HUKUM MEMINTA DOA
KEPADA
ORANG LAIN
Ditulis oleh:
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh
mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan saudara-saudarinya
PENDAHULUAN
بِسم الله
الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه،
وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ،
وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan baik melainkan membutuhkan bantuan
dan kerjasama dengan yang selainnya, namun sangat disayangkan dengan adanya hal
tersebut banyak dari manusia menyalahgunakannya; ada dari mereka memberi
bantuan dan bekerja sama di dalam perkara dosa dan ma'siat, ini sangat jelas
menyelisihi perkataan Alloh Ta'ala:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا
عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]
"Dan
tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan taqwa dan janganlah kalian
tolong menolong di atas dosa dan permusuhan".
(Al-Maidah: 2).
Orang yang
mengetahui tentang keadaan dirinya yang penuh kekurangan dan kelemahan
seringkali mengeluhkan keadaannya kepada orang yang dianggap memiliki
kelebihan, sampai-sampai ketika ada yang sudah putus asa karena sudah berusaha
untuk memperoleh anak namun belum juga memperoleh anak maka diapun meminta doa
kepada orang yang dia anggap lebih baik darinya atau dia meminta doa kepada
orang yang dia anggap doanya akan dikabulkan, diapun bergegas meminta doa
kepadanya.
Telah sampai kepada
kami selembar surat yang berisikan tentang permasalahan yang berkaitan dengan
meminta doa kepada ahlul bid'ah, di dalam surat tersebut tertuliskan:
بسم اللە الرحمن الرحيم
ٳلی الأستاذ أبي ٲحمد محمد حفظك اللە
يوم الأحد،11شوال1434ه
السلا م عليكم ورحمة اللە وبركاتە
العفو منكم.
Ustadz, ada seseorang yang lama belum dikaruniai momongan,
kemudian suatu saat ada seorang
ahlul bid’ah yang jelek perangainya hendak berangkat haji. Akhirnya dia titip
doa kepada orang yang hendak berangkat haji tersebut
agar jika sampai di Mekah nanti, maka minta
didoakan agar cepat dapat momongan.
Qoddarolloh tidak lama kemudian sang ibu hamil, dan pernah terucap dari lisan sang ibu bahwasanya bayi yang
dikandungnya adalah oleh-oleh dari hajinya si fulan (ahlul bid’ah).
Pertanyaan: Bolehkah seorang ahlussunnah titip doa kepada orang yang hendak berangkat haji meskipun dari kalangan ahlul bid’ah maupun pelaku kesyirikan?
جزاكم الله خيرا
Maka kami
ucapkan:
وعليكم السلا م ورحمة اللە وبركاتە
Dengan adanya
surat tersebut membuat kami untuk menuliskan tulisan ini, dengan harapan dapat
memberikan manfaat kepada yang menyampaikan surat dan selainnya dari
orang-orang yang menginginkan kebaikan.
Dari isi surat
tersebut ada beberapa permasalahan yang perlu kami jelaskan:
Pertama: Hukum meminta doa kepada ahlul bid'ah.
Kedua: Menitip doa kepada orang yang berangkat haji.
Ketiga: Hukum orang yang lebih rendah kedudukannya meminta doa
kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya.
Keempat: Hukum orang yang lebih tinggi kedudukannya meminta doa
kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
BAB 1
HUKUM MEMINTA DOA
KEPADA AHLUL BID'AH
Sebelum
menanggapi permasalahan ini, hendaknya seseorang melihat: Apakah ahlul
bid'ah-nya itu, tingkatan kebid'ahannya masuk pada kekufuran ataukah tidak?
Kalau kebid'ahannya sampai kepada kekufuran maka orang seperti ini tidak boleh
secara mutlak dimintai doa, dan boleh bagi kita mendoakannya kepada hidayah
semasa hidupnya, Abdulloh bin Mas'ud sebagaimana di dalam "Ash-Shohihain"
berkata:
"كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، يَحْكِي نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ، ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ،
وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي
فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ»".
"Seakan-akan
aku melihat kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengisahkan
seorang nabi dari para nabi, kaumnya memukulnya dan mereka melukainya, dan dia
mengusap darah dari wajahnya sambil berkata: "Ya Alloh, ampunilah
kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui".
Kalau
kebid'ahannya tidak sampai kepada tingkat kekufuran, maka dia diperlakukan
sebagaimana halnya kaum muslimin yang lainnya, karena dia juga dikenai
kewajiban untuk mendoakan kaum muslimin lainnya, dengan keumuman perkataan
Alloh Ta'ala:
{وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ}
[محمد: 19]
"Dan
mintalah ampun terhadap dosamu dan terhadap dosa-dosa kaum mu'minin dan
mu'minat". (Muhammad: 19).
Walaupun
seperti itu, namun hendaknya seseorang yang aqidahnya bersih tidak bermudah-mudahan
meminta doa kepada ahlul bid'ah walaupun kebid'ahannya tidak sampai
kepada kekufuran karena kita tidak mengetahui model dia berdoa, bisa jadi dia
ketika berdoa dicampur aduk doanya dengan kebid'ahan atau penyelisihan tehadap
syari'at.
Sebaik-baik
teladan bagi kita adalah para salafush sholih, mereka tidak meminta doa
melainkan kepada orang yang mereka kenal kesholihan (kebaikan)nya. Sangat
banyak di dalam riwayat-riwayat shohih yang menjelaskan bahwa para shohabat
meminta doa kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, begitu pula
umat-umat terdahulu mereka meminta doa kepada orang yang dikenal kesholihannya
sebagaimana kisah ghulam (anak remaja) yang didatangi oleh orang-orang untuk
meminta didoakan.
Dan ini sering
pula kita dapati di kalangan para penuntut ilmu di Darul Hadits Dammaj, jika
mereka bertemu dengan para kawan antara sesama para penuntut ilmu maka mereka
selalu meminta didoakan, ada dari mereka berkata: "Doakan supaya saya
meraih kemuliaan mati syahid!", ada pula yang meminta didoakan supaya
cepat menikah, ada pula minta didoakan supaya cepat memahami ilmu, ada pula
yang minta didoakan supaya tidak mati di Dammaj sebelum da'wah ke Indonesia,
dan berbagai macam permintaan doa sering kita dengarkan.
Adapun kalau
kamu meminta doa kepada selain orang sholih semisal ahlul bid'ah atau
pelaku ma'siat dan ternyata doanya untukmu dikabulkan maka jangan kamu
tergesa-gesa menganggap itu adalah "oleh-oleh dari si
fulan" atau ungkapan lainnya "karena doa si fulan", karena bisa
jadi itu adalah doamu sendiri yang pernah kamu berdoa langsung kepada Robbmu,
namun kemudian kamu lupa dan kebetulan terwujudnya doamu ketika berpas-pasan
dengan berdoanya si ahlul bid'ah tersebut, sebagai ujian bagimu, dan ini
terbukti sebagai ujian bagimu ketika kamu ikutkan dengan perkataanmu: "Oleh-oleh
dari hajinya si fulan".
Perkataan seperti ini wajib bagimu untuk kamu tinggalkan, dan
wajib pula bagimu untuk bertaubat, karena anak yang ada padamu itu adalah
pemberian dari Alloh dan sekaligus sebagai ujian bagimu, apakah kamu bersyukur
dan menganggapnya sebagai karunia dari Robbmu ataukah kamu menganggapnya
sebagai "oleh-oleh dari si fulan"?:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
"Dan apa
saja yang ada pada kalian dari suatu ni'mat maka itu datangnya dari Alloh".
(An-Nahl: 53).
Dan Alloh Ta'ala berkata:
{وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ
إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]
"Dan
(ingatlah), tatkala Robb kalian mengumumkan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur
maka pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepada kalian, dan jika kalian
mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim: 7).
BAB 2
HUKUM BAGI ORANG YANG
RENDAH KEDUDUKANNYA MEMINTA DOA KEPADA ORANG YANG LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA
Alloh Ta'ala
berkata tentang kisah saudara-saudara Yusuf 'Alaihis Salam yang meminta
doa kepada bapak mereka:
{قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا
خَاطِئِينَ} [يوسف: 97]
"Mereka
berkata: Wahai bapak kami mintakanlah ampun untuk kami terhadap dosa-dosa kami,
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kesalahan (dosa)". (Yusuf: 97).
Dari ayat ini,
juga hadits-hadits yang sangat banyak telah menjelaskan tentang bolehnya
meminta doa kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya daripadanya.
Dan perlu
diperhatikan bahwa dalil-dalil tersebut menjelaskan tentang mereka yang meminta
doa adalah kepada orang-orang yang jelas kesholihannya, bukan kepada pelaku
ma'siat dan bukan pula kepada pelaku bid'ah.
Pada permasalahan
ini banyak kita dapati kaum muslimin mengamalkannya yaitu mereka meminta doa
kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, apa yang mereka amalkan adalah
benar dan bahkan pernah dilakukan oleh para salafush sholih, diantaranya
adalah pada ayat tersebut, juga apa yang pernah dikatakan oleh Umar Ibnul
Khoththob kepada Rosululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam ketika
beliau memintanya:
"ادْعُ اللَّهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ، فَإِنَّ
فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ، وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ
يَعْبُدُونَ اللَّهَ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: «أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا
ابْنَ الخَطَّابِ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الحَيَاةِ
الدُّنْيَا»، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اسْتَغْفِرْ لِي".
"Berdoalah
engkau kepada Alloh untuk meluaskan (rezqi) untuk umatmu, karena sesungguhnya Persia
dan Romawi telah diluaskan atas mereka (rezqi), dan diberikan (keni'matan)
dunia kepada mereka padahal mereka tidak beribadah kepada Alloh, Rosululloh adalah
duduk bersandar, lalu berkata: "Apakah ada padamu keraguan wahai Ibnul
Khoththob, mereka itu adalah suatu kaum yang disegerakan bagi mereka
keni'matan-keni'matan di dalam kehidupan dunia", maka aku berkata:
"Wahai Rosululloh, mintakanlah ampun (kepada Alloh) untukku".
Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.
Hadits ini
sebagai pelajaran dan bimbingan untuk kaum muslimin, karena kebanyakan manusia
pada zaman ini, bila mereka melihat orang sholih maka mereka meminta doa; baik
permintaan doa itu untuk disembuhkan dari penyakit, untuk diberi rezqi, untuk
dimudahkan semua urusan, dan yang selain itu dari perkara-perkara dunia, adapun
meminta doa supaya diampuni dari dosa-dosa atau untuk perkara akhirat maka
sangat jarang bahkan sangat sedikit kita dengarkan. Allohul musta'an.
BAB 3
HUKUM BAGI ORANG YANG
LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA MEMINTA DOA KEPADA ORANG YANG LEBIH RENDAH
KEDUDUKANNYA
Di dalam
"Shohih Muslim" dari hadits Umar Ibnul Khoththob bahwa
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata tentang seorang
tabi'in:
«فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ»
"Barangsiapa
di antara kalian menjumpainya maka mintalah kepadanya untuk memintakan ampun (kepada
Alloh) untuk kalian".
Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata kepada para shohabatnya dengan perkataan tersebut,
padahal sangat jelas bahwa para shohabat lebih mulia daripada generasi
setelahnya:
«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ
الَّذِينَ يَلُونَهُمْ»
"Sebaik-baik
manusia adalah generasiku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah
mereka".
Dari
penjelasan ini menunjukan bahwa bolehnya orang yang mulia kedudukannya meminta
doa kepada orang yang lebih rendah kedudukannya, yang tentunya dia adalah orang
yang sholih, dan terkadang orang yang rendah kedudukannya itu lebih dikabulkan
doanya daripada yang lebih tinggi kedudukannya, dan terkadang sebaliknya.
Perlu
diketahui pula bahwa Alloh Ta'ala Maha mengabulkan doa, siapa saja yang
berdoa baik dia ahlul bid'ah ataupun ahlussunnah, baik dia pelaku
kebaikan ataupun pelaku dosa, jika dia bertepatan dengan waktu-waktu yang
mustajab maka tidak menutup kemungkinan untuk dikabulkan doanya, oleh karena
itu Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى
أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى خَدَمِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى
أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ،
فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ»
"Janganlah
kalian mendoakan (kejelekan) atas diri-diri kalian, jangan pula mendoakan
(kejelekan) atas anak-anak kalian, jangan pula mendoakan (kejelekan) atas
pembantu-pembantu kalian, dan jangan pula mendoakan (kejelekan) atas
harta-harta kalian, tidaklah mencocoki dari Alloh Tabaroka wa Ta'ala sesaat
dari yang diminta maka akan dikabulkan bagi kalian". Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud, dan lafazh "'ala
khadamikum" ini adalah
lafazhnya Abu Dawud.
Jadi kalaulah
kamu melihat ada seseorang didoakan oleh ahlul bid'ah atau didoakan oleh
pelaku ma'siat dan langsung terbukti doanya maka ketahuilah bahwasanya itu
bercocokan dengan waktu mustajab atau bertepatan dengan peng-amin-an
dari malaikat, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، فَإِنَّ
الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ»
"Janganlah
kalian berdoa atas diri-diri kalian melainkan dengan doa kebaikan, karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan atas apa yang kalian doakan". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Ummu Salamah.
Dari
keterangan ini jelaslah, bahwa siapapun dia dan bagaimanapun keadaannya, kalau
dia berdoa dan doanya mencocoki waktu mustajab atau bertepatan dengan
diaminkannya oleh para malaikat maka doanya akan terkabulkan, walaupun
seseorang berdoa di tempat-tempat yang dianggap berberkah seperti di Makkah
atau pada waktu haji dan umroh namun kalau tidak bercocokan atau tidak
bertepatan dengan waktu mustajab maka tidak akan terkabulkan, hal ini
sebagaimana pernah terjadi, ada seseorang yang bernama Ali Rozihiy, ketika
sedang umroh di Makkah dia bersungguh-sungguh mendoakan kejelekan atas salah
seorang ulama Ahlissunnah yang bernama Sa'id bin Da'as Al-Yafi'iy Rohimahulloh,
namun doanya tersebut tidak mengena, bahkan menjadikan dia sendiri (Ali
Rozihiy) tersesat menjadi pentolan hizbiy yang awalnya dia adalah seorang
sunniy.
Kenyataan ini
sebagai bantahan bagi yang beranggapan bahwa setiap orang yang naik haji atau
umroh maka doanya akan dikabulkan, namun seseorang akan dikabulkan doanya bila dia
berdoa bercocokan atau bertepatan dengan waktu-waktu yang mustajab.
BAB 4
HUKUM MENDOAKAN
KEJELEKAN KEPADA ORANG LAIN
Ketika kaum
kafir Rofidhoh melakukan tindak kezholiman berupa pengepungan, pengusiran dan
pembunuhan terhadap kaum muslimin di negri Yaman dan di beberapa negri di Timur
Tengah maka banyak dari kaum muslimin meminta orang-orang sholih supaya
mendokan kebaikan untuk kaum muslimin dan meminta mereka pula untuk mendoakan
kejelekan atas kaum kafir Rofidhoh.
Berbicara
tentang mendoakan kebaikan untuk orang lain telah kita jelaskan pada bab-bab
yang telah lewat, sekarang kita beranjak kepada bab baru yaitu bolehkah
mendoakan kejelekan kepada orang lain?.
Ketika
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sholat di sisi Ka'bah maka beliau
dizholimi, ditertawai dan disakiti oleh kaum kafir Quroisy, dengan sebab itu
beliau mendoakan kejelekan atas mereka, beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berdoa:
«اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ».
"Ya
Alloh (timpakanlah petaka) atas orang-orang (kafir) Quroisy". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits 'Abdulloh bin
Mas'ud.
Hadits
tersebut menunjukan bolehnya mendoakan kejelekan atas suatu kelompok. Dengan
dasar hadits tersebut maka boleh bagi kita untuk mendoakan kebinasaan atas kaum
kafir Rofidhoh, dengan kita mengucapkan doa:
"اللّهُمّ عَلَيْكَ بِالرّافِضَة".
"Ya
Alloh (timpakanlah petaka) atas Rofidhoh". Atau kita mendoakan dengan doa:
"اللّهُمّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ عَلَى الرّافِضَةِ".
"Ya
Alloh tolonglah orang-orang Islam atas Rofidhoh".
Pada
kelanjutan hadits 'Abdulloh bin Mas'ud yang diriwayatkan oleh
Asy-Syaikhon terdapat pula penjelasan bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam mendoakan kejelekan atas setiap personil dengan menyebutkan
namanya, beliau berdoa:
«اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ، وَعَلَيْكَ بِعُتْبَةَ بْنِ
رَبِيعَةَ، وَشَيْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَالوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ، وَأُمَيَّةَ
بْنِ خَلَفٍ، وَعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ».
"Ya
Alloh (timpakanlah kebinasaan) atas Abu Jahl, atas 'Utbah bin Robi'ah, Syaibah
bin Robi'ah, Al-Walid bin 'Utbah, Umayyah bin Kholaf dan 'Uqbah bin Abi Mu'aith".
Dengan hadits ini
menunjukan pula tentang bolehnya bagi kita untuk mendoakan para pembuat kerusakan,
boleh kita mendoakan tokoh-tokoh atau pentolan-pentolan Rofidhoh:
"اللّهُمّ عَلَيْكَ بِأَبِي الْعَالِيَّةَ الْحُوْثِيِّ، اللّهُمّ
عَلَيْكَ بِعَبْدِ الْمَالِكِ الْحُوْثِيِّ، اللّهُمّ عَلَيْهِمَا وَعَلَى مَنْ قَامَ
مَعَهُمَا".
"Ya
Alloh (timpakanlah petaka) atas Abul 'Aliyah Al-Khutsiy, Ya Alloh (timpakanlah
petaka) atas 'Abdul Malik Al-Khutsiy, Ya Alloh (timpakanlah petaka) atas siapa
saja yang berdiri bersama keduanya".
Bahkan
Syaikhuna Yahya bin 'Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh di dalam majelisnya
sering meminta para penuntut ilmu untuk selalu mendoakan kejelekan, kehancuran
dan kebinasaan atas Rofidhoh. Hal demikian itu karena mereka adalah orang-orang
munafiq lagi zindiq, Abul 'Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh berkata:
"إِنَّ رُؤَسَاءَهُمْ كَانُوا مُنَافِقِينَ زَنَادِقَةً.
وَأَوَّلُ مَنْ ابْتَدَعَ الرَّفْضَ كَانَ مُنَافِقًا".
"Sesungguhnya
pentolan-pentolan mereka (ya'ni Rofidhoh dan Jahmiyyah) adalah orang-orang
munafiq lagi zindiq. Dan yang pertama mengadakan (agama) Rofidhoh adalah
seorang munafiq".
Tidak
diragukan lagi tentang kekafiran mereka, mereka lebih jahat dan lebih biadab
dari pada kaum yang beragama Komunis, tidaklah seorangpun yang mereka bunuh
melainkan jenazahnya dirusakin, begitulah mereka perlakukan terhadap para
shohabat kami Ahlissunnah di Dammaj, pada bulan ini (pertengahan Syawwal 1434)
mereka membunuh Hamzah Al-Jazairiy Rohimahulloh, kemudian jenazahnya
mereka rusakin, matanya mereka tusuk dan biji matanya dicungkel, wajahnya
dihitamkan dan dibusukan badannya, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap
saudara-saudara kami ketika tragedi pertengahan Muharrom 1433.
Tidak hanya
itu, bahkan diantara kebengisan mereka, jika mereka ingin melampiaskan
kebencian mereka kepada para shohabat Nabi maka ketika anjing lewat mereka
berkata: "Aisyah bintu Abi Bakr lewat, merekapun beramai-ramai
menembaknya", begitu pula jika mereka melihat binatang-binatang hina maka
mereka menamainya dengan nama-nama para shohabat lalu mereka beramai-ramai
menembaki binatang-binatang tersebut. Mereka lebih biadab dan lebih kurang ajar
bila dibandingkan dengan para penganut agama Komunis, karena para penganut
agama Komunis masih menghargai dan memuliakan para pembawa agama mereka, adapun
Rofidhoh maka mereka tidak ada sedikitpun rasa hormat dan pemuliaan terhadap
pembawa dan pejuang agama Islam, yang para pembawa dan pejuang itu adalah para
shohabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Demikian
pembahasan yang singkat ini, semoga bermanfaat.
ونسأل
الله عز وجل أن يوفقنا وجميع المسلمين للهداية والسداد، وصلى الله وسلم على نبينا
محمد وعلى آله وصحبه.
Selesai ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin
Salim Al-Limboriy
Di Darul Hadits Dammaj
Pada malam Senin 18 Syawwal 1434
Tidak ada komentar:
Posting Komentar