Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

SYI'AH ! Dari Mana Datang, Kemana Pergi.? Bagian 1

SYI'AH...!
Dari Mana Datang, Kemana Pergi ...?
Bagian 1
Ditulis oleh:
Abul ’Aliyah Rofi’i bin Djiekan Al-Indunisiy Rohimahulloh.
Dikoreksi oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy 'Afallohu 'anhu.
Di Masjid As-Sunnah Sa'wan Madinah Sakaniyyah Sana'a Yaman pada hari Jum'at 23 Robiul Awwal 1435.

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا ها دي له , وأشهد ألا اله الا الله وحده لا شريك له, وأشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى الله عليه و على اله وصحبه وسلم تسليما كثيرا.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ  [آل عمران: 102].
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا [النساء: 1].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا .  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا  [الأحزاب: 70، 71].
 أما بعد :
  فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمدصلى الله عليه وسلم  وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعه وكل  بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار.
{لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ} [آل عمران:164].
“Sungguh Alloh telah memberikan anugerah kepada orang-orang yang beriman, ketika Dia mengutus kepada mereka seorang rosul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Alloh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Sesungguhnya sebelum (kedatangan rosul) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.[Ali Imron: 164].
Alloh ‘Azza wa Jalla mengutus Rosul-Nya Shollallohu ‘Alahi wa Sallamsebagai satu-satunya pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus:
{وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} [الشورى: 52].
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu. Tetapi Kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. [Asy-Syuro : 52].
Maka barang siapa yang memenuhi perintah Alloh ‘Azza wa Jalla  dengan mengikuti bimbingan Rosul-Nya, maka akan meraih keberuntungan yang sangat besar:
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا} [الأحزاب: 71].
Dan Barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzaab:71].
            Islam yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alihi wa Sallam ini adalah agama kebenaran yang tunggal dan bersifat universal, selalu sesuai dengan perjalanan zaman.
{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا} [المائدة: 3].
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku kepada kalian, dan telah Kuridhoi Islam menjadi agama bagi kalian”. [Al-Ma’idah : 3].
Sehingga agama ini tidak perlu diperbandingan dan tidak pula butuh diperpadukan dengan agama yang lainnya, maka barang siapa yang menjadikan agama selain Islam sebagai sebagai kiblat, acuan dan pedoman, maka Alloh ‘Azza wa Jalla tidak akan menerimanya:
{وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [آل عمران: 85].
“Barang siapa mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang merugi”. [Ali-Imron: 85].
{إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللهِ الْإِسْلَامُ} [آل عمران: 19].
“Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam”[Aal-Imron:19].
            Semestinya bagi orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang yang beragama Islam, beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, hendaknya dengan senang hati memenuhi panggilan Robbnya dan panggilan Rosulnya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِله وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ} [الأنفال: 24].
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Alloh dan seruan Rosul pabila keduanya menyeru kalian kepada suatu perkara yang memberi kehidupan kepada kalian”.[Al-Anfaal : 24].
Di antara manusia ada yang dikehendaki oleh Alloh ‘Azza wa Jalla untuk menerima hidayah dan beriman dengan baik dan benar, di antara mereka ada yang dikehendaki untuk kufur, menolak dan ingkar:
{الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا} [الكهف: 29].
“Kebenaran itu adalah dari Robbkalian, maka barang siapa yang Dia kehendaki (beriman), maka dia menjadi orang yang beriman dan barang siapa yang dia kehendaki (kafir) maka dia akan ingkar dan Kami telah menyiapkan neraka bagi orang-orang yang zholim”[Al-Kahfi:29].
Namun hendaknya setiap jiwa mengikuti kebenaran yang telah datang kepadanya, sehingga dia meraih pujian dan keridhoan Robbnya:
{ذَلِكَ بِأَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا اتَّبَعُوا الْبَاطِلَ وَأَنَّ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّبَعُوا الْحَقَّ} [محمد: 3]
“Yang demikian adalah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti kebatilan dan sesungguhnya orang-orang mu'min mengikuti kebenaran”. [Muhammad: 3].
Alloh 'Azza wa Jalla mencela orang-orang kafir yang menolak kebenaran, ketika kebenaran itu telah datang dan sampai kepadanya:
{بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ} [ق: 5].
“Bahkan mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau”[Qoof:5].
            Adanya dua sisi yang berlawanan antara sikap menerima orang-orang yang beriman dan sikap ingkar, kufur dan penentangan yang dilakukan orang-orang yang kafir itu, adalah sebagai fitnah dan cobaan dari Alloh Subhaanahu wa Ta’aala atas umat manusia, siapakah diantara mereka yang paling baik amalannya, sebagaimana perkataan Alloh Ta’ala:
{لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا} [الملك: 2].
“Supaya Dia menguji kalian, siapa diantara kalian yang lebih baik amalnya”[Al-Mulk:2].
{إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا} [الكهف: 7].
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di atas muka bumi ini sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”. [Al-Kahfi : 7].
            Kemudian diantara hikmah dibalik penentangan orang-orang yang enggan menerima kebenaran, adalah sebagai fitnah untuk menguji kesabaran orang-orang yang beriman:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا} [الفرقان: 20].
“Dan Kami menjadikan sebagian kalian fitnah, untuk sebagian yang lain, apakah kalian akan bersabar? Dan Robb-mu adalah Al-Bashir (Yang Maha Melihat”[Al-Furqon:20].
            Dalam ayat tersebut, menunjukkan bahwa Alloh Jalla wa ‘Ala mengkhabarkan kepada kita, bahwa diri-Nya telah menjadikan sebagian manusia sebagai fitnah, ujian dan cobaan untuk sebagian yang lainnya. Seperti kenyataan yang kita dapati, cobaan demi cobaan yang dialami oleh hamba-hamba Alloh yang beriman oleh perbuatan makar orang-orang yang kafir, pahitnya ujian demi ujian yang dialami orang yang beriman berupa perang pemikiran yang selalu dilancarkan oleh orang-orang kafir, dan begitu juga orang-orang yang fasiq, munafik, para pelaku kerusakan di atas muka bumi ini, Alloh Subhaanahu wa Ta’aala mengatakan:
{وَلَوْ يَشَاءُ اللهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ} [محمد: 4]
“Apabila Alloh menghendaki niscaya Alloh akan memberikan kemenangan untuk mereka (atas orang-orang kafir). Akan tetapi Alloh hendak menguji sebagian kalian dengan sebagian yang lain”.[Muhammad:4].
Akan tetapi, hikmah besar dibalik ujian tersebut, Alloh Azza wa Jalla hendak membersihkan dosa hamba-hamba-Nya yang beriman, dan membinasakan hamba-hamba-Nya yang ingkar:
{وَلِيُمَحِّصَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ [آل عمران: 141]
“Yang demikian itu adalah agar Alloh membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir”. [Ali-Imron: 141].  
            Di antara hikmah besar dari cobaan itu, Alloh Azza wa Jalla hendak menguji kejujuran setiap seorang hamba dalam keimanan mereka:
{الم. أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ} [العنكبوت: 1-3].
“Alif laam miim. Apakah manusia itu menyangka bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengucapkan: “Kami telah beriman” sedang mereka tidak diuji?. Sungguh Kami telah menguji generasi sebelum kalian, maka sesungguhnya Alloh benar-benar mengetahui orang-orang yang jujur dan orang-orang pendusta”[Al-‘Ankabut:1-3].
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}[آل عمران: 142[.
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum dinyatakan oleh Alloh orang-orang yang berjihad diantara kalian dan belum terbukti orang-orang yang sabar?”. [Ali-Imroon:142].
Sesungguhnya diantara ujian serta cobaan berat yang menimpa umat Islam yang haq ini, adalah dengan munculnya sebuah sekte sesat yang mengaku sebagai para pecinta Nabi dan Ahlul Bait (keluarga NabiSholallohu 'Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sohbihi wa Sallam), sedangkan hakikat mereka sesungguhnya adalah refleksi gerakan makar dan propaganda yang dimotori oleh Yahudi, Majusi, Nashrani dan berbagai macam pengusung ideologi kafir yang lainnya, terhadap Islam dan syariah yang suci ini. Sedangkan eksistensi Yahudi, Majusi Nashroni serta semua ideologi jahiliyyah tersebut secara hakiki, adalah sosok nyata musuh Nabi dan Ahlul Bait Beliau Sholallohu 'Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallamitu sendiri. Para pecinta gadungan yang kita maksudkan di sini adalah agama baru yang bernama Syi’ah, pengikut Abdulloh bin Sabaa’ Al-Yahudiy, seorang Yahudi, berasal dari San’a Yaman, anak perempuan bernama As-Saudaa’ (hitam), pelopor ideologi kafir agama Syi’ah.
Syi’ah adalah sebuah sekte sesat dan mengaku sebagai satu-satunya golongan yang membawa dan memperjuangkan Islam, membela dan menjunjung tinggi hak-hak Ahlul Bait’ NabiSholallohu 'Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam. Namun ketahuilah olehmu –semoga Alloh ‘Azza wa Jalla mencurahkan rohmah-Nya kepadamu - bahwa misi serta hakikat sesungguhnya dari semua slogan ini adalah gerakan makar bawah tanah yang bertujuan untuk memalsukan Islam, dari dalam tubuh Islam ini sendiri, dan sekali lagi ketahuilah bahwa misi utama agama mereka adalah merubah Islam dengan nama Islam.
Sehingga wujud para pengikut agama Syi'ah ini tidak berbeda dari sekian banyaknya agama kafir yang berseberangan dengan aqidah Islamiyyah yang hakiki ini, bahkan realita hakiki agama Syi'ah ini jauh lebih buruk dari pada 72 sekte Islam yang menyeleweng dan sudah dikhabarkan oleh Nabi kita Muhammad Sholallohu 'Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam akan menerima sanksi di akhirat kelak dengan ancaman siksaan api neraka. Mengapakah Syi'ah bisa menerima vonis demikian, karena mereka adalah pengikut dan pemerjuang ideologi agama lain dan aqidah tersendiri, bukan berasal dari Islam hakiki yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam  ini.
Para ulama Ahlussunnah dari zaman dahulu hingga sekarang menyatakan ijma’ bahwa agama Syi'ah bukan dari Islam ([1]), Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِفْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً ، وَإفْتَرَقَةِ النَّصَارَ عَلَى إِحْدَى اَوْ اثْنَيْنِ وَ سَبْعِيْنَ فِرْقَةً ، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلَاثة وَسَبْعينَ فِرَقٍِ» .
“Telah terpecah belah umat Yahudi menjadi 71  golongan dan Umat Nashroni menjadi 71 atau 72golongan, sedangkan Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan”.[Diriwayatkan oleh Ahmad : 5910 dari hadits Abu Huroiroh].
Dalam hadits yang shohih ini, Beliaushollahu alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menegaskan bahwa seluruh sekte dan golongan yang menyimpang -namun belum bisa dikatakan kafir- tersebut, berada di neraka kecuali hanya satu, mereka adalah Al-Jamaah 
عن عوف بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم : « ............» -  إلى قوله  « والذى نفسي بيده ، لتفترقنَّ إمتي على ثلاث وسبعين فرقة ، و واحدة في الجنة ، وسبعين في النار » . قيل : يا رسول الله ... من هم؟ قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم : « الجماعة ».
Dari ‘Auf bin Malik Rodhiyallohu 'Anhu, beliauberkata: “Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘Ala Aalihi wa Sallam berkata“ ........ dan demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, bahwa umatku benar-benar akan terpecah belah kedalam 73 golongan, satu golongan di dalam surga, sedangkan 70 yang lainnya di dalam neraka” Beliau ditanya: “Siapakah mereka yang akan masuk ke dalam surga itu wahai Rosululloh? Beliau menjawab: “Mereka adalah Al-Jamaah”. [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah: 3992, dishohihkan oleh Al-AlbaniyRohimahulloh]([2]).
            Kemudian permasalahan yang hendaknya menjadi renungan, jika perkara bid’ah seseorang yang melakukannya mendapat ancaman dengan api neraka, sedangkan mereka masih muslim dan belum dikatakan pantas menerima vonis kafir keluar dari Islam, maka bagaimana lagi dengan Syi'ah yang telah dihukumi oleh para ulama sunnah bahwa mereka adalah suatu golongan yang sudah keluar dari Islam?1, naudzu Billah minadz-dholaal.
Sekarang anda... dan kita semua, serta dunia yang fana ini, telah jauh di tinggalkan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam, terpisah jarak dan masa antara kita dengan Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, masa yang sangat panjang. Perpecahan umat yang Beliau khabarkan itu benar-benar telah terjadi, sehingga hari ini kita mendapati saudara-saudara kita kaum muslimin terombang-ambing kehilangan haluan, tidak mengenal kebenaran dari kebatilan, tidak mampu melihat mana al-haq dan membelanya, juga tidak mampu membedakan al-baathil dan menentangnya. Bahkan banyak dari kita, tidak sadar diri telah keluar pergi, berlari, menjauh dan jauh meninggalkan agama Islam ini, innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji’uun.
عن أبي أمامة الباهلي رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لَتَنَقَضَنَّ عُرَى الإِسلامِ عُرْوَةً عُرْوَةً، فَكُلَّما انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ، تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيْهَا، فَأَوَّلهُنَّ نَقْضاً الحُكْمُ، وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ.
Abu Umaamah Al-BaahiliyRodhiyallohu 'Anhu berkata: “Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata: “Benar-benar tali ikatan Islam ini akan terurai sehelai demi sehelai, hingga setiap terlepas sehelai ikatannya, maka manusia bergelantungan dengan sehelai tali yang setelahnya, awal kali yang terlepas adalah hukum dan yang terakhir adalah sholat”[Diriwayatkan oleh : Ahmad, Ibnu Hibbaan dan Haakim dengan tahqiq Al-Albaaniy dalam "Shohih Al-Jaami’: 5075].
Kemudian akibat yang kita derita, karena kita sudah jauh meninggalkan Islam, maka kita akan berada dalam kehidupan yang penuh dengan kebingungan, centang-perenang, seakan tidak memiliki tujuan, bahkan kita seperti generasi yang hilang, tidak memiliki kehormatan dan harga diri lagi.  
يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ، كَمَا تَدَاعَي الأَكَلَةَ إِلَى قَصْعَتِهَا. فقال قائل: ومِن قِلَّةٍ نحن يَومَئِذٍ؟ قال: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ؛ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ، كَغُثَاءِ السَّيْلِ َلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمْ المهَابَةَ مِنكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ الوَهْنَ. فقال قائل : يا رسول الله! وما الوَهْنُ؟ قال: حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ المَوْتَ.  
“Hampir-hampir seluruh umat manusia memperebutkan kalian, seperti memperebutkan makanan dalam tempayan”. Seseorang bertanya: “Apakah karena jumlah kami sedikit waktu itu, wahai Rosululloh?” Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menjawab: “Bahkan jumlah kalian hari itu banyak, akan tetapi kalian adalah buih (ringan), seperti buih di atas deras gelombang sungai yang banjir, Alloh benar-benar akan mencabut dari dalam hati musuh-musuh kalian rasa takut kepada kalian dan Alloh akan menjadikan dengan cepat al-wahn merasuki hati kalian”. Orang yang bertanya itupun berkata: “Wahai Rosululloh? Apakah al-wahn itu? Beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut kematian”. [Diriwayatkan oleh Abu Dawud : 4297 -dan imam yang lainnya- , "Silsilah Ash-Shohih": 2/647 lil Al-Albaniy Rohimahulloh].
Sebagai penyelesaian dan solusi agar umat Beliau ini menempuh hidup dengan penuh terhormat, kokoh, memiliki kehormatan dan meraih kebahagiaan yang hakiki duniawi dan ukhrowi, Beliau Shollallohu ‘Alai wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi wa Sallam dengan cahaya wahyu dari Alloh Subhaanahu wa Ta'ala, mewasiatkan kita agar senantiasa berpegang-tegung dengan sunnahnya dan sunnah para sahabatnya.
عن العرباض بن سارية رضي الله عنه  قال: صلى بنا رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم صلاة الصبح، ثم أقبل علينا بوجهه،  فوعضنا موعضة بليغة -في رواية أخرى -موعظة ذرفت منها العيون، ووجلت منها القلوب..  فقلنا يا رسول الله، إن هذه لموعظة مودع. فما تعهد إلينا؟ قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم: «قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى البَيْضَاء. لَيْلِهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَلَكَ. مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اختِلاَفًا كَثِيْراً. فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِيْنَ. عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ. وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ. وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا. فَإِنَّمَا المُؤْمِنُ كَالجَمَلِ الأُنفِ حَيْثُماَ قِيْدَ انْقَاد» .
Dari sahabat Irbadh biSaariyah Rodhiyallohu 'Anhu, beliau berkata: Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam mengimami kami dalam sholat Subuh, kemudian beliaumenghadapkan wajah beliau kepada kami, lalu beliau memberikan nasehat yang sangat menyentuh hati…",-dalam riwayat yang lainnya- : Nasehat yang membuat air mata jatuh menetes berlinangan dan hati-hati ini menjadi gemetar, kamipun bertanya: "Wahai Rosululloh…sungguh nasehat ini seakan-akan nasehat perpisahan? maka apakah yang akan engkau wasiatkan kepada kami?, RosulullohShollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa sallam berkata“Aku telah tinggalkan kalian di atas cahaya yang terang benderang, malamnya seperti siangnya dan tidak ada seorangpun yang berpaling darinya kecuali dia akan celaka. Barang siapa yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, dia akan mendapati perselisihan yang sangat banyak. Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku yang sudah kalian ketahui, dan sunnah khulafa’ur-rosyidin setelahku. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian (pertahankan sekuat-kuatnya). Dan wajib bagi kalian untuk taat meskipun pemimpin kalian adalah seorang budak dari Habsyi (Ethiopia). Sesungguhnya jiwa seorang mukmin ibaratnya seperti unta, hingga kemanapun dia diarahkan dia akan berjalan. [Diriwayatkan oleh Ibnu MaajahRohimahulloh1/16].
Dalam redaksi yang lain, Beliau Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam mewasiatkan umatnya agar patuh dan taat kepada pemimpin yang memimpin mereka, berpegang-teguh dengan sunnahnya dan menjauhi bid’ah sejauh-jauhnya, karena bid’ah langkah pertama yang membawa pelakunya memasuki setiap lorong kesesatan dan membuka pintu musibah:
«أوصيكم بتقوى الله و السمع و الطاعة وأن أمر عليكم عبد حبشي، فإنه من يعش منكم بعدي فسيري اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، و إياكم و محدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة ».
“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertaqwa kepada Alloh, mendengar dan patuh meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah, karena sesungguhnya barang siapa yang hidup setelahku, ia akan mendapati perselisihan yang sangat banyak,  maka wajib bagi kalian untuk berpegangteguh dengan sunnahku dan sunnahnya khulafa’urroshidin, perpegang-teguhlah kalian dengan sunnah tersebut dan gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham kalian dan hindarilah oleh kalian perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap kebid’ahan adalah sesat” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan yang lainnya, dari sahabat Irbadh bin Saariyah, dishohihkan oleh Al-Albani dalam "Shohih Al-Jaami’": 2549].
Dalam redaksi yang lain Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam memperingatkan umatnya dengan tegas dan keras bahwa musibah bid’ah menghantarkan pelakunya kepada neraka:
«كل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار» .
“Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan (tempat kembali pelakunya) di dalam neraka”. [Diriwayatkan oleh An-Nasa'iy dan Ibnu Huzaimah dalam kitab "Shohih" keduanya dengan sanad yang shohih].
   Adapun poros utama perkara bid’ah dalam agama ini, ulama Ahlussunnah menyimpulkan, kembali pada empat pokok dasar, sebagaimana Al-Aajurriy Rohimahulloh [3] menyebutkan: 
يوسف بن أسباط رحمه الله تعالى يقول: «أصول البدع أربع: الروافض، والخوارج، والقدرية، والمرجئة، ثم تتشعب كل فرقة ثماني عشرة طائفة، فتلك اثنتان وسبعون فرقة، والثالثة والسبعون الجماعة التي قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إنها الناجية».
"Yusuf bin Asbaath rohimahulloh berkata: “Poros inti dari segala bid’ah -dalam agama ini-, kembali pada empat sekte pokok, Rofidhoh (Syi’ah), Khowarij, Qodariyyah dan Murji’ah. Kemudian empat sekte ini beranak-pinak dan bercabang-cabang, setiap satu sekte memiliki 18 anak cabang, sehingga jumlah seluruh anak cabang dari keempat sekte tersebut sebanyak 72 anak cabang. Kemudian yang ke 73 adalah “Al-Jamaah” merekalah yang di maksudkan oleh Nabi Shollallohu ‘alai wa Sallam dengan “An-Naajiyah” (kelompok yang beruntung)[As-Syari’ah oleh Al-AajurriyRohimahulloh: 1/24].


([1]Akan datang penjelasannya insya Allohu Ta’ala.
([2])Al-Jamaah adalah: -sebagaimana yang di katakan oleh Ibnu Mas’ud Rodhiyallohu Ta’la anhu“Siapa saja yang selaras dengan Al-Haq (Al-Qur’an dan As-Sunnah), meskipun dia hanya seorang diri”. Sehingga individu atau sekelompok masyarakat bisa dikatakan jama’ah yakni jika sesuai dengan jama'ah-nya para SahabatRodhiyallohu Ta’ala ‘Anhum baik dalam berpemahaman, berkeyakinan dan beramal. 
[3] Beliau wafat pada tahun 360 Hijriyyah/970 Masehi.
Bagian Pertama[1]:
Mengenal Syi’ah, Kelahiran Dan Pertumbuhannya.
Semoga Alloh Jalla wa ‘Ala mencurahkan rohmah-Nya kepadamu, bahwa sesungguhya sekte Syi’ah yang menjamur di mana-mana pada hari ini, bukanlah sebuah sekte sesat yang lahir secara prematur atau dadakan. Akan tetapi sekte ortodok, ekstrim, radikal dan garis keras ini, beserta semua perangkat dan rangkaian ideologi yang dia usung,diamerupakan bentuk evolusi yang telah melewati berbagai tahap, jenjang perombakan yang terus merayap berangsur-angsur, sedikit demi sedikit mengalami perubahan seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman. Sehingga sulit bagi kita, bahkan kita tidak bisa memisahkan kesamaan realita dan ideologi sekte garis keras satu ini, dengan ideologi berbagai agama jahiliyyah yang kafir, sesat dan penuh dengan kesyirikan yang mana semua itu, sudah ada dalam kehidupan masyarakat jahiliyyah sebelum datangnya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ke muka bumi ini.
Kemudian sebagaimana sudah menjadi kesepakatan para pemilik aqidah Ahlussunnah- baik zaman dulu maupun zaman sekarang-, bahwa seluruh ideologi peninggalan berbagai macam agama masyarakat jahiliyyah tersebut, termasuk dua agama samawi Yahudi dan Nashroni yang telah dipalsukan oleh para Rohib dan Paulus penghianat dua agama ini, terhapus dengan adanya Islam, ya'ni Al-Qur’an dan As-Sunnah bersama dengan datangnya Rosul kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi Sallam.
Ibnu Hazm Al-Andalusiy Rohimahulloh Ta’ala[2] berkata: "Sesungguhnya sekte Syi’ah, tidaklah termasuk sekte Islam[3]. Hanya saja sekte satu ini, adalah agama baru yang berdiri 25 tahun setelah wafatnya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi wa Sallam. Pondasi dan azaz substansial agama (baru) ini adalah ideologi masyarakat Yahudi yang telah dihina-dinakan Alloh Ta’ala, karena ideologi mereka yang penuh dengan makar dan tipudaya untuk mencelakai Islam, sehingga dalam satu sisi sekte ini adalah sebuah sekte (sesat) yang menempuh thoriqoh Yahudi dalam propaganda makar serta tipumuslihat, di sisi lain mereka menempuh thoriqoh-nya Nashroni dalam kekafiran”. [Al-Fishol Milal Wan-Nihal: 4/78].
Bagian Kedua:
Asal muasal Agama Baru Syiah, Adalah Yahudi?.
Salah seorang pemimpin besar agama Syi’ah yang hidup pada abad ke-3 Hijriyyah, Hasan bin Musa An-Naubukhtiy Laa Rohimahulloh menyatakan bahwa: “Sesungguhnya Abdulloh bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang pura-pura memeluk Islam, setelah itu menunjukkan dukungan dan loyalitas yang berlebihan terhadap sahabat Ali bin Abi Tholib”.
Tokoh Yahudi Abdulloh bin Saba’ ini pula yang mula-mula (di masa keyahudiannya) mengatakan keyakinan bahwa Yusya' bin Nun adalah pewaris kenabian setelah meninggalnya Musa ‘Alaihis Salam. Kemudian setelah wafatnya Rosululloh Shollahu ‘Alaihi wa Sallam, dia mendemonstrasikan keyakinan yang serupa; bahwa Ali bin Abi Tholib Rodiyallohu Ta’ala ‘Anhu adalah pewaris kepemimpinan yang sah, pengganti Rosululloh Shollahu ‘Alaihi wa Sallam,  dan penentuan ini sudah Alloh ‘Azza wa Jalla tetapkan dan rekomendasikan dalam bentuk wahyu –yang tidak bisa diganggu gugat-.
Kemudian Abdulloh bin Saba’ ini pula yang memasarkan ideologi syarat sah keimanan bagi seseorang adalah harus meyakini bahwa kekholifahan yang sah dan yang seharusnya adalah untuk Ali bin Abi Tholib beserta seluruh anak keturunan beliau, bukan yang lain.
Sekaligus dia pula yang mula-mula menghembuskan provokasi dan konfrontasi terhadap siapa saja yang ‘memusuhi Ali’, dari kalangan para sahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi wa Sallam, sekaligus mengkafirkan mereka.
Berangkat dari beberapa azaz pondasi dasar inilah diketahui bahwa unsur azazi dan poros inti agama Syi’ah adalah berasal dari Yahudi”.
Salah seorang syaikh besar agama Syi’ah bernama Sa'd Al-Qummiy[4], juga menyepakati bahwa sekte mereka ini berasal dari Yahudi, Al-Qummiy menyatakan: "Prinsip Ibnu Saba' Al-Yahudi ketika menerima kabar bahwa Ali bin Abi Tholib telah meninggal dunia, dengan ekstrim dan membabi-buta dia meyakini bahwa Ali tidak mati, Ali bin Abi Tholib akan mengalami reinkarnasi dan hidup kembali (sebelum hari kiamat)”. Kepercayaan adanya reinkarnasi dan bangkitnya mayat-mayat dari dalam kubur sebelum hari kiamat ini merupakan substansi kepercayaan resmi agama Yahudi.
Hal yang sema'na, ya'ni bahwa Syiah berasal dari Yahudi, juga di sepakati oleh seorang ulama besar mereka Ni’matulloh Al-Jaza'iriy[5] dalam kitabnya "Biharul Anwar" (2: 234). Hingga hari ini, kitab ini menjadi salah kitab rujukan para pemeluk agama ini.
Kemudian idiologi ekstrim yang  dicetuskan oleh Abdulloh bin Saba' Al-Yahudi inipun diadopsi oleh para pendukungnya, sehingga dia memiliki pengikut yang kemudian mereka menjelma sebagai para tokoh pejuang sebuah agama tersendiri yang dikenal dengan nama agama As-Saba’iyyah. Agama Saba’iyyah ini termasuk sekte pertama dalam sejarah Islam yang memiliki banyak keyakinan mengherankan, aneh, ganjil, penuh mistik dan sesat.
Diantaranya mereka meyakini bahwa:Sahabat Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu Ta’ala ‘Anhu adalah dewa, karena keyakinan yang sesat dan ganjil inilah mereka ditangkap oleh amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu Ta’ala ‘Anhu yang ketika itu menjabat sebagai kholifah. Lalu beliau menuntut mereka untuk berlepas diri dan menghapus keyakinan yang sesat itu serta bertaubat dan kembali kepada aqidah Islam yang benar ini, akan tetapi mereka enggan dan bahkan tetap bersikukuh,bersujud kepada beliau menyatakan bahwa “Kamu adalah Kamu (Tuhan)”, sesuai dengan anggapan mereka yang telah disesatkan oleh syaithon, dan mereka semua meyakini bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah “Karena perintah dari Amirul Mu'minin Ali Rodiyallohu ‘Anhu sendiri”. Oleh karena kesesatan itulah mereka dijatuhi hukuman mati dengan di bakar hidup-hidup oleh Amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodiyallohu ‘Anhu[6].
Seraya melantunkan bait syairnya, beliau Rodhiyallohu 'Anhu menjatuhkan hukumannya:
لَماَ رَأَيْتُ الْأَمْرَ أَمْراً مُنْكَراً ... اَجَجْتُ ثَارَي وَدَعَوْتُ قُنْبُرَا ...
“Ketika aku melihat perkara itu adalah perkara yang mungkar, maka akupun menyalakan api yang besar, dan kupanggil Qunbur[7] untuk membakar” .
Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi ditangkap dan diserahkan kepada amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu Ta’ala ‘Anhu wa Ardhohu untuk menerima hukuman mati, ketika beliau hendak mengeksekusi seorang penjahat besar pemalsu agama Islam ini, terdapati klan dia yang memohon, berteriak di hadapan amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu, meminta keselamatan dia dengan mengatakan “Wahai Amirul mu'minin apakah engkau akan membunuh orang yang mencintai para Ahlul bait dan keturunan Nabi?, mencintaimu dan kewalianmu?!, kemudian dia juga berlepas diri dari para musuhmu?!”.Ahirnya Amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu menarik vonis mati, dengan hukuman pembuangan bagi Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi ke Al-Madaa’in Iraq.Sehingga loloslah Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi dari maut, sesuai dengan ujian yang dikehendaki oleh Alloh Jalla wa ‘Ala atas ini, Abdulloh bin Saba’ masih tetap hidup dan terus mendemonstrasikan ideologi beracunnya, dengan berkeliling dari satu negara kenegara yang lainnya. Seperti yang di sebutkan oleh Al-Imam Ath-Thobariy Rohimahulloh[8] dalam "Tarikh" (5:347) menjelaskan: “Abdulloh bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang berasal dari Sana’a (Yaman), ibunya bernama Sauda’ kemudian dia masuk Islam di masa keholifahan Utsman bin 'Affan Rodhiyallohu ‘Anhu, lalu dia mengembara dengan berpindah  dari satu negara Islam ke negara Islam yang lainnya, dengan tujuan untuk  menebarkan benih kesesatan yang dia sembunyikan. Untuk itu, dia memulai misinya tersebut dari Makkah dan Madinah, lalu ke Bashroh kemudian ke Kufah –keduanya di Iraq-,  kemudian ke Syam –sekarang meliputi wilayah Lebanon, Suriyah, Jordan dan Palestina-. Ketika dia mendapati masyarakat muslim Syam tidak menerima dan menanggapi misi keagamaan serta demonstrasi yang dia peragakan, bahkan mereka mengusir dirinya, sehingga diapun lari, pergi, terbuang sampai ke negara Mesir. 
Diantara sebab mengapa Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi memilih Mesir sebagai negara pelarian, adalah sebagaimana yang dipaparkan oleh salah seorang sejarawan sekte Syi’ah sendiri dalam sebuah kitabnya "RoudhotushShofaa"(2/292): Karena dia melihat jumlah massa terbesar kholifah Utsman bin Affan Rodhiyallohu ‘Anhu -yang sangat dia benci itu- mayoritas-nya berdomisili di sana. Kemudian dengan berpakaian sebagai ulama yang sholih lagi bertaqwa, dia mulai memerankan sandiwaranya. Sehingga da'wah Tasyayyu’ (ajakan kepada madzhab Syi’ah) buatan Abdullloh bin Saba’ Al-Yahudi yang berbaju Islam itu, sudah mulai dikenal dan beranjak masyhur pada zaman kholifahan Utsman bin Affan Rodziyallohu Ta’ala ‘Anhu.
Kemudian  Abdulloh bin Saba' menetap di sana, -dengan berpakaian sebagai seorang ulama yang zuhud dan bertaqwa- dia menghembuskan ideologi beracun serta menyesatkan itu kepada masyarakat awam dengan mengatakan: “Sungguh, sangat mengherankan prasangka orang yang percaya bahwa Isa -‘Alaihi Salam- akan kembali ke dunia? Sementara dia tidak percaya bahwa Muhammad -Shollallohu ‘Alaihi wa Shohbihi wa Sallam- kelak akan  reinkarnasi dan hidup kembali, padahal Muhammad -Shollallohu ‘Alaihi wa Shohbihi wa Sallam- adalah seperti yang telah di katakan dalam Al-Qur’an:
{إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ} [القصص: 85]
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Quran, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali” (Al-Qoshosh:85).
Perkataan “Tempat kembali” –menurut Abdulloh bin SabaAl-Yahudi adalah dunia ini, maka menurutnya, RosulullohMuhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam di akhir zaman nanti, adalah lebih berhak untuk kembali ke dunia ini bila dibandingkan Isa Alaihis Salaam...!”.
Racun berbahaya ini pun dengan sukses diterima oleh masyarakat, yang kemudian buah dari azaz dan pokok pemahaman ini, dia mendemonstrasikan kepercayaaan adanya reinkarnasi (bangkitnya mayat dari kubur di ahir zaman, sebelum tiba hari kiamat, sebagai para tentara Al-Imam Mahdi).
Lalu berkembang doktrin, keyakinan –beracun- yang lainnya, dia menyatakan : "Sesungguhnya dahulu kala ada seribu nabi, setiap seorang nabi memiliki seorang pewaris kenabian, dan Ali adalah pewarisnya  Muhammad, sedangkan Muhammad adalah penutup para nabi maka Ali adalah penutup dari para pewaris wasiat kenabian tersebut". Lalu –dia berkata lagi-: "Siapakah orangnya yang lebih besar kezholimannya dari pada orang-orang  –(yakni: Abu Bakr, Umar dan para sahabat yang lainnya)-  yang tidak menunaikan wasiat Rosululloh, dengan melangkahi dan membuat terbengkalai orang yang semestinya mengemban wasiat tersebut (ya'ni Ali bin Abi Tholib) selaku pengemban wasiat yang sudah diberi amanah kepemimpinan sah oleh Alloh?!.
Kemudian konspirasi, makar jahat dan doktrin Abdulloh bin Saba’ berkembang, dan berikutnya dia mengatakan bahwa Utsman bin 'Affan Rodhiyallohu ‘Anhu merampas hak kekholifahan dari Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu, dengan cara yang tidak dibenarkan maka oleh karena kezholiman Utsman ini bangkitlah dia memprovokasi massa pengikutnya untuk mengadakan konfrontasi terbuka melawan para sahabat Ridhwanulloh ‘Alaihim ‘Ajma’in dengan lantang dia meneriakkan komando: "Lakukanlah (sesuatu) oleh kalian..! Demi memperjuangkan haknya…(ya'ni Ali dan Ahlul Bait)!!”. Bergeraklah Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi mengendalikan massa, dan mulailah mereka mengungkap kezholiman (baca; pencemaran nama baik) para pemimpin kaum muslimin ya'ni Abu Bakr, Umar dan Utsman Rodhiyallohu ‘Anhum Ajma’in.
Selanjutnya Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudipun menggelar berbagai aksi dan operasi untuk menarik simpati massa dalam bentuk ‘amar ma’ruf nahi mungkar’. Setelah itu, semakin mudahlah baginya untuk menancapkan injeksi doktrin benih-benih ideologinya yang sangat berbahaya ini ke dalam pemahaman masyarakat awam yang jauh dari komunitas para sahabat Rosululloh Rodhiyallohu Ta’ala ‘Anhum. Sampai ahirnya benih racun yang dia tanam menjamur dan marak, tersebar luas di mana-mana, beredarlah ideologi kafir dan propaganda makar buatan Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi yang kini berupa ideologi agama baru dianut oleh para pemeluk agama Syi’ah di seluruh penjuru dunia hingga hari ini.
Di antara metode yang dia tempuh untuk memasyarakatkan agama buatannya ini adalah dengan menyebar luaskan makar pemikirannya dalam bentuk tulisan-tulisan yang dia tujukan kepada tiap pendukungnya yang dia pandang memiliki kopetensi dalam berkoalisi, hal ini adalah demi suksesnya misi ideologi beracun yang dia pelopori, dia kirimkan tulisan-tulisannya ke setiap kota dan daerah. Dengan cara yang sangat halus dan terselubung dia memangsa para pendukungnya. [Tarikh Al-Imam Ath-Thobariy RohimahullohFiqroh Al-Khowarij Wa Asy-Syi'ah Ali bin Muhammad As-Shollabiy, dan "Minhaaj Sunnah Nabawiyyah Fi Naqdhi Kalami Syi'ah ’ah Wal Qodariyyah" (1/11) Ibnu Taymiyyyah].
Ketika Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi berada dalam pembuangannya di Al-Mada’in Iraq, datang pembawa kabar menyampaikan berita bahwa amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu 'Anhu wafat terbunuh([9]Setelah mendengar berita itu Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi tidak percaya, dan berkata : “Kamu penipu… Seandainya kamu datangkan kepada kami 70 biji otak dia dalam satu tempat dan kamu datangkan saksi sebanyak 70 orang yang terpercaya? (kami tetap tidak percaya!), kami benar-benar mengetahui bahwa dia tidak akan mati dan tidak akan terbunuh sampai dia menggengam dunia ini”. ["Firoqus Syi’ah" karya Imam besar agama Syi’ah An-Naubukhtiy (hal: 43-44)].
Al-'Allamah Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh([10]) membawakan ucapan Al-Imam Al-Isfiroyiniy Rohimahulloh[11], beliau menyebutkan sebab lolosnya Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi dan pengikutnya dari hukuman bakar hidup-hidup yang dilakukan oleh amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyalllahu ‘Anhu adalah karena kekhawatiran amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallahu ‘Anhudari kecaman warga Syam (ya'ni masyarakat bawahan sahabat Mu’awiyyah Rodiyallohu Ta’ala ‘Anhu wa Ardho ‘Anhu) juga kekhowatiran beliau akan terjadi perselisihan dan ketidak setujuan dari pihak sahabat-sahabat yang lainnya. Maka dari itulah beliau mengusir Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi ke Al-Mada’in dan ketika Abdulloh bin Saba’ Al-Yahudi mendengar berita bahwa amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib terbunuh di tangan seorang pembesar sekte khowarij yang bernama Abdurrohman bin Muljam, dia tidak percaya dan tetap meyakini bahwa yang terbunuh bukanlah beliau Rodhiyallohu Ta’ala ‘Anhu.
Para ulama dan ahli sejarah menyebutkan, bahwa dia kembali dari pembuangannya setelah gugurnya amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu dan setelah terbunuhnya beliau Rodhiyallohu ‘Anhu, dengan leluasa dia mendemonstrasikan ideologi ortodoknya yang berlebihan terhadap amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu. Bersamaan dengan itu, diapun menggalang kekuatan massa dan pengukitnya untuk terus mengibarkan bendera makar serta propaganda ideologi agama Yahudi yang dia perjuangkan ini.
Sampai ketika cucu pertama Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Sallam Hasan bin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhuma melihat gerakan konspirasi sesat yang tidak mungkin dibiarkan ini, dengan cepat mengambil tindakan tegas menumpas mereka, sekaligus semua pemikiran, kepercayaan yang ortodok, penuh mistik yang mereka demonstrasikan ini. ["As-Syi’ah Wa Tasyayyu’" (hal: 139), oleh Asy-Syaikh Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh].
Bagian Ketiga:
Antara Pembunuh Amirul Mu'minin Ali Bin Abi Tholib Dan Syi'ah Suriyah.
Tiga tokoh besar sekte pertama kali yang muncul dalam Islam, yakni sekte Khowarij di Mesir berkumpul dan berjanji tidak akan saling menghianati satu dengan yang lainnya, ketiganya sepakat untuk membunuh tiga orang sahabat Rosululloh Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam, masing-masing mereka saling bersumpah setia melaksanakan tugas masing-masing dengan sebaik mungkin, hingga berhasil membunuh korban yang mereka inginkan, atau mati terbunuh dalam menjalankan misi berdarah tersebut. Mereka adalah Abdurrohman bin Muljam asal kebangsaan Mesir dengan target pembunuhan Ali bin Abi Tholib Rohiyallohu ‘Anhu di Kuufah Iraq, Al-Barok bin Abdilloh At-Tamimiy Ash-Shuroimiy dengan target pembunuhan Mu’awaiyah bin Abi Sufyan Rodhiyallohu 'Anhu di Syam dan 'Amr bin Bakr At-Tamimiy As-Sa’diy dengan target pembunuhan 'Amr bin Al-'Ash Rodiyallohu ’Anhu. Tiga orang pemberontak itupun segera mengambil pedang masing-masing dan mereka membubuhi senjata-senjata tajam tersebut dengan racun, sehingga pada hari ke17 Romadhon tahun 40 Hijriyyah, masing-masing bergerak menuju tempat dimana tiga orang sahabat tersebut tinggal, bergeraklah Abdurrohman bin Muljam menuju Kufah Iraq dan dia berjumpa dengan  para pengikut faham sekte Khowarij di kota itu, mereka semuanya merahasiakan tujuan dari kedatangan ulama sesat reaksioner yang tiba dari mesir itu.Sehingga tepat pada malam Jum’at 21 Romadhon tahun 40 Hijriyyah, malam yang telah menjadi kesepakatan Abdurrohman bin Muljam untuk melaksanakan pembunuhan terhadap amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu, dan dua orang yang lainnya untuk membunuh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan 'Amr bin 'Ash Rodhiyallohu Ta’ala ’Anhuma.
            Abdurrohman bin Muljam berangkat dengan membawa pedangnya, dia dibantu oleh Syubaib dan Wardan menunaikan niat jahat, pembunuhan terhadap amirul mu'minin Ali Rodhiyallohu ‘Anhu, mereka bertiga duduk di sisi pintu, menunggu amirul mu'minin Ali Rodhiyallohu ‘Anhu keluar sholat pada pagi hari itu, dan keluarlah beliau dari pintu tersebut, untuk mengimami sholat subuh, sambil keluar beliau mengangkat suara:"Wahai manusia, sholat.... sholat...". Namun tiba-tiba... tanpa sepengetahuan beliau, Syubaib menebaskan pedangnya, dan tebasan itu mengenai pintu rumah tersebut, kemudian menyusul Abdurrohman bin Muljam memukulkan pedangnya yang telah berlumuran racun hingga mengenai bagian tengah kepala beliau Rodhiyallohu ‘Anhu, lalu imam pemberontak sekte Khowarij itu berkata: “Seluruh hukum hanya milik Alloh wahai Ali! Bukan milikmu, juga bukan milik sahabat-sahabatmu!!”.
Amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu gugur akibat luka pemukulan pedang beracun itu, beliau terbunuh dalam usia 58 tahun. Sedangkan Abdurrohman bin Muljam yang berkedudukan sebagai seorang ulama besar sekte Khowarij, penentang kibijakan sahabat, namun di sisi lain dia adalah ahli qiro’ah dan ahli fiqh. Sejak berada di Mesir dia telah mendapat budi baik amirul mu'minin Ali Rodhiyallohu ‘Anhu, selanjutnya diapun ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Hasan bin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhuma, dengan tanpa sempat menikahi perempuan Khowarij bernama Quthom yang meminta mahar padanya berupa kematian sahabat yang mulia amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu.  
Abdurrohman bin Muljam adalah figur seorang yang sangat terhormat dan mulia dalam ideologi sekte Khowarij, begitu juga dalam ideologi agama Syi'ah, namun sebaliknya dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah, dia adalah sosok terla'nat yang disebut oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dalam banyak hadits shohih “Mereka adalah Anjing-anjing neraka”“Mereka seburuk-buruk komplotan makhluk yang terbunuh di bawah kolong langit ini” dan hadits-hadits shohih lain yang sangat banyak, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sudah kabarkan kepada kita dalam mensifati para pengikut sekte ekstrim  reaksioneris ini. Semoga Alloh Subhaanahu wa Ta'ala menimpakan la'nat-Nya kepada makhluk yang telah membunuh amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu ini, meskipun dia adalah tokoh kharismatik bagi mereka. Bahkan hari ini, para pemeluk agama Syi'ah Nushoiriyyah Al-‘Alawiyyah yang berbasis pusat di Suriyah, sangat memuja-muja tokoh reaksioneris sesat ini. Sampai-sampai, kuburan tokoh reaksionaris pembunuh amirul mu'minin Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu ini, mereka  bangun dengan megah, mereka ziarohi,  mereka jadikan tempat perantara pengkabulan doa  -tawassul-, dan praktik ritual suci yang lainnya -bagi mereka-.
Menurut agama mereka -Syi'ah Nushoiriyyah Al-‘Alawiyyah-, seluruh upacara ritual suci yang mereka lakukan di tempat tersebut,  adalah cara pendekatan diri paling afdhol kepada Alloh Subhaanahu wa Ta'ala dengan sedekat-dekatnya. Dinegara yang sekarang dipimpin oleh seorang presiden haus darah Basysyar Al-Asad inilah kuburan tokoh pembunuh Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu di sembah dan diagungkan.
Tentu akan selalu menjadi tanda tanya besar bagi kita! Apakah masuk diakal? Mereka –para pemeluk agama Syi'ah Nushoiriyyah Al-‘Alawiyyah- yang mengaku sebagai pengikut setia dan pembela sejati–Syi'ah-nya Ali, menjunjung tinggi, menjaga dan memperjuangkan hak-hak Ali! Namun justru mencintai seorang yang bernama Abdurrohman bin Muljam yang telah membunuh dan menjadi sebab kematian Ali Rodhiyalloohu ‘Anhu sendiri?. Tanda tanya besar sekarang,sesungguhnya mereka ini pengikut setia Ali  ataukah justru musuh dalam selimut yang kejam, menyimpan dendam kesumat yang membabi-buta terhadap Ali?.
Anda bisa melihat sendiri! Musibah besar apa yang diderita oleh Ahlussunnah yang hidup di bawah pimpinan penguasa beragama Syi'ah, seperti negara Suriyah?.
Dan anda dapat menyaksikan sendiri, bagaimana kejamnya para pemeluk agama Syi'ah, jika mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan terhadap warga sipil Ahlussunah. Dalam jumlah puluhan ribu, bahkan mencapai ratusan sudah, saudara kita Ahlussunnah di Suriyah tewas berguguran, terbantai oleh roket-roket pemusnah massal milik presiden haus darah Basysyar Al-Asad yang beragama Syi’ah Nushoiriyyah Al-‘Alawiyyah ini. Inilah realita sejarah hitam pembantaian yang selalu diulang-ulang oleh Syi'ah jika mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan atas warga Ahlussunnah dan memang pembunuhan terhadap nyawa Ahlussunnah adalah misi besar agama Syi'ah, sebab aqidah sunnah-lah yang selalu menyingkap kebusukan dan hakikat jahatnya ideologi agama Syi'ah.
Apakah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa ‘ala Aalihi wa Shohbihi wa Sallam menyuruh orang-orang mengaku mencintai Ahlulbaitnya membantai rakyat muslim yang mengikuti sunnah Beliau sendiri? Apakah masuk akal, bahwa Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menyuruh para pecinta Ahlubaitnya untuk mencintai anjing neraka penyebab kematian menantu Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sendiri?. Apakah Beliau juga menyuruh para pecinta Ahlubaitnya agar berdoa, menyembah-nyembah kuburan serta meminta kepada bangkai makhluk terjelek yang terbunuh di bawah kolong langit seperti Abdurrohman bin Muljam ini?. Terlebih lagi adalah bangkai, pembunuh hamba Alloh Ta’ala terbaik setelah Abu Bakr, 'Umar dan Utsman Rodhiyallohu 'Anhum??!
{وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء: 93]
“Barang siapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja maka balasannya adalah Jahannam, dia kekal di dalamnya dan Alloh murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya”[An-Nisaa':93].
Jika anda telusuri agama sesat satu ini, anda akan mendapati bahwa para pemeluk agama Syi'ah, -baik Itsnai ‘Asyari Al-Ja’fari maupun An-Nushoiri Al-‘Alawi dan yang lainnya-, adalah komplotan makhluk paling tolol yang ada di muka bumi.  Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menukilkan perkataan Al-Imam Asy-Sya’biy Rohimahulloh yang tegas menyatakan: “Seandainya Syi'ah itu binatang melata, tentu mereka adalah keledai, seandainya mereka itu dari jenis burung tentu mereka adalah rukhom ...”. [Al-Kaamil Fi Taarikh Ibnu Atsiir (2/102), Tarikh Al-Islam Imam Adz-Dzahabiy (1/490), 'Ashrul Khilaafah Ar-Roosyidah, Dr. Akrom Dhiyaa’ Al-Umariy (hal. 81), Minhaajus-Sunnah Libni Taymiyyah (hal. 1/10) dan Al-Mausuu’ah Al-Firoq Wal Adyaan].
Bagian Keempat:
Terbunuhnya Al-'Allamah Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh.
Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala menerima Asy-Syaikh Al-Allamah Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh sebagai seorang ulama dan mujahid yang terbunuh syahid dalam perjuangan menegakkan kalimat-Nya.
Sudah menjadi Sunatulloh bagi setiap orang yang membela agaman-Nya akan mendapati banyak musuh dan seteru yang menentang, hal itu adalah cobaan,  merupakan perkara yang lazim bahwa setiap kebenaran akan ditentang oleh kebatilan, meskipun demikian, Alloh 'Azza wa Jalla selalu berikan kemenangan atas kebenaran dan meruntuhkan kebatilan.
Beliau Rohimahulloh adalah ulama besar, murid dari seorang ulama muhaddits besar Nashiruddin Al-Al-Baniy Rohimahulloh.
Dengan vokal, tegas, gigih dan berani beliau memperjuangkan kebenaran dan mengibarkan  sunnah yang haq ini. Beliau singkap tirai kebatilan, dan bongkar kedok kesesatan tiap sekte sesat, virus penyesat umat ini, seperti Syi’ah, Rofidhoh, Isma’iliyyah, juga Qodiyaniyyah dan yang lainnya. Sehingga tindakan beliau ini merupakan ancaman besar dan perang pemikiran yang sangat berbahaya bagi mereka.
Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah -serta pertolongan Alloh 'Azza wa Jalla-, beliau selalu meraih kemenangan dalam tiap perang pemikiran tersebut, sehingga hal itu membuat para aktivis setiap sekte sesat merasa terancam, sampai ahirnya merekapun menempuh segala cara untuk membinasakan seorang Ihsan Ilaahi Zhohir. Dengan menggunakan tipu muslihat, kejam dan sadis, mereka mengirim karangan bunga yang tampak sangat indah paras luarnya, namun tersembunyi azab yang siap menebar kematian di dalamnya, yaitu bom waktu pemusnah masal tersembunyi di balik karangan bunga itu, siap membinasakan lagi tidak mengenal rohmah dan belas kasihan, bahkan dahsat ledakannya meruntuhkan gedung-gedung dan bangunan sekitarnya.
Pada pukul 23:00 malam tanggal 23 Rojab 1407 Hijriyyah, dalam sebuah muhaadhoroh yang di selenggarakan oleh Jam’iyyah Ahlilhadits di kota Lahore Pakistan, dalam pertemuan malam itu, di hadiri oleh 2000 jiwa, baik ulama, mahasiswa dan para Pelajar juga yang lainnya. Saat itu waktu dan tempat di persilahkan untuk Asy-Syaikh Mujahid Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh. Ketika itulah disaat beliau Rohimahulloh sedang menyampaikan materi di atas mimbar, dan tepat di depan beliau, terletak karangan bunga yang tampak begitu indah, menawan dan seakan penuh kasih sayang, namun tersembunyi di balik indahnya karangan itu, TNT pemusnah yang mematikan. Tepat di tengah-tengah muhadhoroh yang beliau sampaikan, karangan bunga yang berisi bom waktu itupun meledak, dan ledakan yang berkekuatan besar membuat beberapa gedung tinggi dan rumah-rumah yang berdekatan dengan lokasi kejadian runtuh, sedangkan Asy-Syaikh Ihsan Ilahi Zhohir terluka dengan luka yang sangat parah, -salah seorang pelajar Darul Hadits Dammaj asal Pakistan bernama Waqqosh Al-Bakistaniy-  mengisahkan parahnya luka-luka Al-'Alamah Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh,  di bagian wajah, hingga menyebabkan bola mata beliau keluar, nyaris terlepas Rohimahulloh, dibagian leher, dada dan kedua siku beliau, dipenuhi luka-luka yang sangat parah. Sejumlah 17 jiwa ulama, meninggal di tempat seketika itu juga, dan sebanyak 14 jiwa lainnya, ulama, mahasiswa serta hadirin barisan depan dalam kondisi kritis dan luka-luka serius. Dari keseluruhan korban baik yang berada di dalam gedung pertemuan, maupun bangunan dan gedung sekitar yang runtuh, mengakibatkan jatuh banyak korban, sehingga keseluruhan korban antara yang meninggal dan luka-luka lebih dari 100 jiwa.
Peledakan sadis malam itu, mengakibatkan kesedihan mendalam bagi Ahlussunah Pakistan, dan seketika saat itu juga gelap gulita dan duka menyelimuti angkasa kota itu, hingga banyak pertokoan sepanjang jalur transportasi induk kota Lahore berkabung, menutup diri karena musibah yang menimpa ulama Mujahid Ihsan Ilahi Zhohir yang langka ini, demikian juga di Islamabad dan Karachi. Peristiwa tragis yang terjadi di Jam’iyyah Ahlil Hadits Pakistan itu dengan cepat tersebar, selanjutnya disebarkan luaskan oleh stasiun berita pemerintah kerajaan Saudi Arobia.
Selama empat hari Asy-Syaikh Mujahid Ihsan Ilahi Zhohir Rohimahulloh berada dalam perawatan serius di Pakistan, kemudian atas saran dari Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdilloh bin Bazz Rohimahulloh kepada raja Fahd Rohimahulloh untuk menjemput beliau dengan pesawat khusus, agar beliau Rohimahulloh mendapat perawatan yang lebih baik di rumah sakit militer pemerintah kerajaan Saudi Arabia yang berada di Riyadh. Namun Alloh Jalla wa 'Ala menghendaki beliau Rohimahulloh untuk meninggalkan dunia ini, dan –insya Alloh- bergabung bersama jama'ah para syuhada’, sebelum sempurna perawatan dan pengobatan, tepatnya,  pukul 04 dini hari, Senin 1 Sya’ban 1407 Hijriyyah, bertepatan dengan 30 Maret 1987 Masehi, beliau menghembuskan nafas yang terakhir dan meninggallah seorang ulama mujahid Ihsan Ilahi Zhohir yang langka dan sangat sulit untuk didapati orang seperti beliau di zaman sekarang ini, Innaa lillahi wa innaa ilaihi rooji'uun.
Kemudian jenazah beliau yang sudah hafal Al-Qur’an semenjak berusia 9 tahun ini dimandikan, lalu disholati oleh Asy-Syaikh Al-'Allamah Abdul Aziz bin Abdilloh bin Bazz Rohimahulloh dan khalayak ramai dalam jumlah yang sangat besar, senantiasa terdengar isak tangis, pilu dan rasa kehilangan yang mendalam dari para hadirin, karena perginya mujahid yang langka ini. Kemudian dengan pesawat khusus, jenazah beliau dibawa ke Madinah An-Nabawiyyah untuk kemudian dikebumikan di Makam Al-Baqii’ bersama para sahabat dan ibu-ibu kita kaum mu'minin, ya'ni istri Rosululloh Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam di pemakaman ituSemoga Alloh 'Azza wa Jalla senantiasa mencurahkan ridho, serta rohmah-Nya kepada beliau juga semua shuhada’ yang telah terbunuh dalam pembelaan terhadap agama-Nya ini, sebagaimana curahan ridho dan rohmah-Nya kepada Rosululloh Shollalloohu 'Alaihi wa Sallam dan para sahabat Rodhiyallohu ‘anhum ‘Ajma’iin.
Kemudian mengenai pelaku peledakan dalam karangan bunga misterius malam itu, adalah beberapa koalsisi makar jahat para pengikut sekte-sekte sesat yang terbongkar makar dan kejahatan mereka . ["Al-Mausuu’ah Al-Firoq Wal Adyaandan" dan beberapa kitab lainnya].
{إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ} [البروج: 10].
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan musibah kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka adalah azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar”. [Al-Buruj:10].


[1] Pembuatan "Bagian…" tambahan dari pengoreksi.
[2] Beliau wafat tahun 456 Hijriyyah.
[3] Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy 'Afallohu 'Anhu berkata: "Ini sebagai bantahan terhadap Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy pemilik ma'had di Ma'bar Yaman yang menganggap Syi'ah Rofidhoh sebagai saudaranya seagama".
[4] Dia mati pada tahun 301 Hijriyah.
[5] Dia mati pada tahun 1112 Hijriyyah.
[6] Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy 'Afallohu 'Anhu berkata: "Dengan adanya hukuman bakar ini tidaklah membuat kaum Syi'ah ketika itu takut, bahkan mereka bertambah yakin bahwa Ali adalah Robb mereka, karena Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«فَإِنَّهُ لَا يُعَذِّبُ بِالنَّارِ إِلَّا رَبُّ النَّارِ».
"Maka sesungguhnya tidaklah diazab dengan api kecuali Robb (Pencipta) Api".
[7] Qunbur adalah nama seorang pembantu Ali bin Abi Tholib.
[8] Beliau lahir pada tahun 224 Hijriyah, wafat 310 Hijriyah.
([9]) Akan datang penjelasannya pada "Bagian Ketiga Antara Pembunuh Amirul Mu'minin Ali Bin Abi Tholib Dan Syi'ah Suriyah".
([10]) Beliau wafat pada tahun 1407 Hijriyyah (1987 Masehi), akan datang penjelasannya pada "Bagian Keempat: Terbunuhnya Al-Allamah Ihsaan Ilaahi Zhohir Rohimahulloh.
[11] Beliau wafat pada tahun 418 Hihjriyah (1027 Masehi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar