Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Khutbah: Edisi 2 – Jum’at/25/Rabiul Awwal/1436 –Meraih Keselamatan Dengan Mengikuti Da’wah Tauhid

Khutbah Jum'at
MERAIH KESELAMATAN DENGAN MENGIKUTI DA’WAH TAUHID
السّلَامُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتهُ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ، نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرهُ، وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهدُ أَن مُحَمدًا عَبدُ اللهِ وَرَسُولُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً أَمّا بَعدُ
2Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengatakan kepada Rosul-Nya Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
(قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ)
“Katakanlah: Wahai Ahlul Kitab, marilah kalian (berpegang teguh) kepada satu kalimat yang sama di antara kami dan kalian untuk kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Alloh, dan supaya kita tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan supaya sebagian kita tidak menjadikan atas sebagian yang lain sebagai tandingan-tandingan dari selain Alloh, jika mereka berpaling maka katakanlah: Saksikanlah oleh kalian bahwa kami adalah orang-orang muslim”.
Ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menyeru Ahlul Kitab yang mereka adalah Yahudi dan Nashoro untuk memeluk agama Islam maka Alloh Subhanahu wa Ta’ala perintahkan kepada beliau untuk mengatakan kalimat yang dikatakan di dalam ayat tersebut.

Ketika beliau menulis surat kepada Hiraklius raja Romawi maka diantara isi surat beliau adalah ayat tersebut, karena Hiraklius beragama Nashoro, begitu pula rakyatnya di Persia beragama Nashoro, mereka mengetahui akan kebenaran da’wah Tauhid yang sedang diserukan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, namun karena kesombongan dan kecongkakan, mereka pun menolak da’wah Tauhid dan mengingkari pembawanya, padahal mereka telah mengetahui itu adalah kebenaran sebagaimana yang telah diberitakan oleh Nabiulloh Isa bin Maryam ‘Alaihishsholatu Wassalam, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata:
(وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَٰذَا سِحْرٌ مُبِينٌ)
“Dan ketika Isa bin Maryam berkata: Wahai Bani Isroil, sesungguhnya aku adalah Rosululloh (utusan Alloh) kepada kalian, sebagai pembenar terhadap apa yang ada padaku dari Taurot, dan pemberi kabar gembira dengan seorang Rosul yang akan datang setelahku, yang namanya adalah Ahmad, maka tatkala telah datang kepada mereka dengan keterangan-keterangan mereka pun mengatakan: Ini adalah sihir yang jelas”.
Dengan pengingkaran mereka terhadap da’wah yang diserukan oleh Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, keadaan mereka pun bertambah jelek dan rusak, yang sebelumnya mereka masih mentauhidkan Alloh, masih menegakan sholat, kemudian mereka merubah ajaran agama mereka hingga mereka menyekutukan Alloh Ta’ala dengan menyembah salib dan beribadah kepada tiga sesembahan, Alloh ‘Azza wa Jalla berkata:
(لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ)
“Sungguh benar-benar telah kafir orang-orang yang mengatakan sesungguhnya Alloh adalah salah satu dari tiga (sesembahan), dan tidaklah ada dari sesembahan yang haq kecuali Sesembahan yang Satu, dan jika mereka tidak berhenti terhadap apa yang mereka katakan itu, maka tentu orang-orang kafir diantara mereka akan merasakan siksaan yang pedih”.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Demikian itu adalah salah satu dari penyelisihan kaum kafir Nashoro terhadap da’wah Tauhid yang diserukan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, adapun kaum kafir Yahudi maka sungguh mereka telah mengetahui pula kebenaran yang dibawa oleh Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, namun ketika beliau dilahirkan dari kalangan Arob, mereka pun mengingkarinya, padahal sebelumnya mereka menanti-nantinya, Alloh Ta’ala berkata:
(وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ ۚ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ)
“Dan tatkala telah datang kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur’an) dari sisi Alloh yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka (menanti kedatangan Nabi) untuk memperoleh kemenangan atas orang-orang kafir, maka tatkala datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui mereka pun mengingkarinya, maka la’nat Alloh atas orang-orang kafir”.
Ketika mereka mengkufuri Rosululloh ‘Alaihishsholatu Wassalam dan berpaling dari da’wah Tauhid yang beliau serukan kepada mereka maka Alloh palingkan hati-hati mereka, sehingga mereka condong kepada kesyirikan dan kekafiran, pada akhirnya mereka mengakui Uzair sebagai putra Alloh sebagaimana kaum Nashoro mengakui Isa sebagai putra Alloh, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata tentang mereka:
(وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ * اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ)
“Orang-orang Yahudi mengatakan: Uzair adalah putra Alloh, dan orang-orang Nashoro mengatakan Al-Masih adalah putra Alloh. Demikian itu adalah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka, mereka menyaingi perkataan orang-orang kafir terdahulu, semoga Alloh binasakan mereka, bagaimana mereka berpaling?. Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rohib-rohib mereka sebagai tandingan-tandingan dari selain Alloh dan juga Al-Masih bin Maryam (mereka jadikan sebagai tandingan), dan tidaklah mereka diperintah kecuali supaya mereka beribadah kepada Sesembahan yang Satu, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia, Maha Suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan”.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Bila kita melihat kepada Yahudi atau kita melihat kepada Nashoro maka kita akan dapati bahwasanya mereka adalah kaum yang suka menyelisihi kebenaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rosul, terkadang mereka membuat penyelisihan dengan berbuat kesyirikan atau dengan kema’siatan, dengan itu mereka pun mendapatkan la’nat dari para Nabi dan Rosul, Alloh Ta’ala berkata:
(لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ * كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ)
“Telah dila’nat orang-orang kafir dari kalangan Bani Isroil di atas lisan Dawud dan Isa bin Maryam, demikian itu disebabkan mereka berma’siat dan selalu melampui batas, mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka perbuat, sungguh sangat buruk apa yang mereka perbuat itu”.
Ketika mereka mengadakan sarana kesyirikan maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mela’nat mereka, beliau berkata:
«لَعَنَ اللّهُ اليَهُودَ وَالنّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنبِيَائِهِم مَسَاجِدَ».
“Semoga Alloh mela’nat orang-orang Yahudi dan Nashoro, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid”.
Menjadikan kuburan sebagai masjid atau masjid sebagai kuburan adalah termasuk sebagai wasilah kepada kesyirikan dan termasuk dari salah satu sebab para hamba berpaling dari Tauhid, terkadang mereka berdoa dan meminta pertolongan kepada penghuni kuburan dan terkadang sujud kepadanya, dan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah melarang perbuatan tersebut, beliau berkata:
«فَلَا تَتّخِذُوا القُبُورَ مَسَاجِدَ فَِإنّي أَنهَاكُم عَن ذَلِكَ»
“Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku telah melarang kalian dari demikian itu”.
Dan di dalam Shohih Muslim dari hadits Jundub Rodhiyallohu ‘Anhu, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«لَا تُصَلّوا إِلَى القُبُورِ وَلَا تَجلِسُوا عَلَيهَا».
“Janganlah kalian sholat kepada kuburan dan janganlah kalian duduk di atasnya”.

KHUTBAH 2

الحَمدُ لِلّهِ حَمدًا كَثِيرًا طَيّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبّ رَبّنَا وَيَرضَى.
وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهدُ أَن مُحَمدًا عَبدُ اللهِ وَرَسُولُهُ.
أَمّا بَعدُ:
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Bila kita menginginkan keselamatan dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat maka hendaknya kita menerima dan mengikuti da’wah Tauhid yang diserukan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, Alloh Ta’ala berkata:
(وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ)
“Dan Alloh telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang beramal sholih maka sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan mengokohkan bagi mereka agama mereka yang telah diridhoi-Nya bagi mereka, dan sungguh benar-benar Dia akan menggantikan mereka setelah rasa takut mereka menjadi aman sentosa, mereka beribadah kepada-Ku, mereka tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, dan barang siapa yang kafir setelah demikian itu maka mereka adalah orang-orang yang fasiq”.
Demikianlah keutamaan bagi mereka yang menerima dan mengikuti da’wah Tauhid, ketika mereka mentauhidkan Alloh maka Alloh memberikan ketenangan dan keselamatan, di dunia mereka diberi kekokohan hidup dan di akhirat mereka diselamatkan dari azab, dengan demikian itu maka kami katakan:
دَعوَةُ أَهلِ التّوحِيدِ كَسَفِينَةِ نُوحٍ عَلَيهِ السّلَامُ فَمَن رَكِبَهَا فَقَد أَفلَحَ، وَدَعوَةُ أَهلِ الشّركِ كَسَفِينَةِ تِيتَانِيكَ ُ فَمَن رَكِبَهَا فَقَد هَلَكَ
“Da’wah Ahli Tauhid seperti kapal Nuh ‘Alaihissalam, barang siapa menaikinya maka sungguh dia telah beruntung, dan da’wah Ahli Syirik seperti kapal Titanic, barang siapa menaikinya maka sungguh dia telah binasa”.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Coba kita perhatikan ketika Nabiulloh Nuh ‘Alaihissalam menyeru kaumnya untuk mentauhidkan Alloh Ta’ala maka Alloh Ta’ala menyelamatkan siapa saja yang mengikuti seruannya dengan dimudahkan naik ke kapal Nuh ‘Alaihissallam, ketika akan datang banjir besar maka mereka bergegas naik di kapal, adapun yang tidak mengikuti seruan Nabiulloh Nuh ‘Alaihishsholatu Wassalam maka mereka enggan untuk naik di kapal, sebagaimana keadaan putra Nuh, Alloh Ta’ala berkata di dalam Al-Qur’an:
(وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ * قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ)
“Dan dia (kapal) tersebut membawa mereka di atas gelombang semisal gunung-gunung, maka Nuh menyeru putranya, dan keberadaan putranya di tempat terpencil: Wahai putraku, naiklah kamu bersama kami, dan janganlah kamu bersama orang-orang kafir. Dia berkata: Aku akan mencari tempat perlindungan ke gunung, yang akan menjagaku dari air. Nuh berkata: Tidak ada perlindungan pada hari ini dari keputusan Alloh kecuali orang yang dirohmati, dan gelombang menjadi penghalang atas keduanya, maka jadilah dia termasuk orang-orang yang ditenggelamkan”.
Demikian keadaan orang yang tidak mengikuti seruan da’wah Tauhid, bila kita melihat kepada pemiliki kapal Titanic maka keadaannya seperti itu pula, dia tidak mengikuti da’wah Tauhid yang diserukan oleh Nabi kita Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dia sombong dan congkak serta bangga dengan kapalnya, bahwa kapalnya adalah paling terbaik dan Alloh tidak akan bisa menghancurkannya, ternyata Alloh pun tenggelamkan.
Kaum muslimin -Rohimakumulloh-.
Bukan hanya mereka yang ditenggelamkan di dalam air namun Fir’aun juga seperti itu nasibnya, ketika dia enggan dari mengikuti da’wah Tauhid yang diserukan oleh Nabiulloh Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam dan bahkan menentangnya serta mengejar-ngejarnya sampai ke pertengahan laut, maka Alloh Ta’ala menenggelamkan Fir’aun bersama para prajuritnya, Alloh Ta’ala berkata:
(وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ * آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ)
“Dan Kami memudahkan Bani Isroil melintasi lautan, lalu Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka supaya hendak menindas dan menganiaya, ketika Fir’aun hampir tenggelam, dia pun berkata: “Aku beriman bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Alloh yang telah diimani oleh Bani Isroil, dan saya termasuk dari orang-orang muslim”, apakah sekarang baru kamu beriman, sedangkan kamu telah berma’siat dari sebelumnya, dan keberadaanmu termasuk dari orang-orang yang suka berbuat kerusakan”.
Orang-orang yang menyelisihi dan menentang da’wah Tauhid tidak hanya ditenggelamkan ke dalam air, namun ada juga dari mereka ditenggelamkan ke dalam bumi, Alloh Ta’ala berkata tentang keadaan Qorun:
(إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمَ)
“Sesungguhnya Qorun adalah termasuk dari kaum Musa lalu dia berbuat aniaya kepada mereka”.
Dan Alloh Ta’ala berkata:
(فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ)
“Lalu Kami menenggelamkannya bersama rumahnya ke dalam bumi, maka tidak ada baginya dari segolongan umat yang mereka akan menolongnya dari selain Alloh, dan tidaklah dia termasuk dari orang-orang yang bisa membela diri”.
Semoga Alloh Ta’ala menjadikan kita termasuk dari orang-orang yang menerima dan mengikuti da’wah Tauhid yang diserukan oleh Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dan semoga Dia mengampuni kita terhadap apa yang pernah kita lakukan dari menyelisihi da’wah Rosul-Nya.
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Ghofarohullohu wa Rodhiya ‘Anhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar