Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum'at 35: Petir Yang Menyambar Para Tukang Sihir

 
35
KLIK GAMBAR UNTUK ENDOWNLOAD MASTER PDF Buletin AL-AMIN  Edisi: 35/Jum’at/16/Romadhon/1436
PETIR YANG MENYAMBAR PARA TUKANG SIHIR

بسم الله الرحمن الرحيم 
 :الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد
Sesungguhnya para tukang sihir dan para dukun terus berusaha dalam memperkuat sihir dan perdukunan mereka, mereka bekerja sama dengan para jin dalam melakukan ramalan dan praktek ilmu sihir dan perdukungan, para syaithon dari kalangan jin terus berusaha mendukung mereka dengan berbagai macam cara, membisikan kepada mereka tentang ilmu ghoib, padahal mereka tidak mengetahui perkara ghoib melainkan hanya sekedar ramalan dan penipuan yang mereka simpulkan dari upaya mereka ketika mencuri berita dari langit dengan cara mereka bersusun-susun dari bumi hingga ke langit, para jin saling naik menaiki hingga sampai ke langit, ketika mereka mulai memasang pendengaran dan membuka pandangan ke langit maka para malaikat langsung melemparkan mereka dengan bintang-bintang, mereka pun berjatuhan seakan-akan disambar petir, Alloh Ta'ala berkata:
 
(وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ)
 
 
"Dan sungguh benar-benar Kami telah menghiasi langit-langit dengan penerang-penerang (bintang-bintang) dan Kami menjadikan bintang-bintang tersebut sebagai alat pelempar terhadap para syaithon, dan Kami telah mempersiapkan bagi mereka azab yang menyala-nyala".
Demikianlah diantara manfaat diciptakannya bintang-bintang, Al-Imam Al-Bukhoriy menyebutkan perkataan Qotadah Rohimahumalloh:
 
خلق الله هذه النجوم لثلاث: جعلها زينة للسماء، ورجوما للشياطين، وعلامات يهتدى بها
 
"Alloh menciptakan bintang-bintang karena tiga manfaat: Dia menjadikannya sebagai hiasan langit dan sebagai alat lemparan kepada para syaithon serta sebagai alamat petunjuk dengannya (dalam mengetahui arah jalan)".
Dengan penjelasan tersebut menerangkan kepada kita bahwasanya bintang-bintang termasuk salah satu alat dalam mematahkan upaya para syaithon, sampai mereka berjatuhan bagaikan disambar petir, kemudian mereka mengabarkan berita-berita dusta kepada para dukun dan para tukang sihir, maka jadilah mereka semuanya seakan-akan merasakan sambaran petir yang membuat mereka seakan-akan dalam keadaan mabuk lalu mereka bertambah dalam berdusta, dengan itu bertambah jelaslah bahwa mereka tidak akan pernah menang dalam praktek ilmu sihir dan perdukukan mereka, Alloh Ta'ala berkata:
 
(وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ)
"Dan tidaklah menang tukang sihir itu walau dari mana saja mereka datang".
TANYA: 
Di daerah kami sering ada persengketaan antara pengguna ilmu hitam (tukang sihir) dengan pengguna ilmu putih (orang pintar), yang jadi pertanyaan saya: Apakah boleh bekerja sama dengan pengguna ilmu putih dalam melawan pengguna ilmu hitam?.
JAWAB: 
Antara pelaku ilmu hitam dan pelaku ilmu putih keduanya-duanya menurut Islam adalah sama-sama teranggap sebagai pelaku sihir, walaupun pelaku ilmu putih menganggap dirinya menggunakan ilmunya untuk kebaikan namun dia juga termasuk bagian dari sihir, yang hakekatnya seperti yang disebutkan:
من عمل الشيطان
"Termasuk dari amalan syaithon".
Ketika sudah mengetahui keberadaannya demikian maka tidak boleh bekerja sama dengan pelakunya:(وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ)
"Dan janganlah kalian bekerja sama di atas perbuatan dosa dan permusuhan, dan bertaqwalah kalian kepada Alloh, sesungguhnya Alloh adalah pedih siksaan-Nya".
Bila ada yang tetap melakukan perbuatan tersebut atau dia ingin menangkal serangan sihir atau ingin menghilangkan sihirnya dengan menggunakan ilmu putih tersebut maka sungguh dia telah melakukan penyelisihan terhadap Islam, karena Islam telah memberikan bimbingan dan solusi dalam menangkal serangan sihir dan upaya dalam menyembuhkan dari pengaruh sihir, di zaman kenabian sudah ada praktek sihir, bersamaan dengan itu Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam ketika disihir oleh orang Yahudi beliau tidak menangkalnya dengan bantuan pelaku ilmu putih, namun beliau memilih solusi dengan yang syar'iy, dan Jibril 'Alaihissalam berkata kepadanya:
«أشتكيت يا محمد؟! قال: نعم، قال: باسم الله أرقيك من كل شيء يؤذيك ومن شر كل نفس».

"Apakah kamu disihir wahai Muhammad (Shollallohu 'Alaihi wa Sallam)?, beliau menjawab: Iya, maka Jibril berkata: Dengan nama Alloh aku meruqyamu dari setiap yang menyakitimu dan dari setiap kejelekan setiap jiwa".
Dalil tersebut menjelaskan kepada kita bahwa beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam tidak meminta bantuan dan tidak pula meminta pelaku ilmu putih untuk melawan dan melepaskan sihir yang mengenainya, bahkan beliau mencukupkan hanya dengan diruqya, begitu pula ketika para shohabatnya sakit maka beliau cukupkan dengan mendoakannya, diantaranya beliau mendoakan Sa'ad Rodhiyallohu 'Anhu ketika sakit:«اللهم اشف سعدًا، اللهم اشف سعدًا اللهم اشف سعدًا»
"Ya Alloh sembuhkanlah Sa'd, ya Alloh sembuhkanlah Sa'd, ya Alloh sembuhkanlah Sa'd".
TANYA: 
Ketika kita sholat sebelum baca Bismillah dan Al-Fatihah kita berlindung kepada Alloh dari godaan syaithon yang terkutuk, apakah berlindung tersebut dibaca setiap roka'at atau hanya dibaca sekali saja seperti doa iftitah?.
JAWAB: 
Kalau dia menganggap bacaan:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
"Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syaithon yang terkutuk", sebagai bagian dari doa istiftah maka hendaknya dia membacanya hanya sekali sebagaimana ketika dia membaca doa istiftah, namun kalau dia menganggap itu bukan termasuk darinya akan tetapi dia baca karena ingin membaca Al-Qur'an yaitu Al-Fatihah maka dia membacanya setiap roka'at, karena Alloh Ta'ala berkata:
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Jika kamu membaca Al-Qur'an maka berlindunglah kamu kepada Alloh dari godaan syaithon yang terkutuk".
Ditulis oleh : Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy hafidzahullah 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar