Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

HIJRAH Untuk Menjaga DAKWAH DAN DARAH

HIJRAH... Untuk Menjaga
DAKWAH  DAN  DARAH
Prinsip Ahlus-Sunnah Wal-Jama’ah dalam menjaga dakwah dan darah
بسم الله الرحمن الرحيم، وبه نستعين، وبعد
Termasuk dari salah satu prinsip da'wah Ahlissunnah adalah mendengar dan taat kepada penguasa muslim.
Ketika Syaikhuna Yahya Hafizhohulloh menerima permintaan presiden Yaman untuk keluar dari Dammaj maka beliau terima, hal demikian karena mentaati Alloh dan Rosul-Nya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
"من أطاعني فقد أطاع الله، ومن أطاع أميري فقد أطاعني".
"Barang siapa mentaatiku maka sungguh dia telah mentaati Alloh, dan barang siapa mentaati pemimpin (umat)ku maka sungguh dia telah mentaatiku".
Apa yang diminta oleh penguasa terhadap Syaikhuna adalah perkara kebaikan yang Insya Allah memiliki hikmah yang banyak, diantaranya:

1. Terjaganya da'wah.
2. Menjaga darah kaum muslimin.
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan para shohabatnya untuk berhijrah karena dua hikmah ini yaitu menjaga da'wah supaya terus tersebar dan menjaga darah para shohabatnya supaya tidak tertumpahkan dalam keadaan lemah seperti itu, dan ini adalah tujuan hijrah yang dia sebagai hujjah kami di hadapan Robb kami:
"ﺃﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﺃﺭﺽ اﻟﻠﻪ ﻭاﺳﻌﺔ ﻓﺘﻬﺎﺟﺮﻭا ﻓﻴﻬﺎ".
"Bukankah bumi Alloh itu adalah luas untuk kalian berhijrah padanya".
Apa yang diputuskan oleh presiden Yaman belum sampai dia masuk pada perkataan:
"وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك".
"Walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu".
Apa yang dipilih dan dijalani oleh Syaikhuna dan para ulama serta thullab dari Darul Hadits Dammaj Insya Alloh memiliki hikmah yang tidak memahaminya melainkan hanya orang-orang yang berakal.
Ada soal : Seorang ikhwan goncang karena Asy-Syaikh Yahya memutuskan menyerah dengan pindah dan tidak melanjutkan jihad mempertahankan Dammaj.
Jawab: Tidak ada yang goncang dari hal tersebut melainkan hanya dari dua orang :
Pertama: Termakan syubhat orang bodoh.
Kedua: Tidak memahami jihad dan siasah syar'iyyah.
Dengan berhijrahnya Ahlussunnah dari Dammaj tampak jelas siapa sebenarnya yang ikhlas dalam mengikuti al-haq dan siapa yang sekedar mencari kehidupan dunia?!.
Yang benar-benar istiqomah di atas al-haq ketika diputuskan untuk hijrah maka mereka menyambut dan menerima keputusan itu, sama saja mereka dari ahlul bilad (penduduk asli Dammaj), maupun pendatang baik dari kalangan thullab atau muhajirin.
Adapun mereka yang goncang maka mereka menyuarakan untuk tetap jihad mempertahankan Dammaj sampai darah penghabisan, padahal mereka tidak ikut jihad, ini persis dengan suara Firman Hidayat di Indonesia.
Ketika ahlul haq bersepakat hijrah dari Dammaj maka orang-orang yang goncang yang serupa dengan Firman Hidayat itu berebutan mengambil rumah-rumah thullab yang bagus-bagus, bahkan ketika thullab mencari mobil untuk hijrah lalu kembali ke rumah, ternyata orang-orang goncang itu telah memasuki rumah-rumah dan menggambil harta-harta milik thullab.
Pada jihad yang lalu thullab berhasil mempertahankan Wathon yang telah menjadi kampung Syi'ah, ketika sudah jatuh di tangan thullab tiba-tiba tuan takur (yang mengaku pemilik tanah) membuat persyaratan bahwa thullab boleh membangun rumah tapi hanya diberi waktu sepuluh tahun, setelah sepuluh tahun rumah thullab jadi milik tuan tanah.
Tidak mau ketinggalan tuan takur di selain Wathon ikut bersaing, thullab yang keluar da'wah atau safar dalam setahun tidak balik ke Dammaj maka rumahnya jadi milik tuan tanah, tuan tanah di Hadb juga seperti itu, begitu pula tanah yang sudah dibeli oleh thullab bila dibangun rumah lalu dijual maka mereka harus dapat bagian dari harganya dan tanah tetap milik mereka, tuan-tuan takur itu kini sudah hidup bersenang-senang di Dammaj bersama kaum Syi'ah.
Adapun pemilik tanah yang istiqomah di atas al-haq yang mereka dari kalangan ahlul bilad (penduduk asli Dammaj) semisal Abu Musa Ad-Dammajiy dan tokoh-tokoh Dammaj semisal Hadiy, Ali dan Faris dan keluarga mereka ikut berhijrah semoga Alloh membalas kami dan mereka dengan kebaikan:
"فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره".
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat atom, niscaya dia akan melihat (balasan)nya".
Ditulis oleh : Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al Limboriy
Di Masjid As-Sunnah Sa’wan Shan’a
Tulisan Terkait Lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar