MENGENAL
HAWA NAFSU DAN AKIBAT DARI
MENGIKUTI-NYA
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ؛ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ؛ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيدًا،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا.
أَمَّا بَعْدُ:
1. Pengertian Hawa Nafsu
Hawa
nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada perkara yang harom. Dinamakan hawa
karena menyeret pelakunya di dunia kepada kehancuran dan di akhirat kepada
neraka Hawiyah.” (Mufrodat Alfazhil Qur’an, hal. 848).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي} [يوسف : 53]
“Sesungguhnya hawa nafsu itu selalu menyeruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” (Yusuf: 53).
Asy-Syaikh
Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy –Rohimahullah- berkata:
“Kebanyakan hawa nafsu itu menyuruh pengekornya kepada kejahatan, yaitu
kekejian dan seluruh perbuatan dosa.” Taisîr Al-Karîmirrahmān, hal. 400).
2. Hukuman yang di
segerakan bagi Pengekor Hawa Nafsu
Alloh “azza wa jalla-
berkata:
{أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ . نُسَارِعُ
لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ} [المؤمنون : 55-56]
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami
berikan pada mereka (menunjukkan bahwa) Kami bersegera memeberikan kebaikan-kebaikan
kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar”. (Al-Mu'minun: 55-56).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ
لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا}
[الإسراء : 18]
“Barangsiapa menhendaki kehidupan dunia, maka Kami segerakan
baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan
Kami kehendaki baginya neraka Jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan
tercela dan terusir”. (Al-Isro’: 18).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ . مَتَاعٌ
قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ} [آل عمران: 196-197]
“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang
kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian
tempat tinggal mereka ialah Jahannam,dan Jahannam itulah seburuk-buruk tempat
kembali”. (Ali Imron: 196-197).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ
عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً
فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية : 23]
“Pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai ilah-nya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh
telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Alloh
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”.
(Al-Jatsiyah: 23).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا
فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا} [الإسراء
: 16]
“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati
Alloh) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah
sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri
itu sehancur-hancurnya”. (Al-Isro’: 16).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ
يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ} [الأعراف : 176]
“Dan mereka memperturutkan hawa nafsunya, maka perumpamaanya
seperti anjing. Jika kamu menghalaunya mengulurkan lidahnya. Dan jika kamu
membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga)”. (Al-A’rof: 176).
Ibnu Muqfi’ berkata:
Sesungguhnya hawa nafsu itu hina. Jika kamu ikuti, kamu menjadi hina".
(Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an: 16/166).
Telah
sampai kepada kami beberapa pernyataan tentang masalah ikthilath, muncul
berbagai komentar ketika mereka membaca tulisan kami tentang masalah ikhtilath,
dan mereka pun melontarkan beberapa syubhat, yang seolah-olah mereka tidak mau
menerima kalau ikhtilath itu hukumnya adalah harom, dan mereka pun seolah-olah
mengingkari atas pernyataan kami: "Bahwa orang yang senang dengan
ikthilath dan terus menerus melakukan ikthilath itu mereka kami katakan
orang yang mengikuti hawa nafsunya. Maka kami nyatakan lagi bahwa orang yang
senang dengan ikthilath dan terus menerus melakukan ikthilath itu merupakan
buah dari hawa nafsu yang akan melahirkan kehinaan. Dan kehinaan tidak akan
lenyap kecuali dengan cara kembali kepada agama dan berpegang teguh dengannya,
Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam- berkata:
«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ
وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ
لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ».
“Jika kalian berjual beli dengan sistem ‘ienah, kalian tersibukkan
dengan ternak dan ladang kalian dan kalian meninggalkan jihad, maka Alloh akan
menimpakan kepada kalian kehinaan. Alloh tidak akan mencabut kehinaan tersebut
sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (Diriwayatkan oleh Abu dawud:
3462 dan di shaohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam "Ash-Shohihah"
no. 11).
Al-Imam
Ibnu Qayyim –Rohimahulloh- berkata: “Kemaksiatan akan mewariskan kehinaan,
karena kemuliaan itu hanya dapat diraih dengan ketaatan kepada Alloh.” (Ad-Da’
wad-Dawa’, hal. 94).
Orang
yang menjerumuskan dirinya kedalam ikhtilath maka dia telah lalai dan telah
lupa terhadap peringatan Rabbnya:
{وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ} [البقرة :
195]
“Janganlah kalian menjatuhkan diri kalian kedalam kebinasaan”.
(Al-Baqoroh: 195).
Sebagaimana
telah berlalu keterangan tentang akibat dari ikhtilath (baca; fatwa) yang
menjerumuskan kepada kebinasaan dan mengakibatkan banyak korban, seorang wanita
berkebangsaan Amerika berprofesi sebagai wartawan yang telah menjelajahi dunia
mengatakan: “Cegahlah campur baur antara laki-laki dan perempuan, ikatlah
kebebasan wanita, kembalikan ke masa hijab. Hal itu lebih baik bagi kalian dari
pada kebebasan ke-edanan bangsa Eropa dan Amerika. Saya telah menyaksikan
banyak hal di Amerika, ternyata bangsa Amerika penuh dengan kebebasan yang
mengakibatkan banyak korban.’’ (Al-Mar’ah baina Takrimil Islam wa Da’awi
Tahrir, hal. 28).
Dan
kebanyakan dari orang-orang yang tidak bisa meninggalkan ikhtilath adalah
beberapa alasan, ada karena sebab mentaati orang tua, atau mentaati peraturan
yang di rancang oleh makhluk, atau pun yang selainnya, walaupun semuanya itu
jelas-jelas mengajak kepada bentuk
penyelisihan terhadap
syari’at, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –Rohimahulloh- berkata: “Bahwa siapa
saja yang taat kepada makhluk yang memerintahkan untuk berma'siat kepada Alloh,
niscaya akan mendapatkan kehinaan dan azab Alloh. Inilah keberadaan orang yang berma'siat
kepada utusan Alloh dari kalangan orang-orang musyrik, ahli kitab seperti
Yahudi dan Nasroni, dan ahli bid’ah serta orang yang curang dari kalangan umat
ini”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah: 4/198).
3. Ratap Tangis Para
Pengekor Hawa Nafsu
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ}
[السجدة : 12]
“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika
orang-orang berdosa itu menundukkan kepala mereka di hadapan Robb mereka.
(Mereka berkata): “Wahai Robb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikan kami (ke dunia). Kami akan mengerjakan amal sholih. Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang yakin”. (As-Sajdah: 12).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ
مَاكِثُونَ} [الزخرف : 77]
“Mereka menyeru: “Hai Malik, biarlah Robbmu membunuh kami
saja, “Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”.
(Az-Zukhruf: 77).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ
اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا
مِنَ النَّارِ} [غافر : 47]
“Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantahan dalam
neraka. Orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan
diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
mengidandarkan kami sebagian api neraka?”. (Ghofir: 47).
Al-Hafidz
Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata: “Orang yang lemah yaitu para pengikut akan
berkata kepada orang yang sombong yaitu pembesar dan tokohnya: “Kami di dunia
mentaati seruanmu berupa kekufuran dan kesesatan, maka dapatkah kamu mengambil
siksaan Alloh ini sekalipun hanya sedikit”. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim: 4/84).
Al-Hafidz
Ibnu Katsir Rohimahullah berkata: “Alloh akan membalasmu disebabkan
perbuatanmu. Masing-masing akan membalasmu disebabkan perbuatanmu.
Masing-masing akan disiksa sesuai dengan kezholimannya”. (Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Adzim: 3/540).
Allah
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
. إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ . تَكَادُ تَمَيَّزُ
مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ
نَذِيرٌ . قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ
اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ . وَقَالُوا لَوْ كُنَّا
نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ} [الملك: 6-10]
“Dan orang-orang yang kufur kepada Robbnya, (mereka
memperoleh) azab jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila
mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang mereka menggelagak,
hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali
dilemparkan kedalam sekumpulan (orang-orang yang kufur), penjaga-penjaga neraka
itu bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kalian (di
dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada, Sesungguhnya
telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya)
dan kami katakan: “Alloh tidak menurunkan sesuatu pun” Kamu tidak lain hanyalah
di dalam kesesatan yang besar.” Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan
atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk
penhuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (Al-Mulk: 6-10).
Alloh
–‘Azza wa Jalla- berkata:
{يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا
أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا
سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا} [الأحزاب: 66-67]
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan ke dalam neraka,
mereka berkata: ‘Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Alloh dan taat
(pula) kepada Rosul. Dan mereka berkata: ‘Ya Robb kami, sesungguhnya kami telah
mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang lurus).” (Al-Ahzab: 66-67). Wallohu Ta’ala A’lam.
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin
Salim Al-Limboriy
Di Gresik, 12 Sya’ban 1428 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar