Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Berwasiatlah Kepada Para Istri

Berwasiatlah Kepada Para Istri
Tanya : Bismillah….Dan bagaimana menurut ustadz kalau isteri tidak mau diajak menuntut ilmu sedangkan sudah lebih 4 (empat) tahun ikut salaf tapi dia belum mau ikut salaf. 
Jawab : Kalau keadaannya seperti itu maka itu adalah ujian bagi suami, bila wanita keberadaannya masih di atas keawamannya, dia mengikuti salaf secara bertahap, sedikit demi sedikit maka wanita seperti ini terus dikuat-kuatkan, dimotivasi, terus didoakan hidayah dan terus diberi wasiat kebaikan, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
واستوصوا بالنساء، فإن المرأة خلقت من ضلع، وإن أعوج شيئ في الضلع أعلاه، فإن ذهبت تقيمه كسرته، وإن تركته لم يزل أعوج، فاستوصوا بالنساء
“Dan berwasiatlah kepada para wanita, karena sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya yang bengkoknya sesuatu pada tulang rusuk adalah yang di atasnya, jika kamu berusaha untuk meluruskannya maka kamu akan mematahkannya, dan jika kamu membiarkannya maka dia akan senantiasa bengkok, maka berwasiatlah kepada para wanita”. 

Bila keberadaan wanita tersebut tidak ikut salaf namun dia memberi dukungan terhadap da’wah salaf dan mendukung siapa saja yang ikut salaf, dan membelanya, bila keberadaan istri seperti ini maka dibimbing pelan-pelan dan secara lembut, diingatkan dengan keberadaan Abu Tholib membela putra saudaranya bahkan dikenal pembelaannya sangat tinggi namun tidaklah pembelaan itu mengeluarkannya dari neraka, hal itu karena dia tidak mengikuti da’wah putra saudaranya.
Adapun kalau istri tidak mengikuti salaf karena ada rasa congkak padanya atau fanatik kepada alirannya maka ini berbahaya, kalau dia terus di atas pendirian seperti ini, setelah nasehat kelembutan sudah sampai padanya dari waktu yang sudah berkepanjangan maka tidak mengapa bagi suami untuk berpisah dengannya, karena keberadaan istrinya sebagai pengatur rumah tangga suaminya, bila suaminya sibuk di luar rumahnya maka istri ini akan memanfaatkan peluang untuk menyeret putra-putri suaminya kepada fanatik kepada alirannya, para anak itu lebih lengket dan lebih dekat kepada ibu, bila kita melihat seseorang terkadang hanya sebab sekali duduk dengan ahlul bid’ah wal furqoh dia langsung terseret kepada kebid’ahan lalu bagaimana kalau duduknya setiap hari dan setiap saat?, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
«مثل الجليس الصالح والجليس السوء كحامل المسك ونافخ الكير»
“Permisalan pasangan duduk yang sholih dan pasangan duduk yang jelek seperti orang yang membawa minyak wangi dan seperti orang yang tukang besi”.
Bila ibu keadaannya seperti tukang besi maka putra-putrinya akan terkena percikan api yang dia nyalakan untuk melas besi atau minimalnya merasakan bau gosong atau bau tidak sedap.
Agama dan prilaku para anak itu tergantung pada kedua orang tuanya, dan yang ibu paling mendominasi dalam memberikan pengaruh kepada para anak, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
«كل مولود يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه، أو ينصرانيه، أو يمجسانه»
“Setiap anak dilahirkan di atas fitroh (mentauhidkan Alloh) lalu kedua orang tuanya yang menjadikannya sebagai yahudi atau keduanya menjadikannya sebagai nasroniy atau keduanya menjadikannya majusi”.
Cukuplah contoh yang Alloh Ta’ala permisalkan tentang istri Nabiulloh Nuh, ia mengkhianati Nabi Nuh ‘Alaihishsholatu Wassalam, dan bagaimana nasib putra Nuh?:
(وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ)
“Dan Nuh menyeru Robbnya, dia berkata: Wahai Robbku, sesungguhnya putraku termasuk dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah benar dan Engkau adalah Ahkamul Hakimin”.
Demikianlah rasa kasihan seorang bapak kepada putranya, yang ini merupakan tabiat manusia, namun tidaklah bermanfaat rasa kasihan bagi putranya:
َ (قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ)
“Alloh berkata: Wahai Nuh sesungguhnya dia bukanlah dari keluargamu, sesungguhnya dia beramal selain amal sholih, maka janganlah kamu meminta kepada-Ku terhadap apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya”.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Saddadahulloh (3/4/1436).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar