Tanya: Ustadz mohon maaf sebelumnya bila pertanyaanku ini tidak pas atau isinya bersilang sama apa yang ustadz yakini, saya seorang pelajar SMA Muhammadiyah di daerahku, dan saya bisa dibilang punya -rasa kepingin tahu- tinggi, suatu saat saya diajak sama teman untuk ke Kediri dalam rangka membaiat presiden LDII, saya dikagetkan dengan diberitahu tentang sabda Nabi yang isinya kurang lebih -barangsiapa tidak baiat maka ia mati kayak orang jahiliyyah-.
Sesuai paham yang pernah saya dapat kalau ustadz-ustadz Ahlussunnah Salafi sudah bantah LDII, terus mau saya ingin amalkan baiat tadi, ke siapa saya harus baiat?, saya sudah lama tanyakan siapa presiden (pemimpin) dakwah Ahlussunnah Salafi?, saya dibilang kalau pemimpinnya Ustadz Jafar Talib, lalu diganti sama Ustadz Luqman Ba Abduh, yang menetapkan kepemimpinanya ulama besar Kerajaan Saudi, saya sudah berniat ingin ketemu beliau supaya baiat, tapi pas saya ke pengajian di sebuah masjid, saya tanyakan seorang bapak yang rajin hadir taklim: Bagaimana bisa ketemu ustadz Luqman, beliau jawab: Jangan ke Luqman dia itu hizbi, ke Ustadz Abu Hazem di Magetan, beliau rois dakwah Ahlussunnah di Indonesia, dulu di Yaman beliau syekh qira’a, gabung sama beliau, ntar kalau sudah ketemu tanyakan beliau tentang hukum baiat, beliau ahlinya, beliau syekh…
Saya setelah itu saya tambah ragu, entah bagaimana saya berbuat?.
Sesuai paham yang pernah saya dapat kalau ustadz-ustadz Ahlussunnah Salafi sudah bantah LDII, terus mau saya ingin amalkan baiat tadi, ke siapa saya harus baiat?, saya sudah lama tanyakan siapa presiden (pemimpin) dakwah Ahlussunnah Salafi?, saya dibilang kalau pemimpinnya Ustadz Jafar Talib, lalu diganti sama Ustadz Luqman Ba Abduh, yang menetapkan kepemimpinanya ulama besar Kerajaan Saudi, saya sudah berniat ingin ketemu beliau supaya baiat, tapi pas saya ke pengajian di sebuah masjid, saya tanyakan seorang bapak yang rajin hadir taklim: Bagaimana bisa ketemu ustadz Luqman, beliau jawab: Jangan ke Luqman dia itu hizbi, ke Ustadz Abu Hazem di Magetan, beliau rois dakwah Ahlussunnah di Indonesia, dulu di Yaman beliau syekh qira’a, gabung sama beliau, ntar kalau sudah ketemu tanyakan beliau tentang hukum baiat, beliau ahlinya, beliau syekh…
Saya setelah itu saya tambah ragu, entah bagaimana saya berbuat?.
Alhamdulillah dua minggu lalu saya dapat buletin Al-Amin dari seorang bapak salafy, saya tanya tentang ustadz penulis buletin Al-Amin, saya diberitahu tentang ustadz hingga bisa hubungi ustadz, saya sangat butuh jawaban ustadz masalah baiat, dan tolong jelaskan kepada saya, itu saja dulu dari pertanyaan saya, terima kasih banyak, semoga ustadz bersedia menjawab?.
Jawab:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله أما بعد:
الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله أما بعد:
Ketahuilah -semoga Alloh memberikan hidayah kepada kami dan anda- bahwasanya da’wah Ahlissunnah wal Jama’ah adalah da’wah memiliki pembeda dengan da’wah selainnya, da’wah Ahlissunnah bukan da’wah kepada penyelisihan syari’at dan tidak pula menyeru kepada bid’ah, namun da’wah Ahlissunnah adalah da’wah menyeru kepada Islam yang murni dengan landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas pemahaman salafush sholih.
Da’wah Ahlissunnah wal Jama’ah bukan seperti forum komunikasi, bukan pula organisasi dan bukan pula partai yang memiliki kepemimpinan tersendiri:
إذا رأيت الرجل يدعي أنه أمير أهل السنة والجماعة في أندونيسيا أو في ماليزيا أو في مصر أو في اليمن أو في أي بلد من بلاد المسلمين، فاعلم أنه مبتدع ضال، لأن أمير أهل السنة والجماعة أمير المسلمين، وأمير المسلمين أمير أهل السنة والجماعة، أميرهم واحد، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: (أوصيكم: بتقوى الله، والسمع والطاعة وإن تأمر عليكم عبد، فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافًا كثيرًا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ).
“Jika kamu melihat seseorang mengaku bahwasanya dia adalah pemimpin Ahlissunnah wal Jama’ah di Indonesia atau di Malaysia atau di Mesir atau di Yaman atau di negri mana saja dari negri-negri kaum muslimin maka ketahuilah bahwa dia adalah mubtadi’ yang sesat, karena pemimpin Ahlussunnah wal Jama’ah adalah pemimpin kaum muslimin dan pemimpin kaum muslimin adalah pemimpin Ahlussunnah wal Jama’ah, pemimpin mereka adalah satu, dengan dalil perkataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Alloh, mendengar dan taat walaupun yang memimpin atas kalian adalah seorang hamba sahaya, sesungguhnya barang siapa yang hidup diantara kalian maka dia akan mendapati perselisihan yang banyak, maka wajib bagi kalian untuk (berpegang teguh) dengan sunnahku dan sunnah para kholifah yang diberi petunjuk (Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali), peganglah oleh kalian sunnah tersebut dengan sekuat-kuat pegangan”.
Dan merupakan manhaj Ahlissunnah wal Jama’ah adalah memberikan ba’iat hanya kepada amir mereka yaitu penguasa kaum muslimin tidak pada selainnya, dengan ketentuan ini bila penguasa tersebut meminta untuk dibai’at secara langsung maka dibai’at atau secara tidak langsung, yaitu lewat perwakilan yang dikenal dengan “ahlul hall wal ‘aqd” baik dari ulama ataupun para pembesar dari tokoh-tokoh pemerintahan, dengan bai’atnya mereka sudah mewakilkan segenap rakyat, sebagaimana dahulu yang membai’at Abu Bakr Ash-Shiddiq hanya Umar, Abu Ubaidah dan sebagian dari kaum Anshor kemudian ikut yang lainnya, dan tidak ada riwayat menyebutkan semua kaum muslimin di berbagai penjuru datang membai’at.
Kewajiban selanjutnya setelah dibai’at adalah mendengar dan taat dalam perkara kebaikan, Asy-Syaikhon meriwayatkan dari hadits Ubadah:
(بايعنا رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم على السمع والطاعة في العسر واليسر، والمنشط والمكره، وعلى أثرة علينا، وعلى أن لا ننازع الأمر أهله، إلا أن تروا كفرًا بواحًا عندكم فيه من الله برهان).
“Kami membai’at Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
untuk mendengar dan taat pada saat lapang dan sempit, senang dan benci, dan rasa berat pada kami, serta supaya kami tidak melepas perkara pada ahlinya, melainkan kalian melihat kekafiran yang nyata, bagi kalian pada perkara tersebut ada padanya dari Alloh keterangan”.
untuk mendengar dan taat pada saat lapang dan sempit, senang dan benci, dan rasa berat pada kami, serta supaya kami tidak melepas perkara pada ahlinya, melainkan kalian melihat kekafiran yang nyata, bagi kalian pada perkara tersebut ada padanya dari Alloh keterangan”.
Wahai saudaraku, ketahuilah bahwa da’wah Ahlissunnah yang kami serukan ini adalah supaya anda menjadi orang sholih, mentauhidkan Alloh dan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Alloh, kami tidak menyeru anda untuk gabung dengan dua kelompok yang anda ketahui tersebut, dan tidak pula supaya anda menjadikan kami sebagai pemimpinmu atau pembesarmu -kami berlindung kepada Alloh dari demikian itu- namun kami menyeru anda untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah di atas pemahaman salafush sholih, anda berada di atas As-Sunnah dan selalu istiqomah di atasnya maka itu adalah kebahagian yang menyenangkan kami, anda melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dan merealisasikan tauhid itu adalah sangat menyenangkan kami.
Dan ketahuilah bahwa kami mengingkari siapa pun yang menyeru kepada kelompoknya, atau mengakui si fulan sebagai pemimpin kelompoknya, rata-rata orang yang memiliki fanatik kelompok seperti mereka memiliki “al-wala’ wal baro’” (loyalitas dan berlepas diri) yang sempit, seseorang dikatakan sebagai salafy manakalah gabung dengan mereka, mengakui kedudukan mereka, menyerahkan urusan da’wah kepada mereka serta tidak boleh membantah dan menyebutkan kebatilan mereka, siapa yang mengingkari kebatilan mereka atau menyebutkan penyimpangan mereka maka dia akan menjadi musuh dan pelampiasan kebencian walaupun dia dahulunya adalah tangan kanan atau ajudan mereka.
Begitu pula seseorang dikatakan sudah benar taubatnya dan jadi salafy manakalah dia telah lapor diri kepada pembesar mereka dan gabung dengan mereka.
Begitu pula seseorang dikatakan sudah benar taubatnya dan jadi salafy manakalah dia telah lapor diri kepada pembesar mereka dan gabung dengan mereka.
Bukan ini da’wah yang kami serukan kepada anda, namun yang kami serukan kepada anda adalah mengikuti da’wah Ahlissunnah wal Jama’ah, anda beramal di atas As-Sunnah dan istiqomah di atasnya maka anda adalah salafy sejati, jika anda memiliki kemampuan untuk membawa kaum muslimin dan masyarakat di sekitar anda kepada pengikutan kepada As-Sunnah maka sungguh anda telah mendapatkan keutamaan.
Ketahuilah bahwa bukanlah ukuran jama’ah itu harus bergabung dengan sekelompok orang dan mengakui pemimpin mereka atau memberi toleransi kepada kebid’ahan mereka namun jama’ah adalah:
ما وافق الحق وإن كنت وحدك
“Apa-apa yang mencocoki al-hak walaupun anda dalam keadaan bersendirian”.
Demikianlah perkataan Abdulloh bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘anhu.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (20/1/1436).
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (20/1/1436).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar