Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

HAKEKAT TAUHID


Ditulis oleh:
Abul 'Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy
Rohimahulloh


KATA PENGANTAR
(ABU AHMAD MUHAMMAD BIN SALIM AL-LIMBORIY)

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله، أحمده، وأستعينه، وأستنصره، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
أما بعد:
Ketika kami menunggu akan ditegakannya sholat tarowih berjama'ah di masjid Darul Hadits Dammaj pada suatu malam di bulan Romadhon 1434 kami tertidur sejenak, pada waktu tidur tersebut kami melihat di dalam mimpi bahwa saudara kami Abul 'Abbas Harmin bin Salim Rohimahulloh datang kepada kami dengan membawa lembaran-lembaran tulisan, lembaran-lembaran tersebut diberikan kepada kami yang membuat kami sangat bergembira dengannya. Pada besok harinya, datanglah dua orang penuntut ilmu dari Indonesia, salah seorang dari mereka berkata kepada kami: "Ada titipan untukmu dari Ambon berupa bingkisan", kawan-kawan kami yang mendengar hal tersebut mereka mengira bahwa itu adalah bingkisan uang, mereka bergembira karena kami mendapatkan apa yang seperti yang mereka harapkan, setelah kami terima bingkisannya dan kami buka ternyata isinya adalah sesuatu yang lebih berharga daripada uang yaitu lembaran-lebaran tulisan berupa skripsi (karya tulis ilmiah) yang ditulis oleh saudara kami Abul Abbas Harmin bin Salim Rohimahulloh, yang beliau tulis sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi Islam, beliau menulis sebuah karya tulis ini dengan judul "URGENSI TAUHID DALAM PENEGAKAN SYARI'AT ISLAM".
Setelah kami melihat bahwa pembahasan yang beliau tulis memiliki bobot yang luar biasa, kami berkeinginan untuk memisah-misahkan dari setiap bab dan pembahasan pada tulisan tersebut menjadi beberapa tulisan.
Adapun tulisan yang ada di hadapanmu ini maka dia adalah salah satu dari bab tentang permasalahan tauhid yang kemudian kami beri beberapa tambahan berupa penjelasan terhadap perkatan beliau yang perlu untuk kami jelaskan.
Berbicara tentang masalah tauhid adalah suatu pembicaraan yang sangat penting, karena dengannya para Rosul diutus dan dengannya pula manusia diciptakan, Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ} [الأنبياء: 25]
"Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rosulpun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang berhaq) melainkan Aku, maka kalian sembahlah Aku". (Al-Anbiya': 25).
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات: 56]
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku". (Adz-Dzariyat: 56).
Semoga apa yang beliau Rohimahulloh tulis ini sebagai amal sholih untuknya dan memberi manfaat untuk umat manusia:
"إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ".
"Jika telah mati seseorang maka terputuslah amalannya, kecuali dari tiga: Kecuali sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholih yang mendoakannya". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Huroiroh dari Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Kami memohon kepada Alloh Ta'ala supaya mengampuni kami dan mengampuni beliau (penulis), sebagaimana kami memohon kepada-Nya untuk mengampuni kedua orang tua kami, dan kami memohon kepada-Nya supaya menjaga anak keturunan penulis dan menjadikan mereka termasuk dari anak-anak yang sholih.
وبالله التوفيق
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di Darul Hadits Dammaj-Sho'dah-Yaman
30 Romadhon 1434


 HAKEKAT TAUHID

Abul 'Abbas Harmin Rohimahulloh berkata: Hakekat adalah lawan dari kias (majaz), berbicara masalah hakekat berarti berbicara masalah yang sebenarnya, bukan fatamorgana. Hal yang dianggap hakekat pada umumnya diyakini keberadaannya, diagungkan, dimuliakan serta dipegang teguh aturan-aturannya semisal tauhid.
PENJELASAN:
Beliau Rohimahulloh menjelaskan permasalahan hakekat tauhid sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menyalah tempatkan permasalahan tauhid, lebih-lebih di Sekolah Tinggi yang pernah beliau belajar di dalamnya. Ada dari mereka menganggap bahwa tauhid itu adalah suatu ungkapan atau kiasan saja, tidak membutuhkan adanya perwujudan dan penerapan, sehingga dengan itu didapati dari mereka mengatakan: "Walaupun tidak sholat yang penting hati selalu bertauhid", ada lagi dari mereka yaitu salah seorang dosen mengatakan: "Manusia semuanya bertauhid, yang tidak bertauhid adalah orang yang membunuh manusia sebagaimana pembunuhan yang dilakukan oleh anak Adam yang pertama, dialah yang pertama melakukan kesyirikan", atau perkataan para hizbiyyun: "Tidak apa-apa memiliki bid'ah dan jam'iyyah, minta-minta, ikhtilat dan berma'siat yang penting bertauhid".
Oleh karena itu penulis Rohimahulloh menyebutkan permasalahan ini sebagai bantahan sekaligus sebagai bentuk pengagungannya terhadap permasalahan tauhid, Alloh Ta'ala berkata:
{ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ} [الحج: 32]
"Demikianlah (perintah Alloh), dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Alloh maka sesungguhnya itu termasuk dari ketaqwaan hati". (Al-Hajj: 32).

Beliau Rohimahulloh berkata:
Ma'na tauhid secara implisit terkandung di dalam Al-Qur'an, selanjutnya hadits-hadits Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam lebih banyak menjelaskan maksud dan hakekat tauhid.
PENJELASAN:
Diantara dalil dari Al-Qur'an yang mengemukakan ma'na dan hakekat tauhid adalah perkataan Alloh Ta'ala tentang seruan Nabi-Nya Nuh 'Alaihis Salam kepada kaumnya:
{أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ} [نوح: 3]
"(Yaitu) beribadahlah kalian kepada Alloh, bertaqwalah kalian kepada-Nya dan taatlah kalian (kepadaku)". (Nuh: 3).
Alloh Ta'ala memerintahkan jin dan manusia untuk mengikuti seruan para Rosul yaitu untuk merealisasikan dan mewujudkan tauhid, Alloh Ta'ala berkata:  
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ} [النحل: 36]
"Dan sungguh Kami telah mengutus Rosul kepada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thoghut", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada pula di antara mereka orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rosul-rosul)". (An-Nahl: 36).
Keberadaan dari perintah untuk mentauhidkan Alloh Ta'ala adalah berkesinambungan dan terus menerus, Alloh Ta'ala berkata:
{فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ (98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (99)} [الحجر: 98، 99]
"Maka bertasbihlah dengan memuji Robbmu dan jadilah kamu termasuk dari orang-orang yang bersujud (menegakan sholat), dan sembahlah Robbmu sampai datang kepadamu kematian". (Al-Hijr: 98-99).
Dan di dalam hadits Jibril yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari hadits Abu Huroiroh dan Muslim dari hadits Umar Ibnul Khoththob, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»
 "Kamu beribadah kepada Alloh seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu".

Beliau Rohimahulloh berkata:
Di dalamnya diketahui tauhid memuat aturan-aturan yang mengikat perorangan atau masyarakat, juga diketahui termasuk hal yang harus dijunjung tinggi, diyakini, dibenarkan dan diamalkan kandungan ma'nanya. Hal ini adalah tanggung jawab setiap orang yang mengucapkan kalimat tauhid.
PENJELASAN:
Dari perkataan beliau Rohimahulloh ini sangat jelas bahwa kalimat tauhid itu tidak sekedar pengakuan atau terucapkan dengan lisan namun memutuhkan perealisasian dan perwujudan akan hakekatnya, seseorang terkadang mudah mengikrarkan tauhid namun belum tentu akan menjadi penyebab terselamatkannya dari azab Alloh Ta'ala dan siksa-Nya yang pedih, Alloh Ta'ala berkata tentang Fira'un yang mengucapkan tauhid:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [يونس: 90]
"Saya beriman bahwasanya tidak ada sesembahan melainkan Sembahan yang diimani oleh Bani Isroil, dan saya termasuk dari orang-orang yang berislam (berserah diri kepada Alloh)". (Yunus: 90).
Fir'aun mengucapkan kalimat tauhid dan mengaku telah mengikuti agama yang dibawa oleh Nabi Musa 'Alaihis Salam namun tidak bermanfaat baginya, bahkan Alloh Ta'ala katakan kepadanya:
{آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92)} [يونس: 91، 92]
"Apakah sekarang (baru kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah berma'siat sejak dulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan, maka pada hari ini Kami selamatkan mayatmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami". (Yunus: 91-92).

Beliau Rohimahulloh berkata:
Para ulama telah sepakat mengartikan tauhid yang dimaksud adalah tauhid Uluhiyyah yaitu mengesakan Alloh sebagai satu-satunya sesembahan, sebagaimana yang dijelaskan oleh Abdurrohman bin Hasan Alu Syaikh Rohimahulloh bahwa tidak benar pemahaman tauhid yang hanya pada tauhid Rububiyyah saja yaitu keyakinan Alloh adalah satu-satunya Zat pencipta, pengatur, dan pemberi rezki kepada makhluk-Nya, karena dahulu orang-orang musyrik Arob juga mengakui bahwa sesungguhnya hanyalah Alloh yang menciptakan alam semesta ini, namun mereka masih juga disebut musyrikin.
Lebih lanjut Abdurrohman bin Hasan Rohimahulloh menjelaskan bahwa orang yang telah mengakui bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala itu pemelihara dan pencipta segala sesuatu tidaklah berarti orang tersebut telah bertauhid atau berislam, sebab orang-orang musyrikin pada umumnya mengakui pula bahwa Allohlah satu-satunya Zat yang menciptakan segala sesuatu, tetapi mereka masih mengambil penolong selain Alloh Subhanahu wa Ta'ala, yang mereka sekutukan bersama Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata:
{أَمِ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ} [الزمر: 43]
"Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Alloh. Katakanlah: "Dan apakah (kalian mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?". (Az-Zumar: 43).
Dan Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ} [البقرة: 165]
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh". (Al-Baqoroh: 165).
Karena itu sebagian dari mereka, ada  yang menyembah matahari, bulan dan bintang-bintang dan memohon kepada benda-benda tersebut.
PENJELASAN:
Kesyirikan seperti ini sudah sangat banyak kita dapati di negri-negri, semisal di Jepang yang merupakan negri musyrik, penduduknya menyembah matahari, penyembahan seperti ini sudah terjadi sejak zaman Nabiulloh Sulaiman 'Alaihis Salam, Alloh Ta'ala mengisahkan perkataan seekor burung Hudhud:
{إِنِّي وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ عَظِيمٌ (23) وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ (24)} [النمل: 23، 24]
"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapatinya dan kaumnya menyembah matahari, selain Alloh; dan syaithon telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Alloh), sehingga mereka tidak dapat petunjuk". (An-Naml: 23-24).
Menyembah matahari, bulan dan bintang-bintang adalah suatu kesyirikan yang nyata, dengan jelasnya bahwa perkara ini adalah kesyirikan maka Alloh Ta'ala melaranganya, Alloh Ta'ala berkata:
{وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ} [فصلت: 37]
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Alloh yang menciptakannya, jika Dialah yang kalian hendak sembah". (Fushilat: 37).

Beliau Rohimahulloh berkata:
Dan sebagian orang mengira pengertian tauhid dengan arti demikian (ya'ni Alloh Subhanahu wa Ta'ala itu pemelihara dan pencipta segala sesutu) sehingga kebanyakan orang mengaku beragama Islam, tetapi masih melakukan perbuatan sihir, yang berupa peribadahan kepada bintang-bintang, syaithon-syaithon dengan berbagai macam jimat, asap (kemenyan), menyembelih hewan hitam atau merah dan sebagainya, mereka melakukan puasa dan berkurban kepada benda-benda itu serta mendekatkan diri kepadanya. Mereka berbuat demikian sambil berkata: "Ini bukan syirik, yang disebut syirik itu, apabila saya beri'tiqod bahwa benda-benda tersebut menguasai urusanku, saya hanya menjadikan sebab atau wasilah perantara saja, tidaklah saya menjadi musyrik".
Namun menurut Abdurrohman bin Hasan Rohimahulloh yang demikian ini sudah diketahui dengan pasti dalam ajaran Islam adalah syirik.
PENJELASAN:
Alloh Ta'ala telah membantah apa yang mereka katakan itu:
{أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر: 3]
"Ketahuilah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Alloh (mereka berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat- dekatnya". (Az-Zumar: 3).
Mereka menjadikan segala wasilah atau perantara dengan tujuan supaya mendekatkan diri kepada Alloh Ta'ala maka mereka tidak akan sampai kepada tujuan mereka, kecuali mereka mentauhidkan Alloh Ta'ala dengan mewujudkan keimanan yang benar dan beramal dengan amalan yang benar, Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا} [سبأ: 37]
"Dan sekali-kali bukanlah harta-harta dan bukan (pula) anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikitpun; melainkan orang yang beriman dan mengerjakan amal yang sholih". (Saba': 37).

Beliau Rohimahulloh berkata:
Alloh Ta'ala telah menjelaskan bahwa tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana perkataan-Nya:
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات: 56]
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku". (Adz-Dzariyat: 56).
Perintah beribadah yang diwajibkan tersebut, Alloh selalu menyertakannya dengan larangan berbuat kesyirikan, sebagaimana perkataan-Nya:
{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا} [النساء: 36]
"Dan sembahlah kalian kepada Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun". (An-Nisa': 36).
Ibnu Katsir Rohimahulloh menjelaskan ayat ini: Bahwasanya Alloh Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk beribadah hanya kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
PENJELASAN:
Alloh Ta'ala perintahkan hamba-hamba-Nya melalui lisan-lisan para Rosul-Nya supaya mereka beribadah hanya kepada-Nya dan menjauhi segala kesyirikan, Alloh Ta'ala mengisahkan perkataan Nabi-Nya Isa' 'Alaihis Salam:
{وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Dan Al-Masih (Isa') berkata: "Wahai Bani Isroil, sembahlah kalian kepada Alloh Robbku dan Robb kalian". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Alloh, maka pasti Alloh mengharamkan kepadanya Jannah (surga), dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zholim itu seorang penolongpun". (Al-Maidah: 72).
Dan Nabiulloh 'Isa 'Alaihis Salam juga berkata sebagaimana yang telah Alloh Ta'ala kisahkan:
{مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ} [المائدة: 117]
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (untuk mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Alloh, Robbku dan Robb kalian". (Al-Maidah: 117).
Alloh Ta'ala mengisahkan tentang Rosul-Nya yang lain:
{لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ} [الأعراف: 59]
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu dia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Alloh, sekali-kali tidak ada sesembahan bagi kalian selain-Nya". (Al-A'rof: 59).
Dan masih sangat banyak dalil-dalil dari Al-Qur'an yang menjelaskan tentang perintah untuk beribadah hanya kepada Alloh Ta'ala dan menjelaskan pula tentang larangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Beliau Rohimahulloh berkata:
Mengesakan Alloh Subhanahu wa Ta'ala dalam ibadah, maka ibadah itu harus bersih dari kotoran-kotoran syirik, oleh karena itu Abdurrohman bin Hasan Rohimahulloh menjelaskan bahwa menjauhi kesyirikan merupakan syarat sahnya ibadah, sebab kesyirikan membatalkan amal, sebagaimana Alloh Ta'ala berkata:
{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 88]
"Seandainya mereka mempersekutukan Alloh, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan". (Al-An'am: 88).
PENJELASAN:
Bagaimanapun besarnya amalan yang dilakukan oleh seorang hamba, dan berapapun banyaknya kebaikan yang dia lakukan namun bersamaan dengan itu dia melakukan kesyirikan maka semua itu akan lenyap dan tidak berarti sama sekali baginya, Alloh Ta'ala berkata:
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا} [الفرقان: 23]
" Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (Al-Furqon: 23).

Beliau Rohimahulloh berkata:
Mengesakan Alloh dalam ibadah dan menjauhi kesyirikan adalah dua unsur yang tidak bisa dipisahkan dalam beragama, karena hakekat agama adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim Rohimahulloh bahwa perintah dan larang itulah agama.
Dan Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdiy Rohimahulloh memandang sangat pentingnya tauhid dan menjauhi kesyirikan maka beliau menyimpulkan: "Perintah Alloh yang paling agung adalah tauhid, yaitu memurnikan ibadah untuk Alloh semata, sedangkan larangan Alloh yang paling besar adalah syirik, yaitu menyembah selain Alloh disamping menyembah-Nya.
PENJELASAN:
Karena penting dan agungnya permasalahan tauhid maka sangat banyak kita dapati di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah disebutkan tentang perintah untuk berbuat kebaikan maka dimulai dengan perintah tauhid, Alloh Ta'ala berkata:
{اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [العنكبوت: 16]
"Sembahlah kalian kepada Alloh dan bertaqwalah kepada-Nya, yang demikian itu adalah lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui". (Al-'Ankabut: 16).
Alloh Ta'ala perintahkan untuk bertaqwa kepada-Nya, perintah-Nya diawali dengan perintah untuk mentauhidkannya, ini menunjukan tentang besar dan agungnya tauhid.
Begitu pula karena besar dan bahayanya syirik maka kita dapati banyak dari dalil-dalil menyebutkan larangan syirik lebih didahulukan daripada selain syirik, Alloh Ta'ala mengisahkan tentang nasehat hamba-Nya yang Sholih:
{وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (13) وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (15) يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16) يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ (17) وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19)} [لقمان: 13 - 19]
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada putranya, di waktu dia memberi pelajaran kepadanya: "Wahai putraku, janganlah kamu menyekutukan Alloh, sesungguhnya menyekutukan (Alloh) adalah benar-benar kezholiman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah tempat kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan-Ku sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah tempat kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Wahai putraku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Alloh akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Alloh adalah Al-Lathif (Maha Halus) lagi Al-Khobir (Maha mengetahui). Wahai putraku, tegakanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Alloh). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai". (Luqman: 13-19).
Dan lebih jelas lagi tentang permasalahan ini adalah apa yang dikatakan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
«أَكْبَرُ الكَبَائِرِ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَوْلُ الزُّورِ، أَوْ قَالَ: وَشَهَادَةُ الزُّورِ».
 "Paling besarnya dosa besar adalah menyekutukan Alloh, membunuh jiwa, durhaka kepada kedua orang tua, perkataan palsu (dusta)", atau beliau berkata: "Persaksian palsu". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Bakroh, dan ini adalah lafazh Al-Bukhoriy dari hadits Anas bin Malik.
Dari semua larangan tersebut didahulukan penyebutannya adalah syirik, hal tersebut menunjukan kalau syirik adalah yang paling terbesarnya dosa besar.

Beliau Rohimahulloh berkata:
Kemudian Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdiy Rohimahulloh mengatakan bahwa ibadah itu adalah hakekat tauhid, barangsiapa yang belum melaksanakan tauhid maka dia belum dikatakan beribadah kepada Alloh.
Dan Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin Rohimahulloh mengatakan bahwa hakekat tauhid adalah membebaskan diri dari perbuatan syirik.
PENJELASAN:
Hal demikian itu karena tauhid merupakan salah satu syarat dari syarat-syarat diterimanya suatu ibadah, apabila seseorang beribadah dengan tanpa tauhid maka tidak diterima ibadahnya, Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ} [البينة: 5]
"Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ibadah kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka menegakan sholat, menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus". (Al-Bayyinah: 5).

Beliau Rohimahulloh berkata:
Maka dalam masalah ini terkandung pengertian bahwa ibadah adalah tauhid, sebab pertikaian yang terjadi antara Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dengan orang-orang musyrik adalah di dalam keyakinan ma'na Laa Ilaha Illalloh yang memiliki dua rukun, yaitu an-nafyu (meniadakan seluruh sesembahan selain Alloh Subhanahu wa Ta'ala) dan al-itsbat (menetapkan bahwa yang berhak disembah hanyalah Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
PENJELASAN:
Keberadaan dua rukun ini yang menjadikan orang-orang musyrik enggan untuk mengucapkan kalimat tauhid, karena konsekwensinya mengharuskan mereka untuk meninggalkan sesembahan mereka dan membenci semua sesembahan mereka, tatkala Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan pamanya Abu Tholib untuk mengucapkan kalimat tauhid maka berkatalah Abu Jahl dan Abdulloh bin Abi Umayyah:
"يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ المُطَّلِبِ؟".
"Wahai Abu Tholib apakah kamu membenci agama Abdul Mutholib?". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Sa'id Ibnul Musayyib dari bapaknya.

PENUTUP
Beliau Rohimahulloh berkata:
 Beribadah hanya kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun merupakan hak Alloh Subhanahu wa Ta'ala yang harus ditunaikan oleh setiap hamba, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shollallohu Alaihi wa Sallam dalam hadits shohih yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Mu'adz bin Jabal Rodhiyallohu 'Anhu, beliau berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ، فَقَالَ: «يَا مُعَاذُ، هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ، وَمَا حَقُّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ؟»، قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى العِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ العِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا»
"Aku pernah dibonceng Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam di atas keledai, lalu beliau berkata: "Wahai Mu'adz, apakah kamu tahu hak Alloh atas hamba-hamba-Nya? Dan apa hak hamba-hamba-Nya atas Alloh?, aku berkata: "Alloh da Rosul-Nya yang lebih tahu, beliau berkata: "Sesungguhnya hak Alloh atas hamba-hamba-Nya adalah mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan hak para hamba atas Alloh adalah dia tidak akan mengazab siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun".
Dengan penjelasan ini dapatlah diketahui bahwa hakekat tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala, yaitu menghambakan diri kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala secara murni dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya dengan itu mengantarkan para ahlinya ke Jannahnya Alloh Subhanahu wa Ta'ala.
Alloh Ta'ala berkata tentang orang yang bertauhid yang telah mewujudkan tauhidnya dengan beriman dan beramal sholih:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9) دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10)} [يونس: 9، 10]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal sholih, mereka diberi petunjuk oleh Robb mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam Jannah yang penuh keni'matan. Do'a mereka di dalamnya adalah: "Maha suci Engkau Ya Alloh, dan salam penghormatan mereka adalah: "Salam", dan penutup doa mereka adalah: "Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam". (Yunus: 9-10).
Selesai pembahasan yang ini, Insya Alloh akan ada pembahasan selanjutnya yang beliau Rohimahulloh telah tulis.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ










Tidak ada komentar:

Posting Komentar