Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Hukum Menghina Al-Qur’an

q3
TANYA: Ustadz ana mau tanya.. ada seorang guru besar pada UIN Alaudin Makassar mengatakan bahwa Al-Qur’an perlu revisi dan sebagainya, dia ini pegiat syiah dan JIL. Bagaimana pandangan Islam tentang orang seperti ini? Apa orang sepert ini boleh dipenggal kepalanya atau di perangi atau bagaimana. Jazakallah khaira. (Pertanyaan dari Makassar).

JAWAB: Orang yang menghina Al-Qur’an atau menganggap Al-Qur’an kurang dan perlu direvisi hukum asalnya orang ini adalah boleh dibunuh -sebagaimana telah kami jelaskan pada jawaban kami sebelum memulai pada salah satu pelajaran “Kitab Tauhid”-, karena orang tersebut telah kafir, Alloh Ta’ala berkata: 
(وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمَ)
“Dan jika kamu bertanya kepada mereka, maka tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”, katakanlah: Apakah kepada Alloh, ayat-ayat-Nya dan rosul-Nya kalian perolok-olok, janganlah kalian meminta maaf karena sungguh kalian telah kafir setelah kalian beriman”.
Jika kita melihat kepada sebab diturunkan ayat tersebut maka kita akan mengetahui bahwa mereka mengolok-olok Ar-Rosul dan para shohabatnya, disifati dengan sifat-sifat yang jelek, dengan itu seorang shohabat yang mendengar percakapan mereka langsung menghukumi bahwa mereka itu adalah munafiqun, lalu dilaporkan kepada Ar-Rosul tentang keberadaan mereka, dan Ar-Rosul tidak menjatuhkan hukuman mati kepada mereka karena akan menimbulkan fitnah, sebagaimana yang telah kami jelaskan pada jawaban kami sebelum memulai pelajaran “Kitab Tauhid” bahwa Ar-Rosul tidak mengizinkan Umar dan Kholid Rodhiyallohu ‘Anhuma untuk memenggal kepada Dzul Khuwaisiroh:
حتى لا يقول الناس أن محمدا صلى الله عليه وسلم يقتل أصحابه
“Sampai tidak mengatakan manusia bahwa Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam membunuh para shohabatnya”.
Dengan itu tidaklah dibunuh orang tersebut, dan ini menjadi salah satu penghalang atau pencegah dari membunuh mereka, dan rincian jawabannyabisa didengarkan kembali pada jawaban kami sebelum kami memulai pelajaran “Kitab Tauhid”.Wallohu A’lam wa Ahkam.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Hafizhohulloh di Durrah Salalah-Oman pada (17/6/1436).16:21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar