Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Dusta - Bohong

 DUSTA

Pembahasan Yang Berkaitan dengan DUSTA

بسم الله الرحمن الرحيم، وبه أستعين، أما بعد

Sesungguhnya dusta adalah suatu perkara yang terlihat seakan-akan menyenangkan dan menguntungkan, padahal hakekatnya membinasakan.

PENGERTIAN DUSTA
Dusta adalah suatu prilaku yang berbentuk ucapan atau perbuatan, baik yang tampak atau yang tersembunyi, yang bertentangan dengan syari’at dan fithroh yang suci.


PEMBAGIAN DUSTA

Dusta terbagi kepada dua bagian, yaitu:

Pertama: Dusta yang disengaja.
Dusta yang masuk pada bagian ini hukumnya berbeda-beda, terkadang menjadikan seseorang kafir, keluar dari agama Islam, yaitu dusta dalam bentuk pengingkaran, sebagaimana pengingkaran ahlul kitab dan kaum musyrikin kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.
Diantara bentuk yang lain adalah dusta penisbatan, yaitu membuat suatu kedustaan kemudian disandarkan kepada syari’at Alloh atau kepada pembawa syari’at, kedustaan seperti ini ancaman bagi pelakunya adalah neraka, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار

“Barang siapa berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka”.

Kedua: Dusta yang tidak disengaja.

Dusta pada bagian ini terkadang menyerupai keterpaksaan.
Diantara bentuk yang terpaksa ini adalah apa yang pernah dilakukan oleh Al-Kholil Ibrohim ‘Alaihis Salam, ketika beliau berkata kepada istrinya untuk mengatakan bahwa beliau adalah saudaranya, dan ini adalah membawa suatu bentuk yang sebenarnya kepada bentuk yang mendekati kepada keadaan yang sebenarnya, karena perkataanya “saudaraku” adalah dibawa kepada maksud yang lain, yaitu saudara seiman, Alloh berkata:

إنما المؤمنون إخوة
“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara”.

Bentuk seperti yang kita sebutkan ini khusus bagi yang terpaksa atau darurot sebagaimana Al-Kholil ‘Alaihis Salam, kalau beliau berterus terang ya’ni dengan terang-terangan menyatakan sebagai “istrinya” atau istrinya menyatakan “sebagai “suaminya” maka Al-Kholil akan dibunuh dan istrinya akan dirampas oleh raja.
Merupakan suatu kesalahan bila orang melakukan hal ini dengan tanpa adanya unsur darurot atau keterpaksaan.


AKIBAT DARI BERBUAT DUSTA

Orang yang suka berdusta kalau dia tidak bertaubat dari perbuatannya yang suka berdusta itu maka kejelekannya akan menghiasi dirinya, syaithon akan terus menyertainya.
Tidaklah kita melihat para pendusta yang terus menerus larut di dalam sifat dustanya melainkan dia akan tersesat dan menyimpang dari kebenaran, hal demikian itu karena kecondongannya kepada berbuat dusta maka Alloh pun memalingkannya kepada apa yang dia condongi dari berbuat dusta itu:

فلما زاغوا أزاغ الله قلوبهم

“Maka tatkala mereka berpaling maka Alloh pun palingkan hati-hati mereka”.


DUSTA TERMASUK PERBUATAN RENDAH YANG TIDAK DISUKAI OLEH ORANG-ORANG,  SEKALIPUN ORANG MUSYRIK TIDAK MENYUKAINYA

Al-Bukhoriy dan Muslim meriwatkan di dalam “Shohih” keduanya, tentang kisah Abu Sufyan ketika ditanya oleh Hiraql Raja Romawiy, maka dia berkata:

فوالله لولا الحياء من أن يأثروا علي كذبا لكذبت عنه

“Demi Alloh, kalaulah bukan rasa malu dari  kutipan perkataan mereka atasku berdusta maka sungguh aku akan berdusta tentangnya (ya’ni tentang Rosululloh)”.
Maka sungguh termasuk suatu kerendahan dan kehinaan bila kemudian kita mendapati orang-orang yang ditokohkan dan dibesarkan namanya melakukan suatu kedustaan, betapa banyak kita dapati orang-orang mengaku sebagai pemberi nasehat dan pembawa nama da’wah namun sering-sering berdusta.


BENTUK-BENTUK DUSTA

Sesungguhnya dusta memiliki dua bentuk 
Pertama: Dusta dengan lisan, ini yang terkenal dan banyak didapati.
Kedua: Dusta dengan perbuatan, ini yang sangat sulit untuk diketahui, dan pelaku kedustaan ini telah berpengalaman dalam kedustaan secara lisan, diantara contoh kedustaan ini adalah menyembunyikan jati diri, baik dengan nama samaran atau menggunakan kuniyah yang tidak dikenal.
Ini adalah bentuk dari suatu kedustaan yang tidak diridhoi, dan dia adalah salah satu bentuk dari penyelisihan kepada para salafush sholih, ketika Ali bin Abi Tholib memiliki suatu permasalahan dan beliau malu untuk bertanya langsung kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam karena kedudukannya sebagai menantu maka beliau mengutus salah seorang shahabatnya untuk bertanya langsung, adapun orang-orang di zaman ini menyelisihi hal tersebut, bila malu bertanya atau bila menginginkan suatu fitnah maka dia memakai nama samaran atau kuniyah yang tidak dikenal, lalu menghubungi orang yang akan ditanya, perbuatan ini walaupun memberi manfaat untuk orang lain namun tidak akan bermanfaat untuk dirinya sendiri, walaupun dia niatkan untuk kebaikan namun tidak teranggap baginya:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Barang siapa yang mengadakan sesuatu di dalam perkara (agama) kami ini yang dia bukan bagian darinya maka dia tertolak”.


CARA-CARA SUPAYA TERBEBASKAN DARI SIFAT DUSTA

1. Menghiasi diri dengan rasa malu.
Bila seseorang memiliki rasa malu maka dia tidak akan berdusta karena takut akan dipermalukan oleh orang lain.
2. Memperbanyak dzikir kepada Alloh Ta’ala.
3. Merasa selalu di awasi. Alloh Ta’ala berkata :

ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد

“Tidaklah terlafazhkan dari suatu ucapan melainkan ada di dekatnya malaikat yang hadir yang selalu mengawasi”.

4. Berdoa kepada Alloh Ta’ala untuk dihilangkan sifat tercela ini.
5. Berkawan dengan orang yang jujur, Alloh Ta’ala berkata:

وكونوا مع الصادقين

“Dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur”.
6. Memperbanyak sholat sunnah, terkhusus sholat lail, Alloh Ta’ala berkata:

إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر

“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar”.
Pembahasan tentang masalah ini sebenarnya sangat panjang dan meluas namun mengingat waktu sangat sempit dan terbatas maka kami cukupkan dengan pembahasan yang sederhana ini.
Demikian yang bisa kami sampaikan.

والحمد لله رب العالمين

Ditulis oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu

title_divider

TANYA – JAWAB TENTANG DUSTA DAN BAHAYANYA


Tanya: Bismillah…, bolehkah mengambil ilmu tajwid dari pengajar yang sering berdusta?. tolong ditanyakan ke Abu Ahmad Muhammad Limboro Hafidzhohulloh.

Jawab:
بسم الله الرحمن الرحيم

Dusta adalah termasuk dari dosa-dosa besar, dengan berbuat dusta maka seseorang akan terseret ke dalam kehinaan, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

وإن الكذب يهدي إلى الفجور، وإن الفجور يهدي إلى النار

“Dan sesungguhnya dusta mengantarkan kepada kejahatan dan  sesungguhnya kejahatan akan mengantarkan ke dalam neraka”.
Terkadang orang bermudah-mudahan dalam berdusta dengan alasan ada kemaslahatannya, namun dia tidak menyadari kalau perbuatan “bermudah-mudahan” itu akan mengantarkannya ke dalam tumpukan dosa.
Dalam kelanjutan pada hadits tadi Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

وإن الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا

“Dan sungguh seseorang akan benar-benar berdusta hingga dicatat di sisi Alloh sebagai pendusta”.
Terkadang kita dapati para da’i berdusta dengan tujuan supaya mendapatkan banyak pengikut atau supaya terangkat nama mereka, padahal mereka tidak menyadari kalau demikian itu adalah kehinaan, karena sesungguhnya da’i yang menjauhi kedustaan itu lebih baik dan lebih mulia walaupun dia tidak memiliki murid atau tidak terkenal, karena dusta adalah termasuk salah satu perangai dan sifat orang-orang munafiq, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata tentang sifat-sifat orang munafiq diantaranya:

وإذا حدث كذب

Dan jika dia berkata maka dia berdusta”.
Adapun hukum belajar kepada pendusta maka tidak boleh, dengan ketentuan orang tertuduh tersebut benar-benar pendusta, bukan sekedar dugaan belaka kalau dia pendusta.
Tidak dibolehkannya bagi kita untuk belajar dari para pendusta karena para pendusta sangat sulit untuk meninggalkan sifat dustanya, kapan dia memiliki kesempatan untuk berdusta maka dia akan berdusta, karena sifat dusta ini bila sudah tertancap di dalam dada maka sulit untuk dicabut, dan dia akan terus membuahkan keragu-raguan, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

والكذب ريبة

Dan dusta adalah keraguan-keraguan”.

Dijawab oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy


http://ashhabulhadits.wordpress.com/2014/04/25/dusta-dan-pembahasan-yang-berkait-dengannya/#more-7108

Tidak ada komentar:

Posting Komentar