Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Hukum Menebang Pohon Beringin

Tanya: Semoga Allah beri berkah buat ustadz Abu Ahmad atas jawabannya seputar hukum menebang pohon aren, mohon kiranya ustadz menjawab pertanyaan saya semisal itu, di daerah kita di kabupaten SBB (Seram Bagian Barat) banyak ditemukan pohon-pohon beringin yang menjadi sarang jin dan tempat bersemedi para dukun, apa dengan alasan tersebut boleh bagi kita untuk menebang pohon-pohon beringin?, terima kasih ustadz atas jawabannya, semoga ustadz Abu Ahmad diberi umur panjang sehingga bisa bertatap muka lagi di sini. beringin
Jawab:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله حمدًا كثيرًا طيبًا مباركًا فيه، كما يحب ربنا ويرضى.
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له شهادة حق فضلها لا يُعدُّ ولا يُحصى.
وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم، خير من دعا إلى الله عز وجل بالبينات والهدى، وجاهد في الله وعلَّم وأفتى. أما بعد:
Semoga Alloh mengabulkan doa kita dan menjadikan kita termasuk dari hamba-hamba-Nya yang selalu bersyukur kepada-Nya dengan senantiasa mentauhidkan-Nya dan beribadah hanya kepada-Nya, karena tidak ada amalan yang lebih mengantarkan kepada sebab mendapatkan rezki yang halal melainkan dengan melakukan amalan ini, Alloh Ta’ala berkata:
(إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْثَانًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ)
“Sesungguhnya apa yang kalian sembah dari selain Alloh itu adalah berhala dan kalian membuat kedustaan, sesungguhnya yang kalian sembah selain Alloh mereka itu tidak memiliki kemampuan untuk memberikan rezki kepada kalian, maka carilah oleh kalian suatu rezki di sisi Alloh, dan beribadahlah kepada-Nya (semata) dan bersyukurlah kepada-Nya, hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembalikan”.

Merupakan salah satu tidak adanya rasa syukur bagi seseorang bila dia diberikan rezki yang berlimpah namun kemudian rezki tersebut dia tidak mensyukuri atau bahkan mengingkarinya, dan tidak bersyukur lagi bagi seseorang bila rezki tersebut malah dia jadikan sebagai sarana untuk menyekutukan Alloh Ta’ala.
Alloh Ta’ala telah menumbuhkan berbagai macam pohon supaya jin dan manusia mengambil manfaat darinya, minimalnya mereka menjadikan pohon tersebut sebagai tempat berteduh, dahulu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersama para shohabatnya ketika sampai di bumi Hudaibiyyah mereka berteduh di bawah pohon Ridhwan, ketika disampaikan berita kepada mereka bahwa Utsman bin Affan telah dibunuh maka para shohabat bergegas membai’at Rosululloh ‘Alaihishsholatu Wassalam di bawah pohon Ridhwan tersebut, Alloh Ta’ala telah katakan di dalam Al-Qur’an:
(لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا)
“Sungguh benar-benar Alloh telah ridho kepada orang-orang yang beriman, ketika mereka membai’atmu (wahai Ar-Rosul) di bawah pohon, Alloh telah mengetahui apa-apa yang ada di dalam hati mereka, maka Dia menurunkan ketenangan pada mereka dan membalas mereka dengan balasan kemenangan yang dekat”.
Ketika Umar Al-Faruq menjabat sebagai amirul mu’minin setelah wafatnya Ash-Shiddiq maka beliau menebang pohon Ridhwan yang bersejarah tersebut, beliau lakukan karena khawatir akan dijadikan sebagai tempat mencari berkah atau akan disembah dikemudian hari.
Dengan melihat perbuatan Al-Faruq tersebut maka kita bisa mengambil pelajaran dan boleh bagi kita mengikuti sunnahnya untuk menebang pohon yang dijadikan sebagai tempat bersemedi oleh kaum musyrikin, Al-Faruq menebang pohon tersebut dalam keadaan pohonnya belum sampai disembah maka lebih boleh lagi kalau menebang pohon yang sering dijadikan sebagai tempat bersemedi atau berbuat kesyirikan.
Namun perlu diketahui bahwa pohon beringin yang ada di SBB itu sangatlah banyak, dan tidak semuanya dijadikan sebagai tempat bersemedinya para dukun.
Pohon beringin di SBB ada yang sangat besar, terkadang besarnya seperti rumah yang ukuran lebar batangnya kurang lebih 3×3 meter atau bahkan lebih dari itu, dan tinggi pohonnya terkadang sampai 40 meter atau lebih, pohon sebesar ini bila keberadaannya di pinggir sungai atau di pesisir pantai maka dia memeliki banyak manfaat, diantaranya:
* Penahan banjir, bila keberadaannya di pinggir sungai, akar tunggangnya menancap dalam ke bumi dan cabang-cabang akarnya menjalar ke sekitarnya, dan kenyataan yang ada bila pohon seperti ini di tebang maka ketika banjir datang, airpun meluap dan menyapu rata pohon-pohon kecil lainnya.
Dengan melihat manfaatnya seperti ini maka kami nasehatkan untuk tidak ditebang, namun yang menjadikan kewajiban pemerintah setempat bahkan sudah menjadi tugas mereka adalah mencegah dan mengingkari kemungkaran yang yang dilakukan oleh orang-orang musyrik dan para dukun yang bersemedi atau membuat kesyirikan di bawah pohon tersebut, karena ini adalah kemungkaran terbesar, Alloh wajibkan dan tugaskan para pemerintah dan jajaran mereka untuk melakukan pengingkaran:
﴿الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأُمُورِ﴾.
“Orang-orang yang ketika Kami kokohkan kedudukan mereka di muka bumi maka mereka menegakan sholat, mengeluarkan zakat dan mereka memerintahkan kepada kebaikan serta mencegah dari kemungkaran, dan bagi Alloh kesudahan perkara-perkara”.
* Penahan ombak besar, bila keberadaannya di pesisir pantai, ini juga tidak sepantasnya untuk ditebang, namun pemerintah setempat berkewajiban untuk mencegah siapa saja yang berbuat kesyirikan atau bersemedi di bawah pohon tersebut, mereka memiliki kemampuan dalam perkara ini, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«من رأى منكم منكرًا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان»
“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya, jika dia tidak sanggup maka dengan lisannya, dan jika dia tidak sanggup maka dengan hatinya, dan (pengingkaran dengan hati) tersebut adalah paling lemahnya keimanan”.
Dan kami telah melihat bahwa hampir semua pohon beringin yang besar, yang ada di SBB terdapat padanya jin dan bahkan dikatakan sebagai rumah para jin, dengan sebab itu terkadang sebagian orang yang terpengaruh dengan film-film hantu ketakutan bila melewatinya, apalagi kalau ada yang pernah mendengar suara jin atau melihat jin atau melihat babi ngemet di pohon tersebut maka mereka semakin ketakutan mendekatinya, lebih-lebih kalau menebangnya.
Beberapa orang tua di Limboro-SBB pernah bercerita kepada kami, bahwa awal pembukaan hutan di Gunung Galunggung (Limboro-SBB) dilakukan oleh Abu Harmin Salim bersama beberapa kawannya, mereka mendapati Gunung Galunggung terdapat sebuah pohon beringin yang sangat besar, pada hari berikutnya masing-masing mereka datang dengan membawa sebotol bahan bakar, lalu mereka siramkan ke pohon beringin tersebut, setelah itu mereka bakar, si jago merah dengan cepat menjalar ke seluruh pohon hingga pijaran dan kilatan api seakan-akan mencakar angkasa SBB, dan terdengar suara-suara jeritan yang menyakitkan dari dalam pohon -seakan-akan banyak makhluk terbakar hangus di dalamnya-, hingga asap dari kebakaran tersebut tampak dari pulau sebrang laut dan para penduduk perkampungan sekitarnya menyaksikan dari jauh tampak jelas terjadi kebakaran yang sangat dahsyat, dan hari tersebut bertepatan dengan meletusnya Gunung Galunggung yang berada di pulau Jawa, dari sinilah gunung tersebut dinamai oleh Abu Harmin Salim dengan nama Gunung Galunggung.
Kami (Abu Ahmad) telah mengecek kebenaran sejarah tersebut, bahwa Gunung Galunggung yang ada di Jawa benar adanya, dia terletak di wilayah Desa Cipanas, Kecamatan Sukaratu, kurang lebih 17 kilometer dari Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, dia pernah meletus beberapa kali:
* Letusan pertama terjadi pada tahun 1822, letusan ini menewaskan 4.011 jiwa dan menghancurkan 114 desa.
* Letusan kedua terjadi pada tahun 1894, letusan ini menghancurkan 50 desa.
* Letusan ketiga terjadi pada tahun 1918, dan pada tanggal 9 Juli, tercatat pemunculan kubah lava di dalam danau kawah setinggi 85 meter dengan ukuran 560×440 meter yang kemudian dinamakan Gunung Jadi.
* Letusan keempat terjadi tahun 1982, ini letusan terakhir terjadi pada tanggal 5 Mei 1982 disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983, hampir selama satu tahun penduduk di sekitar gunung mengungsi.  
Pada letusan yang terakhir ini, yaitu tanggal 5 Mei 1982 bertepatan dengan kebakaran dahsyat di gunung Galunggung Limboro-SBB, dan ini di masa kecilnya ustadz kami Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy -semoga Alloh merohmatinya-.
Para orang tua menceritakan bahwa yang ikut terlibat dalam pembakaran pohon beringin di Gunung Galunggun Limboro tersebut tidak lama setelah kejadian itu semuanya meninggal dunia kecuali Abu Harmin Salim yang masih hidup, -semoga Alloh menjaga Abu Harmin Salim dan memberikan berkah kepada-Nya serta menjadikan anak cucunya termasuk dari anak-anak yang sholih-.
Para orang tua menceritakan bahwa setelah kejadian pembakaran pohon beringin itu Abu Harmin Salim jatuh sakit hingga tidak bisa lagi mengurus tanah dan kebunnya di Gunung Galunggung, sementara putranya Abul ‘Abbas Harmin dan Abdul Aziz masih kecil, dengan melihat hal tersebut, Abu Harmin Salim kemudian menjual tanah dan kebunnya di Gunung Galunggung tersebut.
Bukan berarti dengan adanya kengerian tersebut meniadakan adanya manfaat pada pohon beringin, justru kalau kita melihat pada pohon beringin secara umumnya memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya:
* Bila dia berada di pinggir air maka dengannyanmembuat air sejuk dan dingin, juga menjaga terjadinya pengeringan pada musim kemarau.
* Bila dia berada di pinggir laut maka manusia berteduh di bawahnya dengan merasakan hembusan angin dari air laut.
Pohon beringin atau dikenal dengan nama “Ficus Benjamina” memiliki nama lain, diantaranya:
* Hopali (Limboro-SBB).
* Caringin (Sunda),
* Waringin (Jawa, Sumatera), dan di Ambon salah satu tempat di namai dengan Waringin karena dahulunya terdapat pohon beringin di tempat tersebut.
* Chinese banyan (China).
* Banyan tree (Inggris).
Para thobib (dokter tradisional) biasa menggunakan bagian-bagian dari pohon beringin untuk obat, diantanya:
* Akar udara, yaitu semisal akar yang ada di dalam bumi namun dia bergantungan di batang-batang pohon, ini digunakan oleh mereka sebagai obat untuk beberapa penyakit.
* Daunnya juga dimanfaatkan oleh mereka sebagai obat untuk beberapa penyakit.
* Daun muda termasuk dari sayur-sayuran, yang biasa dimasak oleh masyarakat.
* Terdapat padanya sifat kimiawi dan efek farmakologis; rasa sedikit pahit, astringen, sejuk.
* Pada akar udaranya terdapat kandungan asam amino, fenol, gula, dan asam orange.
Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa menebang pohon beringin terdakang dibolehkan dan terkadang tidak dibolehkan, dengan ketentuan:
* Bila dengan sebab ditebangnya pohon beringin yang ada di pinggir air akan menimbulkan madhorot ketika akan banjir, karena tidak ada lagi sebagai penahan banjir maka seperti ini tidak boleh ditebang, kecuali setelah tumbuh pohon besar yang menempati posisinya sebagai penahan air.
* Bila diketahui dengan pasti bahwa bangsa jin membuat rumah di pohon tersebut maka tidak boleh bagi seseorang menebangnya, kecuali setelah dia menyuruh bangsa jin tersebut pergi dari pohon tersebut baru boleh menebangnya -dengan ketentuan tidak menimbulkan mafsadah atau madhorot-. Adapun menyuruh pergi bangsa jin dari pohon tersebut maka ini bisa dilakukan dengan membaca “Bismillah” lalu disuruh pergi, bila mereka (para jin itu) tidak mau pergi maka diruqyah tempat tersebut, setelah mereka pergi baru boleh menebangnya, ini seperti suatu kejadian yang pernah terjadi di zaman Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, ketika ada seorang shohabat meminta izin kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam untuk balik ke rumah, ketika sampai di depan rumah, dia mendapati istrinya keluar dari rumah karena ada ular di dalamnya, maka shohabat tadi langsung masuk dan menyerang ular, diapun mati bersamaan dengan ular tersebut, ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam disampaikan berita tersebut maka beliau menasehatkan bila di dapati makhluk (ular) tersebut berada di dalam rumah maka hendaknya di bacakan “Bismillah” lalu di suruh pergi, atau dibacakan “ayat kursiy”, bila tidak pergi maka itu bukan jin, dengan itu boleh langsung dibunuh, karena itu adalah ular biasa.
Wallohu A’lam.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (23/1/1436).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar