Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum’at 23- Hakekat Rihlah (Menempuh Perjalanan Jauh)

23
Buletin AL-AMIN Edisi 23/Jum’at/13/6/1436
HAKEKAT RIHLAH (MENEMPUH PERJALANAN JAUH)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده.أما بعد
Rihlah atau melakukan perjalanan jauh (penjelajahan) terbagi kepada dua bagian:
Pertama: Rihlah yang disyari’atkan, contohnya rihlah untuk menuntut ilmu, atau melakukan hijroh atau rihlah karena diusir dari suatu negeri atau rihlah untuk berziaroh kepada keluarga, dan dalilnya Insya Alloh akan kami sebutkan pada penukilan dari tulisan kami.
Adapun rihlah untuk menziarohi keluarga maka dalilnya adalah perbuatan Kholilulloh Ibrohim ‘Alaihishsholatu Wassalam yang melakukan perjalanan jauh dari Palestina ke Makkah dengan tujuan menziarohi putranya Nabiulloh Isma’il bersamaan dengan itu beliau membangun Ka’bah bersama putranya, juga dengan dalil tentang kisah seseorang yang melakukan perjalanan menuju saudaranya, Alloh Ta’ala mengutuskan malaikat dalam bentuk manusia untuk menanyakannya:
أين تريد؟
“Kemana engkau ingin pergi?”. Dia menjawab:
أزور أخًا لي في هذه القرية
“Aku akan menziarohi saudaraku di negeri ini”. Malaikat berbentuk manusia tadi bertanya kepadanya:
هل لك من نعمة تربها عليه؟
“Apakah bagimu ada dari suatu keni’matan yang akan kamu berikan kepadanya?”. Dia menjawab:
لا، غير أني أحببته في الله
“Tidak ada, melainkan aku mencintainya karena Alloh”.
Malaikat berbentuk manusia tadi berkata:
إني رسول الله إليك أن الله قد أحبك كما أحببته
“Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu sesungguhnya Alloh benar-benar mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu tersebut”.
Kedua: Rihlah yang tidak disyariatkan, contohnya rihlah untuk mengunjungi kuburan atau masjid selain dari tiga masjid yaitu masjid Nabawiy, masjid Harom dan masjid Al-Aqsho’, dan masalah ini kami akan kutipkan tulisan kami yang kami tuliskan ketika sedang melakukan perjalanan dari Hudaidah-Yaman menuju Jizan di Kerajaan Saudi Arobia

حقيقة الرحلة
HAKEKAT RIHLAH

بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده
Dengan nama Alloh yang Ar-Rohman lagi Ar-Rohim, segala puji bagi Alloh Yang Satu-satu-Nya, sholawat dan salam untuk orang yang tidak ada Nabi lagi setelahnya.
فلا زال أهل العلم يرحلون من قطر إلى قطر وبلد إلى بلد
Maka senantiasa para ahlul ilmi melakukan rihlah dari satu kota ke kota yang lain dan dari suatu negeri ke negeri yang lain.
وكان رسول الله موسى عليه الصلاة والسلام رحل إلى مجمع البحرين من أجل أن يلتقي نبي الله الخضر صلى الله عليه وسلم، قال موسى للخضر: هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا….
“Dan dahulu Rosululloh Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam telah melakukan rihlah ke Majma’al Bahroin karena ingin berjumpa dengan Nabiulloh Al-Khidhir Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, Musa berkata kepada Al-Khidhir: “Apakah boleh aku mengikutimu supaya engkau mengajariku tentang apa-apa yang telah diajarkan kepadamu suatu petunjuk?”....
وقد رحل الإمام أحمد بن محمد بن حنبل وغيره إلى صنعاء
Dan sungguh telah rihlah Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dan selain beliau ke Sana’a.
ورحل جابر بن عبد الله إلى عبد الله بن أنيس بمصر من أجل حديث واحد
Dan telah rihlah Jabir bin Abdillah ke Abdulloh bin Unais di Mesir karena satu hadits.
ورحل طلاب كثيرون إلى دار الحديث بدماج….
“Dan telah rihlah para penuntut ilmu yang banyak ke Darul Hadits Dammaj….
والرحلة لطلب العلم بمثل هذا فيه فضل، قال رسول الله محمد صلى الله عليه وسلم: «ومن سلك طريقًا يلتمس فيه علمًا سهل الله طريقًا إلى الجنة»
Dan rihlah untuk menuntut ilmu semisal ini padanya keutamaan, Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari suatu ilmu padanya maka Alloh mudahkan baginya jalan menuju Jannah (Surga)”.
وأما الرحلة من أجل زيارة المساجد فلا تكون إلا إلى ثلاثة المساجد، قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: «لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد: مسجدي هذا، والمسجد الحرم، ومسجد الأقصى»
Adapun rihlah karena tujuan mengunjungi masjid-masjid maka dia tidak akan ada kecuali hanya kepada tiga masjid, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Janganlah kamu melakukan rihlah kecuali ketiga masjid; masjidku ini, masjid Harom dan masjid Al-Aqsho”.
الزيارة إلي غير هذه المساجد الثلاثة بدعة
Ziaroh kepada selain tiga masjid ini adalah bid’ah.
وإذا كانت الزيارة إلى غير هذه الثلاثة من أجل طلب العلم فهي سنة، والملائكة تضع أجنحتها لطالب العلم ومجالسه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «إن الملائكة لتضع أجنحتها لطالب العلم رضًا بما يطلب»
Dan jika keberadaan ziaroh kepada selain tiga masjid ini karena tujuan menuntut ilmu maka dia adalah sunnah, dan malaikat menaungkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu dan majelisnya, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Sesungguhnya malaikat menaungkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu dalam keadaan ridho terhadapyang dituntutnya”.
وقال النبي صلى الله عليه وآله وسلم: «إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين ليصلون على معلم الناس الخير حتى الحيتان في الماء، وحتى النملة في جحرها».
Dan An-Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Sesungguhnya Alloh, para malaikat-Nya dan penduduk langit-langit serta penduduk bumi-bumi bersholawat untuk orang yang mengajari manusia kepada kebaikan, bahkan ikan-ikat di dalam air dan bahkan semut-semut di dalam sarangnya (ikut pula bersholawat)”.
أبو أحمد محمد بن سليم الأندونيسي في الطوال بالمملكة العربية السعودية (12/6/1436).
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Andonisiy di Thowal di KSA (Kerajaan Saudi Arobia) pada (12/6/1436).
TANYA: Apakah benar bahwa perang di Yaman sekarang ini hanyalah siasat?.
JAWAB: Iya perang di Yaman adalah siasat, untuk Ahlussunnah adalah siyasah syar’iyyah dan untuk syi’ah-rofidhoh adalah siyasah syaithoniyyah.
Para rofidhoh menganggap bahwa Al-Hajuriy ya’ni Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy Hafizhohulloh lari ke KSA (Kerajaan Saudi Arobia) dalam rangka mencari pendekatan dengan pihak kerajaan guna membuat siasat dalam rangka memerangi syi’ah-rofidhoh, maka kita katakan: “Demikian itulah siyasah syar’iyyah”, para shohabat yang dipimpin oleh Ja’far bin Abi Tholib melakukan hijroh dari Makkah ke Habasyah dan mendapatkan perlindungan dari raja Najasyiy, itulah siyasah syar’iyyah, juga Al-Imam Abul Hasan Muhammad An-Najdiy mendapatkan perlindungan dari raja Su’ud hingga bersama-sama memerangi rofidhoh dan memerangi kaum musyrikin dan berhasil memproprandakan mereka, semua itu adalah siyasah syar’iyyah.
Adapun yang dilakukan oleh syi’ah-rofidhoh dengan cara menculik kami, memenjara kami, menutup majelis ilmu dan mereka menjalin kerja sama dengan Ali Abdulloh Sholih dalam memerangi Ahlussunnah maka siasat mereka adalah siyasah syaithoniyyah, kaum muslimin yang memerangi mereka Insya Alloh berada di atas jihad fii Sabilillah, yang terbunuh dari kaum muslimin Insya Alloh mati syahid:
«من قتل دون ماله فهو شهيد، ومن قتل دون دمه فهو شهيد، ومن قتل دون دينه فهو شهيد»
“Barang siapa terbunuh karena (membela) hartanya maka dia adalah mati syahid, barang siapa terbunuh karena (membela) darahnya maka dia adalah mati syahid, dan barang siapa terbunuh karena (membela) agamanya maka dia adalah mati syahid”.

PERMATA SALAF

* Syaikhul Islam Abul Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh mengatakan:
ما يصنع أعدائي بي؟! أنا جنتي وبستاني في صدري، أنى رحت فهي معي لا تفارقني، وإن حبسي خلوة، وقتلي شهادة، وإخراجي من بلدتي سياحة
“Apa yang akan diperbuat musuh-musuhku kepadaku?, aku, surgaku dan tamanku di dalam dadaku, sungguh aku pada ketenangan, dia adalah bersamaku dan dia tidak akan berpisah denganku, dan jika aku dipenjara maka penyendirian (bagiku), dan aku dibunuh maka mati syahid (bagiku) dan aku dikeluarkan dari negeriku maka tour (bagiku)”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar