Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

UCAPAN SYUKUR DARI ORANG YANG HATINYA TERKUBUR

UCAPAN SYUKUR
DARI ORANG YANG HATINYA TERKUBUR
Pertanyaan:
Saya mendengar para penuntut ilmu asal Indonesia yang belajar di Ma'bar, ketika mereka mendengar bahwa Ahlussunnah yang di Dammaj diperangi hingga sampai hijroh meninggalkan Dammaj maka mereka bilang: "Alhamdulillah kita dulu tidak jadi ke Dammaj…", apakah dibenarkan rasa syukur seperti itu?.

Jawaban:
بسم الله الرحمن الرحيم، وبه نستعين، وبعد:
Tidak ada yang merasa bersyukur dengan apa yang menimpa Ahlussunnah wal Jama'ah melainkan hanya dari orang-orang yang hatinya terdapat penyakit lagi buta:
{فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ} [الحج: 46].
"Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada". (Al-Hajj: 46).
Orang yang buta hatinya tidak akan bisa membedakan antara al-haq dan al-batil, bahkan terbalik bagi mereka, yang al-haq dikatakan al-batil, bala' yang baik dan jihad serta hijroh dikatakan sebagai azab dan petaka, orang kafir dikatakan sebagai orang muslim, inilah realita yang kita dapati pada diri Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy yang masyhur dengan Al-Imam, maka tidak heran bila murid-muridnya berucap dengan ucapan itu.
Hanyalah orang yang buta hatinya bersyukur bila tidak melaksanakan amal sholih.
Orang-orang sholih terdahulu bila mereka ketinggalan terhadap suatu amalan maka mereka seakan-akan ketinggalan amalan yang banyak, apalagi amalan seperti menuntut ilmu, jihad dan ditambah hijroh, bila seseorang merasa bersyukur karena tidak melakukan amalan-amalan ini maka sungguh dia adalah orang sesat lagi hina bahkan termasuk paling rendahnya makhluk, karena termasuk dari sifat orang yang selamat adalah senang melakukan amal sholih:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ} [البينة: 7].
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk". (Al-Bayyinah: 7). Alloh Ta'ala berkata:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا (96) فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا (97)} [مريم: 96، 97].
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholih, kelak Ar-Rohman (Alloh Yang Maha Pemurah) akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang, maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran itu dengan lisanmu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengannya kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang". (Maryam: 96-97).
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di masjid Sa'wan Sana'a Yaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar