Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

BAHAN RENUNGAN

ANDA LEBIH SEJAHTERA DI KEHIDUPAN DUNIAMU
BILA DIBANDINGKAN PARA PENDAHULUMU

بسم الله الرحمن الرحيم

Bila kita melihat kepada kehidupan Nabi kita Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya maka tentu sangat jauh dengan kehidupan kita di zaman ini, beliau dan para shohabatnya hidup dalam penderitaan dan kesusahan namun mereka terus menerus istiqomah di atas agama Islam yang mulia ini, mereka bersabar pada semua keadaan mereka hingga mereka meraih kehidupan yang sejahtera dan kekal abadi selama-lamanya.

Keadaan umat di zaman ini sangat jauh dengan keadaan mereka, baik tempat tinggal, makanan dan minuman serta berbagai penghiasan hidup.

Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sering kelaparan, begitu pula para shohabatnya, di kota Makkah mereka di hishor (diboikot) dan ketika hijroh pun mereka mendapatkan berbagai macam ujian, baik berupa kelaparan maupun berbagai kekurangan hidup, mereka mampu menguasai berbagai kota dan menaklukan berbagai negara namun tidak menjadikan mereka dengan kekuasaan itu untuk hidup bermewah-mewahan dan bermegah-megahan, bahkan beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam bersama para istrinya sering kelaparan, begitu pula bersama para shohabatnya, mereka sering kelaparan, beliau bersama dua shohabat akrabnya (Abu Bakr dan Umar) sering pula mengalami rasa lapar yang sangat, Al-Imam Muslim meriwayatkan di dalam "Shohih"nya dari hadits Abu Huroiroh Rodhiyallohu 'anhu, beliau berkata:

"خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم أو ليلة فإذا هو بأبي بكر وعمر فقال: ما أخرجكما من بيوتكما هذه الساعة؟" قالا: الجوع يا رسول الله، قال: وأنا والذي نفسي بيده لأخرجني الذي أخرجكما".

"Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam keluar pada suatu hari atau suatu malam, ternyata beliau berpapasan dengan Abu Bakr dan Umar, maka beliau berkata: "Apa yang mengeluarkan kalian dari rumah kalian pada jam begini?", keduanya menjawab: "Rasa lapar wahai Rosululloh, beliau berkata: "Dan aku demikian pula, Demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh yang membuatku keluar sebagaimana kalian berdua keluar".

Untuk kisah bagaimana penderitaan dan ujian yang beliau dan para shohabatnya rasakan berupa kekurangan dan rasa lapar yang sering kali terjadi pada mereka maka bisa anda baca di dalam kitab Al-Imam Al-Wadi'iy Rohimahulloh yang berjudul "Dzammul Mas'alah" yang versi Indonesia-nya adalah "Tercelanya meminta-minta".

Ini diantara yang berkaitan dengan kekurangan makanan yang mereka alami, adapun yang berkaitan dengan tempat tinggal maka sungguh rumah beliau sangat sempit, kamar tidur beliau hanya seukuran dua orang, beliau bila sholat lail maka beliau sholat yang di depan beliau adalah istrinya (Aisyah) yang sedang beristrahat, bila beliau sujud maka Aisyah mengangkat kakinya sehingga beliau bisa sujud di tempat kaki Aisyah ketika berbaring, ketika beliau sudah bangkit dari sujud maka Aisyah melentangkan kembali kakinya.

Tidak perlu bagi kami untuk menyebutkan banyak dalil dan memperpanjang penjelasan namun apa yang kami sebutkan ini cukup sebagai pelajaran bagi yang ingin mengharapkan kehidupan dan kesejahteraan hidup, Alloh Ta'ala berkata:

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا . وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا . كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا . انْظُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلْآخِرَةُ أَكْبَرُ دَرَجَاتٍ وَأَكْبَرُ تَفْضِيلًا} [الإسراء: 18-21].

"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (dunia), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia adalah beriman, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari Robbmu, dan pemberian Robbmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya". (Al-Isro': 18-21).

Untaian kata yang sedikit akan memberi manfaat yang banyak bila direnungi dan dipikirkan kandungannya, dan untaian kata yang banyak tidak akan memberi manfaat bila disampaikan kepada orang yang hatinya bagaikan tanah tandus yang gersang yang tidak bisa menyerap dan menampung air yang turun dari langit.

Disampaikan oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
'Afallohu 'anhu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar