KLIK GAMBAR UNTUK DOWLOAD PDF
Ditulis
oleh:
Abu Ahmad
Muhammad bin Salim Al-Limboriy As-Seramiy Ghofarohullohu wa Rodhiya 'Anhu
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من
لا نبي بعده
أما بعد:
Kepulauan seribu adalah nama lain dari Maluku,
karena pada hakekatnya terdapat padanya pulau-pulau yang sangat banyak.
Maluku adalah suatu istilah yang diambil dari
bahasa Arob yaitu Muluk (para raja), karena penduduk yang pertama kali masuk ke
Kepulauan Seribu setelah bangsa Alifuru adalah dari keturunan Arob.
Ketika terjadi fitnah Nawashib di jaziroh
Arobiyyah maka banyak dari Ahlulbait (keturunan Bani Hasyim dan Bani Abdil
Muththolib) dan kaum muslimin yang bersama mereka melakukan hijroh, hingga
terpencar-pencar, dan yang banyak dari mereka menyebrangi samudra Hindia,
ketika mereka sampai di pesisir pantai di pulau Sumatra maka mereka singgah dan
beradaptasi dengan kaum muslimin yang ada di sana, mereka mempelajari bahasa
Melayu ketika di sana.
Sebagian yang lain terus melakukan perjalanan
menelusuri samudra Nusantara, hingga sampai ke Kepulauan Seribu, dan ketika itu
tidak ada penghuni dari manusia kecuali manusia dari bangsa Alifuru, mereka pun
tertarik dengan daerah tersebut hingga mereka menetapkan untuk tinggal padanya,
dan terus menda'wahi manusia dari bangsa Alifuru untuk memeluk Islam, hingga
sebagian dari mereka masuk Islam, dan yang tidak memenuhi seruan Islam maka
mereka berpindah ke pedalaman hutan Masohi-Maluku Tengah, dan yang lainnya lagi
ke pedalaman pulau Buru.
Sebagian yang lain dari para pendatang itu
kembali ke pesisir pantai Sumatra untuk mengabarkan keadaan di Kepulauan
Seribu, sehingga dengan sebab itu berlayarlah kapal-kapal membawa rombongan
besar mereka, dan ini bertahap-tahap, setiap rombongan memilih di pulau mana yang
cocok bagi mereka untuk tempati.
Setelah terbentuk komunitas besar, di seluruh
tempat di Kepulauan Seribu dinamai dengan nama Maluku, dan pada tiap-tiap
daerah dibentuk kerajaan, dan bahasa yang digunakan sudah bercampur-campur
antara Arob dengan bahasa peninggalan Alifuru dan bahasa Melayu, dan yang
paling mendominasi bahasanya adalah bahasa Melayu yang dipelajari ketika di
Sumatra.
Awal sampai mereka ke Jaziroh Huamual ini
adalah membangun Masjid, dan ajaran Islam serta syi'ar-syi'ar Islam mulai tampak
walaupun sudah tidak murni dalam berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah
karena banyaknya pengaruh adat istiadat dan budaya yang didapati selama di
perjalanan.
MENGENAL KERAJAAN HUAMUAL
Kerajaan Huamual terletak di pulau Seram
Bagian Barat, dan ketika itu wilayah kekuasaannya mencapai banyak pemukiman,
dan ini sebelum datangnya penduduk dari Sulawesi dan sebelum datangnya penjajah
Kafir.
Ibu kota kerajaan Huamual adalah Luhu,
dibalik gunung Luhu terdapat pula satu pemukiman yang dinamai dengan Seri
Kambelo, gunung yang membatasi ibu kota kerajaan Huamual dengan pemukiman Seri
Kambelo adalah gunung Malintang, dari gunung ini terlihat laut ibu kota Huamual
dan laut Seri Kambelo serta terlihat pula pulau-pulau sekitarnya.
Disekitar pemukiman Seri Kambelo masih
berbentuk hutan dan belum dihuni oleh manusia, karena penduduk dari Sulawesi
belum berdatangan.
KEKAYAAN ALAM HUAMUAL
Sesungguhnya Alloh Ta'ala telah melimpahkan
kekayaan alam kepada jaziroh Huamual, diantaranya:
* Pepohonan dan rempah-rempah; cengkeh, pala,
kopi, coklat, dll.
* Bahan makanan; sagu, jagung, singkong,
ketela, keladi, kentang, beras, dll.
* Jenis-jenis pohon dan tanaman yang buahnya
dimakan; kelapa, mangga, durian, langsat, apokat, nangka, jambu, jambu mete,
rambutan, pepayah, nenas, semangka, pare, labu, sarikaya, belimbing, duwet
(tomi-tomi), nam-nam, babakuru, macam-macam tebu, salam, macam-macam jeruk, dan
salak, dll.
* Jenis-jenis pohon dan tumbuhan untuk
bumbu-bumbu; Kayu manis, kunyit, macam-macam jahe, macam-macam cabe, kemangi,
tembulawak, dll.
* Jenis-jenis pohon dan tanaman untuk
sayur-sayuran; sayur paku, sayur jamu (hulampi), sayur matel, malinjo (genemo),
tunas bambu (raboo), jantung pisang, tunas aren, tunas kelapa, nangkaa
(ndanga), daun singkong, daun ketela, pepaya (daun, bunga dan buahnya), dll.
* Macam-macam kayu dan tumbuhan; kayu putih,
rotan, gaharu, aren, dll.
* Macam-macam burung; kakatua raja, elang,
kaka tua kecil, burung onta, halo, merpati hutan, ayam kampung, ayam hutan,
kasturi, toi, kokopini, kasui-sui, kawuawula, kaswari, bango (koho), bebek,
bebek laut, angsa, itik, dll.
* Macam-macam hewan: rusa, sapi, sapi hutang,
kambing, dll.
* Macam-macam ikan, udang laut, udang sungai,
macam-macam cumi, morea, dll.
Kekayaan alam seperti itu merupakan suatu
keni'matan bagi masyarakat Huamual, bila mereka syukuri dan mereka
menjadikannya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Alloh Ta'ala maka Alloh
akan berkahi, Alloh Ta'ala berkata:
(وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ
آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ
بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا
يَصْنَعُونَ)
"Dan Alloh membuatkan suatu permisalan
dengan suatu kampung, yang keberadaannya aman sentosa lagi tentram, rezqinya
datang melimpah ruah dari setiap tempat, tetapi penduduknya mengingkari
ni'mat-ni'mat Alloh, maka Alloh merasakan kepada mereka dengan diliputkan
kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat".
MASUKNYA PENJAJAH KAFIR KE MALUKU
DENGAN MEMBAWA ADAT KEKUFURAN
Setelah kerajaan-kerajaan di Jaziroh Maluku
tumbuh dan berkembang, mulailah berdatangan kaum kafir dari Eropa, baik dari
Spanyol, Protugis, Belanda dan Inggris (Britonia), masing-masing mereka
menginginkan rempah-rempah dan kekayaan bumi Maluku, bersamaan dengan itu
mereka mulai menyerukan agama mereka, yang beragama Kristen-Katolik menyerukan
agama yang mereka anut, yang beragama Kristen-Protestan menyerukan agama yang
mereka anut, yang keadaan mereka telah Alloh Ta'ala jelaskan di dalam
Al-Qur'an:
(وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا
النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ
ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا
لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ)
"Dan tidak akan pernah ridho kepadamu
orang-orang Yahudi dan tidak pula Nashroni (Kristen) sampai kamu mengikuti
agama mereka, katakanlah: Sesungguhnya petunjuk Alloh adalah petunjuk (yang
benar) dan jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepadamu dari
suatu ilmu maka tidak ada bagimu dari Alloh perlindungan dan tidak pula
pertolongan".
Walaupun keberadaan kaum muslimin ketika itu
tidak murni berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah namun fithroh
(pembawaan) mereka masih suci, ketika mereka melihat orang-orang kafir itu
datang membuat kemungkaran, mabuk-mabukan, judi, zina, suka parlente, memakan
babi dan anjing serta merampas harta dan menyebarkan agama palsu dan agama
rusak mereka maka kaum muslimin dengan perintah dari raja untuk bangkit
melakukan pengingkaran hingga terjadi peperangan, kaum kafir pun datang dengan
menyerang kerajaan Huamual dengan komando Jenderal mereka, sedangkan kaum
muslimin dengan perintah raja melalui komando panglima perang yang diberi gelar
oleh raja dengan nama "kapitan" mengokohkan penjagaan di tepi-tepi
laut, dibangun benteng di pinggir pantai ibu kota kerajaan, juga di pinggir
pantai pemukiman Seri Kambelo dibangunkan benteng untuk mencegat masuk dan
bersandarnya kapal-kapal kaum kafir penjajah.
Dan persenjataan para prajurit kerajaan
ketika itu hanyalah parang (semisal pedang), golok, tombak, panah, bambu
runcing, belati dan sangkur, sedangkan kaum kafir penjajah memiliki berbagai
macam persenjataan; senapan, pistol berlaras, meriam dan setiap tentaranya mengenakan
pedang pula.
Dengan pertolongan Alloh Ta'ala kerajaan
Huamual ini teranggap kuat, hingga bala tentara kaum kafir tidak bisa menduduki
Huamual terkhusus ibu kota Luhu dan Seri Kambelo, Alloh Ta'ala berkata:
(وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ
لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ ۗ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ
الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ)
"Dan tidaklah Alloh menjadikannya
melainkan sebagai kabar gembira bagi kalian, dan untuk menentramkan hati kalian
dengannya, dan tidaklah datang pertolongan itu melainkan dari sisi Alloh yang
Al-Aziz lagi Al-Hakim".
Bila raja Huamual meninggal dunia maka
penggantinya akan bangkit melanjutkan perjuangan.
Sekitar tahun 1810 Masehi, ketika kaum kafir
penjajah tersibukan dengan perlawanan dengan kerajaan-kerajaan Islam lainnya
yang masih di dalam jaziroh Maluku maka raja Huamual mengirimkan bala
tentaranya untuk membantu kerajaan-kerajaan Islam tersebut dalam memerangi kaum
kafir penjajah, apa yang dilakukan oleh raja yang mulia ini sebagai bentuk dari
ukhuwah Islamiyyah yang disebutkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam:
«المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا»
"Seorang mu'min dengan mu'min lainnya
seperti satu bangunan, saling menguatkan sebagiannya atas sebagian yang
lain". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Abu Musa
Al-Asy'ariy Rodhiyallohu 'Anhu.
Di dalam riwayat lain dari hadits An-Nu'man
bin Basyir Rodhiyallohu 'Anhu dengan lafazh:
«مثل المؤمنين في توادهم وتعاطفهم كمثل الجسد
الواحد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد»
"Permisalan orang-orang beriman dalam
kecintaan mereka dan belas kasih mereka seperti permisalan satu tubuh, jika
salah satu anggota tubuh mengeluh (kesakitan) maka membawanya kepada seluruh
tubuh (dalam merasakan rasa sakit)".
Dalam suatu riwayat yang lain dengan lafazh:
«المسلمون كرجل واحد، إن اشتكى عيله اشتكى
كله، وإن شتكى رأسه اشتكى كله»
"Orang-orang muslim seperti tubuh
seorang diri, jika dia mengeluh (kesakitan pada) matanya maka mengeluh pula
seluruh (tubuh)nya, jika dia mengeluh (kesakitan pada) kepalanya maka mengeluh
pula seluruh (tubuh)nya".
HUBUNGAN KERJA SAMA DENGAN KAUM
MUSLIMIN DI LUAR JAZIROH MALUKU
Bersamaan dengan kesibukan memerangi kaum
kafir penjajah dan membantu kerajaan-kerajaan Islam lainnya dalam memerangi
kaum kafir penjajah, pihak kerajaan juga terus menjalin ukhuwah Islamiyyah
dengan penduduk di luar Maluku, dijalin hubungan kerja sama dengan para guru
ngaji (pengajar baca tulis Al-Qur'an) dalam mengajarkan Al-Qur'an kepada kaum
muslimin, walaupun pada zaman tersebut tidak tersebar kitab-kitab hadits namun
mushhaf Al-Qur'an tersebar luas, dan ketika itu rumah-rumah guru ngaji
seakan-akan markiz besar dipenuhi oleh para murid, mereka sangat perhatian
dalam mempelajari tata cara membaca Al-Qur'an, dan mereka selalu mewariskan
tugas mulia ini kepada anak cucu mereka, bila guru ngaji meninggal dunia maka
anaknya atau menantunya akan meneruskan tugas mulia tersebut, hal ini karena
memang memiliki keutamaan yang besar, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berkata:
«خيركم من تعلم القرآن وعلمه»
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy
dan Muslim dari hadits Utsman bin Affan Rodhiyallohu 'Anhu. Dan di dalam suatu
riwayat pada Al-Bukhoriy dengan lafazh:
«أفضلكم من تعلم القرآن وعلمه»
"Paling utamanya kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya".
Ketika ada salah seorang guru ngaji dari desa
Dongkala (Kondowa)-Pasar Wajo-Buton datang berkunjung ke kerabatnya di
pemukiman Seri Kambelo di kerajaan Huamual maka beliau disambut dengan baik dan
beliau dimuliakan, ketika beliau kembali ke Dongkala maka kerabatnya menitipkan
anak prempuan yang masih kanak-kanak, dengan perantara dan da'wah guru ngaji
ini, di Dongkala mulai tersebar nama-nama yang Islamiy, dan anak kecil yang
dibawa ke Dongkala ini bernama Khodijah atau yang dikenal oleh masyarakat
Dongkala dengan nama Halijah.
KHODIJAH AL-HUAMUALIYYAH
ROHMATULLOHI 'ALAIHA TIBA DI DONGKALA
Ketika sampai di Dongkala anak kecil ini
sangat susah untuk beradaptasi, lebih-lebih ketika guru ngaji sibuk keluar
rumah maka anak prempuan kecil ini menangis karena ia berbahasa Melayu
sedangkan ibu angkat dan seluruh masyarakat Dongkala berbahasa Holimombo-Buton,
bila anak kecil ini menangis karena kangen kepada ibu kandungnya yang ditinggal
di kerajaan Huamual, sambil memanggil "mama" maka istri guru ngaji
langsung mengunyahkan makanan untuknya, karena istri guru ngaji ini mengira
bahwa anak tersebut menginginkannya, istri guru ngaji ini menganggap bahwa anak
kecil tersebut masih belum lancar bicara, bila menyebutkan "kamama"
maka terucapkan "mama", padahal mau anak tersebut memanggil ibu
kandungnya. Bila anak kecil itu menyebut "kain" maka istri guru ngaji
bertambah sedih, kasihan apa yang kurang dari anak ini, sampai mengeluh
begini?, karena "kain" dikenal di Dongkala dengan "serba
kurang", padahal yang diinginkan oleh anak kecil itu adalah kain (pakaian)
untuk menutupi tubuhnya dari rasa dingin, ketika datang guru ngaji, beliaupun
mengajarkan istrinya beberapa ma'na dari kata-kata dalam bahasa Melayu yang
sering diucapkan oleh anak prempuan kecil tersebut.
Perbedaan dan beraneka ragamnya bahasa
seperti ini merupakan ayat (tanda) dari tanda-tanda kekuasaan Alloh Ta'ala,
Alloh Ta'ala berkata:
(وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ)
"Dan termasuk dari ayat-ayat-Nya adalah
menciptakan langit-langit dan bumi, dan perbedaan bahasa kalian dan warna kulit
kalian, sesungguhnya yang demikian itu adalah benar-benar termasuk tanda-tanda bagi alam semesta".
PERTUMBUHAN KHODIJAH AL-HUAMUALIYYAH
ROHMATULLOHI 'ALAIHA
Anak prempuan kecil ini kemudian tumbuh besar
di lingkungan guru ngaji, rajin sholat lima waktu dan puasa Romadhon serta
menunaikan zakat, karena ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah,
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا
الله، وأن محمدًا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت»
"Islam dibangun di atas lima (perkara):
Persaksian bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh dan
sesungguhnya Muhammad adalah Rosululloh, menegakan sholat, menunaikan zakat dan
puasa Romadhon serta haji di Ka'bah". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan
Muslim dari hadits Abdulloh bin Umar Rodhiyallohu 'Anhuma.
Ketika Khodijah Al-Huamualiyyah sudah dewasa,
ia pun dinikahkan di Dongkala, dari pernikahannya ia memiliki tiga anak
prempuan, dan ia terus menetap di Dongkala sampai suaminya meninggal dunia,
kemudian anak prempuannya menikah di Dongkala dengan seorang imam masjid
Dongkala yang bernama Hadiyyina, dari pernikahan ini lahirlah Ummu Harmin
Al-Limboriyyah, dalam usia masih kanak-kanak kedua orang tua Ummu Harmin
meninggal dunia, Ummu Harmin pun menjadi yatim piatu, ia pun tinggal bersama
nenek dan bibinya Ummu Dengo (Ina Dengo).
MASYARAKAT BUTON MULAI BERPINDAH KE
KERAJAAN HUAMUAL
Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka,
sekitar tahun 1936-an sudah mulai ramai penduduk Buton berdatangan ke Jaziroh
Huamual, lahan-lahan di sekitar Seri Kambelo mulai dibangunkan pemukiman, di
sebelah kiri Seri Kambelo dibangun pemukiman dinamai dengan Talaga, dan
semenanjung sekitar itu banyak pula pemukiman yang terkadang hanya berjarak 1
KM, dan di sebelah kanan Seri Kambelu sekitar 1,5 KM jaraknya terdapat
pemukiman dinamai dengan Nasiri, setelah itu ada lagi pemukiman dinamai dengan
Lirang, setelah ini ada lagi pemukiman dinamai dengan Limboro, dan semenanjung
sekitar itu banyak pula pemukiman yang terkadang hanya berjarak 1 KM.
Mereka yang rajin bertani maka mereka
memperoleh banyak tanah, karena tanah dan hutan di Huamual ketika itu tidak ada
yang miliki, jadi bebas bagi pendatang memilih tanah dan hutan yang disenangi,
kecuali di pesisir pantai sudah ditanami pohon-pohon kelapa, dan pohon-pohon
kelapa tersebut kebanyakannya adalah milik raja Huamual yang terus diwariskan
kepada anak-anaknya, dan selahan kebun kelapa berada di Tanjung Erang adalah
miliki kakek Khodijah Al-Huamualiyyah.
Pada tahun 1945 Masehi, setelah Indonesia
merdeka Khodijah Al-Huamualiyyah bertekad untuk kembali ke negri asalnya di
Huamual, ia pun berangkat bersama cucunya (Ummu Harmin) yang masih kecil,
dengan disertai putrinya selaku bibi Ummu Harmin dengan ditemani suami putrinya
selaku menantunya yang bernama Maruhadi atau dikenal dengan Dengo (yang ketika
itu beliau menjabat sebagai komandan TNI), beliau sebagai mahrom bagi istri dan
mertuanya dalam menemani perjalanan menyebrangi lautan Buru hingga sampai ke
Huamual, demikianlah tuntunan Islam bagi para wanita yang safar wajib ditemani
mahrom, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لا تسافر المرأة إلا مع ذي محرم».
"Tidak boleh safar seorang wanita
kecuali bersama mahromnya".
Kemudian setelah sampai ke Huamual, dan para
penjajah Belanda sudah meninggalkan Nusantara maka pahlawan Nasional komandan
Maruhadi memilih untuk meninggalkan jabatannya dan memilih menjadi rakyat biasa
yang suka bertani dan nelayan, supaya terus mengenang kepahlawanannya mereka
pun menamai salah seorang anaknya dengan nama Dengo.
KEADAAN
KERAJAAN HUAMUAL SETELAH INDONESIA MERDEKA
Setelah Indonesia merdeka, kerajaan Huamual
ini dimekarkan wilayah kekuasaannya, ibu kota Huamual (Luhu) dijadikan desa,
sedangkan rajanya dijadikan sebagai kepala desa dengan tetap bergelar sebagai
"raja", dan pemukiman sekitarnya dijadikan sebagai dusun-dusun
kecuali Waisala dijadikan desa dan kepala desanya dikatakan pula sebagai
"raja".
HUBUNGAN
PERSAUDARAAN ANTARA PENDUDUK ASLI HUAMUAL DENGAN PARA PENDATANG
Ketika orang-orang asli Huamual yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan Khodijah Al-Huamualiyyah mengetahui bahwa ia telah
kembali ke Huamual dan mukim di Limboro mereka pun berdatangan menziarohi, yang
dari Seri Kambelu pak Samin dan keluarga datang berkunjung, begitu pula yang
mukim di pemukiman Taniwel berdatangan menziarohi, begitu pula yang di Luhu,
semua ini adalah bentuk dari perealisasian adat istiadat Arob yang berhubungan
dengan kekeluargaan dan kekerabatan, dan ini dicocoki serta ditetapkan di dalam
Islam sebagai amal sholih, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«زار أخ أخًا له في قرية فأرصد الله على
مدرجته ملكًا، فلما أتى عليه، قال: أين تريد؟ قال: أريد أخًا لي في هذه القرية، قال:
هل لك من نعمة تربها عليه؟ قال: لا، غير أني أحببته في الله، قال: إني رسول الله إليك
أن الله قد أحبك كما أحببته فيه»
"Seorang saudara menziarohi saudaranya
di suatu kampung maka Alloh mengawaskan di tempat jalannya dengan malaikat
(berbentuk manusia), maka tatkala sampai kepadanya, malaikat tadi bertanya:
Kemana kamu ingin pergi?. Saudara tadi menjawab: Aku ingin (ziarohi) saudaraku
di pemukiman ini. Malaikat bertanya lagi: Apakah ada pemberian yang akan kamu
berikan kepadanya?. Saudara tadi menjawab: Tidak ada, hanya saja aku
mencintainya karena Alloh, maka malaikat tadi berkata: "Sesungguhnya aku
adalah utusan Alloh kepadamu dan sesungguhnya Alloh benar-benar telah
mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Alloh".
Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'Anhu.
Adat kebiasaan yang agung ini terus diamalkan
kaum muslimin Huamual, bahkan dididik para anak untuk membiasakan adat ini,
Khodijah Al-Huamualiyyah mendidik putrinya Ummu Harmin, bahkan ketika cucunya
Abul Abbas Harmin lahir di Limboro dan ia yang mengasuhnya dan mendididiknya
dengan adat yang mulia ini, maka ketika Ustadzuna Abul Abbas Harmin dewasa maka
beliau mencari kerabat-kerabat dan keluarga-keluarga ibu-bapaknya, beliau
menyempatkan ke Dongkala-Buton untuk menziarohi kerabat-kerabat dan
keluarga-keluarga ibu-bapaknya, bahkan beliau menyempatkan diri ke Flores-NTT
untuk menziarohi saudari tiri ibunya (dari putri Hadiyyina Imam masjid
Dongkala).
Begitu pula ke Ambon karena ada keponakan
neneknya bernama Hasan Nurlette, beliau ziarohi, bahkan yang terakhir sebelum
beliau meninggal dunia, beliau bertekad ke Irian Jaya untuk menziarohi kerabat
dari bapaknya. Dan kami ketahui bahwa tidak seorang pun kalau beliau kenal
termasuk dari keluarga dan kerabat nenek dan kakeknya maka beliau akan ziarohi,
Rohimahullohu wa Rodhiya 'Anhu.
Adat dan budaya Islamiy ini terus diamalkan
dan dilestarikan oleh mereka, yang diziarohi juga memberikan pelayanan yang
bagus kepada para penziaroh dan para tamu, dan ini terus dilestarikan, ketika
datang para penuntut ilmu pada tahun 2000 Masehi untuk berda'wah dan mereka
menetap di masjid Seri Kambelo dan yang lain di perumahan guru di Limboro,
mereka mengakui adat dan budaya yang bagus ini, ini juga termasuk adat yang
mencocoki Islam dan bahkan termasuk ajaran Islam, Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم
ضيفه»
"Barang siapa yang dia beriman kepada
Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya". Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'Anhu, dan bahkan
dalam riwayat lain dijelaskan bahwa diwajibkan menjamu tamu dalam tiga hari
pertama, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم
ضيفه جائزته», قالوا: وما جائزته يا رسول الله؟ قال: «يومه وليلته، والضيافة ثلاثة
أيام، فما كان وراء ذلك فهو صدقة عليه»
"Barang siapa yang dia beriman kepada
Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya jaizatuh". Para
shohabat bertanya: Apa jaizatuh itu wahai Rosululloh?,
beliau menjawab: "Sehari dan semalamnya,
dan menjamu tamu (yang wajibnya) adalah tiga hari, apa yang keberadaanya lebih
dari itu maka dia adalah sedekah".
Selesai ditulis pada tanggal 8 Robiuts Tsaniy
1436 di Sana'a-Yaman Jaziroh Arobiyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar