KISAH SALMAN AL-FARISIY
Pada kesempatan ini kami sengaja menyusun kisah Shahabat yang Mulia
Salman Al-Farisy yang mana kisah beliau radhiyallahu ‘anhu sarat dengan
faedah ilmu. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan tulisan ini
bermanfaat untuk kami dan para pemuda khususnya dan kaum yang
menginginkan kebenaran.
Segala puji bagi Allah Rabb semesta Alam yang telah menciptakan zaman
yang silih berganti, yang di dalam zaman tersebut terdapat berbagai
macam pelajaran yang perlu untuk diketahui bagi orang-orang yang
berakal. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Allah dan aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya. Amma ba’du:
Saudaraku –semoga Allah memberikan hidayah kepadaku dan kepada kalian-
bahwa telah kita ketahui suatu prinsip dari berbagai macam prinsip, dan
telah tersebar luas dikalangan masyarakat tentang suatu ungkapan bahwa
"Pengalaman itu adalah guru yang terbaik".
Dan kita adalah termasuk para pemuda yang tentunya sudah pernah melalui
masa-masa dan sudah memperoleh berbagai macam pengalaman, dimana
pengalaman tersebut ada yang manis dan ada pula yang pahit, ada yang
menyenangkan dan ada yang menyedihkan, dan ada yang sangat memuaskan dan
ada pula yang kurang memuskan. Dari pengalaman-pengalam an tersebut
otomatis akan memberikan nuansa bagi kita untuk berfikir lebih dewasa
dan lebih jeli terhadap suatu perkara baru yang kita akan hadapi.
Maka pada kesempatan ini kami sengaja menyusun kisah Shahabat yang Mulia
Salman Al-Farisy yang mana kisah beliau radhiyallahu ‘anhu sarat dengan
faedah ilmu. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan tulisan ini
bermanfaat untuk kami dan para pemuda khususnya dan kaum yang
menginginkan kebenaran.
SALMAN AL-FARISI SEBUAH TELADAN BAGI PARA PEMUDA
Pada zaman dahulu ada seorang pemuda yang sangat cerdik dan sangat jeli
terhadap suatu perkara, yang sangat perlu bagi kita mengambil ‘ibrah
darinya. Dia adalah Salman Al-Farisy. Pada suatu ketika Salman A-Farisy
bercerita kepada Ibnu Abbas [1], beliau berkata:
Aku adalah orang Persia negara Parsia, dan aku tinggal di suatu tempat
yang bernama Asfahan di desa Jayyu Ayahku seorang tokoh di desaku dan
aku adalah makhluk Allah yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku
sehingga aku dipingit di dalam rumah sebagaimana anak gadis dipingit
dalam rumah. Aku ketika itu beragama penyembah api dan aku memiliki
tugas khusus menjaga api yang harus senatiasa menyala terus dan tidak
boleh padam sesaatpun. Bapakku mempunyai ladang yang sangat luas, pada
suatu saat bapakku tersibukkan dengan bangunan, sehinga berkata
kepadaku: Anakku pada hari ini aku sibuk dengan bangunan ini hingga
tidak mempunyai waktu untuk mengurusi ladangku. Oleh karena itu pergilah
kamu ke ladang! Ayahku memerintahkan beberapa hal yang perlu aku
kerjakan, kemudian berkata kepadaku: Jangan terlambat pulang kepdaku,
engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau membuatku lupa
segala urusan yang ada.
[SALMAN TERTARIK DENGAN AGAMA NASRANI]
Kemudian aku pergi menuju ladang bapakku seperti diperintahkan bapakku.
Dalam perjalanan menuju ladang bapakku, aku melewati salah satu gereja
milik orang-orang Nasrani, dan aku dengar suara-suara mereka ketika
mereka beribadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak persoalan manusia,
karena aku dipingit bapakku di rumah, ketika itu aku mendengar
suara-suara mereka, aku masuk kepada mereka untuk melihat dari dekat apa
yag mereka kerjakan di dalamnya. Ketika aku melihat mereka aku, aku
kagum terhadap ibadah-ibadah mereka dan tertarik kepada kegiatan mereka.
Aku berkata demi Allah, agama mereka ini lebih baik dari pada agama
yang aku peluk. Demi Allah aku tidak akan tinggalkan mereka sampai
matahari terbenam, aku membatalkan pergi ke ladang bapakku, aku berkata
kepada mereka (orang-orang Nasrani tersebut): Agama ini berasal dari
mana?" Mereka menjawab dari Syam. Setelah itu, aku pulang ke rumah dan
ternyata bapakku mencariku, dan aku membuatnya tidak mengerjakan
pekerjaannya. Ketika aku telah kembali kebapakku, bapakku berkata
kepadaku: Anakku dari mana saja Engkau? Bukankah engkau telah berbuat
perjanjian denganku? Aku berkta: Ayah aku tadi berjalan melewati
orang-orang yang sedang mengerjakan beribadah di gereja mereka, kemudian
aku kagum terhadap agama mereka yang aku lihat. Demi Allah aku berada
di tempat mereka hingga matahari terbenam. Bapakku berkata: Anakku tidak
ada kebaikan pada agama tersebut. Aku berkata tidak, demi Allah, agama
tersebut lebih baik daripada agama kita. Setelah kejadian tersebut
bapakku mengkhawatirkanku, ia ikat kakiku dan aku dipingit dalam
rumahnya. Aku mengutus seseorang kepada orang-orang Nasrani dan aku
katakan kepada mereka, jika ada rombongan dari Syam datang kepada
kalian, maka beri kabar kepadaku tentang mereka. Tidak lama setelah itu,
datanglah pedagang-pedagang Nasrani dari Syam, kemudian mereka
menghubungiku. Aku katakan kepada mereka, jika mereka telah selesai
memenuhi hajatnya dan hendak mau pulang ke negeri mereka, maka beri izin
kepadaku untuk aku ikut bersama mereka.
[SALMAN KABUR DAN BERANGKAT KE SYAM]
Ketika para pedagang Nasrani, hendak kembali ke negerinya, orang-orang
nasrani segera memberi kabar kepadaku tentang mereka, kemudian aku
melepas rantai di kakiku dan aku pergi bersama mereka hingga sampai ke
negeri Syam. Setelah tiba di Syam, aku bertanya, siapakah pemeluk agama
ini yang paling banyak ilmunya? Mereka menjawab: Uskup di gereja,
kemudian aku datang kepada Uskup tersebut dan berkata kepadanya, aku
amat tertarik dengan agama ini. Jadi aku ingin bersamamu dan melayanimu
di gerejamu dan agar bisa belajar bersamamu dan beribadah bersamamu.
Uskup berkata masuklah! Aku pun masuk kepadanya, ternyata Uskup tersebut
orang yang jahat. Ia mengajak ummat untuk bersedekah, namun ketika
mereka telah mengumpulkan sedekahnya melalui dia, ia simpan untuk
dirinya dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang fakir miskin, hingga
ia berhasil mengumpulkan tujuh peti penuh yang berisikan emas dan
perak. Aku sangat marah kepadanya karena perbuatannya tersebut. Tidak
lama kemudian Uskup tersebut mati. Orang-orang Nasrani berkumpul untuk
mengurus jenazahnya, namun aku katakan kepada mereka: Sungguh orang ini
telah berbuat jahat, ia menganjurkan kalian bersedekah, namun ketika
kalian menyerahkan sedekah melaluinya, ia malah menyimpannya untuk
dirinya sendiri dan tidak membagikannya sedikitpun kepada fikir miskin,
mereka berkata: darimana engkau mengetahui ha ini? Aku katakan kepada
mereka, mari aku tunjukan tempat penyimpanannya! Aku tunjukan tempat
penyimpanan uskup tersebut kepada mereka, kemudian mereka mengeluarkan
tujuh peti yang berisi penuh dengan emas dan perak. Ketika melihat
ketujuh peti tersebut, mereka berkata: Demi Allah, kita tidak akan
mengubur mayat uskup ini. Mereka menyalib Uskup tersebut dan
melemparinya dengan batu. Setelah itu, mereka menunjuk orang lain untuk
menjadi Uskup pengganti.
[SALMAN BERSAMA USKUP YANG SHOLIH]
Aku tidak pernah melihat orang yang sholat yang lebih mulia, lebih
zuhud, lebih cinta kepada akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari
dari Uskup baru tersebut. Aku mencintai Uskup tersebut dengan cinta yang
tidak ada duanya. Aku tinggal bersamanya lama sekali hingga kemudian
ajal menjemputnya. Aku berkata kepadanya (sebelum dia wafat),
sesungguhnya aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu dengan cinta
yang tidak ada duanya, sekarang seperti yang telah lihat keputusan Allah
telah datang kepadamu, maka engkau titipkan aku kepada siapa (untuk
belajar)? Uskup menjawab: Anakku, demi Allah aku tidak tahu ada orang
yang seperti diriku. Manusia sudah banyak yang meninggal dunia, mengubah
agamanya dan meninggalkan apa yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali
satu orang di Al-Maushil, yaitu Si Fulan, ia seperti diriku. Pergilah
engkau kepadanya!
[SALMAN BERSAMA USKUP DI AL-MAUSHIL]
Ketika Uskup tersebut telah meninggal dunia dan di kubur, aku pergi
kepada Uskup Al-Maushil. Ketika sampai di sana, aku katakan kepadanya:
Hai Fulan, sesungguhnya Uskup si Fulan telah berwasiat kepadaku ketika
hendak wafat agar aku pergi kepadamu. Ia jelaskan kepadaku bahwa engkau
seperti dia, Uskup tersebut berkata: Tinggallah bersamaku! Aku menetap
bersamanya. Aku melihat ia sangatlah baik seperti cerita shahabatnya.
Tidak lama kemudian Uskup tersebut wafat. Menjelang wafatnya, aku
berkata kepadanya: Hai Fulan, sesungguhnya Uskup si Fulan telah
berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu dan sekarang keputusan Allah
telah datang kepadamu seperti yang engkau lihat, maka kepada siapa
engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahan kepadaku? Uskup berkata:
Anakku demi Allah, aku tidak tahu ada orang seperti kita kecuali satu
orang saja di Nashibin, yaitu Si Fulan. Pergilah kepadanya.
[SALMAN BERSAMA USKUP NASHIBIN]
Ketika Uskup tersebut wafat dan usai dikubur, aku pergi kepada Uskup
Nashibin. Aku jelaskan perihal diriku kepadanya dan apa yang
diperintahkan dua shahabatku kepadanya. Ia berkata tinggallah bersamaku,
aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti dua shahabatku yang
telah wafat. Aku tinggal bersama orang yang terbaik. Demi Allah tidak
lama kemudian ia wafat. Menjelang kematiannya, aku berkata: Hai Fulan,
sungguh Si Fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada Si
Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat kepadaku agar aku pergi
kepadamu, maka kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang akan engkau
perintahkan kepadaku? Uskup tersebut berkata: Anakku demi Allah, aku
tidak tahu orang yang seperti kita dan aku perintahkan engkau pergi
kepadanya kecuali satu orang di Ammuriyah wilayah Romawi. Ia sama
seperti kita. Jika engkau mau, pergilah kepadanya, karena ia sama
seperti kita.
[SALMAN PERGI KE USKUP AMMURIYAH]
Ketika Uskup Nashibin telah wafat dan dikuburkan, aku pergi kepada Uskup
Ammuriyah. Aku jelaskan perihal diriku kepadanya. Ia berkata:
Tinggallah bersamaku! Aku tinggal bersama orang yang terbaik sesuai
dengan petunjuk shahabat-shahabatny a dan perintah mereka. Aku bekerja
(sambil belajar), sehingga aku memiliki beberapa lembu dan
kambing-kambing, tidak lama kemudian, Uskup tersebut wafat, menjelang
wafatnya aku bertanya kepadanya: Hai Si Fulan sungguh aku pernah tinggal
bersama Si Fulan, kemudian ia berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada
Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat kepadaku agar pergi
kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan tersebut berwasiat agar aku pergi
kepada Si Fulan, kemudian Si Fulan berwasiat agar aku pergi kepada
engkau, maka kepada siapa engkau wasiatkan? Uskup berkata: Anakku, demi
Allah, sungguh aku tidak tahu pada hari ini ada orang-orang yang seperti
kita yang aku bisa perintahkan kepada engkau untuk pergi kepadanya,
namun telah dekat datangnya seorang Nabi. Ia diutus dengan membawa agama
Ibrahim –‘alaihis salam- dan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya
adalah daerah diantara dua daerah yang berbatu dan diantara dua daerah
tersebut terdapat pohon-pohon kurma., Nabi tersebut mempunyai
tanda-tanda yang tidak bisa disembunyikan; ia memakan hadiah dan tidak
memakan sedekah. Diantara kedua bahunya terdapat cap kenabian. Jika
engkau bisa pergi kenegeri tersebut, pergilah engkau kesana!
[SALMAN PERGI KELEMBAH AL-QURO]
Setelah Uskup tersebut wafat dan di makamkan. Dan aku tetap tinggal di
Ammuriyah hingga beberapa lama. Setelah itu, sekelompok pedagang
berjalan melewatiku. Aku berkata kepada mereka: Bawalah aku kenegeri
Arab, niscaya aku serahkan kambingku ini kepada kalian, mereka berkata:
Ya, aku berikan lembu dan kambing-kambingku kepada mereka, dan mereka
membawaku. Namun ketika tiba di lembah Al-Quro, mereka mendzolimiku.
Mereka menjualku kepada orang Yahudi sebagai seorang budak. Kemudian aku
tinggal bersama orang Yahudi tersebut, dan aku melihat kurma. Aku
berharap kiranya negeri ini yang pernah diisyaratkan shahabatku.
[SALMAN TIBA DI MADINAH]
Disaat aku tinggal dengan orang Yahudi tersebut, tiba-tiba saudara misan
orang Yahudi yang berasal dari Bani Quraidzah tiba dari Madinah. Ia
membeliku dari orang Yahudi tersebut, dan membawaku ke Madinah, demi
Allah, ketika aku melihat Madinah, persis seperti yang dijelaskan
shahabatku. Aku menetap di sana. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam diutus sebagai Nabi dan masih menetap di Makkah dalam jangka
waktu tertentu dan aku tidak mendapatkan informasi tentang beliau karena
kesibukanku berstatus sebagai budak. Tidak lama setelah itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah.
[SALMAN MENDENGAR TEMPAT HIJRAH NABI]
Demi Allah, aku berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa
pekerjaan untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba
saudara misan tuanku datang dan berdiri di depannya sembari berkata: Hai
Fulan semoga Allah membunuh Bani Qailah. Demi Allah, sesungguhnya
mereka sekarang berkumpul di Quba’ untuk menyambut kedatangan seorang
laki-laki dari Makkah, dan mereka mengklaim bahwa orang tersebut adalah
Nabi. Ketika aku mendengar ucapan saudara misan tuanku, aku menggigil
seolah-olah aku jatuh mengenai tuanku. Kemudia aku turun dari atas pohon
kurma dan bertanya kepada saudara misan tuanku, apa yang engkau katakan
tadi? Tuanku marah kepadaku dan menamparku dengan sangat marah
mendengar pertanyaanku, sembari berkata: Apa urusanmu dengan persoalan
ini? Pergi sana dan bereskan pekerjaanmu! Aku berkata: tidak apa-apa,
aku hanya kepingin tahu ucapannya.
[SALMAN MENCARI TANDA-TANDA KENABIAN PADA RASULULLAH]
Aku mempunyai sesuatu yang telah aku siapkan. Pada sore hari, aku
mengambilnya kemudian pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, di Quba’. Aku masuk menemui beliau dan berkata kepadanya: Aku
mendapat informasi bahwa engkau orang yang sholih. Engkau mempunyai
shahabat-shahabat, terasing dan memerlukan bantuan. Ini sedekah dariku.
Aku melihat kalian lebih berhak daripada orang lain. Aku serahkan
sedekah tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian beliau berkata kepada shahabat-shahabatny a: "Makanlah" beliau
menahan mulutnya dan tidak memakan sedikitpun dari sedekahku. Aku
berkata dalam hati, ini tanda pertama, kemudian aku minta pamit dari
hadapan Rasulullah. Setelah itu ku mengumpulkan sesuatu yang lain,
sementara Rasulullah shallallahu ;alaihi wa sallam sudah pindah ke
Madinah. Aku datang kepada beliau dan berkata kepadanya: sungguh aku
melihatmu tidak memakan harta sedekah. Ini hadiah khusus aku berikan
kepadamu. Maka Rasulullah memakan hadiah dariku dan memerintahkan
shahabat-shahabatny a ikut makan bersamanya. Aku berkata dalam hati ini
tanda yang kedua.
[SALMAN MASUK ISLAM]
Setelah itu aku mendatangi Rasulullah di Baqi’ Al-Gharqad yang ketika
itu sedang mengantar jenazah salah seorang dari shahabatnya. Aku sudah
mengetahui dua tanda pada beliau. Beliau sedang duduk di antara
shahabat-shahabatny a, kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau.
Setelah itu aku berada di belakang beliau, karena ingin melihat punggung
beliau, apakah aku bisa melihat cap kenabian yang dijelaskan
shahabatku? Ketika Rasulullah melihatku berada di belakangnya, beliau
mengetahui bahwa aku mencari sifat yang pernah dijelaskan shahabatku.
Beliau membuka kain dari punggungnya, maka pada saat itulah aku melihat
cap kenabian pada beliau. Kemudian aku balik ke depan beliau dan
menangis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:
Baliklah, aku berbalik arah dan duduk di depan beliau, aku ceritakan
semua kisah tentang diriku kepada beliau sebagaimana aku ceritakan
kisahku ini kepadamu, hai Ibnu Abbas! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ingin kisahku ini didengar pula oleh shahabat-shahabatny a.
Setelah itu aku sibuk karena berstatus budak, hingga tidak bisa ikut
perang Badar dan perang Uhud bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
[SALMAN MENJADI ORANG MERDEKA]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku: Bebaskanlah
dirimu dengan membayar sejumlah uang, hai Salman! Kemudian aku
memerdekakan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma
yang aku tanam untuk tuanku dan emas empat puluh ons. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru shahabat-shahabatny a: Bantulah
saudara kalian ini! Shahabat-shahabat Rasulullah memberi bantuan anak
pohon kurma kepadaku. Ada shahabat yang memberiku dengan tiga puluh anak
pohon kurma. Dan ada shahabat yang memberiku lima belas anak pohon
kurma, dan ada shahabat yang memberiku sepuluh anak pohon kurma, setiap
orang membantu sesuai dengan kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul
tiga ratus pohon kurma. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepadaku: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk anak-anak
pohon kurma ini! Jika engkau telah selesai menggalinya, datanglah
kepadaku, agar aku sendiri yang akan meletakannya dengan tanganku
sendiri ke dalam lubangnya.
Kemudian aku menggali lubang untuk anak-anak pohon kurma tersebut dengan
dibantu shahabat-shahabatku . Ketika aku telah selesai menggalinya, aku
menghadap kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
melaporkan kepada beliau bahwa aku telah selesai membuat lubang.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersamaku ke
lubang-lubang tersebut. Kami berikan anak pohon kurma kepada beliau dan
diletakannya ke dalam lubang tersebut. Demi Dzat yang jiwa Salman berada
di Tangan-Nya, tidak ada satu anak pohon kurma pun yang mati. Aku
pelihara pohon-pohon kurma tersebut dan aku mempunyai sedikit harta.
Tidak lama setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
dengan membawa emas sebesar telur ayam dari salah satu lokasi
pertambangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: ‘"Ambil
emas ini dan bayarlah hutangmu dengannya!" Aku berkata: Wahai Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Bagaimana emas ini bisa menutupi
hutangku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: Ambillah
emas ini karena Allah akan menutup hutangmu dengannya!" [2] Demi Dzat
yang jiwa Salman berada di tangan-Nya, ternyata berat emas tersebut pas
empat puluh ons. Kemudian aku bayar hutangku pada tuanku dengan emas
tersebut. Setelah itu aku menjadi orang merdeka. Aku bisa ikut perang
Khandaq bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang
merdeka dan sesudah perang itu akan tidak pernah melewatkan satu
peperanganpun [3].
KEZUHUDAN SALMAN ALFARISY
Abu Nu’aim mengeluarkan dari Athiyah bin Amir, dia berkata, "Aku pernah
melihat Salman Al-Farisy radhiyallhu ‘anhu menolak makanan yang
disuguhkan kepadanya, lalu dia berkata, "Tidak, tidak. Karena aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata:
‘Sesungguhnya orang yang lebih sering kenyang di dunia akan lebih lama
laparnya di akhirat. Wahai Salman, dunia ini hanyalah penjara orang
Mukmin dan surga orang kafir". [4]
PELAJARAN DARI KISAH SALMAN AL-FARISY
Diantara pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Salman Al-Farisy adalah:
Pada kisah Salman tersebut menunjukan bahwa yang namanya hidayah
adalah urusannya Allah, Allah akan berikan kepada orang yang Dia
kehendaki, sebagaimana Salman, beliau berniat ingin melaksakan perintah
bapaknya untuk pergi bekerja ke ladang, sebagai salah satu wujud dari
berbakti kepada bapaknya, namun di tengah perjalanan ia mendapati suatu
kaum yang beribadah di dalam gereja, sehingga pada akhirnya ia
mendapatkan hidayah dari Allah ‘azza wa jalla. Dan datangnya hidayah
pada seseorang itu adakalanya dengan cara mencari dengan kesungguhan
untuk mendapatkannya dan terkadang dengan tiba-tiba seseorang
mendapatkan hidayah (tanpa dengan upaya untuk mencarinya), sekadar
contoh masuk Islamnya Umar Ibnul Khoththob dengan tiba-tiba beliau masuk
Islam.
Samahatusy Syaikh Abdul ‘Aziz Abdullah bin Bazz berkata dalam ta’liqat
Kitab Fathul Majiid: "Hidayah diberikan kepada penerima petunjuk pada
hatinya dengan mengubahnya dari kesesatan, kekufuran dan kefasikan,
untuk menuju kepada petunjuk, keimanan, ketaatan dan meluruskannya pada
jalan Allah dan mengokohkannya. Petunjuk ini khusus pada Allah Ta’ala,
karena Dialah yang Maha Kuasa membolak-balikan hati dan mengubahnya
serta menunjukan dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa
yang dikehendaki Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan
barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat
memberinya petunjuk."
ﺀ Saudaraku –hadanallahu wa iyyakum- perhatikanlah perkataan bapak
Salman: "Anakku tidak ada kebaikan pada agama-agama selain agama kita".
Ini menunjukan bukti konkrit bahwa tidaklah ada suatu kelompok yang
sesat sekalipun untuk mengaku jika ia berada dalam kesesatan, bahkan ia
akan merasa di atas petunjuk dan kebenaran. Maka jangan kita tertipu!
Kita adalah para pemuda yang sudah sampai pada jenjang-jenjang
kedewasaan berfikir, maka konsentrasikan fikiran dan berupayalah untuk
lebih jeli dan teliti dalam memilih dan memilah terhadap sesuatu perkara
atau ketika kita akan membuat keputusan, dan ini peringatan bagi kita.
Wallahul mustaan!
ﺀ Saudaraku seperjuangan –hayyakumullah- lihatlah sikap dan tindak
tanduknya Salman ketika tiba di Syam, beliau langsung bertanya, siapakah
pemeluk agama ini yang paling banyak ilmunya? Ini menunjukkan
kecerdasan beliau, beliau benar-benar memahami akan pentingnya ilmu.
Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr berkata: "Ilmu
merupakan pokok pangkal segala kebaikan. Sedangkan kejahilan merupakan
pokok pangkal segala kejelekan. Cinta kepada kezhaliman, permusuhan,
melakukan kekejian dan melanggar larangan-larangan, sebabnya yang
pertama adalah kejahilan serta rusaknya ilmu atau rusaknya niat. Dan
rusaknya niat disebabkan karena rusaknya ilmu. Kejahilan dan rusaknya
ilmu merupakan sebab pertama dalam kerusakan amal dan berkurangnya iman.
[5]
Beliau juga menjelaskan: "Jahil tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah
penyakit yang berbahaya dan membinasakan yang akan menggiring
pemiliknya menuju kecelakaan dan adzab yang besar. Barangsiapa yang
penyakit ini mengakar pada dirinya dan menguasainya, jangan engkau
bertanya tentang kebinasaannya (yakni pasti akan binasa). Dia akan
berkubang dalam kemaksiatan dan dosa, terjungkir balik dari jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang lurus, pasrah dalam seruan syubhat dan syahwat.
Kecuali bila dia dijemput oleh rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
siraman hati dan cahaya penglihatan. Itulah kunci kebaikan, yaitu ilmu
yang bermanfaat yang akan membuahkan amal shalih. Sebab, tidak ada obat
terhadap penyakit itu melainkan ilmu. Dan seseorang tidak akan terlepas
dari penyakit ini melainkan bila Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan
kepadanya ilmu yang bermanfaat dan memberikan bimbingan kepadanya.
Barangsiapa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kebaikan
kepadanya, Dia akan mengajarkannya ilmu yang bermanfaat dan memberikan
kedalaman tentang agama serta memperlihatkan kepadanya segala yang akan
menjadikan dia bahagia dan bergembira, kemudian dia keluar dari kubangan
kejahilan. Dan kapan saja Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menginginkan
kebaikan untuknya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menetapkan dia di
atas kejahilan. Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah kita meminta
agar Dia menyirami hati kita dengan ilmu dan iman, serta melindungi kita
dari kejahilan dan permusuhan." [6]
Lihatlah apa yang menyebabkan bapaknya Salman menolak kebenaran dan
bahkan tidak ridho kalau Salman mengikuti Agama Nabiullah Isa –‘alaihi
salam-, ini menunjukan ketidak tahuannya terhadap kebenaran dan ia bodoh
terhadap kebenaran, sungguh benar perkataan Ibnul Qayyim rahimahullahu:
"Sebab tertolaknya kebenaran banyak sekali. Di antaranya adalah
kejahilan, dan inilah sebab yang mendominasi pada kebanyakan orang.
Karena barangsiapa jahil terhadap sesuatu niscaya dia akan menentangnya
dan menentang pemeluknya." [7].
Al-Imam Ahmad rahimahullahu berkata: "Sesungguhnya seseorang melakukan
penyelisihan karena sedikitnya pengetahuan mereka tentang segala apa
yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam." [8]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: "Kebenaran banyak
hilang di tengah orang-orang yang jahil lagi ummi (tidak pandai membaca
dan menulis)." [9]
Saudaraku seperjuangan! -Semoga Allah menjaga kita- lihatlah apa yang
diwasiatkan oleh para Uskup kepada Salman? Mereka semua memberikan
wasiat untuk berkumpul dan berteman dengan orang-orang yang Sholih, dan
telah kita maklumi bahwa seseorang itu tergantung agama temannya,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berkata: "(Agama) seseorang
tergantung dari agama temannya, maka perhatikanlah kepada engkau
temanmu." [10].
Ibnu Mas’ud berkata: "Nilailah seseorang itu dengan siapa ia berteman
karena seorang Muslim akan mengikuti Muslim yang lain dan seorang fajir
akan mengikuti orang fajir yang lainnya." [11] Dan ia juga berkata:
"Seseorang itu akan berjalan dan berteman dengan orang yang dicintainya
dan mempunyai sifat seperti dirinya." [12]. Beliau melanjutkan:
"Nilailah seseorang itu dengan temannya sebab sesungguhnya seseorang
tidak akan berteman kecuali dengan orang yang mengagumkannya (karena
seperti dia)." [13].
Yahya bin Abi Katsir mengatakan, Nabi Sulaiman bin Daud Alaihis Salam
bersabda: "Jangan menetapkan penilaian terhadap seseorang sampai kamu
memperhatikan siapa yang menjadi temannya." [14]
Qatadah berkata: "Sesungguhnya kami, demi Allah belum pernah melihat
seseorang menjadikan teman buat dirinya kecuali yang memang menyerupai
dia maka bertemanlah dengan orang-orang yang shalih dari hamba-hamba
Allah agar kamu digolongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka."
[15].
BERPIKIRLAH SEJENAK!
Setelah kita mengetahui kisah Salman Al-Farisy, mari kita mencoba
merenungi dan meresapi kisah tersebut, bukankah Salman Al-Farisy adalah
seorang anak yang paling disayangi oleh bapaknya, namun karena panggilan
kebenaran beliau –radhiyallahu ‘anhu- lebih memilih untuk hidup bersama
Uskup, hingga penderitaan demi penderitaan, kepedihan demi kepedihan
beliau rasakan, dan bahkan ketika beliau mencari kebenaran beliau
mendapatkan resiko yang sangat besar, hingga akhirnya beliau pun menjadi
budak yang diperjual belikan. Apakah dengan ujian dan hambatan yang
beliau dapati mengakibatkan beliau loyo dan patah semangat? Demi Allah
beliau adalah orang paling penyabar dan kokoh keimanannya. Mampukah kita
seperti beliau? Sudikah kita meninggalkan perkara-perkara mubah atau
bahkan perkara haram karena menyambut panggilan kebenaran?
Wahai saudaraku seperjuangan! Ingatlah perjuangan belum berakhir! Badai
dan gelombang fitnah akan terus menghadai, maka dengan apa dan persiapan
apa kita akan menghadapinya? Tidakkah kita mau berfikir dan mengambil
pelajaran dari umat-umat yang telah mendahului kita?
Saudaraku ingatlah usia semakin hari semakin berkurang! Apakah setiap
usia yang kita luput darinya terdapat simpanan kebaikan? Ataukah bahkan
usia yang kita sia-siakan tersebut memberi pengaruh jelek kepada kita?
Ingatlah waktu dan perjuangan belum berakhir! Kapan lagi kita untuk
bersegera kepada ampunan Rabb kita, kalau bukan mulai sekarang.
Wabillahit taufiq!
Semoga upaya yang kami lakukan ini ikhlas semata-mata karena
mengharapkan wajah-Nya. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabiullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keluarga dan para shahabatnya.
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di Surabaya, 9 Dzulhijjah 1428 H
Footnote:
[1] Kisah dikeluarkan oleh Ibnu Ishaq, ia berkata bahwa Ashim Ibnu Umar
bin Qatadah Al-Anshary berkata kepadaku dari Mahmud bin Labib dari
Abdullah bin Abbas.
[2] Dalam suatu riwayat Salman berkata: Ketika aku berkata kepada: Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa menutupi hutangku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memungut emas tersebut dan membolak-balikannya di depan mulut beliau. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu pada tuanmu dengan emas ini! Emas tersebut aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh, empat puluh ons.
[3] Lihat Sirah Nabawy karya Ibnu Hisyam.
[4] Lihat Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.
[5] Asbab Ziyadatil Iman hal. 62
[6] Asbab Ziyadatil Iman hal. 64
[7] Hidayatul Hayara fi Ajwibati Al-Yahudi wan Nashara hal. 18
[8] I’lamul Muwaqqi’in, 1/44
[9] Majmu’ Fatawa 25/129
[10] Hadits dari Abu Hurairah radhiyallhu ‘anhu, lihat As-Shahihah 927
[11] Al Ibanah 2/477 nomor 502 dan Syarhus Sunnah Al Baghawi 13/70
[12] Al Ibanah 2/476 nomor 499
[13] Al Ibanah 2/477 nomor 501
[14] Al Ibanah 2/480 nomor 514
[2] Dalam suatu riwayat Salman berkata: Ketika aku berkata kepada: Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa menutupi hutangku? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memungut emas tersebut dan membolak-balikannya di depan mulut beliau. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu pada tuanmu dengan emas ini! Emas tersebut aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh, empat puluh ons.
[3] Lihat Sirah Nabawy karya Ibnu Hisyam.
[4] Lihat Al-Hilyah, 1/198, Bagian terakhir dari hadits di atas, "Dunia ini hanyalah penjara orang Mukmin", merupakan riwayat Muslim.
[5] Asbab Ziyadatil Iman hal. 62
[6] Asbab Ziyadatil Iman hal. 64
[7] Hidayatul Hayara fi Ajwibati Al-Yahudi wan Nashara hal. 18
[8] I’lamul Muwaqqi’in, 1/44
[9] Majmu’ Fatawa 25/129
[10] Hadits dari Abu Hurairah radhiyallhu ‘anhu, lihat As-Shahihah 927
[11] Al Ibanah 2/477 nomor 502 dan Syarhus Sunnah Al Baghawi 13/70
[12] Al Ibanah 2/476 nomor 499
[13] Al Ibanah 2/477 nomor 501
[14] Al Ibanah 2/480 nomor 514
Tidak ada komentar:
Posting Komentar