Menta’ati Kedua Orang Tua Dengan Tanpa Menyekutukan Allah
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله أما بعد
Sesungguhnya Alloh Ta’ala telah membimbing hamba-hamba-Nya ketika mereka berbakti kepada kedua orang tua mereka:
(وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ)
“Dan jika keduanya berusaha (mendesak)mu supaya kamu menyekutukan-Ku, yang tidak ada bagimu ilmu maka janganlah kamu mentaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik, serta ikutilah jejak orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah tempat kembalinya kalian, lalu Aku beritakan terhadap apa yang telah kalian kerjakan”.
Pada ayat yang mulia ini terdapat beberapa bimbingan, diantaranya:
Pertama: Alloh Ta’ala membimbing hamba-hamba-Nya untuk selalu berbakti kepada kedua orang tua mereka dalam perkara kebaikan, selama bakti kepada keduanya tidak menterlantarkan hak-hak Alloh dan tidak mema’siati Alloh maka mentaati keduanya adalah diwajibkan dan diberi pahala dengannya, Al-Imam Al-Qurthubiy -Rohimahulloh- berkata:
أمر الله سبحانه لعبادته وتوحيده، وجعل بر الوالدين مقرونا بذالك، كما قرن شكرهما بشكره، فقال: (وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا)
“Alloh Subhanah telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk beribadah kepada-Nya dan mentauhidkan-Nya, dan Dia menjadikan berbakti kepada kedua orang tua bergandengan dengan demikian itu, sebagaimana Dia menggandengkan bersyukur kepada keduanya dengan bersyukur kepada-Nya, Dia berkata: “Dan Robbmu telah mewajibkan supaya kalian tidak menyembah melainkan hanya kepada-Nya dan kepada keduanya berbuat baiklah”.
Kedua: Pada ayat tersebut kita diperintah untuk mengikuti jejak orang yang kembali kepada Alloh Ta’ala, karena mengikuti jejak mereka adalah termasuk sebab utama bagi seseorang mendapatkan keridhoan dari Alloh Ta’ala, mereka adalah para shohabat dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka dengan baik, Alloh Ta’ala berkata:
(وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ)
“Dan orang-orang yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshor serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Alloh telah meridhoi mereka dan merekapun meridhoinya, Dia menyediakan untuk mereka Jannat (Surga-surga) yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, demikian itu adalah kemenangan yang besar”.
Seseorang yang berupaya untuk mengikuti jejak mereka tentu akan mendapatkan ujian, dan seseorang tidak akan bisa mengetahui bagaimana bentuk dari “jejak mereka” melainkan setelah mempelajarinya.
Bila seseorang telah bertekad untuk mempelajari bagaimana “jejak mereka” sehingga mendapatkan keridhoan dari Alloh, maka tentu dia akan dihalangi, sama saja yang menghalanginya adalah orang tuanya atau kerabat-kerabatnya. Semoga Alloh merohmati Al-Ustadz Hisyam bin Abdillah Al-Limboriy dan menjadikannya bersama para penghuni Jannah, beliau semasa hidupnya di dunia terus mengokohkan tekad dan cita-citanya untuk senantiasa menuntut ilmu agama, walaupun bujukan terus masuk kepadanya tetap beliau berupaya untuk mengikuti jejak para pendahulunya yang sholih, di saat sakitnya sudah sangat parah, beliau memikirkan bagaimana bisa memberikan manfaat kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, hingga beliau bertekad untuk menghajikan kedua orang tuanya dari harta warisan keduanya, namun ketetapan Alloh telah mendahuluinya berupa meninggalnya beliau menyusul kedua orang tuanya -semoga Alloh merohmati kami dan mereka-.
Bila seseorang telah bertekad untuk mempelajari bagaimana “jejak mereka” sehingga mendapatkan keridhoan dari Alloh, maka tentu dia akan dihalangi, sama saja yang menghalanginya adalah orang tuanya atau kerabat-kerabatnya. Semoga Alloh merohmati Al-Ustadz Hisyam bin Abdillah Al-Limboriy dan menjadikannya bersama para penghuni Jannah, beliau semasa hidupnya di dunia terus mengokohkan tekad dan cita-citanya untuk senantiasa menuntut ilmu agama, walaupun bujukan terus masuk kepadanya tetap beliau berupaya untuk mengikuti jejak para pendahulunya yang sholih, di saat sakitnya sudah sangat parah, beliau memikirkan bagaimana bisa memberikan manfaat kepada kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, hingga beliau bertekad untuk menghajikan kedua orang tuanya dari harta warisan keduanya, namun ketetapan Alloh telah mendahuluinya berupa meninggalnya beliau menyusul kedua orang tuanya -semoga Alloh merohmati kami dan mereka-.
Ketiga: Pada ayat tersebut Alloh Ta’ala jelaskan bahwa Dia adalah tempat kembali bagi hamba-hamba-Nya, bagaimana pun para hamba berusaha untuk bisa hidup sampai seribu tahun lagi namun kalau Alloh sudah menginginkan kematian atas para hamba tersebut maka mereka akan mati, Alloh Ta’ala berkata:
(كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ)
“Setiap jiwa pasti akan mati, kemudian hanya kepada Kami-lah kalian akan kembali”.
Bila para orang tua memahami bahwa mereka akan mati begitu pula anak-anak mereka akan mati, maka tentu mereka akan berupaya untuk menjadi orang-orang yang sholih, karena bila seseorang termasuk dari orang-orang sholih maka dia akan mendapatkan dua kebahagian; di akhirat dia dijadikan sebagai penghuni Jannah dan di dunia dia dijaga oleh Alloh, baik jiwanya, anak-anaknya dan hartanya sekaligus, Nabiulloh Khidir berkata kepada Nabiulloh Musa ‘Alaihimashsholatu Wassalam:
(وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا)
“Dan adapun tembok itu maka keberadanya dia adalah milik dua anak yatim di kota itu, yang di bawah tembok tersebut ada harta simpanan untuk keduanya, dan dahulunya bapak keduanya adalah orang yang sholih, Robbmu menginginkan jika keduanya sudah baligh (dewasa), keduanya mengeluarkan harta simpanan keduanya tersebut, itu sebagai rohmat dari Robbmu, dan tidaklah aku melakukannya dari perintahku sendiri, itulah penjelasan yang kamu tidak mampu bersabar padanya”.
Demikianlan keadaan orang yang sholih, bermanfaat amal sholihnya, di masa hidupnya dan sesudah kematiannya, adapun orang yang tidak mau mengikuti kebenaran, orang yang suka berbuat ma’siat dan orang yang suka berbuat syirik maka mereka tidak di atas penjagaan, bahkan harta mereka akan diikutkan binasa bersama mereka, sebagaimana Qorun, Alloh Ta’ala berkata:
(فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ ۖ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ * وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ * فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ)
“Dia (Qorun) keluar kepada kaumnya dengan penghiasannya, berkatalah orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia, seandainya kita memiliki seperti apa yang diberikan kepada Qorun, sesungguhnya dia memiliki keberuntungan yang besar. Orang-orang yang berilmu berkata: Kecelakaanlah bagi kalian, pahala Alloh adalah lebih baik untuk orang yang beriman dan yang melakukan amal sholih, dan tidaklah didapati pahala tersebut melainkan orang-orang yang bersabar. Dan Kami tenggelamkan Qorun dan rumahnya, maka tidak ada satu kelompokpun yang menolongnya melainkan Alloh dan tidaklah dia termasuk dari orang-orang yang bisa menolong (sendiri)”.
TANYA:
Minta tolong diartikan hadits ini:
Minta tolong diartikan hadits ini:
من كان همه الآخرة جمع الله شمله وجعل غناه في قلبه وأتته الدنيا وهي راغمة ومن كانت نيته الدنيا فرق عليه ضيعته وجعل فقره بين عينيه ولم يأتيه من الدنيا إلا ما كتب له
JAWAB:
Artinya:
“Barang siapa keberadaan cita-citanya adalah akhirat maka Alloh mengobarkan semangatnya, dan menjadikan kecukupannya di dalam hatinya, dunia datang kepadanya dan dia (dunia tersebut) adalah hina. Dan barang siapa keberadaan niatnya adalah dunia maka Dia menambahkan baginya kesia-siaannya, dan menjadikan kefaqirannya di hadapannya, tidaklah sesuatu dari dunia datang kepadanya melainkan hanya apa-apa yang telah dituliskan baginya”.
Artinya:
“Barang siapa keberadaan cita-citanya adalah akhirat maka Alloh mengobarkan semangatnya, dan menjadikan kecukupannya di dalam hatinya, dunia datang kepadanya dan dia (dunia tersebut) adalah hina. Dan barang siapa keberadaan niatnya adalah dunia maka Dia menambahkan baginya kesia-siaannya, dan menjadikan kefaqirannya di hadapannya, tidaklah sesuatu dari dunia datang kepadanya melainkan hanya apa-apa yang telah dituliskan baginya”.
Keterangan Hadits:
Hadits tersebut adalah shohih, diriwayatkan oleh Ahmad di dalam “Musnad”nya dan Ibnu Majah di dalam “Sunan”nya dari hadits Zaid bin Tsabit -Rodhiyollohu ‘anhu-. Al-Imam Muqbil Al-Wadi’iy memasukan hadits tersebut ke dalam “Ash-Shohih Al-Musnad mimma Laisa fish Shohihain”nya.
Hadits tersebut adalah shohih, diriwayatkan oleh Ahmad di dalam “Musnad”nya dan Ibnu Majah di dalam “Sunan”nya dari hadits Zaid bin Tsabit -Rodhiyollohu ‘anhu-. Al-Imam Muqbil Al-Wadi’iy memasukan hadits tersebut ke dalam “Ash-Shohih Al-Musnad mimma Laisa fish Shohihain”nya.
TANYA: Saya telah selesai sekolah SMA pada kelas IPA (ilmu pengetahuan alam), dan saya ingin melanjutkan studi di Universitas atau di Sekolah Tinggi, jurusan apa yang terbaik untuk saya ambil?.
JAWAB: Yang paling terbaik dan paling dibutuhkan oleh umat adalah kamu mengambil jurusan Agama Islam di marakiz (pondok-pondok pesantren) Ahlissunnah wal Jama’ah, tidak hanya itu kebaikannya, namun anda bisa memberi manfaat kepada kedua orang tua anda di dunia, dan di akhirat anda bisa memberi syafa’at kepada keduanya -dengan izin Alloh-.
Ketahuilah bahwa tidak ada ilmu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat dari pada ilmu agama, dengan keutamaan ini maka Syaikhuna Al-Hafizh Abu Hafsh Umar Al-‘Iroqiy -Rohimahulloh- berkata:
Ketahuilah bahwa tidak ada ilmu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhirat dari pada ilmu agama, dengan keutamaan ini maka Syaikhuna Al-Hafizh Abu Hafsh Umar Al-‘Iroqiy -Rohimahulloh- berkata:
ونحمد الله تعالى على أن وفقنا بالتفقه في دينه ونرجو بذلك أن الله أراد بنا خيرا، فإن النبي صلى الله عليه وسلم يقول: «من يرد الله به خيرًا يفقهه في الدين»
“Dan kita memuji Alloh Ta’ala ketika Dia memberikan taufiq kepada kita untuk mempelajari agama-Nya, dan kita berharap demikian itu bahwasanya Alloh menginginkan bagi kita kebaikan, karena Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Barang siapa yang dikehendaki oleh Alloh kebaikan untuknya maka difahamkannya agama”.
MUTIARA SALAF
* Ustadzuna Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy -Rohimahulloh- berkata:
الناس بحاجة إلى العلماء أكثر من حاجتهم إلى الأطباء
“Manusia adalah membutuhkan kepada para ulama lebih banyak dari pada butuhnya mereka kepada para dokter”.
* Syaikhuna Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al-Adniy -Rohimahulloh- berkata:
وإن أهل العلم هم سادة الناس
“Dan sesungguhnya ahlul ilmi adalah para pembesarnya manusia”.
* Shohabat yang mulia Abu Huroiroh Abdurrohman -Rodhiyallohu ‘anhu- adalah termasuk dari para pembesar di kalangan para shohabat di zaman Al-Khulafa’ Ar-Rosyidin, beliau berkata:
وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ وَيَحْضُرُ مَا لَا يَحْضُرُونَ وَيَحْفَظُ مَا لَا يَحْفَظُونَ
“Dan sesungguhnya Abu Huroiroh dahulunya selalu menyertai Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dengan kekosongan perutnya, beliau hadir terhadap apa yang mereka (para shohabat) tidak menghadirinya, dan beliau menghafal terhadap apa yang mereka tidak menghafalnya”.
* Al-Ustadz Abul Jauhar Adam bin Ahmad Al-Bandawiy Al-Andonisiy -Rohimahulloh- berkata:
وأما طالب العلم من الفقراء الذي يعرف حال نفسه فيحرص في تحصيل العلم
“Dan adapun seorang penuntut ilmu dari para fuqoro’ yang dia mengerti keadaan dirinya maka dia akan bersemangat dalam memperoleh ilmu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar