Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Khutbah AL-MULK: Edisi 3 – Jum’at/2/Robiul Tsaniy/1436 – Membina Rumah Tangga Dengan Bimbingan Agama

Khutbah Al-Mulk 3 Download


السّلَامُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ، نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرهُ، وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهدُ أَن مُحَمدًا عَبدُ اللهِ وَرَسُولُهُ.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾.
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً﴾.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً﴾.
أَمّا بَعدُ:
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Sesungguhnya Robb kita Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berkata:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu-batu, penjaganya adalah malaikat yang kasar lagi keras, mereka tidak berma’siat kepada Alloh terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan mereka melakukan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”.
Pada ayat ini Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan setiap orang yang beriman supaya mereka menjaga diri-diri mereka dan menjaga keluarga mereka dari neraka.
Menjaga diri dan keluarga dari neraka yaitu dengan cara melaksanakan apa saja yang Alloh Ta’ala perintahkan dan menjauhi apa saja yang Alloh Ta’ala larang.
Barang siapa melakukan larangan-larangan Alloh maka baginya siksaan neraka, dia akan dimasukan ke dalam neraka, sedangkan orang yang melaksanakan perintah Alloh Ta’ala dan mengerjakan amal sholih maka baginya Jannah, dia akan masuk ke dalamnya, Alloh Ta’ala berkata:
تَرَى الظَّالِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا كَسَبُوا وَهُوَ وَاقِعٌ بِهِمْ ۗ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فِي رَوْضَاتِ الْجَنَّاتِ ۖ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kamu melihat orang-orang zholim mereka dalam keadaan sangat takut terhadap apa yang mereka kerjakan, sedangkan siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan sholih maka mereka berada di taman-taman Jannah, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki dari Robb mereka, demikian itu adalah karunia yang besar”.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Jika kita menginginkan untuk dijauhkan dari neraka dan dijadikan sebagai penghuni Jannah maka hendaknya kita membimbing diri kita dan keluarga kita untuk mempelajari agama Islam ini, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«وَمَن سَلَكَ طَرِيقًا يَلتَمِسُ فِيهِ عِلمًا سَهّلَ اللّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنّةِ»
“Barang siapa menempuh suatu jalan, untuk mencari ilmu padanya maka Alloh akan memudahkan baginya jalan menuju Jannah”.
Dengan mencari ilmu dan mempelajarinya maka masing-masing kita akan mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajiban kita, pemimpin keluarga akan mengetahui hak dan kewajibannya terhadap istri dan anak-anaknya, begitu pula istri akan mengetahui hak dan kewajibannya terhadap suami dan anak-anaknya.
Dituntut bagi para wanita untuk memahami masalah ini, sehingga nantinya mereka tidak termasuk sebagai penghuni neraka, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء
“Aku dinaikan ke Jannah lalu aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang faqir, dan aku diperlihatkan ke neraka maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita”.
Dan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata pula kepada para wanita:
يَا مَعشَرَ النّسَاءِ تَصَدّقنَ فَإِنّي رَأَيتُكُنّ أَكثَرَ أَهلِ النّارِ
“Wahai para wanita, bersedekah kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian paling banyaknya penghuni neraka”.
Apa yang menyebabkan mereka teranggap sebagai penghuni terbanyak di dalam neraka?, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah menjelaskan sebabnya kepada para wanita:
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
“Kalian para wanita banyak mela’nat dan kalian mengingkari (kebaikan) suami”.

Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Bila kita melihat kepada para wanita sekarang ini maka kita akan mendapati kebanyakan mereka memiliki sifat tersebut, banyak dari mereka tidak bersabar di atas kefaqiran, bahkan banyak kita dapati dari mereka suka  mela’nat dan mengingkari kebaikan suami mereka serta menjadi musuh dalam selimut bagi suami mereka, bila keberadaan para wanita seperti ini maka sungguh ini adalah pencontohan terhadap prilaku dua wanita yang Alloh Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا امْرَأَتَ نُوحٍ وَامْرَأَتَ لُوطٍ ۖ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ
“Alloh telah membuat permisalan bagi orang-orang kafir dengan istri Nuh dan istri Luth, keduanya berada di bawa pengawasan dua orang sholih, lalu keduanya mengkhianati kedua orang sholih tersebut, dan kedua orang sholih tersebut tidak mampu meringankan keduanya dari azab Alloh sedikitpun, dikatakan kepada keduanya: Masuklah kalian ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk neraka”.
Demikianlah keadaan para wanita yang tidak mentaati suami mereka dalam perkara kebaikan, akibatnya kesudahan mereka adalah neraka.
KHUTBAH 2
الْحَمْد لِلَّه، وَالصّلَاةُ وَالسّلَامُ عَلى سَيّدِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَليْنَ وَعَلى آلِهِ وَصَحبِهِ وَمَنِ اتَّبَعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدّيْنَ.
أَمّا بَعْد:
Ketahuilah -Rohimakumulloh- bahwasanya agama kita telah mengatur urusan rumah tangga kita, namun terkadang kita mendapati banyak dari para wanita suka mengeluh dan bahkan sampai mencela suami mereka atau mengingkari kebaikan mereka, terkadang mereka menyebutkan bahwa suami mereka kikir dan tidak memberikan nafkah melainkan pas-pasan atau bahkan tidak mencukupi, bila keadaan para suami seperti ini maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah memberikan bimbingan yang sangat bagus, diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, ia berkata:
قَالَت هِندُ بنَتُ عُتبَةَ لِرَسُولِ اللّهِ صَلىّ اللّهُ عَلَيهِ وَسَلّمَ: إِنَّ أبَا سُفيَانَ رَجُلٌ شَحِيحٌ، وَلَيسَ يُعْطِينِي مَا يَكفِينِي، وَوَلَدِي، إِلّا مَا أَخَذتُ مِنهُ وَهُوَ لَا يَعلَمُ؟
“Hindun bin Utbah berkata kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: Sesungguhnya Abu Sufyan adalah pria yang kikir, tidaklah dia memberiku terhadap apa yang mencukupiku dan anakku, kecuali apa yang aku ambil darinya sedangkan dia tidak mengetahui?.

Maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«خُذِي مَا يَكفِيكَ وَوَلَدَكِ بِالمَعرُوفِ».
“Ambillah olehmu apa-apa yang mencukupimu dan mencukupi anakmu dengan baik”.
Demikian bimbingan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada wanita bila mendapati suaminya berlaku tidak adil atau memiliki sifat kikir.

Dan Alhamdulillah kita dapati di negri kita ini, ibu rumah tangga sebagai bendahara keluarga, ia sebagai pemegang harta suaminya, bila keberadaannya seperti ini ia pun diatur oleh agama, bila ia menyalahgunakan harta suaminya tersebut maka dia akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Alloh ‘Azza wa Jalla, begitu pula bila suami tidak memenuhi hak-hak istrinya dan tidak melaksanakan kewajibannya maka dia akan dimintai pula pertanggung jawabannya, begitulah keadaan berumah tangga telah diatur oleh agama kita sebagaimana yang dijelaskan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤول عَنْ رَعِيَّتِهِ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, imam adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang lelaki adalah pemimpin atas keluarganya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, dan seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”.
Ketika seorang wanita sudah menjadi pengatur rumah suaminya maka tidak boleh baginya untuk sewenang-wenang, misalnya ketika dia melihat ibu kandungnya atau bapaknya yang membutuhkan bantuan darinya, maka tidak boleh baginya untuk mengambil harta suaminya secara sembunyi-sembunyi lalu diberikan kepada kedua orang tuanya tersebut, namun hendaknya ia meminta izin terlebih dahulu dari suaminya: bolehkah dari hartanya untuk diberikan kepada kedua orang tua istrinya, jika dia membolehkan Alhamdulillah.
Dan hendaknya keluarga suami begitu pula kelurga para istri berupaya untuk bisa menjalin hubungan yang baik dan kerja sama diantara mereka, sehingga mereka saling memperhatikan, saling menguatkan dan saling bantu membantu, semua ini akan terwujud manakalah mereka mewujudkan keimanan mereka dengan benar, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«المُؤمِنُ لِلمُؤمِنِ كَالبُنيَانِ يَشُدّ بَعضُهُ بعَضًا»
“Seorang mu’min dengan mu’min yang lain seperti satu bangunan, saling menguatkan sebagiannya terhadap sebagian yang lain”.
Dan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«لَا يُؤمِنُ أَحَدُكُم حَتّى يُحِبّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبّ لِنَفسِهِ»
“Tidak (sempurna) iman salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri”.
Bila keimanan seperti ini tertancap di dalam rumah tangga setiap muslim maka kekeluargaannya akan terlihat harmonis, kedua orang  tua istri bagi sang suami seakan-akan kedua orang tuanya sendiri, begitu sebaliknya, begitu pula anggota-anggota keluarganya yang dekat maupun yang jauh akan tampak seakan-akan seperti saudara kandungnya sendiri.
Semoga Alloh melindungi kita dan seluruh keluarga kita dari godaan dan gangguan syaithon, dan semoga Alloh memperbaiki keadaan kita dan keluarga kita.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
سُبحَانَكَ اللّهُمّ وَبِحَمدِكَ، أَشَهدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلّا أَنتَ، أَستَغفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيكَ.
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Hafizhohulloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar