Tanya: Ustadz kasih nasehat dulu buat ana ini, ana ini sudah paling lama belajar di sini, tapi tak faham-faham, belajar nahwu kaya renang di ombak besar, terlempar-lempar sampai terbentur batu, bikin kepala pecah, belajar shorf kaya dikasih setrum sampai tegang. Sampai kadang yang ajarin kepanasan, sering ana dikasarin dan dibentak-bentak, bikin diri tambah tegang, kaya mau stress.
Jawab: Perlu akhiy ketahui -semoga Alloh memberikan kefaqihan kepada kita- bahwasanya keadaan seperti yang akhiy alami itu adalah ujian, bisakah akhiy bersabar ataukah akhiy akan putus asa hingga kemudian berpaling?!.
Sudah sangat banyak dari para thulaib yang futur dan memilih berpaling ke tempat yang hina karena lantaran sebab ini, pernah kami dapati ada seorang da’i, dia memiliki adik-adik, ibunya mempengaruhi adik-adiknya dari pintu ini, dikatakan kepada mereka:
“Kalian sudah belajar lama masih saja tidak faham, kalian tidak bisa seperti kakak kalian, kalau begitu sekolah saja, tinggalkan belajar agama!”.
“Kalian sudah belajar lama masih saja tidak faham, kalian tidak bisa seperti kakak kalian, kalau begitu sekolah saja, tinggalkan belajar agama!”.
Adik-adik dari da’i tersebut kemudian tersesat dan semakin menyimpang, maka dengan itu kami nasehatkan kepada adik-adik kami para penuntut ilmu dan selain mereka dari para penuntut ilmu untuk bersabar dan menguatkan kesabaran dalam menuntut ilmu:
اصبروا وصابروا
“Bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian”.
Dengan terus berusaha, semangat dan berdoa, dan yakinlah bahwa apa yang Alloh Ta’ala tetapkan untukmu di balik itu ada kebaikan untukmu, berbaik sangkalah kepada Robbmu.
Bila kamu khawatirkan dirimu dari pengajarmu yang kasar dan keras atau dia tidak sabar denganmu maka carilah pengajar yang penyayang dan penyabar sehingga keadaan dirimu bisa tenang dan tidak tertekan.
Sangat mengagumkan kami, ketika kami sampai di Dammaj mendapati sebagian orang-orang asing, baik dari Britonia, Amerika dan Prancis, ada dari mereka sudah sepuluh tahun lebih, namun untuk difahamkan pelajaran sangat susah, hafalan juga sangat susah, mereka menyadari sendiri keadaan mereka seperti itu, namun di sisi amalan sholih mereka paling terdepan, sampai seorang bapak asal Britonia berkata: “Kalau saya tidak bersemangat untuk mendapatkan shof pertama ketika sholat berjama’ah maka apa yang akan saya ambil dari keutamaan?!, pelajaran susah saya fahami, hafalan juz ‘amma tidak selesai-selesai…”.
Dan kami dapati keadaan mereka seperti itu, bersamaan dengan itu mereka paling bersemangat dalam beramal sholih, bahkan ketika jihad melawan kaum kafir Rofidhoh dikobarkan merekalah yang terdepan menyambut, hingga sebagian mereka membunuh dan terbunuh, dan telah disaksikan jenazah mereka sudah setahun lebih keadaannya seakan-akan baru dikubur, Insya Alloh mereka adalah para syuhada’.
Mereka yang sulit faham dan susah menghafal sering kali dijadikan bahan pembicaraan oleh orang-orang yang merasa hebat, namun ternyata malah yang dijadikan bahan pembicaraan itu lebih baik, teringat dengan saudara kami Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy Rohmatulloh ‘Alaih, ketika kami memberikan nasehat dan memotivasinya supaya terus bersama-sama untuk meraih kemulian dengan ilmu maka beliau berkata: “Ana ingin mati syahid, biar adik-adik ana yang akan menjadi para da’i di Ambon”.
Ketika beliau sudah wafat kamipun selalu mengenang beliau, kami mengakui keadaan beliau sebagaimana beliau menyadari keadaan diri beliau sendiri, bahwasanya beliau masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan dalam masalah ilmu, baik hafalan maupun pemahaman namun bersamaan dengan itu ternyata beliau lebih baik dari pada yang lainnya, dalam beramal sholih, bersedekah dan berjihad di jalan Alloh Ta’ala.
Ketika beliau sudah wafat kamipun selalu mengenang beliau, kami mengakui keadaan beliau sebagaimana beliau menyadari keadaan diri beliau sendiri, bahwasanya beliau masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan dalam masalah ilmu, baik hafalan maupun pemahaman namun bersamaan dengan itu ternyata beliau lebih baik dari pada yang lainnya, dalam beramal sholih, bersedekah dan berjihad di jalan Alloh Ta’ala.
Begitu pula Al-Akh Sufyan Al-Fransiy Rohmatulloh ‘Alaih, datang dari Prancis dengan meninggalkan jabatannya sebagai tentara, lalu datang ke Dammaj untuk menuntut ilmu, beliau ketika sampai di Dammaj, beliau belajar membaca Al-Qur’an, dan sangat susah lisan beliau melafazhkan huruf, beliau belajar mulai dari nol, belajar huruf hijaiyyah, belajar membaca dan menghafal mufrodat Arob, namun di sisi mengamalkan As-Sunnah beliau bersemangat, bila beliau melihat sampul buku tulis dari Indonesia yang terdapat gambar pemandangan indah di Indonesia, diapun mengatakatan: “Jannah (surga) lebih indah dari pada yang ini”, sambil meletakan jari telunjuknya ke sampul tersebut. Pada hishor pertama Dammaj beliau terbunuh sebagai seorang mujahid, setelah setahun lebih kemudian didapati jenazah beliau dalam keadaan utuh, bahkan teranggap paling bagus dan gagah, seakan-akan baru terbunuh.
Kami sebutkan ini, sebagai penghibur buat adik-adik para penuntut ilmu dan selain mereka dari para penuntut ilmu, bahwasanya pintu kebaikan sangatlah banyak, begitu pula dalam memberi manfaat kepada Islam dan kaum muslimin memiliki banyak bentuk, seseorang tidak bisa memberi manfaat dengan ilmu melalui lisan atau tulisannya sendiri maka dia bisa memberi manfaat ilmu melalui tulisan saudaranya atau dia melakukan amalan yang lain dengan terus bersabar dalam menuntut ilmu dan selalu duduk dengan orang-orang yang suka beramal sholih:
واصبر نفسك مع الذين يدعون ربهم بالغداة والعشي يريدون وجهه، ولا تعد عيناك عنهم تريد زينة الحياة الدنيا، ولا تطع من أغفلنا قلبه عن ذكرنا واتبع هواه، وكان أمره فرطا
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang mereka berdoa kepada Robb mereka di waktu pagi dan sore, mereka mengharap wajah-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena kamu menginginkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang telah Kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami dan dia menuruti hawa nafsunya, dan keberadaan perkaranya dia adalah melampui batas”.
Jadikanlah niat dan cita-citamu dalam menuntut ilmu adalah karena Alloh dan karena menginginkan negri akhirat (Jannah), janganlah sekali-kali meniatkan supaya mendapatkan lahan da’wah namun tekadkan niatmu dan kobarkan semangatmu dengan terus pupuk cita-citamu karena mengharapkan negri akhirat (Jannah):
من كان همه الآخرة جمع الله شمله وجعل غناه في قلبه وأتته الدنيا وهي راغمة ومن كانت نيته الدنيا فرق عليه ضيعته وجعل فقره بين عينيه ولم يأتيه من الدنيا إلا ما كتب له
“Barang siapa keberadaan cita-citanya adalah akhirat maka Alloh mengobarkan semangatnya, dan menjadikan kecukupannya di dalam hatinya, dunia datang kepadanya dan dia (dunia tersebut) adalah hina. Dan barang siapa keberadaan niatnya adalah dunia maka Dia menambahkan baginya kesia-siaannya, dan menjadikan kefaqirannya di hadapannya, tidaklah sesuatu dari dunia datang kepadanya melainkan hanya apa-apa yang telah dituliskan baginya”.
Disampaikan oleh saudara antum Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (10/1/1436).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar