Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Sepucuk Surat dari Syarif Hidayat

Sepucuk Surat dari Syarif Hidayat
السلام عليكم ورحمة الله وبركcاته . والصلاة والسلام على من اتبع الهدى
بسم الله الرحمن الرحيم
Saudara kami Abu Ukasyah Syarif Hidayat bin Nashirun Al-Maosy Al-Cilacapy memberikan sepucuk surat kepada kami yang berisikan pertanyaan seputar Maulid Nabi yang tertulis sebagai berikut :
Adakah hadits atau dalil yang bilang maulid itu bid'ah?.
Orang yang merayakan maulid menganggap bahwa Rosululloh juga merayakan hari kelahirannya dengan berdalil. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: Ketika ditanya sahabat mengapa engkau berpuasa hari senin ? Beliau menjawab : "itu adalah hari kelahiranku". Bagaimanakah pemahaman yang benar tentang hadits diatas.

Al-Ahdzab 56 :  "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuknya dan  ucapkanlah salam sejahtera kepadanya".
Mana dalil yang utuh yang bilang maulid itu bid'ah.
Kalam maulid itu di anggap talbis mencampur Al-Haqq dengan yang Bathil, Sekarang mana yang hak mana yang bathil?.
Beliau meminta tolong kepada kami agar meneruskan sepucuk surat ini kepada Saudaraku Abu Ahmad Saliim Al-Limbory. Dia menulis surat ini dikarenakan dia habis menjelaskan kepada temannya tentang maulid, dan temannya mengatakan : "kalau kamu benar saya akan ikut kamu".
Sholawat dan Salam bagi siapa yang pengikut kebenaran.
ولله الحمد والشكر
والصلاة والسلام على أصرف الأنبيآء والمرسلين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
JAWABAN
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، أحمده، وأستعينه، وأستغفره
أما بعد: 
Adapun permasalahan yang diajukan kepada kami maka kami akan rinci satu persatu sebagaimana berikut ini:
Permasalahan:
 Adakah hadits atau dalil yang bilang maulid itu bid'ah?.
Jawaban:
Ada, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam tidak pernah memerintahkan untuk diadakan acar maulid, juga Al-Khulafa'ur Rosyidun Al-Mahdiyyun (Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali) tidak pernah melakukannya dan tidak pula memerintahkan umat Islam untuk melakukannya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ».
"Maka wajib bagi kalian (untuk berpegang) terhadap apa-apa yang kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah Al-Khulafa'ir Rosyidin Al-Mahdiyyin (Abu Bakr, Umar, Utsman dan Ali), gigitlah kuat-kuat sunnah tersebut dengan gigi geraham". Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari hadits Al-Irbadh bin Sariyyah.
Karena Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya tidak pernah melakukan amalan itu maka tentu dia adalah amalan baru yang bid'ah dan tertolak, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدِثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ شَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ».
"Dan berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru (dalam agama), karena sesungguhnya paling jeleknya perkara-perkara adalah yang diada-adakannya, dan setiap yang diada-adakan adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat". Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, An-Nasa'iy dan yang selain keduanya.
Dan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam juga berkata:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ»
"Barang siapa mengadakan (suatu amalan) dalam perkara (agama) kami ini, yang dia bukan darinya maka dia tertolak". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari 'Aisyah Rodhiyyallohu 'anha.

Permasalahan:
  Orang yang merayakan maulid menganggap bahwa Rosululloh juga merayakan hari kelahirannya dengan berdalil hadits yang diriwayatkan oleh Muslim: Ketika ditanya sahabat mengapa engkau berpuasa hari senin? Beliau menjawab : "Itu adalah hari kelahiranku". Bagaimanakah pemahaman yang benar tentang hadits diatas?.
Jawaban:
Hadits tersebut bukan dalil tentang bolehnya merayakan maulid, bahkan dalil itu jelas bertentangan dengan acara maulid, hal ini dilihat dari beberapa sisi, diantaranya:
Pertama: Hari kamis telah ditetapkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sebagai hari untuk berpuasa sunnah, barang siapa yang berpuasa sunnah pada hari itu maka sungguh dia telah melaksanakan sunnah Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Kedua: Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berpuasa setiap hari kamis adapun orang-orang yang merayakan maulid setiap tahun sekali, dalam sekali perayaanpun mereka lakukan bukan pada hari kamis.
Ketiga:Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengisi hari kamis dengan ibadah berupa puasa sunnah adapun orang-orang yang merayakan maulid maka mereka mengisinya dengan acara bid'ah dan ma'siat serta kesyirikan, hal ini sebagaimana yang kami saksikan sendiri pada kaum Syi'ah khususnya, semalam sebelum keluarnya kami dari bumi Dammaj, ketika itu kami sedang jaga di Alu Manna' Dammaj, tiba-tiba kaum Syi'ah menyanyi-nyayikan semboyan mereka:
"الموت لأمريكا، الموت لإسرائيل، اللعنة على اليهود، النصر للإسلام".
"Kematian untuk Amerika, kematian untuk Isroil, la'nat atas Yahudi, pertolongan untuk Islam".
Mereka menyanyi-nyayikan semboyan itu sambil membakar api di atas benteng mereka, dan mereka berlari-lari kecil mengelilingi api itu, dan mereka melakukan itu dengan berkali-kali putaran, hingga kami mengira bahwa mereka akan memasuki benteng kami. Dan mereka juga menyanyi-nyanyi dengan mengangkat suara:
"لبيك يا محمد، لبيك يا رسول الله".
"Kami penuhi panggilanmu wahai Muhammad, kami penuhi panggilanmu wahai Rosululloh".
Mereka melakukan perbuatan-perbuatan itu sebagai acara perayaan mauled Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Belum lagi bagi mereka yang di kota-kota merayakan acara ini, banyak kemungkaran dilakukan, baik berupa ikhtilat, pacaran dan memainkan musik-musikan serta berbagai penyelisihan syari'at lainnya.
Permasalahan:
▶ Al-Ahdzab 56 :  "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bershalawat untuk nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuknya dan  ucapkanlah salam sejahtera kepadanya".
Jawaban:
Orang yang mempelajari dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam paling banyak bersholawat kepada beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, ketika mereka membaca hadits:
"قال رسول الله".
"Berkata Rosululloh", maka mereka ikutkan dengan sholawat:
"صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ".
Atau dengan lafazh lain:
"صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم".
Atau juga dengan lafazh selain itu yang telah diajarkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Bersholawat kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam tidak melihat waktu, barang siapa bersholawat kepada beliau hanya setahun sekali yaitu pada waktu acara maulid maka sungguh dia telah mengurangi hak Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [الأحزاب: 56].
"Wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian untuknya dan  ucapkanlah salam sejahtera kepadanya". (Al-Ahzab: 56).
Permasalahan:
 Mana dalil yang utuh yang bilang maulid itu bid'ah.
Jawaban:
Dalil yang utuh telah kita sebutkan pada jawaban yang pertama, sebagai tambahan dalil adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Umar Ibnul Khoththob Rodhiyallohu 'Anhu bahwa seseorang dari kalangan Yahudi berkata kepada beliau:
"يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ، آيَةٌ فِي كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا، لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ اليَهُودِ نَزَلَتْ، لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ عِيدًا. قَالَ: أَيُّ آيَةٍ؟ قَالَ: {اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا} [المائدة: 3] قَالَ عُمَرُ: «قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ، وَالمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ».
"Wahai Amirul Mu'minin, ini adalah satu ayat di dalam kitab kalian, yang kalian membacanya, kalaulah dia turun kepada kami orang-orang Yahudi maka sungguh kami akan jadikan hari demikian itu sebagai hari raya (perayaan). Umar berkata: "Ayat yang mana?", dia berkata: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan ni'mat-Ku atas kalian dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama kalian". (Al-Maidah: 3). Umar berkata: "Sungguh kami telah tahu hari itu, dan tempat yang dia turun padanya atas Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, dan beliau berdiri di Arofah pada hari Jum'at".
Karena Islam sudah sempurna maka Umar Rodhiyallohu 'anhu merasa cukup dengan itu, beliau tidak mengikuti syubhat orang Yahudi itu, bahkan beliau bantah bahwa ayat itu telah turun pada hari 'ied Islam yaitu hari Jum'at dan turun di Arofah. Beliau Rodhiyallohu 'anhu tidak menambah hari raya Jum'at dengan acara bid'ah semisal acara maulid atau semisal acara perayaan Isro Mi'roj dan acara-acara yang semisalnya, namun beliau cukupkan hari Jum'at dengan khutbah dan sholat Jum'at dua roka'at, dan beginilah petunjuk Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
«وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍصَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ».
"Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan (di dalam agama), dan setiap bid'ah adalah sesat".
Permasalahan:
 Kalam maulid itu di anggap talbis, mencampur al-haqq dengan yang bathil, sekarang mana yang haq mana yang bathil?.
Jawaban:
Yang haq adalah yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, Alloh Ta'ala berkata:
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ (2) ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ مِنْ رَبِّهِمْ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ لِلنَّاسِ أَمْثَالَهُمْ} [محمد: 2، 3].
"Dan orang-orang yang beriman dan beramal sholih serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Robb mereka, Alloh menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang yang kufur mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang haq dari Robb mereka. Demikianlah Alloh membuat untuk manusia permisalan-permisalan bagi mereka".
Yang batil adalah yang mengikuti bid'ah dan melakukan penyelisihan terhadap sunnah Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, yang melakukan acara maulid maka dia di atas kebatilan.
Dan barang siapa yang mengingkari perayaan maulid dan tidak melakukan acara tersebut maka sungguh dia berada di atas al-haq karena mengikuti bimbingan Al-Qur'an dan As-Sunnah dan mencontoh generasi pertama yaitu Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya yang mereka adalah umat yang satu, mereka berada di satu kesatuan dengan tidak pernah melakukan kebatilan berupa merayakan acara maulid:
{كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} [البقرة: 213].
"Dahulu manusia adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan) maka Alloh mengutus para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang haq (benar), untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri, maka Alloh memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Alloh selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus". (Al-Baqoroh: 213). Wallohu Ta'ala A'lam wa Ahkam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar