Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Khutbah Al-Jum'ah - Edisi 3

Jasmine
Edisi: 3/28/10/1436
MENGENAL KALIMAT TAUHID DAN KONSEKWENSINYA
*******
KHUTBAH PERTAMA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
.إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ 
.وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
.يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ 
.يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 
.يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
أَمَّا بَعْدُ؛ 
.فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِيْ النَّارِ
ﻣَﻌَﺎﺷِﺮَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ رَحِمَنِي وَﺭَﺣِﻤَﻜُﻢُ اللَّهُ
Sesungguhnya Alloh Ta'ala telah membuatkan suatu permisalan di dalam Al-Qur'an supaya kita memperhatikan permisalan tersebut, mencermati dan mengambil pelajaran padanya, Alloh Ta'ala berkata:
(أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ)
"Tidakkah kamu melihat bagaimana Alloh membuat suatu permisalan dengan kalimat yang bagus seperti pohon yang baik, akarnya adalah kokoh (tancap di bumi) dan batangnya menjulang ke arah langit".


Pada ayat tersebut terdapat bentuk pertanyaan yang dengannya mengajak kita untuk mau memahami dan mengilmui kalimat thoyyibah yang dia adalah kalimat Tauhid, kita dituntut untuk mengilmui dan mengamalkan konsekwensinya, Alloh Ta'ala berkata:
(فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ)
"Maka ilmuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar melainkan Alloh, dan mohon ampunlah kamu terhadap dosamu, dosa orang-orang beriman laki-laki dan prempuan".
Meminta ampun kepada Alloh Ta'ala merupakan salah satu bentuk dari perealisasian konsekwensi kalimat Tauhid.
ﻣَﻌَﺎﺷِﺮَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ رَحِمَنِي وَﺭَﺣِﻤَﻜُﻢُ اللَّهُ
Merupakan tugas pokok dan terpenting bagi para nabi dan rosul adalah menda'wahkan kalimat tauhid, Alloh Ta'ala berkata:
(وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ)
"Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu dari seorang rosul melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwasanya tidak ada sesembahan dengan benar melainkan Aku, maka beribadahlah kalian hanya kepada-Ku".
Dan kalau kita melihat kepada Nabi kita Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka kita akan mengetahui bahwa seruan beliau adalah kalimat Tauhid ini, beliau keluar ke pasar-pasar dan ke jalan-jalan sambil menyerukan:
«أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ تُفلِحُوا»
"Wahai manusia ucapkanlah oleh kalian: "Tidak ada sesembahan dengan benar melainkan Alloh" maka kalian akan beruntung".
Orang-orang kafir enggan untuk mengucapkannya karena mereka mengetahui bahwa konsekwensi dari kalimat Tauhid tersebut adalah meniadakan seluruh sesembahan selain Alloh dan konsekwensinya juga adalah kewajiban untuk mengkufuri thoghut, karena inilah hakekat da'wah para rosul, Alloh Ta'ala berkata:
(وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ)
"Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang rosul supaya mereka beribadah kepada Alloh dan supaya mereka menjauhi thoghut".
Demikian itu diantara konsekwensi kalimat Tauhid, dan hakekat dari kalimat Tauhid itu sendiri adalah:
اِمتِثَالُ الأَوَامِرِ وَاجتِنَابُ النّژ
"Melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan".
Dengan demikian tidak cukup bagi seseorang hanya sekedar mengucapkan kalimat Tauhid namun dituntut baginya memahami, meyakini dan mengamalkan segala konsekwensinya, dan semua itu tidak akan terlaksana dengan baik kecuali dengan cara mengikuti Nabi kita Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dengan sebenar-benar pengikutan, Alloh Ta'ala berkata:
(وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ)
"Dan apa saja yang telah dibawa oleh Ar-Rosul untuk kalian maka terimalah, dan apa saja yang beliau larang bagi kalian maka tinggalkanlah, dan bertaqwalah kalian kepada Alloh sesungguhnya Alloh adalah pedih siksaannya".
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Sesungguhnya keimanan para hamba bertingkat-tingkat dan tingkatan yang paling tertingginya adalah kalimat Tauhid, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«الِإيمَانُ بِضعُ وَسِتُّونَ شُعبَة، فَأَعلَاهَا قَولُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ»
"Keimanan itu ada 70 (tujuh puluh) cabang lebih, yang paling tertingginya adalah perkataan: "Tidak ada sesembahan yang benar melainkan Alloh" dan yang paling rendahnya adalah menghilangkan gangguan dari jalan".
Menghilangkan gangguan atau mengingkari kemungkaran itu termasuk dari pelaksanaan terhadap konsekwensi dari kalimat Tauhid sebagaimana yang dikatakan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
«مَن رَأَى مِنكُم مُنكَرًا فَليُغَيِّرهُ بِيَدِهِ، فَإِن لَّم يَستَطعِ فَبِلِسَانِهِ، فَإِن لَّم يَستَطعِ فَبِقَلبِهِ، وِذَلِكَ أَضعَفُ الِإيمَانِ»
"Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya, jika dia tidak sanggup maka dengan lisannya, dan jika dia tidak sanggup maka dengan hatinya, dan mengingkari dengan hati itu adalah paling lemahnya keimanan".
Barang siapa menginginkan keimanannya sempurna dan bertambah kokoh maka hendaknya dia melaksanakan konsekwensi tauhid berupa melaksanakan ketaatan dan amalan kebaikan seperti berdzikir, berdoa dan membaca ayat-ayat Alloh, Alloh Ta'ala berkata:
(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman jika disebut nama Alloh maka bergetarlah hati mereka, dan jika dibacakan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka, dan mereka bertawakkal hanya kepada Robb mereka".
ﻣَﻌَﺎﺷِﺮَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ رَحِمَنِي وَﺭَﺣِﻤَﻜُﻢُ اللَّهُ
Berdzikir, bertawakkal dan berdoa semua itu termasuk dari ibadah yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya untuk Alloh, dan inilah konsekwensi dari kalimat Tauhid yang harus diwujudkan oleh setiap mu'min, Alloh Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari:
(وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
"Robb kalian berkata: Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan kabulkan doa kalian".
Dan kita sebagai hamba-Nya telah mengakui hal ini, bahkan kita sudah menjanjikan kepada-Nya supaya hanya kepada-Nya kita memohon dan beribadah, dan ini kita ucapkan di saat sholat 5 (lima) waktu:
(إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ)
"Hanya kepada-Mu-lah kami beribadah dan hanya kepada-Mu-lah kami meminta pertolongan".
Dan barang siapa menyelisihi pengakuannya ini dengan merasa enggan untuk beribadah kepada Alloh dan sombong dari berdoa kepada-Nya maka tidaklah bermanfaat pengucapannya terhadap kalimat Tauhid, Alloh Ta'ala berkata:
(إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ)
"Sesungguhnya orang-orang yang mereka congkak dari beribadah kepada-Ku maka mereka akan masuk jahannam dalam keadaan hina dina".
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala melindungi kita dari fitnah dunia dan akhirat.
.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
.وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ وَسَلَّمَ
.سُبحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمدِكَ، أَشهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنتَ، أَستَغفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيكَ
Jasmine

Tidak ada komentar:

Posting Komentar