوب الأرض”.
“Orang tolol adalah orang yang bodoh terhadap aib-aib dirinya, baik itu karena minim ilmunya, pembedanya dan lemah pikirannya dan adakalanya karena dia menganggap bahwasanya aib-aibnya adalah tabi’at, dan ini adalah paling rusak aib-aibnya di bumi”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar