Ditulis oleh:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين القائل: (فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ)، والصلاة والسلام على سيد الأنبياء والمرسلين
أما بعد:
Sesungguhnya peninggalan-peninggalan dari nenek moyang umat Islam di Maluku sangatlah banyak, dan diantara peninggalan yang paling bernilai tinggi dan paling berharga adalah Mushhaf Al-Qur'an dengan tulisan tangan.
KISAH PENULIS TERHANDAL
DARI KERAJAAN ISLAM HUAMUAL
Semasa kami masih kecil, kami mendapati saudara-saudara kakek kami yang masih hidup ketika itu, mereka berkemampuan menulis Arob dengan bagus dan rapi, bahkan mereka menulis bahasa Melayu dengan huruf-huruf Arob, khoth (goresan atau tulisan pena) mereka sangat rapi, indah dan bagus, dan ini terus menerus ada dari generasi ke generasi, bahkan kami dapati pula pada tulisan tangan bapak kami Abu Harmin Salim 'Afanallohu Waiyyah sangatlah bagus dan rapi.
Karya dan bakat seperti itu bukanlah sesuatu yang baru di dalam dunia Islam Maluku, terkhusus di Huamual (Seram Bagian Barat) namun dia sudah terwariskan dari generasi ke generasi.
Kalau dahulu di masa kerajaan Islam Huamual pada tahun 1694 Masehi sudah dikenal ada para penulis terbaik, diantara mereka adalah seorang penulis dan penerjemah Al-Qur'an yang bernama Batu Langkai Rohmatullohi 'Alaih, yang bergelar dengan Imam Tomalehu, beliau berasal dari Kerajaan Huamual (Seram Bagian Barat), beliau yang menulis Mushhaf Al-Qur'an 30 Juz, beliau menulisnya ketika di Pulau Manipa.
Pulau Manipa ketika itu termasuk dari wilayah kekuasaan Kerajaan Huamual, pulau ini terlihat dari perkampungan Limboro dan sekitarnya, di Pulau Manipa inilah Imam Tomalehu Rohimahulloh menulis Mushhaf Al-Qur'an, dan pada Mushhaf Al-Qur'an yang beliau tuliskan ini tercatat pada tahun 1694 Masehi.
Pada beberapa halaman dari Mushhaf Al-Qur'an tersebut tertuliskan terjemahannya dalam bahasa Melayu dengan berhuruf Arob dan sejumlah catatan lainnya dalam bahasa Belanda.
Kita bisa menilai bahwa nenek moyang umat Islam yang hidup di lingkungan yang terdiri dari berbagai macam latar belakang manusia, membawa mereka mampu menguasai berbagai macam bahasa, kita bisa melihat kepada Imam Tomalehu Rohimahulloh ini, beliau memahami Al-Qur'an, menulisnya hingga menuliskan terjemahannya pula pada beberapa halaman dengan bahasa Melayu dan bahasa Belanda, ini menunjukan kecerdasan beliau Rohimahulloh yang kita kagumi.
Dengan keberadaan beliau Rohimahulloh ini mengingatkan kita dengan kisah putra paman Khodijah Rodhiyallohu 'Anhuma yang bernama Waroqah bin Naufal bin Asad bin Abdil 'Uzza, yang disebutkan di dalam "Shohihul Bukhoriy" dan "Shohih Muslim" dari hadits Aisyah Rodhiyallohu 'Anha, ia berkata tentang awal mula diangkatnya Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sebagai seorang nabi dan beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sempat merasakan sesuatu yang mengkhawatirkan dirinya, Aisyah Rodhiyallohu 'Anha mengisahkan:
فانطلق به خديجة حتى أتت به ورقة بن نوفل بن أسد بن عبد العزى، ابن عم خديجة، وكان امرأ تنصر في الجاهلية، وكان يكتب الكتاب العبراني، فيكتب من الإنجيل بالعبرانية ما شاء الله أن يكتب، وكان شيخا كبيرا قد عمي
"Maka Khodijah pergi membawa beliau (Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam) hingga sampai kepada Waroqah bin Naufal bin Asad bin Abdil Uzza, putra pamannya Khodijah, dahulu beliau beragama Nashoro (agama yang dibawa oleh Isa 'Alaihissalam) pada zaman Jahiliyyah, dan beliau menulis Al-Kitab Al-Ibroniy, menulis dari Injil ke bahasa Ibroniy, masya Alloh beliau menulis, keberadaannya ketika itu adalah syaikh yang sudah tua, sudah buta".
Dengan kisah tersebut menunjukan bahwa masalah menterjemahkan ternyata sudah ada dari zaman kenabian, dan Imam Tomalehu Rohimahulloh hanyalah penerus dan pengikut terhadap metode salaf (para pendahulu) Ridhwanullohi 'Alaihim.
Pihak Departemen Agama RI telah melakukan tinjauan atau penelitian tentang keberadaan Mushhaf Manipa yang ditulis oleh Imam Tomalehu Rohimahulloh tersebut, mereka menerangkan bahwa mushhaf tersebut masih dalam keadaan baik dan lengkap, bahwa setiap halaman terdiri dari 16 baris, iluminasi awal mushhaf memperlihatkan citarasa Eropa sangat kuat bergaya Rococo, namun corak tersebut berbeda dengan bagian-bagian akhir mushhaf yang lebih bergaya kerajaan Huamual.
Dan kami sangat menyayangkan Mushhaf Manipa yang ditulis oleh Imam Tomalehu Rohimahulloh tersebut tidak didapati di negara kita Indonesia, namun dia tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden di Kerajaan Belanda.
Sesungguhnya orang-orang kafir Belanda yang datang memerangi kerajaan-kerajaan Islam di Maluku, mereka sudah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang lurus dan benar serta tidak ada perubahan padanya, namun karena mereka menginginkan kekuasaan dan kedudukan di muka bumi mereka pun enggan untuk mengikuti kebenaran, dan sombong dari menerima dan memeluk agama Islam.
Apa yang dilakukan oleh para penjajah Belanda seperti itu memiliki kemiripan dengan Raja Hiraklius, pemimpin tertinggi di negara Romawi, ketika muncul nabi akhir zaman di Jaziroh Arobiyyah, dia sudah mengetahui, dan dia berkeinginan untuk mengikutinya, namun karena kecintaannya kepada jabatan dan kedudukan serta hiasan-hiasan dunia, dia pun memilih untuk memusuhi apa yang diserukan oleh Nabi akhir zaman Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, mengerahkan seluruh kekuataan dan kekuasaannya untuk memerangi para pengikut setia Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, bersamaan dengan itu, dia tetap memelihara dan menjaga lembaran surat Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam yang dikirimkan kepadanya supaya dia masuk Islam, dan surat tersebut dia muliakan dan disimpan di tempat penyimpanan yang istimewa dan terus diwariskan kepada anak cucunya yang menjadi penggantinya ketika itu.
Adapun isi surat Rosululloh Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam yang dikirimkan kepada raja Hiraklius adalah:
بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد عبد الله ورسوله إلى هرقل عظيم الروم، سلام على من اتبع الهدى، أما بعد، فإني أدعوك بدعاية الإسلام، أسلم تسلم، يؤتك الله أجرك مرتين، فإن توليت، فإن عليك إثم الأريسين، و(قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ)
"Dengan nama Alloh yang Ar-Rohman lagi Ar-Rohim, dari Muhammad utusan Alloh dan hamba-Nya kepada Hiraklius pembesar Romawi, keselamatan bagi siapa yang mengikuti petunjuk, kemudian dari pada itu, maka sesungguhnya aku menyerumu dengan seruan Islam, berislamlah maka kamu akan selamat, Alloh akan memberikan kepadamu dua pahala, jika kamu berpaling maka sesungguhnya bagimu dosa para bawahan: "Wahai Ahlul Kitab kemarilah kalian kepada suatu kalimat yang sama diantara kami dan kalian untuk kita tidak menyembah kecuali Alloh dan kita tidak menyekutukan dengan-Nya sesuatu apapun dan sebagian kita tidak menjadikan sebagian yang lain sebagai tandingan-tandingan dari selain Alloh, jika mereka berpaling, maka katakanlah: Saksikanlah kalian bahwasanya kami adalah orang-orang muslim".
Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Abdulloh bin Abbas dari Abu Sufyan bin Harb.
Demikian isi surat Rosululloh Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam yang disimpan oleh Raja Hiraklius dan diwariskan kepada anak cucunya yang menjadi penggantinya sebagai Raja Romawi ketika itu, peninggalan berharga ini dijaga sebagaimana kaum kafir penjajah Belanda menjaga Mushhaf Manipa.
Kita bisa menilai bahwa kemungkinan besar Imam Tomalehu Rohimahulloh termasuk seorang mujahid semisal dengan Imam Bonjol Rohimahulloh, karena para penjajah Belanda bila mereka berhasil menguasai suatu tempat maka mereka akan menawan para pembesar atau para ulama di tempat tersebut, kita bisa melihat kepada Imam Bonjol Rohimahulloh, beliau ditawan, dibawa ke Ambon, kemudian ke Manado hingga dikembalikan ke Bonjol.
Bila kita melihat kepada para penjajah Belanda maka kita akan mengetahui bahwa mereka pernah menawan para tawanan dan para tokoh-tokoh pribumi, yang ada di Pulau Manipa, mereka bawa ke atas kapal lalu mereka ikat dengan batu atau yang semisalnya, ketika mereka menuju ke pertahanan mereka di Ambon, sesampainya di tengah laut, antara Pulau Manipa dan Pulau Ambon mereka tenggelamkan ke lautan para tawanan tersebut.
Dan kita tidak mengetahui dengan keberadaan Imam Tomalehu Rohimahulloh, bisa jadi beliau dibawa kemana-mana sebagaimana ketika mereka membawa Imam Bonjol Rohimahulloh, dan kemungkinan pula dengan adanya tawanan seperti ini membuat Imam Tomalehu Rohimahulloh ketika sedang ditawan mampu menguasai bahasa Belanda, sehingga beliau menuliskan pada beberapa halaman dengan bahasa Belanda.
PENULIS MUSHHAF AL-QUR'AN
DARI KERAJAAN LEIHITU
Selain Mushhaf Manipa yang ditulis oleh Imam Tomalehu Rohimahulloh ada juga
Mushhaf Kaitetu yang berasal dari pemukiman Kaitetu, pemukiman ini termasuk dari wilayah kekuasaan dari Kerajaan Islam Leihitu (Maluku Tengah).
Mushhaf Kaitetu ditulis oleh seorang penulis muda, seorang wanita yang bernama Nur Cahaya Rohmatulloh 'Alaiha, ia telah menyelesaikan menulis Mushhaf Al-Qur'an ini di Kaitetu pada tahun 1590 Masehi.
Sesuai peninjauan dan penelitian pihak Depertemen Agama RI bahwa kaligrafi mushhaf ditulis sangat konsisten dari awal hingga akhir mushhaf, penulisnya Nur Cahaya Rohmatulloh 'Alaiha terlatih dan berbakat tentang teknik penulisan, karena tulisan tersebut tidak ditemukan kekeliruan sedikit pun setelah diteliti, demikian ini menunjukan tentang keutamaan dan keistimewaan Al-Qur'an yang tidak bisa dirubah-rubah dan tidak bisa dipalsukan, Alloh Ta'ala berkata:
(إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ)
"Sesungguhnya Kami telah menurunkan Adz-Dzikr (Al-Qur'an) dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjaganya".
Alloh Ta'la menjaga Kitab-Nya Al-Qur'an melalui para ulama dan para pengemban dan pemikul da'wah, dari zaman ke zaman dan dari generasi ke generasi Alloh munculkan orang-orang semisal mereka untuk senantiasa menjaga Kitab-Nya dan syari'at-Nya.
Alloh Ta'ala terkadang menjaga Kitab-Nya dan Agama-Nya melalui peran para wanita sebagaimana wanita cerdas tersebut, di zaman shohabat Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam yang menyimpan dan menjaga Mushhaf Al-Qur'an adalah Hafshoh bintu Umar Ibnil Khoththob, dan mushhaf tersebut kemudian disalin dan telah dibaca dan disaksikan oleh kaum muslimin.
Dan kaum muslimin di Kerajaan Leihitu yang pernah melihat Mushhaf Kaitetu, mereka menerangkan bahwa halaman depan mushhaf masih lengkap berukuran 27 x 20 Cm, tebalnya 5,5 Cm, namun sangat disayangkan pada bagian akhir Mushhaf tersebut ada yang hilang.
Peninggalan berharga seperti ini masuk dalam amal sholih yang pahalanya terus mengalir bagi penulisnya, lebih-lebih kalau mushhaf tersebut pernah diajarkan, disalin ulang dan dijadikan rujukan maka sungguh itu sebagai keutamaan yang luar biasa, pahalanya terus mengalir kepada penulisnya, Rosululloh Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengatakan:
«إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له»
"Jika seseorang telah mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga: Sedekah yang mengalir pahalanya atau ilmu yang bermanfaat dengannya atau anak sholih yang mendoakannya".
Pada zaman-zaman berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam Maluku, para wanita sangat memberi peran penting dalam pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an kepada anak-anak dan para cucu serta keluarga mereka, ini terus terwariskan dari zaman ke zaman, hingga pada masa kecil kami.
Sangat menakjubkan ketika kami melihat kakak-kakak atau para paman membaca Al-Qur'an di ruangan depan sedangan para ibu atau para nenek memasak di dapur, sambil mendengarkan bacaan Al-Qur'an mereka, dan sambil membenarkan bila salah dalam bacaan mereka, para ibu atau para nenek sangat perhatian denga Al-Qur'an ini, terkhusus keluarga dari nenek Khodijah Al-Huamualiyyah Rohmatullohi 'Alaihim.
Dengan itu kami menasehatkan kepada segenap masyarakat kaum muslimin pada umumnya, dan kaum muslimin Maluku pada khususnya untuk menjaga peninggalan-peninggalan berharga seperti itu, baik itu berbentuk Mushhaf Al-Qur'an atau berbentuk tulisan-tulisan, karena suatu saat nanti para peneliti akan membutuhkan peninggalan-peninggalan seperti itu sebagai bahan penelitian mereka.
Hendaknya pemerintah, para raja, kepala-kepala dusun membuat perpustakaan umum atau ruang khusus untuk peninggalan-peninggalan orang-orang yang sudah meninggal dunia, baik itu peninggalan berupa Mushhaf Al-Qur'an, tulisan-tulisan atau buku-buku agama mereka, semua itu Insya Alloh akan bermanfaat bagi para peniliti, dan itu semuanya akan menjadi amal sholih yang pahalanya terus mengalir, Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'Anhu berkata:
إِنّ مِمّا يَلحِقِ المُؤمِنُ مِن عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعدِ مَوتِهِ عِلماً عَلّمَهُ وَنَشَرَهُ، أَو وَلَداً صَالِحاً تَرَكَهُ، أَو مُصحَفاً وَرَثَهُ، أَو مَسجِداً بَنَاهُ، أَو بَيتاً لُابِن السّبِيلِ بَنَاهُ أَو نَهراً أَجرَاهُ، أَو صَدَقَةً أَخرَجَهَا مِن ماَلِهِ فِي صِحّتِهِ وَحَيَاتِهِ ُتُلحِقُهُ بَعدَ مَوتِهِ
"Sesungguhnya dari apa-apa yang menyertai seorang mu'min dari amalannya dan kebaikan-kebaikannya setelah wafatnya adalah ilmu yang dia telah mengajarkannya dan menyebarkannya, atau anak sholih yang dia telah meninggalkannya (di dunia), atau mushhaf yang dia telah mewariskannya, atau masjid yang dia telah membangunnya, atau dia membangun rumah untuk orang yang melakukan perjalanan (rumah penginapan untuk tamu/ruang tamu), atau sungai yang dia telah mengalirkannya, atau sedekah yang telah dia mengeluarkannya dari hartanya pada masa sehatnya dan matinya maka ini semuanya menyertainya setelah kematiannya". Diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
https://ashhabulhadits.files.wordpress.com/2015/02/sejarah-kerajaan-islam-huamual.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar