Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum’at : Edisi 11/Jum’at 3/Rabiul Awal/1436H – Keutamaan Mengikuti Ar-Rasul Shallallahu’alaihi wasalam Dan Bahaya Berpaling Darinya

buletin 11b
KEUTAMAAN MENGIKUTI AR-ROSUL SHOLLALLOHU ‘ALAIHI WA SALLAM DAN BAHAYA BERPALING DARINYA
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده أما بع
Alloh Ta’ala telah mengangkat Abul Qosim Muhammad ‘Alaihishsholatu Wassalam sebagai nabi-Nya dan mengutusnya sebagai Rosul-Nya, barang siapa mentaati beliau maka sungguh dia telah meraih kemuliaan dan keutamaan, dan barang siapa mema’siati beliau maka sungguh dia telah mendapatkan kesengsaraan dan penderitaan, Alloh Ta’ala berkata:
(إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا * فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا).
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kalian seorang Rosul sebagai saksi bagi kalian, sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir’aun seorang Rosul lalu Fir’aun berma’siat kepada Rosul tersebut maka Kami menyiksanya dengan siksaan yang berat”.

Demikianlah keadaan Fir’aun, karena dia berma’siat kepada Rosululloh Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam maka Alloh Ta’ala segerakan azab kepadanya.
Begitu pula ketika kaum Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam mema’siati dan menyakiti beliau maka Alloh palingkan hati mereka dan membiarkan mereka kepada kesesatan, Alloh Ta’ala berkata:
(وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ ۖ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ)
“Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya wahai kaumku kenapa kalian menyakitiku, padahal kalian telah mengetahui bahwasanya aku adalah Rosululloh (utusan Alloh) bagi kalian, maka tatkala mereka berpaling Alloh pun palingkan hati mereka, dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq”.
Setiap umat yang Alloh telah mengutus para Rosul kepada mereka maka ketika mereka mema’siati para Rosul tersebut Alloh pun membinasakan mereka, dan Alloh Ta’ala telah menyebutkan tentang umat akhir zaman ini bila mereka tidak mentaati Rosul-Nya Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam atau berpaling darinya maka mereka tidak akan mendapatkan penjagaan dari bahaya dan petaka, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata:
(مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ۖ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا)
“Barang siapa mentaati Rosul maka sungguh dia telah mentaati Alloh, dan barang siapa berpaling maka tidaklah Kami mengutusmu kepada mereka sebagai penjaga”.
Ketika seseorang berkeinginan tinggi untuk mengikuti Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan tidaklah dia mengikuti-Nya melainkan karena mengharapkan Jannah maka dia akan memperolehnya, Al-Imam An-Nasa’iy meriwayatkan dari hadits Syadad Ibnul Had Rodhiyallohu ‘Anhu bahwa ada seseorang dari kalangan A’rob (orang Arob pedalaman) datang kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam lalu beriman kepadanya dan mengikutinya, dia berkata:
أُهاجِرُ معك
“Aku akan hijroh bersamamu”. Lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berwasiat dengannya kepada para shohabatnya, maka tatkala terjadi peperangan, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mendapatkan harta rampasan perang, lalu beliau membaginya dan orang dari A’robi tersebut diberikan bagian pula kepadanya, lalu para shohabat memberikan bagian kepadanya dan ketika itu dia mengikuti belakang mereka, maka tatkala telah sampai kepadanya, mereka mengangkatkan kepadanya, maka dia berkata:
ما هذا؟
“Apa ini?”.
Para shohabat tadi menjawab:
قِسْمٌ قَسَمَ لَكَ النبيُّ صلى الله عليه وآله وسلم
“Ini adalah bagian, yang telah Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bagikan untukmu”.
Maka dia mengambilnya lalu datang dengannya kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dan berkata:
ما هذا؟!
“Apa ini?”. Beliau menjawab:
«قَسمْتُهُ لَكَ»
“Aku membagikannya untukmu”.
Dia berkata:
ما على هذا اتَّبَعْتُكَ، ولكن اتَّبَعْتُكَ على أنْ أُرْمى إلى هَا هُنا -وأشارَ إلى حَلْقِهِ- بِسَهْمٍ فأموتَ، فأَدْخلَ الْجنَّةَ
“Bukan atas perkara ini aku mengikutimu, akan tetapi aku mengikutimu supaya dipanah saya ke sini -dia memberikan isyarat ke kerongkongan (lehernya)- dengan anak panah lalu aku mati”.
Maka beliau Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menjawab:
«إنْ تَصْدُقِ الله يَصْدُقْكَ»
“Jika kamu membenarkan Alloh maka Dia akan membenarkanmu”.
Dia tinggal sebentar, kemudian bangkit ke pertempuran musuh, lalu didatangkan kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, sungguh telah mengenainya anak panah sebagaimana yang dia isyaratkan (yaitu dilehernya), maka Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«أَهُوَ هُوَ؟!»
“Apakah dia orangnya?”, para shohabat menjawab: “Iya”, maka beliau berkata:
«صَدَقَ الله فَصَدقَهُ»
“Dia telah membenarkan Alloh maka Allohpun membenarkannya”.
Lalu Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengkafaninya dengan jubah beliau, lalu meletakannya di depan kemudian beliau mensholatkannya, dan yang nampak dari doa beliau untuknya adalah:
«اللهُمَّ هذا عَبْدُكَ خَرَجَ مُهاجِرًا في سبيلك، فَقُتِل شَهيدًا، أنا شهيدٌ على ذَلك».
“Ya Alloh, ini adalah hamba-Mu yang telah keluar (meninggalkan negrinya) dalam keadaan berhijroh di jalan-Mu, lalu dia terbunuh sebagai seorang yang syahid, aku adalah saksi atas demikian itu”.
RENUNGAN:
Bila seseorang memahami maksud dan tujuan hidupnya di dunia ini adalah untuk mempersiapkan bekal berupa amal sholih maka dia melihat kehidupan dunia ini seakan-akan tidak bernilai apa-apa dihadapannya, Alloh Ta’ala berkata:
(وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ)
“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau saja, dan negri akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, tidakkah kalian memikirkan?”.
Orang-orang yang bertaqwa ketika mereka mencari kebutuhan untuk kehidupan dunia ini maka mereka menjadikannya sebagai sarana untuk terus menerus beramal sholih, Alloh Ta’ala berkata:
(وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ)
“Dan carilah terhadap apa yang telah Alloh datangkan kepadamu (berupa) negri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari dunia, dan berbuat baiklah sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
TANYA: Kami sedang mengalami rasa futur mohon nasehatnya, sehingga kami bisa nasehatkan pula kepada yang selain kami.
JAWAB: Rasa futur adalah merupakan sesuatu yang pasti akan dialami oleh setiap orang, oleh karena itu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:
«لكل عمل شرة ولكل شرة فترة؛ فمن كانت فترته إلى سنتي فقد نجا، ومن كانت فترته إلى غير ذلك فقد هلك»
“Bagi setiap amalan ada masa semangatnya, dan bagi setiap masa semangat ada masa jenuhnya, maka barang siapa yang masa jenuhnya kepada sunnahku maka sungguh dia telah beruntung, dan barang siapa yang masa jenuhnya kepada selain demikian itu maka sungguh dia telah binasa”.
Barang siapa membawa masa jenuhnya kepada pengamalan terhadap As-Sunnah; baik mempelajarinya, mengamalkanya dan menda’wahkannya maka sungguh dia telah meraih kemenangan untuk masa depannya.
Dan barang siapa membawa masa jenuhnya kepada selain As-Sunnah; baik berupa penyelisihan kepadanya atau mengadakan kebid’ahan dalam agama, menda’wahkannya dan membelanya maka dia akan mendapatkan kepedihan dan kesuraman untuk masa depannya, di dunia dan di akhirat, Alloh Ta’ala berkata:
(وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ)
“Dan barang siapa berpaling dari dzikr (Qur’an)-Ku maka baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.
Demikianlah hukuman bagi orang yang berpaling dari kebenaran lagi berbuat kema’siatan kepada Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.
PERMATA SALAF
* Ustadzuna Abul ‘Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu mengatakan:
المعصية هي مخالفة أمر الله تعالى ورسوله صلى الله عليه وسلم ومخالفة نهيهما
“Ma’siat adalah penyelisihan terhadap perintah Alloh Ta’ala dan Rosul-Nya Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan penyelisihan terhadap larangan kedua-Nya”.
* Shohabat yang mulia Mu’adz bin Jabal Rodhiyallohu ‘anhu berkata:
فمن جعله الله غناه في قلبه فقد أفلح ومن لا فليس بنافعته دنياه
“Barang siapa yang Alloh telah menjadikan kecukupannya di dalam hatinya maka sungguh dia telah beruntung, dan barang siapa tidak (demikian) maka tidaklah memberikan manfaat kepadanya dunianya”.
* Al-Imam Ibnul Qoyyim Rohimahulloh wa Rodhiya ‘Anhu berkata:
فإن السنة حصن الله الحصين الذي من دخله كان من الآمنين، وبابه الأعظم الذي من دخله كان إليه من الواصلين
“Maka sesungguhnya As-Sunnah adalah bentengnya Alloh yang kokoh, barang siapa memasukinya maka keberadaannya dia termasuk dari orang-orang yang aman, dan pintunya adalah paling besar, barang siapa memasukinya maka keberadaannya dia termasuk dari orang-orang yang sampai (kepada tujuannya)”.
Ditulis oleh :
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Afallahu’anhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar