Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum’at : Al-Qur’an Merupakan Dasar Pertama Dalam Menetapkan Aqidah Tauhid

13d
Buletin Jum’at : Edisi 13/Jum’at 1/Rabiul Tsani/1436H
AL-QUR’AN MERUPAKAN DASAR PERTAMA DALAM MENETAPKAN AQIDAH TAUHID


بسم الله الرحمن الرحيم
 :الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله ,أما بعد
Ustadzuna Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu mengatakan: “Al-Qur’an merupakan dasar yang paling pertama dalam menetapkan aqidah tauhid, karena sesungguhnya Al-Qur’an berisikan:
* Penjelasan tentang ahli syirik (pelaku kesyirikan).
* Ajakan Al-Qur’an untuk beribadah hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya serta menghilangkan segala sesembahan kepada selain-Nya. 
* Al-Qur’an menjelaskan tentang perintah dan larangan serta keharusan untuk senantiasa taat dengan melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi larangan-Nya.
* Al-Qur’an menerangkan tentang dimuliakannya Ahlu Tauhid.
* Al-Qur’an menerangkan tentang hukuman bagi yang menyimpang dari tauhid, di dunia hukumannya berupa ketakutan dan diakhirat berupa siksaan yang pedih”.
Beliau (Ustadzuna Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu) mengatakan: “Al-Qur’an secara keseluruhan berbicara tentang tauhid, hak-haknya, balasannya, tentang syirik dan balasan-balasannya, dan diantara surat-surat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang permasalahan ini adalah surat Al-Fatihah ayat (1-7). Surat Al-Fatihah ini juga dinamakan dengan Ummul Qur’an karena dia mengandung seluruh isi Al-Qur’an, sehingga dapat dikatakan bahwa surat ini mengandung tauhid, hak-hak dan balasannya, kesyirikan dan balasannya, pada ayat pertama sampai kelima menjelaskan tentang tauhid, ayat keenam dan ayat terakhir menjelaskan tentang hak-hak tauhid dan balasan terhadap Ahlu Tauhid serta menjelaskan pula tentang kesyirikan dan balasan terhadap ahlinya”.
Apa yang dijelaskan oleh Ustadzuna Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu tersebut adalah secara global, dan Al-‘Allamah Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu telah menjelaskan lebih terperinci, diantaranya beliau berkata:
بل تضمنت الرد على جميع أهل البدع والضلال في قوله: (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ)، لأنه معرفة الحق والعمل به، وكل مبتدع وضال فهو مخالف ذلك.
“Bahkan ayat ini mengandung bantahan atas seluruh ahlul bid’a (penganut bid’ah) dan orang-orang yang sesat pada perkataan-Nya “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus”, karena sesungguhnya dia adalah mengenal kebenaran dan mengamalkan dengannya, dan setiap mubtadi’ (penganut bid’ah) dan orang yang sesat dia adalah menyelisihi demikian itu”.
Apa yang dijelaskan oleh Al-‘Allamah Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu menunjukan tentang bahayanya bid’ah dalam agama, dan
ini menunjukan bahwa orang yang melakukan kebid’ahan di dalam agama maka dia telah menyimpang dari tauhid. Dan bid’ah di dalam agama termasuk dari perkara yang dilarang, Alloh Ta’ala berkata:
(فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا)
“Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya maka hendaknya dia beramal dengan amalan yang sholih, dan hendaknya dia tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Robbnya”.
Bid’ah tidaklah termasuk dari amal sholih, dan bahkan orang yang melakukan kebid’ahan ini, pada hari kiamat nanti dia akan dijauhkan dari telaga Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata tentang mereka:
سحقا، سحقا
 “Jauhkan, jauhkan”.
Ini beliau ucapkan setelah diberitahukan:
إنهم قد بدلوا بعدك
“Sesungguhnya mereka benar-benar telah mengganti (sunnah dengan bid’ah) setelah (wafat)mu”.
Dan pelaku bid’ah akan terus terseret dari bid’ahnya yang dia anggap kecil hingga kepada penyimpangan yang paling besar, oleh karena itu Syaikhul Islam Abul Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu mengatakan:
فإن البدع لا تزال تخرج الإنسان من صغير إلى كبير حتى تخرجه إلى الإلحاد والزندقة
“Maka sesungguhnya bid’ah akan senantiasa mengeluarkan seseorang dari dosa yang kecil kepada dosa yang besar, sampai mengeluarkannya kepada kekafiran dan ateisme”.
Beliau juga mengatakan tentang bahaya bid’ah:
البدعة لا تلتفي مع السنة أبدا، فإن البدعة مع السنة كالكفر مع الإيمان
“Bid’ah tidak akan bertemu bersama sunnah selama-lamanya, karena bid’ah bersama sunnah seperti kekafiran bersama keimanan”.
TANYA: Apa hukumnya membaca surat Al-Fatihah ditujukan kepada roh-roh orang yang sudah mati?
JAWAB: Ini termasuk dari kebid’ahan di dalam agama, Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy ‘Afanallohu wa Iyyah mengatakan:
هذا أمر محدث، لم يفعله النبي صلى الله عليه وآله وسلم ولا أصحابه رضوان الله عليهم، ما كانوا يقرءون على الأموات الفاتحة
“Ini adalah perkara muhdats (diada-adakan di dalam agama), Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tidak melakukannya, tidak pula melakukannya para shohabatnya -semoga keridhoan Alloh untuk mereka-, tidaklah dahulu mereka membacakan kepada mayat-mayat dengan Al-Fatihah”.
Bila seseorang menginginkan untuk memberikan kebaikan atau manfaat kepada orang yang mati maka dia hendaknya bersedekah dengan niat untuk orang yang mati tersebut, atau kalau dia memiliki kelebihan harta, maka dia hajikan orang yang mati tersebut maka ini akan sampai pahalanya kepadanya, dan lebih mudah dari itu adalah didoakan, Alloh Ta’ala telah menyebutkan berbagai macam doa di dalam Al-Qur’an, diantaranya:
(رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ)
“Wahai Robbku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa saja yang masuk ke dalam rumahku dalam keadaan beriman, dan ampunilah orang-orang yang beriman laki-laki dan orang-orang yang beriman prempuan”.
TANYA: Ustadz, ana punya masalah,
setiap hari selasa, di sekolahku, ada pelajaran PAI, setiap mulai pelajaran guru menyuruh murid-muridnya untuk membaca asmaul husna dengan lagu. Setelah itu, kami disuruh membaca surat yasin 5 ayat. Apakah itu bid’ah?.
JAWAB: Iya, apa yang dilakukan itu adalah bid’ah, karena dia tidak dibangun di atas dalil, Syaikhul Islam Abul Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh wa Rodhiya
‘Anhu mengatakan tentang bid’ah secara syar’iy adalah:
فكل ما لم يدل عليه دليل شرعي
“Setiap apa-apa yang tidak menunjukan padanya dalil yang syar’iy”.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد».
“Barang siapa mengadakan (perkara baru) di dalam urusan (agama kami) ini yang dia bukan bagian darinya maka dia tertolak”.
Dan perbuatan yang dilakukan oleh guru tersebut dengan memerintahkan murid-muridnya seperti itu, tidak pernah dilakukan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dan tidak pernah pula dilakukan oleh para shohabatnya, tidak pula para tabi’in serta tidak pula para pengikut mereka.
Yang disunnahkan bagi guru dan para muridnya adalah memulai dengan mengucapkan “Basmalah”, bila guru memulai mengajar maka dia memulai awal ucapannya dengan membaca “Basmalah” dan dia juga membimbing muridnya untuk memulai dengan “Basmalah”, dengan dalil apa yang dilakukan oleh Jibril ‘Alaihishsholatu Wassalam pada awal pertama kali menyampaikan wahyu kepada Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau mengatakan:
(اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Robbmu yang Dia telah menciptakan”.

MUTIARA  SALAF

Shohabat yang mulia Abdulloh bin Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhumengatakan:
من كان منكم مستنا فليستن بمن قد مات، فإن الحي لا تؤمن عليه الفتنة
“Barang siapa diantara kalian ingin mencontoh maka hendaknya dia mencontoh orang yang sudah mati, karena orang yang hidup tidaklah aman padanya suatu fitnah”.
Shohabat yang mulia Hudzaifah Ibnul Yaman Rodhiyallohu ‘Anhumengatakan:
كل عبادة لم يتعبد بها أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم فلا تتعبدوا بها
“Setiap ibadah yang tidak beribadah dengannya para shohabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam maka janganlah kalian beribadah dengannya”.
Syaikhuna Abu Abdirrozzaq Riyadh bin Muhammad Ar-Rodhfaniy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu mengatakan:
فاحرص أيها المسلم -وفقني الله وإياك- على القناعة والرضى بدين الله الحق وأعرض عن أعدائه وعما يفترونه
“Bersemangatlah wahai muslim -semoga Alloh memberikan taufiq kepadaku dan kepadamu- atas qona’ah (rela) dan ridho (senang) dengan agama Alloh yang haq, dan berpalinglah dari musuh-musuh-Nya dan apa yang mereka ada-adakan kepada-Nya”.
Ustadzuna Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu mengatakan:
أهل البدعة ليس لديهم سعي إلا في هدم سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم
“Ahlul bid’ah (para penganut bid’ah) tidak ada bagi mereka upaya melainkan untuk merobohkan sunnah Rosulillah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam”.
Ditulis oleh : Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Afaallahu’anhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar