Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

MENGENAL HAWA NAFSU DAN AKIBAT DARI MENGIKUTI-NYA

MENGENAL HAWA NAFSU DAN AKIBAT DARI MENGIKUTI-NYA

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ؛ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ؛ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيدًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا مَزِيدًا.
أَمَّا بَعْدُ:
1. Pengertian Hawa Nafsu

Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada perkara yang harom. Dinamakan hawa karena menyeret pelakunya di dunia kepada kehancuran dan di akhirat kepada neraka Hawiyah.” (Mufrodat Alfazhil Qur’an, hal. 848).

Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:

{وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي} [يوسف : 53]

Sesungguhnya hawa nafsu itu selalu menyeruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.” (Yusuf: 53).
Asy-Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy –Rohimahullah- berkata: “Kebanyakan hawa nafsu itu menyuruh pengekornya kepada kejahatan, yaitu kekejian dan seluruh perbuatan dosa.” Taisîr Al-Karîmirrahmān, hal. 400).


2. Hukuman yang di segerakan bagi Pengekor Hawa Nafsu

Alloh “azza wa jalla- berkata:
{أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ . نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ} [المؤمنون : 55-56]
Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan pada mereka (menunjukkan bahwa) Kami bersegera memeberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar”. (Al-Mu'minun: 55-56).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا} [الإسراء : 18]
Barangsiapa menhendaki kehidupan dunia, maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami kehendaki baginya neraka Jahannam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir”. (Al-Isro’: 18).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ . مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ} [آل عمران: 196-197]
Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam,dan Jahannam itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Ali Imron: 196-197).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ} [الجاثية : 23]
Pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran”. (Al-Jatsiyah: 23).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا} [الإسراء : 16]
Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Alloh) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. (Al-Isro’: 16).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ} [الأعراف : 176]
Dan mereka memperturutkan hawa nafsunya, maka perumpamaanya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya mengulurkan lidahnya. Dan jika kamu membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga)”. (Al-A’rof: 176).
Ibnu Muqfi’ berkata: Sesungguhnya hawa nafsu itu hina. Jika kamu ikuti, kamu menjadi hina". (Tafsir Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an: 16/166).
Telah sampai kepada kami beberapa pernyataan tentang masalah ikthilath, muncul berbagai komentar ketika mereka membaca tulisan kami tentang masalah ikhtilath, dan mereka pun melontarkan beberapa syubhat, yang seolah-olah mereka tidak mau menerima kalau ikhtilath itu hukumnya adalah harom, dan mereka pun seolah-olah mengingkari atas pernyataan kami: "Bahwa orang yang senang dengan ikthilath dan terus menerus  melakukan ikthilath itu mereka kami katakan orang yang mengikuti hawa nafsunya. Maka kami nyatakan lagi bahwa orang yang senang dengan ikthilath dan terus menerus melakukan ikthilath itu merupakan buah dari hawa nafsu yang akan melahirkan kehinaan. Dan kehinaan tidak akan lenyap kecuali dengan cara kembali kepada agama dan berpegang teguh dengannya, Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam- berkata:
«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ».
Jika kalian berjual beli dengan sistem ‘ienah, kalian tersibukkan dengan ternak dan ladang kalian dan kalian meninggalkan jihad, maka Alloh akan menimpakan kepada kalian kehinaan. Alloh tidak akan mencabut kehinaan tersebut sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (Diriwayatkan oleh Abu dawud: 3462 dan di shaohihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam "Ash-Shohihah" no. 11).
Al-Imam Ibnu Qayyim –Rohimahulloh- berkata: “Kemaksiatan akan mewariskan kehinaan, karena kemuliaan itu hanya dapat diraih dengan ketaatan kepada Alloh.” (Ad-Da’ wad-Dawa’, hal. 94).
Orang yang menjerumuskan dirinya kedalam ikhtilath maka dia telah lalai dan telah lupa terhadap peringatan Rabbnya:
{وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ} [البقرة : 195]
Janganlah kalian menjatuhkan diri kalian kedalam kebinasaan”. (Al-Baqoroh: 195).
Sebagaimana telah berlalu keterangan tentang akibat dari ikhtilath (baca; fatwa) yang menjerumuskan kepada kebinasaan dan mengakibatkan banyak korban, seorang wanita berkebangsaan Amerika berprofesi sebagai wartawan yang telah menjelajahi dunia mengatakan: “Cegahlah campur baur antara laki-laki dan perempuan, ikatlah kebebasan wanita, kembalikan ke masa hijab. Hal itu lebih baik bagi kalian dari pada kebebasan ke-edanan bangsa Eropa dan Amerika. Saya telah menyaksikan banyak hal di Amerika, ternyata bangsa Amerika penuh dengan kebebasan yang mengakibatkan banyak korban.’’ (Al-Mar’ah baina Takrimil Islam wa Da’awi Tahrir, hal. 28).
Dan kebanyakan dari orang-orang yang tidak bisa meninggalkan ikhtilath adalah beberapa alasan, ada karena sebab mentaati orang tua, atau mentaati peraturan yang di rancang oleh makhluk, atau pun yang selainnya, walaupun semuanya itu jelas-jelas mengajak kepada bentuk penyelisihan terhadap syari’at, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –Rohimahulloh- berkata: “Bahwa siapa saja yang taat kepada makhluk yang memerintahkan untuk berma'siat kepada Alloh, niscaya akan mendapatkan kehinaan dan azab Alloh. Inilah keberadaan orang yang berma'siat kepada utusan Alloh dari kalangan orang-orang musyrik, ahli kitab seperti Yahudi dan Nasroni, dan ahli bid’ah serta orang yang curang dari kalangan umat ini”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah: 4/198).

3. Ratap Tangis Para Pengekor Hawa Nafsu

Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ} [السجدة : 12]
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepala mereka di hadapan Robb mereka. (Mereka berkata): “Wahai Robb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikan kami (ke dunia). Kami akan mengerjakan amal sholih. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. (As-Sajdah: 12).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ} [الزخرف : 77]
Mereka menyeru: “Hai Malik, biarlah Robbmu membunuh kami saja, “Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”. (Az-Zukhruf: 77).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ} [غافر : 47]
Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantahan dalam neraka. Orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: “Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu mengidandarkan kami sebagian api neraka?”. (Ghofir: 47).
Al-Hafidz Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata: “Orang yang lemah yaitu para pengikut akan berkata kepada orang yang sombong yaitu pembesar dan tokohnya: “Kami di dunia mentaati seruanmu berupa kekufuran dan kesesatan, maka dapatkah kamu mengambil siksaan Alloh ini sekalipun hanya sedikit”. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim: 4/84).
Al-Hafidz Ibnu Katsir Rohimahullah berkata: “Alloh akan membalasmu disebabkan perbuatanmu. Masing-masing akan membalasmu disebabkan perbuatanmu. Masing-masing akan disiksa sesuai dengan kezholimannya”. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim: 3/540).
Allah –‘Azza wa Jalla- berkata:
{وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ . إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ . تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ . قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ . وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ} [الملك: 6-10]
Dan orang-orang yang kufur kepada Robbnya, (mereka memperoleh) azab jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang mereka menggelagak, hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan kedalam sekumpulan (orang-orang yang kufur), penjaga-penjaga neraka itu bertanya  kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kalian (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada, Sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Alloh tidak menurunkan sesuatu pun” Kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar.” Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penhuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (Al-Mulk: 6-10).
Alloh –‘Azza wa Jalla- berkata:
{يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا} [الأحزاب: 66-67]
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan ke dalam neraka, mereka berkata: ‘Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Alloh dan taat (pula) kepada Rosul. Dan mereka berkata: ‘Ya Robb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang lurus).” (Al-Ahzab: 66-67). Wallohu Ta’ala A’lam.

Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di Gresik, 12 Sya’ban 1428 H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar