Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Tanya-Jawab Sabtu 19 Rabiul awal 1436 H

HUKUM SHOLAT BERJAMA’AH DI MASJID YANG BELUM MASUK WAKTUNYA

400_F_37967903_WgMvSiWT5Xmiib3DEr4unCIqGPYpfF21Bismillah. Kelaziman hari-hari ini, masjid-masjid menggunakan jam otomatis untuk menentukan masuknya waktu sholat. Abu Fulan  kabari ana bahwa yang demikian tidak tepat. Jadi sholat subuh dan dhuhur keduluan. Fajr belum terbit dan matahari belum tergelincir. Mana yang sebaiknya di ikuti, jam otomatis ( lazimnya waktu sholat yang di tentukan pemerintah) atau sesuaikan dengan waktu yang di tunjukkan alam ( secara tidak langsung kita ketinggalan jama’ah mesjid di kampung kita).  Barokallohu fiik. (Pertanyaan dari Depok)
Jawab: Itu bukan hanya di Indonesia, di Yaman juga ada masjid berpatokan kepada jam, sesuai yang ditetapkan sebagian lembaga-lembaga Islam, bila belum masuk waktu seperti itu maka tidak boleh sholat, hingga masuk waktunya baru boleh sholat, Alloh Ta’ala berkata:
(فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا)
“Dan tegakanlah oleh kalian sholat, sesungguhnya sholat keberadaannya bagi orang-orang yang beriman adalah telah ditentukan waktunya”.

Terkadang sholat jama’ah diazankan sebelum masuk waktunya, namun ketika iqomah sudah masuk waktunya maka seperti ini boleh langsung ikut jama’ah.
Kalau sholat jama’ahnya ditegakan sebelum masuk waktunya maka tidak boleh sholat bersama mereka, walaupun jama’ahnya sholat panjang, sangat panjangannya sampai masuk pada waktu maka ini tetap tidak boleh sholat bersama jama’ah tersebut karena jama’ah telah membangun asal sholatnya di atas kerusakan yaitu belum masuknya waktu.
Kalau dua waktu sholat tersebut selalu cepat yaitu belum masuk waktunya maka tunggu jama’ah kedua, kalau jama’ah kedua sudah masuk waktu maka ikutlah sholat bersama mereka, kalau tidak ada jama’ah kedua maka cari masjid lain yang sholat pada waktunya, kalau tidak ada juga maka kembali ke rumah lalu adakan sholat jama’ah bersama keluarga:
(فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ)
“Bertaqwalah kalian kepada Alloh semampu kalian”.
Wallohu A’lam.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (16/3/1436).

LAKUKANLAH SEBAGAIMANA ROSULULLOH SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WA SALLAM LAKUKAN

400_F_37967903_WgMvSiWT5Xmiib3DEr4unCIqGPYpfF21Pertanyaan: Ada teman ana seorang rodjali, Dulu saat tahu ana berada pada jalan manhaj yang haq ini dia masih mau berhubungan baik dengan ana walaupun berbeda manhaj, sering menanyakan kabar dll. Tapi ketika kemarin ana mencoba menjelaskan TN tanggapannya sangat lain dan meminta ana supaya jika membagi ilmu jangan yang menimbulkan perdebatan dan dia meminta ana supaya tidak membahas itu. Dan ketika ana mencoba mengirim faidah lagi dia malah memblokir ana.
Sikap ana harus bagaimana?. [Pertanyaan dari Purwakerto]
Jawaban: Antum tetap bermualah dengan baik, bila antum melihat dia masih ingin baik maka perbaiki hubungan dengannya, bersama dengan itu tetap antum sampaikan kepadanya bahwa masalah menjelaskan al-haq itu dituntut di dalam agama kita, dan katakan seperti yang di dalam Al-Qur’an:
(وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ)
“Dan kewajiban kami tidak lain kecuali hanya menyampaikan dengan jelas”.
Menyampaikan al-haq dan mengamalkannya itu tidak bisa lepas dari kita, Walhamdulillah kita masih bisa menyampaikan al-haq dan mengamalkan al-haq, kita tidak tahu apakah pada masa-masa yang akan datang masih bisa seperti ini?, karena tidak akan datang suatu zaman melainkan ia lebih jelek dari zaman sebelumnya.
Adapun berpaling dari al-haq, menutup mata serta menyembunyikannya ya’ni tidak ingin tersampaikan dengan alasan menimbulkan perdebatan atau perpecahan maka ini termasuk sebab utama dari sebab-sebab bertambah jauhnya seseorang dari al-haq, Alloh Ta’ala telah berkata kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
(فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغٌ)
“Jika mereka berpaling maka tidaklah kami mengutusmu bagi mereka sebagai penjaga (pelindung mereka dari azab Alloh), tidaklah kewajibanmu melainkan hanya menyampaikan”.
Dan antum bisa melihat sendiri, apa yang antum saksikan sekarang lantaran membenci satu masalah mengakibatkan faedah kebaikan lainnya pun terhalangi seperti itu.
Kami nasehatkan kepada antum untuk bersabar, banyak berdoa dan yaqinlah bahwa Alloh tidak akan menyia-nyiakan antum:
إن تصدق الله يصدقك
“Jika kamu jujur (membenarkan) Alloh maka Dia akan membenarkanmu”.
Semoga Alloh Ta’ala menjaga kami dan antum, serta memberikan hidayah kepada kami, antum dan saudara-saudari kita kaum mu’minin, semoga Alloh memperbaiki keadaan kita semua.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (19/3/1436).

TIGA PERKARA PENTING

400_F_37967903_WgMvSiWT5Xmiib3DEr4unCIqGPYpfF21Tanya: Ana pernah gabung dengan beberapa grup WA, anggota-anggotanya selalu membicarakan antum, kadang antum dijuluki jelek, dirubah-rubah nama antum hingga memberi kesan sangat buruk, kadang ejek-ejekan, kadang hinaan, cemoohan, olok-olokan dan lain sebagainya. Ana awalnya senang karena banyak anggotanya asatidzah, tapi setelah ana saksikan, padahal yang paling aktif menampakan akhlak buruk asatidzahnya.
Apa perbuatan mereka tadi termasuk ghibah?.
Dan apa nasehat antum kepada ana?.
Jawab: Tidak diragukan lagi kalau itu termasuk dari ghibah, bila hal tersebut benar ada pada kami. Kalau tidak ada pada kami, dari apa yang mereka katakan tersebut maka mereka telah mengadakan kedustaan, Rosululloh ‘Alaihishsholatu Wassalam mengatakan:
إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته، وإن لم يكن فيه ما تقول فقد بهته
“Jika ada padanya terhadap apa yang kamu katakan maka sungguh kamu telah mengghibahinya, dan jika tidak ada padanya terhadap apa yang kamu katakan maka sungguh kamu telah berbuat kedustaan padanya”.
Dan apa yang dilakukan itu termasuk dari “makar” yang telah Alloh Ta’ala nyatakan di dalam Al-Qur’an:
(فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ……).
“Maka tatkala dia (istri Raja) mendengarkan makar mereka…..”.
Dan kami nasehatkan kepada antum sekalian dengan tiga perkara penting yang Insya Alloh ketiganya ini termasuk jalan keluar dari apa yang telah antum sekalian saksikan, yang tiga perkara ini telah terkumpul di dalam hadits Abi Dzarr dan Mu’adz bin Jabal yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan At-Tirmidziy, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
اتق الله حيثما كنت، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن
“Bertaqwalah kamu kepada Alloh di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan maka akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik”.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘Anhu (18/3/1436).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar