Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Khutbah: Edisi 1 – Jum’at/18/Rabiul Awwal/1436 – Keutamaan Ilmu dan Orang Yang Berilmu

Khutbah Jum'at
Keutamaan Ilmu dan Orang Yang Berilmu
السّلَامُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ  لِلَّهِ، نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرهُ، وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهدُ أَن مُحَمدًا عَبدُ اللهِ وَرَسُولُهُ.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾.﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾.
 ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾.  أَمّا بَعدُ:
Khutbah jum'at 1Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.Ketahuilah bahwasanya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah berkata sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim di dalam “Shohih” keduanya dari hadits Mu’awiyah Rodhiyallohu ‘Anhu:
«مَن يُردِ اللهُ بِهِ خَيرًا يُفَقّهُ فِي الدّينِ»
Barang siapa yang Alloh kehendaki dengannya suatu kebaikan maka Dia memahamkannya tentang agama“.Pada hadits yang mulia ini, memberikan penjelasan kepada kita bahwasanya kalau Alloh Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kebaikan kepada seseorang maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala akan memudahkan baginya untuk memahami ilmu agama, Syaikhul Islam Abul Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh berkata:
وَلَازِمُ ذَلِكَ أَنّ مَن لَم يُفَقّههُ اللّهُ فِي الدّينِ لَم يُرِد بِهِ خَيرًا
Dan mengharuskan demikian itu bahwasanya orang yang tidak difahamkan kepadanya oleh Alloh tentang agama maka tidaklah diinginkan dengannya kebaikan“. Dengan keterangan tersebut bertambah jelaslah kepada kita, bahwa kebaikan tidak akan diketahui dan tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu, dengan ilmu seseorang akan meraih keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, Ibnul Wazir Rohimahullohu mengatakan tentang ilmu ini:

هُوَ أَصلُ النّجَاةِ وَالسّعَادَةِ إِذ هُوَ الدّاعِي إِلَى أَسبَابِ الخَيرِ الصّارِفُ عَن أَسبَابِ الشّرّ
Dia adalah landasan keselamatan dan kebahagiaan, karena dia adalah yang menyeru kepada sebab-sebab kebaikan, dia juga yang memalingkan dari sebab-sebab kejelekan“.
Al-Imam Asy-Syafi’iy Rohimahulloh berkata:
مَن أَرَادَ الدّنيَا فَعَلَيهِ بِالعِلمِ، وَمَن أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيهِ بِالعِلمِ
Barang siapa menginginkan dunia maka wajib baginya dengan berilmu, dan barang siapa menginginkan akhirat maka wajib baginya dengan berilmu“.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-. Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang keutamaan orang-orang yang berilmu, dan bahwasanya Dia telah mengangkat derajat mereka, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata:
(يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ)
Alloh akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat“.
Bila seseorang mempelajari ilmu dalam rangka mengamalkan agama maka derajatnya akan bertambah tinggi, Al-Imam Ibnul Qoyyim Rohimahulloh berkata:
فَمَن طَلَبَ العِلمَ لِيَحيَى بِهِ الإِسلَامَ  فَهُوَ مِنَ الصّدّيقِينَ، وَدَرَجَتُهُ بَعدَ دَرَجَةِ النّبُوّةِ
Barang siapa menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam dengannya, maka dia termasuk dari kalangan Ash-Shiddiqin, dan derajatnya dia setelah derajat kenabian“.
Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh mengatakan:
لَيسَ لِرَجُلٍ عَلَى رَجُلٍ فَضلٌ إِلّا بِعِلمٍ
Tidaklah ada bagi seseorang atas orang yang lain suatu keutamaan kecuali dengan ilmu“.
Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim meriwatkan di dalam “Shohih” keduanya, dari hadits Utsman bin Affan Rodhiyallohu ‘Anhu bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«خَيرُكُم مَن تَعَلّمَ القُرآنَ وَعَلّمَهُ»
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya“.
Al-Qur’an adalah sumber utama ilmu agama, dengan mempelajarinya dan menda’wahkannya seseorang akan meraih keutamaan dan kemuliaan.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-. Ketahuilah, bahwasanya Alloh Subhanahu wa Ta’ala tidak menyamakan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata di dalam Al-Qur’an:
(قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ)
Katakanlah: Apakah sama antara orang-orang yang berilmu dengan orang-orang yang tidak berilmu, hanyalah yang mengambil pelajaran adalah orang-orang yang berakal“.
Orang yang berilmu dikatakan sebagai orang yang memiliki pandangan sedangkan orang yang tidak berilmu dikatakan sebagai orang yang buta, dan keduanya ini juga tidak sama, Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an:
(وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ)
Dan tidaklah sama antara orang yang buta dengan orang yang melihat“.
Orang yang berilmu dikatakan pula sebagai orang yang hidup, sedangkan orang yang tidak berilmu dikatakan sebagai orang yang mati, dan ilmu dikatakan sebagai cahaya sedangkan tidak adanya ilmu dikatakan sebagai kegelapan, dan keduanya ini juga tidak sama, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata:
(وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ * وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ * وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ * وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ)
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidak pula sama kegelapan-kegelapan dengan cahaya, dan tidak pula sama yang teduh dengan yang panas, dan tidaklah sama yang hidup dengan yang mati“.
Dengan adanya ilmu seseorang tidak akan mudah tersesat dan tenggelam ke dalam ke gelapan, karena kegelapan adalah prangkap syaithon, Ibnul Jauziy Rohimahulloh mengatakan:
وَكَمَا هُوَ مَعلُومٌ أَنّ العِلمَ نُورٌ  وَأَنّ إِبلِيسَ يُحَسّنُ لِلإِنسَانِ إِطفَاءَ النّورِ لِيَتَمَكّنَ مِنهُ فِي الظّلمَةِ وَلَا ظُلمَةَ كَظُلمَةِ الجَهلِ
Dan sebagaimana diketahui bahwasanya ilmu adalah cahaya, dan sesungguhnya Iblis memperindah kepada manusia dalam mematikan cahaya supaya leluasa padanya di dalam kegelapan, dan tidaklah ada kegelapan semisal kebodohan“.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-. Orang yang tidak bisa membedakan antara tauhid dengan syirik, antara sunnah dengan bid’ah, antara ketaatan dengan kema’siatan maka dia dikatakan sebagai orang yang tidak memiliki ilmu, dikatakan sebagai orang yang buta hatinya walaupun matanya melihat, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata:
(فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ)
Maka sesungguhnya bukanlah yang buta itu adalah pandangan mata, akan tetapi yang buta itu adalah hati yang di dalam dada“.
Ketika seseorang meninggalkan ilmu, berpaling darinya serta tidak mau mengamalkannya maka disaat itulah dia dikatakan sebagai orang buta lagi amat bodoh, Al-Imam Sufyan bin ‘Uyainah Rohimahulloh berkata:
إِن تَرَكَ النّاسُ العِلمَ صَارَ النّاسُ جُهّالًا
Jika manusia meninggalkan ilmu maka jadilah manusia sebagai orang-orang bodoh“.
KHUTBAH 2
الحَمدُ لِلّهِ وَحدَهُ، وَالصّلَاةُ وَالسّلَامُ عَلَى مَن لَا نَبِيَ بَعدَهُ أَمّا بَعدُ:
Dengan melihat betapa mulia dan utamanya ilmu maka tidak heran kalau Nabi dan Rosul kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam terus menerus meminta kepada Alloh Ta’ala untuk ditambahkan ilmu kepada beliau, Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah perintahkan:
(وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا)
Dan ucapkanlah: Wahai Robbku tambahkanlah kepadaku ilmu“.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-. Ketika seseorang telah diberikan keutamaan berupa ilmu maka dia tidak akan pernah merasa puas, dia akan terus berupaya untuk mendapatkan tambahan darinya, ketika Alloh Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan kepada Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam bahwa ada seorang hamba-Nya yang lebih berilmu, yang dia adalah Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam, maka Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam meminta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala bagaimana bisa berjumpa dengannya?.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata tentang kisah Musa dalam usahanya untuk mendapatkan ilmu dari Al-Khidhir ‘Alaihimashsholatu Wassalam:
فَجَعَلَ اللّهُ لَهُ الحُوتَ أَيَةً، وَقِيلَ لَهُ: إِذَا فَقَدتَ الحُوتَ فَارجِع، فَإِنّكَ سَتَلقَاهُ
Maka Alloh menjadikan untuk Musa seekor ikan sebagai alamat, dikatakan kepada Musa: Jika telah hilang ikan tersebut maka kembalilah, karena sesungguhnya kamu akan berjumpa dengan Al-Khidhir“.
Dan kisah keluarnya Nabiulloh Musa untuk menuntut ilmu di sisi Nabiulloh Al-Khidhir ‘Alaihimashsholatu Wassalam telah diterangkan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Kahfi. Pada kisah keduanya terdapat banyak faedah dan pelajaran penting untuk kita, pada kesempatan ini kita akan menyebutkan satu faedah saja, yaitu tentang Nabiulloh Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam.
Ketahuilah -Rohimakumulloh-, bahwasanya beliau dengan ilmunya telah memberikan pengaruh dan dampak baik kepada kaumnya, oleh karena itu kita katakan:
العَالِمُ كَالخَضرِِِ عَلَيهِ الصّلَاةُ  والسّلَامُ أَينَمَا نَزَلَ نَفَعَ
Orang yang berilmu seperti Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam, kemana saja dia singgah maka dia memberi manfaat“.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang manfaat yang diberikan oleh Nabi-Nya Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam:
(أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا)
Adapun bahtera maka keberadaannya adalah milik orang-orang miskin yang mereka bekerja di lautan, dan di depan mereka ada raja yang merampas setiap bahtera“.
Dengan dicacati bahtera tersebut oleh Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam maka raja zholim yang suka merampas bahtera itu tidak berkeinginan lagi untuk merampasnya karena telah cacat.
Alloh ‘Azza wa Jalla juga menyebutkan tentang manfaat yang dilakukan oleh Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam:
وَأَمَّا الْغُلَامُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَا أَنْ يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا * فَأَرَدْنَا أَنْ يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا)
Adapun anak remaja maka keberadaan kedua orang tuanya adalah beriman, kami khowatir dia akan mendorong keduanya ke dalam kesesatan dan kekafiran, dan kami berkeinginan Robb keduanya menggantikan untuk keduanya dengan yang lebih baik darinya, lebih suci dan lebih dekat kepada kasih sayang“.
Dengan perbuatan Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam tersebut telah membuahkan manfaat untuk kedua orang tua sholih tersebut.
Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga sebutkan tentang manfaat dari perbuatan beliau:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ)
Dan adapun tembok maka keberadaannya adalah milik dua anak yatim di dalam kota, dan di bawah tembok tersebut ada harta simpanan untuk keduanya, dan dahulu kedua orang tua keduanya adalah orang sholih, Robbmu menginginkan agar keduanya sampai pada kedewasaannya lalu keduanya mengeluarkan harta simpanan tersebut sebagai kasih sayang dari Robbmu“.
Dengan memperbaiki tembok tersebut Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam telah memberikan manfaat untuk kedua anak yatim tersebut.
Setiap beliau singgah ke suatu tempat maka beliau melakukan suatu perbuatan, baik berbentuk mengingkari suatu kemungkaran ataupun memerintahkan kepada kebaikan, walaupun perbuatan beliau nampak seakan-akan akan menimbulkan bahaya namun hakekatnya di balik itu memiliki manfaat dan hikmah yang indah.
Dan perbuatan Al-Khidhir ‘Alaihishsholatu Wassalam dalam mengingkari kemungkaran dan memerintahkan kepada kebaikan adalah termasuk dari ciri-ciri orang yang berilmu, yang mereka adalah para Nabi dan Rosul, dan para shohabat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik termasuk di dalam ciri-ciri tersebut, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata:
(كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ)
Kalian adalah sebaik-baik umat, dikeluarkan untuk manusia, kalian memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dan kalian beriman kepada Alloh“.
Mereka pun dianggap paling baiknya umat dikarenakan mereka memiliki ilmu dan mereka mengamalkan ilmu, baik berbentuk memerintahkan kepada kebaikan atau pun mencegah dari kemungkaran, dengan amalan ini terbedakan antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu, serta terbedakan pula dengan orang yang tidak mengamalkan ilmunya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata:
(لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ * يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ)
Tidaklah mereka sama, di antara Ahlul Kitab ada suatu kelompok yang terus istiqomah, mereka membaca ayat-ayat Alloh pada beberapa waktu di malam hari dan mereka adalah bersujud (ya’ni menegakan sholat). Mereka beriman kepada Alloh dan hari akhir, mereka memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, dan mereka bergegas dalam kebaikan, mereka itulah termasuk dari orang-orang yang sholih“.
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan apa yang kita dengarkan ini memberikan manfaat untuk kita semua dan menjadikannya sebagai pembuka hati kita untuk mempelajari agama Alloh.
رَبَّنَا آمَنَّا بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Ghofarohullohu wa Rodhiya ‘Anhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar