Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum'at 29: Meraih Kecintaan Allah Dengan Beramal Shaleh

Buletin AL-AMIN Edisi: 29/Jum'at/4/Sya'ban/1436
MERAIH KECINTAAN ALLOH DENGAN BERAMAL SHOLEH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
:الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ
Pada edisi kali ini Insya Alloh kami akan memuat tulisan dari saudara kami Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Rodhiya'anhu, yang kami kutipkan dari salah satu tulisan tangan beliau berupa penjelasan ringkas tentang hadits 'Abdulloh bin Mas'ud Rodhiyallohu 'anhu yaitu:
عَن أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ –وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ إِيَّاسٍ- قَالَ: حَدَّثَنَا صَاحِبُ هَذِهِ الدَّارِ وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى دَارِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
Dari Abu 'Amr Asy-Syaibaniy –dan nama beliau adalah Sa'd bin Iyyas-, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku pemilik rumah ini, dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya ke rumah Abdulloh bin Mas'ud, beliau berkata: Aku bertanya kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam amalan apakah yang paling dicintai oleh Alloh?, Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Sholat pada waktunya", beliau bertanya lagi: Kemudian apa?, Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Berbuat baik kepada kedua orang tua", beliau bertanya lagi: Kemudian apa?, Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menjawab: "Jihad di jalan Alloh, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku dengan semua itu, dan kalaulah aku menambahkan (pertanyaan) kepada beliau maka beliau akan menambahkan (jawaban) kepadaku".
Perkataannya:
الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا
"Sholat pada waktunya"
Yaitu di awal waktu, sebagaimana dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy Rohimahulloh di dalam "Ta'liq Riyadhish Sholihin" (hal. 169).
Perkataannya:
بِرُّ الْوَالِدَيْنِ
"Berbuat baiklah kepada kedua orang tua".
Yaitu berbuat baiklah kepada keduanya dan janganlah menyakitinya karena hak keduanya merupakan paling kuatnya hak-hak atasmu setelah hak Alloh, sehingga Alloh pada sebagian perkataan-Nya menggabungkan hak keduanya, dan berbuat baik kepada keduanya dengan perintah mentauhidkan-Nya, contohnya perkataan Alloh:
{وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا} [النساء : 36]
"Dan beribadahlah kalian kepada Alloh, dan jangan kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun serta berbuat baiklah kalian kepada kedua orang tua kalian". (An-Nisa': 36).
Perkataannya:
الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
"Jihad di jalan Alloh"
Jihad disini mencakup jihad dengan pedang dan alat-alat perang yang baru, serta jihad dengan lisan seperti memberikan nasehat, amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran), berda'wah dan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan juga jihad dengan tulisan, dengan jalan menjelaskan al-haq dan membelanya, serta mengingatkan dari kebatilan dan lain-lain.
Faedah:
Telah ada dalam riwayat lain bahwasannya Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
ألا أنبئكم بخير أعمالكم وأرضاها عند مليككم وأرفعها في درجاتكم وخير لكم من إعطاء الذهب والورق ومن أن تلقوا عدوكم فتضربوا أعناقهم ويضربوا أعناقكم؟، قالوا: وما ذاك يا رسول الله؟: قال: ذكر الله.
"Aku akan perintahkan kepada kalian dengan paling utamanya amalan kalian, paling diridhoinya di sisi Robb kalian, paling tingginya derajat kalian, dan paling baiknya bagi kalian dari memberikan emas dan perak, serta dari berpapasan dengan musuh kalian lalu kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian?", mereka (para shohabat) berkata: Dan apakah itu wahai Rosululloh?, beliau berkata: Mengingat Alloh".
Riwayat lain mengatakan:
سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ
"Ditanya Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam tentang amalan yang paling utama? Maka beliau menjawab: "Beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya", dikatakan: Kemudian apa? Beliau berkata: Jihad di jalan Alloh, dikatakan: Kemudian apa? Beliau menjawab: "Haji mabrur"
   Faedah hadits, diantaranya:
  1. Amalan yang dicintai Alloh adalah sholat pada waktunya, kemudian berbuat baik kepada kedua orang tua dan jihad fi Sabillah.
  2. Sesungguhnya amalan mempunyai tingkatan yang berbeda-beda ditinjau dari keafdholannya.
  3. Sesungguhnya amalan akan lebih tinggi derajatnya dari yang lainnya apabila amalan tersebut dicintai oleh Alloh Ta'ala.
  4. Pada hadits ini menetapkan sifat "mahabbah" bagi Alloh Ta'ala.
  5. Keutamaan bertanya tentang ilmu.
Demikian apa yang dijelaskan oleh saudara kami Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Rodhiya'anhu, dan kami melihat perlu untuk kami tambahkan sedikit faedah berupa suatu amalan yang merupakan sebab utama kecintaan Alloh kepada hamba-Nya yaitu pengikutan kepada Rosul-Nya Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, Alloh Ta'ala berkata:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [آل عمران: 31]
"Katakanlah (Wahai Ar-Rosul): "Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh, maka ikutilah aku, niscaya Alloh mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian", dan Alloh adalah Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)". (Ali Imron: 31).
Seseorang tidak akan mungkin bisa melakukan suatu amalan yang mengantarkan kepada kecintaan Alloh melainkan dengan cara mengikuti Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, amalan-amalan seperti "sholat pada waktunya", "berbuat baik kepada kedua orang tua", dan "jihad di jalan Alloh" akan menjadi penyebab kecintaan Alloh Ta'ala kepada pelakunya manakalah pelakunya melakukannya di atas bimbingan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Ketika seseorang telah melaksanakan semua itu berdasarkan pengikutan kepada bimbingan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka sudah menjadi suatu kepastian bahwa Alloh Ta'ala akan mencintainya, Syaikhul Islam Abul Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh wa Rodhiya'anhu berkata:
فاتباع سنة رسوله صلى الله عليه وسلم واتباع شريعته باطنا وظاهرا هي موجب محبة الله كما أن الجهاد في سبيله وموالاة أوليائه ومعاداة أعدائه هو حقيقتها كما في الحديث أوثق عرى الإيمان الحب في الله والبغض في الله وفي الحديث من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل المحبة
"Mengikuti sunnah Rosulillah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan mengikuti syari'at-Nya secara batin dan zhohir adalah mengharuskan kecintaan bagi Alloh sebagaimana jihad di jalan Alloh, berloyalitas kepada para wali-Nya dan memusuhi musuh-musuh-Nya adalah hakekat dari kecintaan (kepada-Nya) sebagaimana di dalam hadits: "Pengokoh tali keimanan adalah cinta karena Alloh dan benci karena Alloh", dan di dalam hadits: "Barang siapa mencintai karena Alloh, membenci karena Alloh dan memberi karena Alloh dan menahan karena Alloh maka sungguh dia telah menyempurnakan kecintaan".
Ditulis oleh :
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Aafaahullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar