Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

BIOGRAPHI: Mengenang Syaikhuna Abu Abdillah Ma’mun Adh-Dholi’iy Rohimahullah

Syaikhuna Abu Abdillah Ma’mun Adh-Dholi’iy Rohimahulloh 2
ترجمة شيخنا أبي عبد الله مأمون الضا لعي رحمه الله
NAMA DAN NASAB BELIAU
Beliau adalah Syaikhuna Abu Abdillah Ma’mun bin Abdillah bin Sholih Adh-Dholi’iy Rohimahulloh.
Beliau Rohimahulloh berasal dari propinsi Dholi’, bertetangga dengan propinsi Ibb di Yaman.
KESUNGGUHAN BELIAU DALAM MENUNTUT ILMU
Beliau Rohimahulloh termasuk salah satu penuntut ilmu yang memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu, sampai seorang syaikh berkata tentang beliau:
الشيخ مأمون الضالعي يحفظ القرآن، ورياض الصالحين
“Asy-Syaikh Ma’mun Adh-Dholi’iy, beliau hafal Al-Qur’an dan Riyadhush Sholihin”.

Demikian persaksian seorang syaikh tersebut tentang hafalan beliau.
Beberapa hari sebelum terjadi pengepungan Dammaj, beliau meminta kepada kami untuk memberikan beberapa mutun ahadits untuk beliau hafal sebagai tambahan hafalan beliau tentang “Mukhtshor Shohih Muslim” yang telah beliau hafal, karena setelah ‘Idul Adha beliau akan keluar da’wah, namun belum sempat keluar sudah terjadi pengepungan terhadap Dammaj dan terjadi perang dahsyat.
BELIAU ROHIMAHULLOH TERMASUK PENGAJAR DI DARUL HADITS DAMMAJ DAN SERING KELUAR DA’WAH
Beliau Rohimahulloh ketika di Dammaj menekuni ilmu “Mustholah Hadits”, beliau mengajarkan ilmu syar’iy pada bidang tersebut secara silsilah (berurutan), mulai dari “Baiquniyyah” hingga “Dhowabith Al-Jarhi Watta’dil”.
Beliau Rohimahulloh sering keluar da’wah, dan salah satu rekaman muhadhoroh beliau yang sudah tersebar dengan judul:
البيان لما ينتقده الحزب الجديد وغيره من أمور عقدية وغيرها على شيخنا الناصح الأمينيحيى بن علي الحجوري حفظه الله
“Penjelasan terhadap apa-apa yang dikritik oleh para hizbiy baru (ya’ni Abdurrohman Al-‘Adniy serta jaringannya), dan selain hizbiy baru dari perkara-perkara aqidah dan selainnya atas Syaikhuna An-Nashihul Amin Yahya bin Ali Al-Hajuriy semoga Alloh menjaganya”.
Seorang syaikh berkata tentang beliau:
ومدرس في دار الحديث بدماج.
“Dan beliau adalah pengajar di Darul Hadits Dammaj”.
KITAB DAN KARYA TULIS BELIAU
Beliau disamping menuntut ilmu, mengajar dan keluar berda’wah, beliau menyempatkan pula membahas dan menulis, beliau berserikat dengan kami dalam memegang kunci ruang komputer Darul Hadits Dammaj, beberapa hari sebelum adanya pengepungan terhadap Dammaj, beliau meminta tolong kepada kami untuk mengirimkan dua tulisan beliau ke salah satu penerbit kitab di Mesir, beliau menemani kami ke internet, lalu kami kirimkan dua tulisan beliau tersebut, semoga Alloh memberkahi tulisan-tulisan kami dan tulisan-tulisan beliau dan menjadikannya bermanfaat.
Diantara tulisan beliau yang sudah terbit adalah:
1. Asy-Syarhu Al-Mukhtashor ‘ala An-Nuzhatin Nazhor, dan kitab ini telah diajarkan oleh beberapa para da’i di Darul Hadits.
2. Nashihatun Liahlissunnati khushushon Walilmuslimina ‘Umuman”.
Salah seorang syaikh berkata tentang beliau:
وله مؤلفات وتحقيقات وردود علمية
“Dan beliau memiliki tulisan-tulisan, penjelasan-penjelasan berupa catatan kaki dan bantahan-bantahan ilmiyyah”.
Dan berkata pula seorang syaikh:
أفادني بها الأخ طالب الجحافي ومن ردودهالبيان لما ينتقده الحزب الجديد وغيره من أمورعقدية وغيرها على شيخنا الناصح الأمين يحيى بن علي الحجوري حفظه الله
“Al-Akh Penuntut Ilmu Al-Jihafiy telah memberikan faedah kepadaku tentang bantahan-bantahan beliau, dan diantara bantahan-bantahan beliau adalah: “Penjelasan terhadap apa-apa yang dikritik oleh para hizbiy baru (ya’ni Abdurrohman Al-‘Adniy serta jaringannya), dan selain hizbiy jadid dari perkara-perkara aqidah dan selainnya atas Syaikhuna An-Nashihul Amin Yahya bin Ali Al-Hajuriy semoga Alloh menjaganya”.
LUASNYA WAWASAN BELIAU
Walaupun beliau Rohimahulloh menekuti bidang “Ilmu Mustholah” namun bukan berarti beliau lemah dalam masalah ilmu yang lainnya, justru beliau menonjol pula pada bidang yang lainnya, pernah kami mendengarkan penjelasan beliau yang lebih terperinci tentang aqidah, ketika ada salah seorang pengajar aqidah memiliki satu permasalahan, maka beliau menjelaskannya dengan lebih terperinci dan lebih mendeteil.
Ini menunjukan bahwa setiap ada yang berilmu mesti ada yang lebih berilmu darinya:
وفوق  كل ذي علم عليم
“Dan di atas setiap orang yang berilmu itu ada lagi yang lebih berilmu”.
MENYAMBUT SERUAN JIHAD
Kebiasaan beliau Rohimahulloh dalam setiap harinya adalah menuntut ilmu, mengajar, membahas dan menulis, bersamaan dengan itu beliau menjadi komandan (penanggung jawab) jaga di Jabal Thullab untuk orang-orang Dholi’, ketika beliau mencari kami untuk meminjam kunci ruang  komputer dan mengetahui kami sedang jaga, maka beliau menuturkan bahwa beliau selaku penanggung jawab jaga untuk qobilahnya tidak dikenai jaga, karena terus mengontrol pasukannya, beliau menginkan agar kami tidak ikut jaga namun cukup mengontrol pasukan jaga saja, namun kami ingin merangkul, bisa jaga dan bisa mengontrol yang jaga.
Namun masya Alloh, ketika sudah bunyi tembakan-tembakan maka beliau langsung meninggalkan aktivitasnya dan langsung menuju medan, tempat terjadinya pertempuran.
Kebiasaan beliau sering ke Jabal Thullab, namun ketika beliau mendengar bahwa Syaikhuna Abu Abdillah Kamal bin Tsabit Al-Adniy Rohimahulloh telah terbunuh di Masaddir maka beliau langsung turun dari Jabal Thullab menuju ruang komputer dengan berpakaian lengkap untuk siap tempur, ketika beliau berjumpa dengan kami di jalan dari arah Wathon, maka kami bersama-sama ke ruang komputer, beliau mengambil sesuatu dari ruang komputer kemudian langsung ke Masaddir untuk menjemput mati syahid -semoga Alloh menjadikan kami dan beliau termasuk dari para syuhada’-.
Beliau Rohimahulloh bersama sepasukan sekitar dua puluh orang bergegas menuju pemukiman Alu Manna’ untuk maju ke Masaddir, ketika kami dari Wathon melihat serangan Rofidhoh semakin dahsyat terhadap Masaddir, maka kami bersama pasukan Asy-Syaikh Abdulloh Muzahim Rohimahulloh yang masih tersisa di maktabah langsung bergegas menuju Alu  Manna’, sesampainya kami di Alu Manna’, kami mendapati beberapa kawan menemani Syaikhuna Al-‘Amudiy ‘Afallohu ‘anhu yang sedang terluka, kami menanyakan bagaimana dengan keadaan Syaikhuna Ma’mun Rohimahulloh, mereka menjawab bahwasanya beliau dan beberapa kawan sudah tidak bisa mundur karena sudah terjepit, kami mencoba memperhatikan dari salah satu rumah tinggi di ujung Alu Manna’ namun tidak terlihat lagi, pada besok harinya kami bersama lima kawan mencoba untuk maju, namun sudah tidak bisa lagi, karena Rofidhoh bertambah maju ke kebun di dekat Alu Manna’, kami berlima hanya bertahanan di perbatasan, di tengah kebun anggur antara Alu Manna’ dengan Masaddir, dari pagi hingga jam satu malam baru kami bisa keluar dari perbatasan tersebut. Ketika kami keluar, kami berjumpa dengan Muhammad Rofi’iy Al-Jawiy Rohimahulloh, beliau berkata: “Dari mana antum tadi?”, kami menjawab: “Dari kebun di depan sana”, beliau langsung berucap: “Astaghfirulloh, kami mengira yang di sana itu Hutsiy (Rofidhoh), ngawur sekali orang-orang Shoumalia yang jaga di bawa pohon itu, mereka bilang yang di depan mereka para Hutsiy, sayapun menembakan mortir ke tempat antum tadi, juga ana ditelpon pasukan di Wathon ke arah mana mereka akan tembakan mortir, ana bilang ke kebun itu, ternyata di situ antum, afwan akhana, Astaghfirullah, terus tembakan mortir kami tadi jatuh di mana?”, kami jawab: “Kami tidak tahu lagi, yang jelas mortirnya jatuh kiri kanan, muka belakang, dan berkali-kali tank Hutsiy menembak kami, sampai senjata kami tertimbun tanah, belum lagi mereka bertambah dekat, hingga menghujani kami dengan lemparan-lemparan geranat…..”. Beliau berkata: “Alhamdulillah antum tidak apa-apa”. Kami jawab: “Alhamdulillah, namun kawan-kawan kita sekitar tiga puluh orang sudah tidak bisa lagi mundur”, mungkin sudah pada meninggal”.
Besok paginya, seorang orator Rofidhoh berteriak lewat pengeras suara dengan menyatakan bahwa kawan-kawan kami telah mati di kebun-kebun anggur, mereka menantang “mana karomahnya mereka?, kenapa jenazah-jenazah mereka telah hancur dan busuk?”, padahal ketika itu mereka baru selesai menghancurkan dan merusak tubuh-tubuh para jenazah kawan-kawan kami, sebagaimana dahulu mereka merusak jenazah kawan-kawan kami pada pengepungan pertama, dan tampak kejelekan dan kedustaan mereka, ketika salah seorang kawan terbunuh di kebun anggur, setengah badannya tertimbun tanah dan setengah badannya lagi terlihat, para Rofidhoh merusak badan yang  yang terlihat tadi hingga yang tersisa hanya tengkorak namun sebagian yang tertimbun masih utuh, tidak dimakan oleh tanah.
Ketika Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy ‘Afallohu ‘anhu memutuskan untuk keluar dari Dammaj, dengan memberikan beberapa persyaratan, diantaranya memberikan tengkorak-tengkorak dari jenazah kawan-kawan kami, maka pada hari kedua sebelum keluar dari Dammaj, dikumpulkanlah jenazah-jenazah tersebut, semuanya tiga puluh lebih jenazah, dan semuanya dikebumikan di pemakan syuhada’ baru di Dammaj, -semoga Alloh menjadikan kami dan mereka termasuk dari para syuhada’.
Ditulis oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu pada tanggal 19 Dzulqo’dah 1435.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar