جَبل البَرَّاكَة وَحَرب الرَّافِضة
في 1 محرم 1433 هـ لأبي أحمد محمد بن سليم الأندونيسي
SERAM
SERANGAN SATU MUHARROM
Sebuah Kejahatan dan Perbuatan Kejam
Edisi
Revisi
Ditulis
oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim
Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya
dan mengampuni saudara-saudarinya
http://assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله، نحمده،
ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله
فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن
محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
Termasuk
dari perkara yang seram dan sangat menakutkan bila kehidupan setiap orang
selalu terancam, baik itu ancaman terhadap jasmani ataupun rohaninya. Setiap
orang tentu akan menilai bahwa tindakan teror berupa penembakan, pengeboman dan
pemboikotan serta pengembargoan adalah suatu tindakan yang tidak
berperikemanusiaan.
Bila
seseorang baru menyaksikan apa yang terjadi di Dammaj maka tentu dia akan
menganggap bahwa kejadian tersebut adalah suatu kejadian yang seram dan
membahayakan keberlangsungan hidup, kejadian tersebut merupakan salah satu dari perbuatan kejamnya kaum
pemberontak-teroris-Rofidhoh –semoga Alloh membinasakan mereka-.
Tulisan
ini kami susun sebagai salah satu sejarah ringkas seputar kejadian di Dammaj
yang kami beri judul "SERAM, SERANGAN SATU MUHARROM, SEBUAH KEJAHATAN DAN PERBUATAN KEJAM".
Semoga apa yang kami tuliskan ini sebagai
penghibur bagi siapa saja yang bersedih hati karena anak-anak, keluarga,
kawan-kawan dan saudara-saudaranya seiman yang berada di Dammaj sedang berada
di atas ujian yang besar.
Dan
semoga apa yang kami susun ini dapat memberikan manfaat untuk kami, kedua orang
tua kami dan saudara-saudara kami serta para pencari kebenaran.
Ditulis
oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory As-Seramy pada tanggal 6 Muharrom 1433 Hijriyyah
menjelang waktu Ashar di Markaz Daril Hadits As-Salafiyyah Dammaj –semoga
Alloh menjaganya-.
BAB 1
PENDAHULUAN
Bulan Muharrom adalah termasuk salah satu dari empat
bulan harom, pada bulan tersebut sangat diharomkan melakukan peperangan dan
perbuatan kejam, Alloh (تعالى)
berkata:
{إِنَّ
عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ
يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ
الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا
الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ} [التوبة: 36]
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi
Alloh adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Alloh di waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya empat bulan harom. Itulah (ketetapan) agama yang
lurus, maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu,
dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kalian
semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Alloh bersama orang-orang yang bertaqwa”. (At-Taubah:
36).
Tiga bulan harom tersebut adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah,
Muharrom dan Rojab, pada bulan-bulan tersebut Alloh (تعالى) sangat mengharomkan peperangan dan
perbuatan zholim, dan Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) juga
berkata tentang salah satu dari empat bulan tersebut sebagaimana dalam “Ash-Shohihain”
dari Abu Bakroh –semoga Alloh meridhoinya- beliau berkata: Rosulullah
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkhutbah kepada kami pada hari raya Qurban (Idul Adha’), beliau berkata:
«أتَدرُوْن
أَي يَوْم هَذَا».
“Taukah kalian ini hari apa?”
Kami berkata: Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu, maka beliau diam sampai kami
menyangka bahwasanya beliau akan menamainya dengan selainnya namanya. Beliau
berkata lagi:
«أليْسَ
يَوْم النَّحرِ».
“Bukankah ini adalah hari raya
Qurban?”. Kami katakan: "Tentu". Beliau berkata lagi:
«أَي
شَهْر هَذا».
“Ini bulan apa?”. Kami
berkata: Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu, maka beliau diam sampai kami menyangka
bahwasanya beliau akan menamainya dengan selain namanya, lalu beliau berkata:
«ألَيسَ ذُو الحجةِ».
“Bukankah ini adalah bukan
Dzulhijjah?”. Kami menjawab: "Tentu". Beliau berkata lagi:
«أَي بَلَد هَذا».
“Negri apa ini?”.
Kami berkata: Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu, maka beliau diam sampai kami
menyangka bahwasanya beliau akan menamainya dengan selain namanya, beliau
berkata lagi:
«أَليْسَت بِالْبلدةِ الحَرام».
“Bukankah ini adalah negri harom?”.
Maka kami katakan: "Tentu", lalu Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«فإنَّ دِماءَكم وَأمْوالَكم عَليكُم حَرام كَحرمةِ
يَومِكُم هَذا في شَهركُم هَذا في بَلدكم هَذا إلى يَومِ تلقونَ رَبّكم ألا هَلْ بَلّغْتُ».
“Sesungguhnya
darah-darah dan harta-harta kalian adalah harom seperti haromnya hari kalian
ini, bulan kalian ini, negri kalian ini sampai kepada hari berjumpaan kalian
dengan Robb kalian, ketahuilah: Apakah sudah aku sampaikan?”.
Kami berkata: Iya. Lalu beliau berkata:
«اللّهُمّ اشْهدْ فَليبلُغ الشّاهِد الغَائِب».
“Ya Alloh saksikanlah! Maka
hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir”.
Di dalam “Shohih Muslim” lebih jelas lagi tentang
penjelasan dari empat bulan harom tersebut, Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ
اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ
وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ».
“Sesungguhnya
zaman semakin mendekat, keadaannya seperti keadaan pada hari Alloh menciptakan
langit-langit dan bumi, setahun ada12 (dua belas) bulan, darinya 4 (empat)
bulan harom, 3 (tiga) yang berturut-turut; Dzulqo’dah, Dzulhijjah, Muharrom dan
Rojab, bulan Mudhor (Rojab) yang dia itu antara Jumadil (Awwal- Tsaniyyah) dan
Sya’ban”. –kemudian Rosulullah
bertanya sebagaimana yang disebutkan dalam “Ash-Shohihain”.
Semua kaum muslimin tentu sudah mengetahui bahwa yang
pertama kali menggerakan pasukan untuk memerangi kaum muslimin adalah kaum
musyrikin yang berada di Makkah, mereka sangat berupaya keras untuk
menghancurkan kaum muslimin, begitu pula ahlul kitab (Yahudi dan Nasroni) memiliki
visi dan misi yang sama, mereka semua berusaha untuk menghancurkan kaum
muslimin dan melenyapkan syiar-syiar Islam dari muka bumi, serta berbagai macam
cara mereka gencarkan untuk meraih apa yang mereka inginkan, namun bila
masuk bulan-bulan harom mereka langsung menghentikan peperangan dan menutup
segala sebab-sebab yang menjurus kepada peperangan, bila mereka membuntuti
jalan-jalan maka mereka pun membuka, mereka menghentikan pemboikotan dan
berbagai perbuatan jahat lainnya, di dalam "Ash-Shohihain"
dari Abdulloh bin 'Abbas –semoga Allah meridhoinya- bahwasanya
datang rombongan Abdul Qais kepada Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),
mereka berkata:
"يَا
رَسُولَ اللهِ إِنَّا لاَ نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلاَّ فِي شَهْرِ الْحَرَامِ
وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الْحَىُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ".
"Wahai Rosululloh sesungguhnya kami
tidak bisa datang kepadamu kecuali hanya pada bulan harom karena diantara kami
denganmu ada suatu kampung dari orang-orang kafir mudhor".
Dari hadits tersebut sebagai penjelasan tentang
orang-orang kafir di zaman Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ)
bahwasanya mereka memuliakan bulan-bulan harom, berbeda dengan orang-orang
kafir yang beragama Syi'ah-Rofidhah, mereka tidak memuliakan bulan-bulan harom
sama sekali, sebagaimana yang mereka lakukan pada akhir bulan Dzulqo'dah 1432
Hijriyyah berupa pengepungan dan pemboikotan besar-besaran terhadap Ahlussunnah
wal Jama’ah di Darul Hadits Dammaj.
Tidak hanya itu, bahkan mereka melakukan penyerangan
terhadap Darul Hadits Dammaj secara berkesenambungan, mereka tidak memilah
milih, siapapun yang mereka lihat di Dammaj maka mereka tembak; anak-anak,
ibu-ibu dan orang-orang tua menjadi korban kekejaman dan kejahatan mereka.
BAB 2
SERANGAN SATU MUHARROM
SEBAGAI PERWUJUDAN DENDAM
Ketika mereka merasa gagal dalam melakukan embargo dan
pencegahan terhadap orang-orang yang mau masuk ke Dammaj maka mereka mulai
menempuh cara lain yaitu dengan cara membuat posko dan matras (benteng) yang
semakin mendekat dengan pemukiman Ahlussunnah di Dammaj, ketika mereka
diperingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut maka mereka mulai melakukan
cara-cara kekerasan berupa penembakan, dari penembakan tersebut mengakibatkan
seorang Ahlussunnah mati, yang beliau –semoga Alloh merohmatinya- adalah
salah satu dari penjaga maktabah umum Darul Hadits Dammaj, dan 2 (dua) orang
luka-luka. Peperangan tersebut berlanjut sampai hari raya Qurban bahkan sampai
beberapa hari setelahnya, dari peperangan tersebut banyak korban dari kaum
Rofidhoh –hanya Alloh yang tahu beberapa korban mereka-.
Bila mereka merasa lemah maka mereka membuat cara lain
dengan berpura-pura meminta kepada lajnah (utusan pemerintah) untuk
membantu proses perdamaian, ketika mereka mendapatkan bantuan kekuatan dari jaringan mereka diberbagai
tempat maka mereka mulai mengkhianati tuntunan damai mereka dengan melakukan
penembakan brutal terhadap Ahlussunnah yang ada di Dammaj.
Ahlussunnah keberadaannya seperti sebelumnya yaitu
tidak melakukan penyerangan, akan tetapi hanya bertahan di
perbatasan-perbatasan Dammaj, Ahlussunnah berupaya keras untuk mencegah
serangan mereka dengan membalas tembakan-tembakan mereka. Hari berganti hari
mereka terus dalam keadaan seperti semula yaitu selalu gagal bahkan mereka
selalu di atas kekalahan, berkali-kali mereka menuntut damai namun mereka
sendiri yang melanggar tuntutan damai tersebut.
Pada tanggal 1 Muharrom 1433 Hijriyyah, pagi harinya
ada dari penembak jitu Rofidhoh melepaskan tembakan yang mengenai samping
masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj, yang biasanya tempat tersebut adalah
tempat duduknya penjaga (pengawal) Syaikhuna Yahya bin Ali Al-Hajuri –semoga
Alloh menjaganya-. Selesai waktu dhuha (menjelang zhuhur) kaum Rofidhoh
mulai melakukan serangan besar-besaran, yang tidak diduga-duga, yang serangan
tersebut ditargetkan untuk menguasai gunung Barroqoh, karena gunung tersebut
merupakan salah satu posko utama dalam penjagaan terhadap Darul Hadits Dammaj,
mereka menyerang dengan menggunakan senjata besar-jarak jauh seperti mortir,
rudal, basoka dan yang selainnya, mereka menembaki matras-matras yang ada di
gunung Barroqoh dan gunung Thullab, bersamaan dengan itu mereka menembaki pula
matras-matras yang berada di jalan-jalan Mazro'ah menuju ke kedua gunung
tersebut. Mereka melepaskan tembakan-tembakan yang dahsyat itu selama
berpuluh-puluhan kali, ketika masuk waktu shalat Ashar kaum Rofidhoh mengira
bahwa yang ada di gunung Barroqoh sudah pada mati semuanya dan yang masih
berada di lingkungan markiz Darul Hadits Dammaj sudah tidak bisa lagi naik
karena jalan-jalan dan matras-matras menuju gunung Barroqoh sudah mereka
runtuhkan maka mereka serentak melakukan serangan langsung menuju gunung Barroqoh
dengan melewati bagian barat gunung Barroqoh, ketika mereka sudah berada di
lereng gunung dan mereka sudah berada di hadapan para penjaga gunung Barroqoh
maka terjadilah pertempuran sengit dan dahsyat.
Dari pertempuran tersebut mengakibatkan pihak mereka
banyak yang berjatuhan korban –hanya Alloh yang tahu jumlah korban mereka-,
adapun dari Ahlussunnah yang Alloh rezkikan mereka menjadi sebaik-baik orang
yang terbunuh di bawah kolong langit hanya 24 (dua puluh empat) orang, di
dalamnya terdapat 3 (tiga) kawan dekat kami (Abu Haidar Al-Andunisy, Shaleh
Al-Abddunisy dan Hisyam Al-Malayziy) –Insya Alloh akan datang kisah-kisah
hidup mereka pada babnya tersendiri-, dan korban luka-luka sekitar 20 (dua
puluh) orang lebih, di dalamnya termasuk Abdul Hadi Al-Andunisy.
Di tengah pertempuran sengit tersebut sebagian kawan di
gunung Barroqoh memberikan kabar kepada yang berada di lingkungan Darul Hadits
Dammaj bahwa di gunung Barroqoh membutuhkan bantuan maka seusai sholat Ashar
sekitar 50 (lima puluh)an orang beranjak lari naik ke gunung Barroqoh dengan
penuh tawakkal kepada Alloh (عز وجل)
karena jalan dari Mazro'ah ke gunung sudah tidak aman, karena para penembak
jitu Rofidhoh terus menghujani jalan tersebut dengan mortir dan senjata-senjata
besar lainnya, Al-Hamdulillah yang beranjak naik ke gunung Alloh
selamatkan.
Ketika pasukan bantuan tersebut sudah di puncak gunung maka
pertempuran terus berlanjut hingga sampai malam hari, pada malam tersebut
terlihat langit sangat terang, bintang-bintang dan bulan sabit tanggal 2 Muharrom
menghiasi angkasa, pertempuran tersebut berlanjut, sekitar pukul 9 (sembilan)
malam datanglah awan menutupi angkasa, yang ditandai dengan turunnya hujan
gerimis, hati-hati Ahlussunnah tenang, peperangan pun meredah, Al-Hamdulillah
Ahlussunnah meraih kemenangan:
{وَمَا
جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ
إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ} [آل عمران: 126].
"Dan
Alloh tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar
gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan
kemenangan itu hanyalah dari Alloh yang Al-'Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha
Bijaksana)". (Ali
Imran: 126)[1].
BAB 3
TANGGAPAN
TERHADAP KOMENTAR-KOMENTAR MIRING SEPUTAR KEJADIAN DI DARUL HADITS DAMMAJ
Komentar Pertama:
Di Darul Hadits
Salafiyyah Dammaj bukan tempat belajar agama akan tetapi sebagai tempat belajar
kemiliteran, bukti konkrit dengan terbunuhnya 2 (dua orang warga Indonesia) di
Dammaj.
Tanggapan:
Orang yang
mencintai ilmu agama Islam dan yang mencarinya tentu akan mengetahui bahwa
ma’had Darul Hadits As-Salafiyyah yang ada di Dammaj-Sho’dah-Yaman adalah salah
satu ma’had Ahlussunnah terbesar di dunia, telah diluncurkan darinya buku-buku
agama Islam yang bermanfaat, baik yang berbahasa Arob ataupun yang berbahasa
asing seperti bahasa Indonesia, Malayzia, Inggris, Prancis, Soumalia dan yang
selainnya. Begitu pula telah keluar dari Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj ribuan da’i dan ahlu ilmu dari berbagai
negara.
Di Darul Hadits
As-Salafiyyah Dammaj Alhamdulillah pada setiap pekan dibuka pelajaran baru sekitar 50 (lima
puluh) pelajaran yang berbeda-beda dalam bidangnya, setiap orang bebas memilih
pelajaran yang sesuai dengan yang dia inginkan.
Ketika kaum
teroris-khowarij-Rofidhoh melakukan pemboikotan dan penyerangan terhadap Darul
Hadits As-Salafiyyah Dammaj yang paling dahsyatnya pada bulan-bulan harom ini
maka pelajaran berkurang, namun Al-Hamdulillah
pelajaran umum bersama Syaikh kami Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Alloh menjaganya-
tetap berjalan, bagaimana pun dahsyatnya peperangan tetap Syaikh kami mengajar
dan memberi siraman rohani, adapun pelajaran umum yang beliau senantiasa
mengajarkannya adalah:
ü “Tafsir Al-Qur’anil 'Azhim” karya Al-Hafidz Ibnu Katsir.
ü “Al-Jami’ush Shohih Mimma Laisa
Fish-Shohihain” karya Al-Imam Al-Wadi’y, kedua pelajaran tersebut diajarkan
setelah shalat Zhuhur dan diajarkan secara berselang seling; sehari “Tafsir
Al-Qur’anil 'Azhim” dan seharinya lagi “Al-Jami’ush Shohih”.
ü “Shohihul-Bukhoriy” karya Al-Imam
Al-Bukhory, diajarkan setelah shalat Ashar.
ü “Shohih Muslim” karya
Al-Imam Muslim.
ü “Jami’u Bayanil 'Ilmi Wafadhlihi” karya
Al-Imam Ibnu Abdil Barr.
ü “Al-Hiththatu Fii Dzikrish Shihahis
Sittah” karya Asy-Syaikh Siddiq Hasan
Khan, ketiga pelajaran terakhir penyebutannya ini diajarkan antara sholat
Maghrib dan Isya’.
Adapun
kawan-kawan kami yang terbunuh maka mereka dalam keadaan mengamalkan ilmunya,
karena setiap pemeluk agama Islam dituntut untuk mengamalkan ilmunya,
diantaranya; diperintah untuk menjaga diri dan membela diri bila berhadapan
dengan apa saja yang membahayakan, Alloh (تعالى) berkata:
{وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ
يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
(190) وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ
أَخْرَجُوكُمْ وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ وَلَا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ
فَاقْتُلُوهُمْ كَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ(191) }[البقرة : 190-191 ]
“Dan perangilah
di jalan Alloh
orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas,
karena sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan perangilah mereka di mana saja kalian jumpai mereka,
dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian; dan fitnah itu lebih
besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kalian memerangi mereka di
Masjid harom, kecuali jika mereka memerangi kalian di tempat itu, jika mereka
memerangi kalian (di tempat itu), maka perangilah mereka. Demikanlah balasan
bagi orang-orang kafir”. (Al-Baqoroh:
190-191).
Dalam ayat
tersebut Alloh (تعالى) menyebutkan
bahwa fitnah lebih besar bahayanya dari pada pembunuhan, dan fitnah itu sendiri
memiliki ma'na yang sangat banyak diantaranya: Merampas harta, menyakiti, mengganggu
kebebasan beragama Islam, memboikot, memblokade dan yang semisalnya dari
tindakan-tindakan kriminal lainnya. Perbuatan tersebut telah dilakukan oleh
kaum pemberontak-teroris-Rofidhoh yang mereka menamai diri-diri mereka dengan “Khutsiyyun”.
Dalam ayat
tersebut dijelaskan pula tentang larangan membunuh siapapun yang
berada di masjid harom, kecuali bila orang tersebut melakukan pembunuhan maka
boleh untuk dibunuh. Begitu pula pada bulan-bulan harom tidak diperbolehkan melakukan
peperangan dan tidak diperbolehkan pula melakukan perbuatan yang menjurus kepada
peperangan, akan tetapi bila ada yang melakukan pembunuhan pada bulan-bulan
tersebut maka boleh untuk diperangi dan dibunuh pada bulan tersebut.
Para
pemberontak Khutsiyyun telah melanggar bulan-bulan harom tersebut, mereka
mengepung Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj dan mencegah orang-orang yang mau
masuk ke Dammaj, tidak hanya itu bahkan mereka memerangi dan melakukan
pembunuhan terhadap Ahlussunnah yang berada di Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj, bila seperti itu keadaannya maka wajib bagi setiap orang yang ada di
Dammaj untuk membela diri dan mempertahan Darul Hadits Dammaj, karena di dalam
Darul Hadits Dammaj banyak orang-orang lemah; wanita-wanita, anak-anak, orang-orang
tua, maka berkewajiban pula bagi yang memiliki kekuatan dan tenaga untuk
membantu dan melindungi mereka dari kejahatan kaum Rofidhoh, baik itu dengan
cara berjaga-jaga di perbatasan-perbatasan Dammaj seperti di dua gunung Dammaj,
bila dua gunung tersebut tidak dijaga dan tidak dipertahankan maka
teroris-Khutsiyyun akan terus melakukan pengintaian dan pembunuhan terhadap
orang-orang yang berada di Darul Hadits Dammaj sebagaimana para teroris
tersebut senantiasa menghujani penduduk Dammaj dengan tembakan-tembakan dari
gunung-gunung di sekitar Dammaj. Para penembak jitu mereka selalu siaga, siapa
pun yang mereka lihat di gang-gang rumah maka mereka langsung tembak,
anak-anak, para wanita dan orang-orang tua menjadi korban kejahatan dan
kebiadaban mereka, mereka tembak semua, sampai yang terbunuh ada dari kalangan
wanita, anak-anak, dan orang-orang tua.
Orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang ilmu agama
walaupun hanya sedikit tentu akan merasakan kepedihan dan merasa sedih dengan
keadaan saudaranya sesama muslim yang berada di Dammaj, dengan itu dia
terdorong untuk membantu; Bila dia berada di luar Dammaj maka dia membantu
dengan mendoakan dan memberi bantuan sebatas yang dia mampui.
Bila dia yang berada di Dammaj dan tidak memiliki senjata
untuk mencegah serangan kaum pemberontak Khutsiyyun maka dia membantu membuat
benteng, khondak dan matras serta aktiv dalam kerja sama dengan
saudara-saudaranya.
Bila dia memiliki senjata maka dia membantu dengan
berjaga-jaga di perbatasan-perbatasan Dammaj, tidak kemudian lari dan kabur
dari Dammaj dengan membawa sejuta alasan supaya mendapatkan kasihan dan
perlindungan sebagaimana yang telah dilakukan oleh 3 (tiga) orang hizbiyyun
yang bernama Anwar Pincang asal Sumatra, Ibrohim Gas asal Kalimantan dan
Dzulkifli Kaca Mata asal Kalimantan.
Adapun 3 (tiga) saudara kami; Abu Haidar asal Aceh, Sholih
asal Sumatra dan Hisyam asal Malaysia maka mereka telah mendahului kami dalam
kebaikan, mereka telah meraih keutamaan yang sangat banyak –semoga Alloh
menjadikan mereka bersama Al-Anbiya’, Ash-Shiddiqin dan Asy-Syuhada’ serta
Ash-Sholihin-. Dengan sebab mereka orang-orang baik di seluruh dunia
semakin mencintai orang-orang Indonesia dan mereka kagum dengan orang-orang
Indonesia yang memiliki jiwa kebersamaan dan sosialitas yang tinggi sebagai
perwujudan dan pengamalan ilmu agama yang telah mereka pelajari.
Apa yang telah dilakukan oleh ke 3 (tiga) saudara kami
tersebut merupakan perwujudan dari perkataan Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ».
“Tidak akan (sempurna) keimanan
salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia
mencintai dirinya sendiri”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan
Muslim dari Anas bin Malik.
Dan Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
juga berkata:
«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ
بَعْضًا».
“Seorang yang beriman terhadap orang
beriman lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagiannya
dengan sebagian yang lain”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy,
Muslim dan At-Tirmidzi dari Abu Musa Al-Asy’ary.
Komentar Kedua:
Orang-orang Indonesia di Dammaj banyak yang membawa
senjata dan peralatan perang, bukankah itu tidak ada bedanya dengan para
teroris?!!!
Tanggapan:
Orang yang pernah mempelajari sejarah atau geografi tentu
akan memahami bahwa setiap negara di dunia ini tentu memiliki hukum dan
peraturan yang berbeda-beda, sebagian negara membolehkan warga negaranya untuk
membawa senjata di dalam kesehariannya dan sebagian negara yang lain tidak
memperkenankan hal yang demikian itu.
Adapun di negri Yaman terkhusus di Dammaj dan di sekitar
propinsi Sho’dah maka setiap warga memiliki kebebasan untuk membawa senjata,
begitu pula kami di Dammaj maka boleh untuk membawa senjata. Dan perlu
diketahui pula bahwa kami di Dammaj membawa senjata karena atas izin dari
pemerintah Yaman sebagaimana ketika perang pada tahun yang lalu pemerintah
mengutus beberapa aparat negara dengan membawa ratusan senjata perang untuk
penuntut ilmu Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj supaya para penuntut ilmu bisa
menggunakannya untuk membela diri dan mencegah serangan kaum pemberontak
Khutsiyyun, dan kami (Abu Ahmad Muhammad bin Salim asal Limboro-Seram
Barat-Maluku) mendapatkan satu senjata perang dan sampai saat ini kami terus
bawa, bila suatu saat kami ingin pulang ke negri Indonesia-Tanah Airku maka
kami berkewajiban mengembalikan senjata tersebut kepada Darul Hadits Dammaj sebagai
persyaratan ketika kami menerimanya.
Berbeda halnya kalau kami sudah pulang ke Indonesia-Tanah
Airku namun kemudian masih membawa senjata perang maka tentu itu suatu
kesalahan besar yang menyelisihi tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena Alloh
(تعالى) dan Rosul-Nya memerintahkan untuk mentaati penguasa, bila
penguasa memerintahkan sesuatu karena kemaslahatan umat dan perintah tersebut
bukan ma'siat maka kami taati, Alloh (تعالى) berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ} [النساء: 59]
“Wahai
orang-orang yang beriman taatilah Alloh dan taatilah Ar-Rosul serta ulil amri
(ulama dan umara’) diantara kalian”. (An-Nisa: 59).
Dan Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ أَطَاعَنِى فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ
عَصَى اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِى فَقَدْ أَطَاعَنِى وَمَنْ عَصَى أَمِيرِى
فَقَدْ عَصَانِى».
“Barangsiapa mentaatiku maka sungguh dia
telah mentaati Alloh dan barangsiapa mema'siatiku maka sungguh dia telah berma'siat
kepada Alloh. Dan barangsiapa yang mentaati pemimpinku maka sungguh dia telah
mentaatiku dan barangsiapa yang mema'siati pemimpinku maka sungguh dia telah
berma'siat kepadaku”. Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy, Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
Kami adalah termasuk
dari putra Indonesia yang sudah mengerti hukum dan peraturan NKRI serta kami
mengerti pula tentang tata tertib di negara kami Indonesia, negara kami
Indonesia adalah negara yang mencintai kedamaian, ketentraman dan ketenangan
hidup maka tidak mungkin bagi kami kemudian akan bertingkah seperti para
teroris datang dari negri orang kemudian membawa pemikiran sesat yang pada
akhirnya merusak negrinya sendiri.
Dari penjelasan
tersebut orang-orang tentu sudah memahami bahwa kami membawa senjata karena
untuk membela diri dan senjata yang kami bawa adalah hadiah dari pemerintah
Yaman, bila kami tetap dicurigai sebagai teroris karena membawa senjata maka
sungguh kecurigaan tersebut tidak hanya mengenai kami akan tetapi mengenai
kakek-kakek kami juga yang pernah berjuang bersama pemerintah NKRI dalam
mengusir para penjajah Belanda, kakekku yang bernama Maruhadi asal Limboro
sebagai rakyat biasa; bekerja bersama orang tuanya terkadang sebagai nelayan
dan terkadang bertani, namun ketika sudah terjadi perang untuk meraih
kemerdekaan RI, beliau bergabung dengan pemerintah, beliau menjadi komandan
perang di Ambon dan sekitarnya, beliau lebih dikenal dengan nama Dedengo,
beliau mendapat dukungan dari pemerintah NKRI dan diberi persenjataan, kemudian
beliau memimpin pasukannya memerangi tentara penjajah Belanda, setelah pasukan
Belanda meninggalkan tanah air Indonesia beliau kembali ke kampung halamannya
Limboro-Seram Barat-Maluku dan bekerja sebagaimana semula, maka apakah pahlawan
seperti itu kemudian pantas untuk dikatakan sebagai teroris?!!! Bahkan selayaknya
orang seperti beliau itu dihargai dan dimuliakan karena jasanya yang begitu
besar!. Maka sadarlah wahai orang-orang yang masih memiliki akal pikiran!.
Komentar Ketiga:
Banyak da’i-da’i keluaran Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj menjadi teroris!.
Tanggapan:
Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj dari sejak awal kali
berdirinya hingga hari ini sangat keras dalam menentang terorisme, para teroris
sudah sangat banyak berupaya untuk meruntuhkan Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj, mereka mencela para ulama Dammaj dan menyebutkannya dengan budak-budak
atau para pekerjanya pemerintah Yaman sedangkan pemerintah Yaman mereka
sebutkan dengan budak-budak atau pekerjanya Amerika Serikat-Israel.
Upaya untuk menghancurkan nama baik Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj selalu gagal, maka upaya lain yang mereka lakukan adalah dengan mengutus
orang-orang mereka untuk berpura-pura menampakan diri sebagai penuntut ilmu dan
duduk belajar di Dammaj, ketika mereka sudah mulai merasa memiliki ilmu dan
memiliki modal ilmu, mereka kemudian kembali dan bergabung dengan jaringan
mereka, sekadar contoh Abu Taubah ketika di Dammaj dia mengisahkan jati
dirinya, bahwasanya dia ke Dammaj adalah sebagai utusan dari jaringan para
teroris Indonesia namun dia tidak mau lagi kembali ke jaringan mereka karena
sudah mengetahui bahwa jaringan mereka adalah berfaham teroris-khowarij, dia
pun bertahan di Dammaj selama 10 (sepuluh) tahun lebih dan memutuskan hubungan
dengan jaringannya. Setelah mencapai waktu tersebut dia kemudian melakukan
perbuatan kejahatan dengan bentuk lain yaitu berupaya untuk mengacaukan
hubungan persaudaraan seiman di Dammaj, dia bersekongkol dengan gurunya yang
bernama Abdurrahman bin Mar’i Al-Adniy melakukan adu domba, ketika makar Abu
Taubah Al-Andunisy dan gurunya serta komplotannya tersebut diketahui oleh
Syaikh kami Yahya Al-Hajury maka beliau –semoga Alloh menjaganya-
mengusir mereka dari Dammaj. Dengan sebab itu Abu Taubah kembali ke Indonesia
dan bergabung dengan da’i-da’i keluaran Darul Hadits Dammaj semisal Luqman bin
Muhammad Ba’abduh, Muhammad As-Sarbiny, Asykari bin Jamal Al-Bughisy, Muhammad
Afifudin As-Sidawy, Mukhtar alias Herga Lafirlas dan Ayip Syafruddin serta
komplotan mereka. Mereka itu adalah keluaran Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj
namun kemudian mereka memusuhi Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj dan mencela Ahlussunnah
yang berada di Dammaj.
Diantara sifat-sifat mereka adalah bila ada fatwa atau
nasehat Ahlussunnah yang berada di Dammaj yang mencocoki perbuatan mereka maka
mereka sebarkan dan bila menyelisihi hawa nafsu mereka maka mereka membuang dan
menutup-nutupinya. Tidak hanya itu bahkan mereka terkadang berdusta atas nama Ahlussunnah
yang berada di Dammaj atau mereka memutar balikkan fakta dan kenyataan yang ada,
yang pada akhirnya manusia beranggapan bahwa Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj
adalah tempat dan sarangnya teroris.
Orang-orang yang berakal tentu tidak akan serampangan
mengambil suatu keputusan, bila dia sebagai seorang yang beragama Islam tentu
dia tidak akan mau bila setiap pemeluk agama Islam dikatakan sebagai teroris,
dia tentunya akan menjawab bahwa pelaku teroris itu hanyalah oknum atau
sebagian kecil orang yang beragama Islam, adapun Islam dan kaum muslimin telah
berlepas diri dari perbuatan mereka.
BAB 4
SEBUAH KENANGAN YANG MEMBUAT TENTRAM
Telah kami uraikan secara ringkas dan padat tentang
keutamaan orang-orang yang mati karena menuntut ilmu agama dan keutaman orang
yang mati karena dibunuh oleh para teroris-khowarij seperti kaum Rofidhoh dan
yang semisalnya pada tulisan kami yang berjudul "KEMATIAN SEMAKIN
MENDEKAT, KEMANAPUN KAMU BERADA PASTI AKAN DIJEMPUT" maka pada tulisan
ini kami akan menyebutkan sedikit tentang kisah-kisah dan kenang-kenangan indah
tentang 3 (tiga) kawan kami, yang mereka telah mendapatkan 2 (dua) keutamaan
sebagai orang yang dibunuh oleh teroris-khowarij dan sebagai orang mati di
dalam menimba ilmu agama, mereka telah mendahului kami dalam kebaikan dan
keutaman –semoga Alloh menjadikan kami dan mereka sebagai para syuhada'-.
3.1 Sholeh Al-Andunisy –semoga Alloh merohmatinya-.
ü Semangatnya Dalam Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya.
Beliau –Rohimahulloh- senantiasa mengikuti
pelajaran khusus kitab “Bulughul Marom” bersama Asy-Syaikh Muhammad bin
Ali bin Hizam –semoga Alloh menjaganya-, bila sudah selesai pelajaran
maka beliau mengulangi pelajaran tersebut dengan membacakannya kepada salah
seorang kawannya asal Libia.
Beliau –Rohimahulloh- juga mengajar bila ada
dari kawannya yang memintanya untuk mengajarinya, berkata Abu Ihsan Muhammad
Al-Bughisy kepada kami: “Apakah kamu memiliki waktu kalau keadaan nanti sudah
aman untuk melanjutkan pelajaran kitab “Shifatu Sholatin Nabiy” yang
pernah saya belajar dengan Sholih namun tidak selesai dikarenakan Sholih sudah
meninggal?”.
ü Senyuman dan Keheranannya.
Ketika beliau –Rohimahulloh- mendengar rekaman
suara mantan gurunya Dzul Akmal alias Maling Kandang yang dengan tanpa malu
mengatakan bahwa murid-muridnya (diantaranya Sholih) dirampas oleh Thoghut-thoghut
dari Dammaj maka Sholih terheran-heran sambil tersenyum manis, karena kebodohan
mantan gurunya tersebut.
Semua orang memang akan terheran-heran dengan kebodohan
si Maling Kandang yang berani berkata di luar kewajaran, dia menyebutkan
orang-orang yang ada di Dammaj atau yang membela Dammaj sebagai thoghut, apa
yang dikatakan oleh si Maling Kandang persis dengan yang dikatakan oleh kaum
teroris-Rofidhoh, mereka mengeraskan suara rekaman da’i-da’i mereka yang
mencaci maki Ahlussunnah di Dammaj dan melontarkan kata-kata seperti yang
dikatakan oleh si Maling Kandang: "Orang-orang Dammaj adalah thoghut,
jaringan Amerika Serikat-Israel".
ü Detik-detik
Menjelang Kematiannya.
Pada malam Ahad 2 Muharrom 1433 Hijriyyah sekitar jam 8 (delapan) malam, di
tengah-tengah semaraknya tembakan-tembakan kami mendatangi matras yang 4 (empat)
kawan kami berjaga-jaga padanya, setelah kami sampai di samping matras, kami
mendengar Abdul Hadi berteriak: “Intabih ya ikhwah” (hati-hati wahai
saudara-saudara)”.
Ketika kami mendengar suaranya maka kami langsung mendekatinya, beliau pun berkata: “Intabih
rijlaiy” (awas 2 kakiku)!”, kami mendapati beliau
dalam posisi tiarap, karena kedua kakinya luka-luka, samping pinggang
(belakang) dan kedua lengannya juga luka-luka, beliau hanya bisa menggerakan
kepala dan bisa bersuara. Kami berkata kepadanya: Ya Abdal Hadi bagaimana
kabarmu? Beliau berkata: “Man anta? (siapa kamu)?” Kami menjawab:
Saya Khidhir. Beliapun sangat senang dengan kedatangan kami ke matrasnya.
Karena peperangan terus berkecamuk maka kami berkata kepada Abdul Hadi untuk bersabar dulu di tempatnya,
karena jalan dari gunung ke lokasi markiz Darul Hadits masih berbahaya, lagi
pula terorir-Rofidhoh terus melepaskan tembakan mortir dan tembakan-tembakan lainnya ke arah
matras yang kami berada padanya, Abdul Hadi –semoga Alloh menyebuhkannya- berkata: Insya Alloh saya masih bisa bersabar, kami dari Zhuhur tadi
dalam keadaan seperti ini, di depan kita ini Sholih, badanya sudah hancur, sebelum hawwon
(mortir) mengenainya, beliau berteriak Allohu Akbar!, selesai bertakbir hawwon langsung
mengenainya, beliau pun langsung meninggal. Setelah beliau meninggal datang
lagi hawwon berikutnya mengenai badan (perut)nya, sedangkan di badanya
ada bom (geranat) yang beliau bawa, ternyata ledakan hawwon tersebut
mengenai badannya dan juga mengenai geranat, yang akibat dari itu badanya
terkena dua ledakan; ledakan hawwon dan ledakan geranat, dengan itu
kemudian badannya hancur".
3.2
Abu Haidar Al-Andunisy –semoga Alloh merohmatinya-.
ü Kedermawanan dan
Perhatiannya Terhadap Saudaranya Seiman.
Berkata Abu Ihsan
Muhammad Al-Bughisy –semoga Alloh menjaganya-: "Dulu Abu Haidar
sangat berjasa kepada kami sebagai temannya, diantaranya yang saya ingat;
Beliau suka menolong dan membantu saudaranya (seiman) yang membutuhkan bantuan
dan beliau sangat semangat berjaga-jaga di perbatasan-perbatasan Dammaj, kami
sebagai teman dekatnya sangat senang dengannya karena beliau suka mengalah dan
penyabar, senang memberi kalau beliau memiliki sesuatu, beliau berhati-hati
dalam membuat suatu keputusan dalam setiap permasalahan apapun. Abu
Haidar semangat dalam menuntut ilmu serta semangat mengajarkannya, beliau
memiliki banyak murid di Dammaj, diantaranya dari anak-anak orang Arob. Orang-orang Yaman senang dengan
sikap dan kesabarannya dalam mendidik anak-anak mereka. Kami semua merasa
bersedih dengan kehilangan saudara semisal beliau dan kami merasa sangat sulit
mendapatkan teman seperti beliau. Bersyukurlah kepada Alloh wahai orang tua
yang telah melahirkan beliau, karena beliau termasuk orang yang baik".
ü Perhatiannya Terhadap Da'wah dan Kepentingan Umat.
Beliau adalah termasuk dari salah
seorang penuntut ilmu yang memiliki kecemburuan terhadap da'wah, ketika Dzul
Akmal alias Maling Kandang berkata di atas kebodohan dan berani mencela
Syaikhuna Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Alloh menjaganya- maka Abu
Haidar –Rohimahulloh- bangkit menulis hasil rekaman dari suara si Maling
Kandang, yang kemudian diserahkan kepada sebagian kawan-kawan yang mau
membantahnya.
ü
Ikut Berbahagia Ketika
Ada Seseorang Mau Berkawan dengan Sesama Ahlussunnah.
Ketika ada seorang kawannya yang menyatakan berlepas
diri dan bertaubat dari perbuatan yang pernah dilakukan yaitu berloyalitas
dengan orang-orang yang tidak jelas jati diri mereka, yang mereka berpenyakit
dalam hatinya, yang terkadang duduk dengan hizbiyyin dan terkadang duduk dengan
Ahlussunnah maka Abu Haidar
sangat bergembira dengan kabar tersebut, kami yang memberi kabar tersebut
merasa bergembira pula dan kagum dengan sikapnya yang tidak menaruh dendam
terhadap siapa saja yang mau kembali kepada kebenaran, karena sikap seperti ini
sangatlah sulit didapatkan, sebagaimana yang kami saksikan di kalangan
hizbiyyin, terkadang mereka sudah bersepakat untuk tidak saling menghibahi,
mencela dan saling menjauhi satu
dengan yang lainnya, akan tetapi bila mereka sudah kembali ke
tempat-tempat mereka masing-masing maka akan terlihat kalau dendamnya masih
tersimpan sekadar contoh Muhammad Afifudin As-Sidawy dan komplotannya sudah
bersepakat bahwa Ja’far Sholih termasuk
kawan-kawan mereka, namun ketika Muhammad Afifudin berjumpa dengan para
pengikutnya di salah satu masjid di Manukan-Surabaya dia mensifati Ja’far Sholih
seperti anak-anak, bahwa Ja’far Sholih mengundang kawan-kawannya untuk rapat
kemudian pergi. Dan Muhammad Afifudin mensifati seperti itu setelah dia
mendengar rekaman suara Ja’far Sholih yang bertanya kepada ulama di Madinah
yang berkaitan dengan Tsunami di Banda Aceh.
ü
Penjagaannya Terhadap
Waktu.
Ketika kaum Rofidhah melakukan pengepungan terhadap
Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj maka aktivitas di Dammaj pun terbatasi, untuk
menunggu waktu makan pagi, siang dan malam membutuhkan waktu yang terkadang
sejam atau terkadang lebih dari sejam.
Di tengah-tengah panjangnya waktu menunggu makan maka Abu Haidar –semoga Alloh
merohmatinya- memanfaatkan waktu tersebut dengan membaca Al-Qur’an. Bila
ada salah seorang di sampingnya bertanya tentang sesuatu kepadanya maka beliau
menghentikan membaca Al-Qur’an dan melayani orang yang bertanya kepadanya.
Pernah ada seorang kawan kami bertanya kepadanya:
Bagaimana dengan jaga di gunung?, dengan
penuh ceria beliau menjelaskan bahwa Rofidhoh senantiasa menghujani tembakan kepada
kawan-kawan yang jaga di gunung, sampai-sampai yang jaga di gunung itu tidak
bisa mencari tempat untuk membuang hajat melainkan hanya bisa membuang hajatnya
di sekitar matras, hal tersebut dikarenakan dahsyatnya tembakan-tembakan dari
Rofidhoh.
ü
Wasiatnya Sebelum
Meninggal Dunia.
Berkata Abu Ihsan Muhammad Al-Bughisy: "Sebelum
Abu Haidar meninggal beliau berkata kepada kami bahwasanya beliau bercita-cita
ingin mati syahid di jalan Alloh -semoga Alloh menjadikannya bersama para
syuhada'-.
Beliau berwasiat kepada saudara Fadhil Al-Jawy bahwa
kalau beliau meninggal maka senjata
(senapan)nya diwakafkan untuk
dakwah (khusus orang-orang Indonesia yang ada di Dammaj) dan yang bertanggung
jawab merawat senjata tersebut adalah Fadhil Al-Jawiy, bila ada orang Indonesia
yang mau jaga maka dipinjamkan
kepadanya, kemudian untuk seterusnya kalau saudara Fadhil meninggal atau akan
pulang ke Indonesia maka senjata tersebut diberikan kepada orang Indonesia yang
bisa merawatnya, tentunya
kepada orang-orang yang bermanhaj lurus bukan orang maridh (berpenyakit
dalam hatinya)".
ü Detik-detik
Menjelang Kematiannya.
Setelah
Abdul Hadi memberitahu kami tentang Sholih bahwa beliau berada di depan kami,
kemudian Abdul Hadi memberitahu kami pula bahwa Abu Haidar di samping kiri
kami, ketika Abu Haidar mendengar suara kami maka beliau memanggil kami, karena
ledakan mortir mengenai samping perutnya, yang mengakibatkan beliau tidak kuasa
untuk berbicara, kami hanya mendengar panggilannya kepada kami: “Ha....Ha...”.
Ketika kami mendengar panggilannya kami bergegas mendatanginya, namun karena
pertempuran terus semarak, kami pun menunda untuk menemui beliau. Setelah tembakan
berkurang dan para teroris-Rafidhoh sudah mundur maka kami mendatangi Abu
Haidar, lalu beliau berkata: “Ha...Ha...”, beliau terbaring di atas
lambung kiri, tangan kanannya diletakan di atas kepala, kemudian kami memegang
badannya ternyata badannya sudah kaku, kami bersedih dengan keadaannya, lalu
kami berkata kepadanya:
قل: «لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ».
«مَنْ قال:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ».
“Katakanlah: “Tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Alloh”. Barangsiapa mengatakan: “Tidak ada sesembahan
yang berhak disembah kecuali Alloh maka dia akan masuk jannah (surga)”. Beliau pun berkata: “Laa I….”, kami sangat bergembira
karena beliau masih bisa mengucapkan tahlil, walaupun suaranya terputus namun
bibirnya terus bergerak, kami berulang-ulang mengatakan seperti itu, beliau pun
terus mengatakannya. Kami bergembira dan kagum dengan kesabarannya menahan sakit
dari Zhuhur sampai Isya’, ketika kami berdoa:
"اللهم اجعلنا مع الصديقين والشهداء والصالحين".
“Ya Alloh jadikanlah kami bersama para
Shiddiqin (orang-orang yang jujur lagi membenarkan al-haq),
Syuhada’(orang-orang yang mati syahid) dan Sholihin (orang-orang yang baik)”.
Beliau pun berkata: “Am….” Yaitu amin
(kabulkanlah). Terakhir ucapan kami kepadanya:
"قل:
«لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ». «مَنْ
قال: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ »".
“Katakanlah: “Tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Alloh”. Barangsiapa mengatakan: “Tidak ada sesembahan
yang berhak disembah kecuali Alloh maka dia akan masuk jannah (surga)”. Beliau
pun mengatakan sebagaimana sebelumnya –semoga Alloh menjadikannya sebagai
seorang yang mati syahid-.
3.3
Hisyam Al-Malayziy –semoga Alloh merohmatinya.
ü Kesungguhannya dalam Mencari Kebenaran
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- telah
merantau ke beberapa tempat untuk mencari kebenaran, beliau –semoga Alloh
merohmatinya- pernah ke Indonesia untuk menuntut ilmu, beliau bercerita kepada kami bahwasanya beliau
pernah belajar ilmu agama di pondok pesantren LDII (Lembaga Dakwah Islam
Indonesia). Beliau sangat bersyukur ketika Alloh (تعالى) menyelamatkannya dari kelompok sesat LDII
dan beliau sangat bersyukur dan bergembira ketika Alloh (عز وجل) menjadikannya sebagai seorang Ahlussunnah yang terus menerus menuntut
ilmu.
Memang termasuk sesuatu yang wajib untuk disyukuri bila
seseorang mendapatkan keutamaan yang Alloh (تعالى) berikan sebagaimana yang Alloh (تعالى) berikan kepada saudara Hisyam, karena
orang yang mati di atas sunnah maka sungguh dia telah mendapatkan kebaikan yang
luar biasa, berkata Syaikh kami Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Alloh
menjaganya-: "Paling besarnya karomah (kemulian) bagi seseorang
adalah bila dia mati di atas sunnah".
Di samping itu Hisyam juga telah mendapatkan keutamaan
sebagai orang yang mati di atas jalan menuntut ilmu, beliau juga mati karena
jihad di jalan Alloh –semoga Alloh menjadikannya mati syahid- dan beliau
mati karena dibunuh oleh teroris-khowarij-Rofidhoh. Lihat
keutamaan-keutamaan tersebut pada tulisan kami "KEMATIAN SEMAKIN
MENDEKAT, KEMANAPUN KAMU PERGI PASTI AKAN DIJEMPUT".
ü Sikap Tegasnya
Terhadap Hizbiyyin.
Ketika orang
Yaman bertanya kepada Hisyam tentang keberadaan komplotan Abu Abayah Mushthofa
Al-Buthoniy –yang ketika itu mereka belum menampakan kehizbiyyahan mereka-
semisal Mahmud Al-Krianiy asal Surabaya dan Kholil Preman asal Jakarta maka
Hisyam berkata: "Mereka adalah orang-orang yang fanatik dan membela
tokoh-tokoh hizbiyyin Indonesia". Ketika orang Yaman tersebut sampaikan ke
Mahmud dan Kholil maka keduanya menantang Hisyam dan bersegera mendatangi
Syaikhuna Yahya untuk melaporkannya perkataannya Hisyam, keduanya membuat
kedustaan kepada Syaikh kami bahwa Hisyam menuduh Kholil sebagai hizbiy, di
hadapan Syaikh kami Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Alloh menjaganya- dengan
tegas Hisyam menyatakan bahwa itu adalah dusta, beliau tidak mengatakan bahwa
Kholil adalah hizbiy, akan tetapi beliau berkata: “Kholil adalah orang yang
fanatik dengan hizbiyyin semisal Muhammad Afifudin dan Syaikh sudah tahu
sendiri tentang perkataan Muhammad Afifudin”.
Setelah
mendengarkan perkataan Hisyam maka Syaikh kami Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga
Alloh
menjaganya- berkata
kepada Mahmud dan Kholil:
"Tinggalkan perbuatan fanatik kepada hizbiyyin".
Kedua preman
hizbiy tersebut kemudian keluar dari ruang tamu dalam keadaan sangat marah
terhadap Hisyam, akan tetapi Hisyam tetap dalam keadaannya seperti biasanya;
tetap tenang dan tidak perduli dengan celaan dari para pencela dan tidak takut
dengan kemurkaan orang-orang yang jahat, karena para pencela dan orang yang
suka berbuat jengkel tidak akan memudhorotkan orang lain melainkan hanya memudhorotkan
dirinya sendiri, Alloh (تعالى) berkata:
{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ} [يونس: 23]
"Wahai orang-orang yang beriman
sesungguhnya kemarahan kalian itu akan menimpa diri kalian sendiri". (Yunus:
23).
Dan Alloh (تعالى)
juga berkata:
{قُلْ
مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ} [آل عمران: 119]
"Katakanlah: Matilah kalian
disebabkan kejengkelan kalian". (Ali Imran: 119).
ü
Kedermawanan dan
Perhatiannya Terhadap Saudaranya.
Tidak
diragukan lagi bahwa orang yang berjaga-jaga di gunung Barroqoh itu lebih besar ujiannya dari pada orang-orang yang berjaga-jaga di bawahnya.
Terkadang orang yang berjaga-jaga di gunung hanya memakan sepotong roti atau
terkadang hanya memakan anggur-anggur kering dan terkadang hanya memakan nasih
putih yang dimasak dengan tanpa garam dan tanpa bumbu-bumbu.
Ketika kami
dan kawan-kawan yang berjaga-jaga di gunung selesai sholat zhuhur kami membuat 3 (tiga) halaqoh untuk makan berjama’ah dengan hidangan
makan siang adalah nasi putih, di tengah proses makan siang tiba-tiba datang
Hisyam dengan membawa 3 (tiga) buah kaleng tuna, semua yang ikut makan sangat
bergembira dengan pemberian Hisyam tersebut –semoga Alloh membalas kebaikannya-.
Beliau –Rohimahulloh-
pernah pula jaga dengan kami di Wad’i (samping Markiz Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj) pada awal tahun 1432 Hijriyyah, ketika kami terlambat mengambil makan
siang di dapur umum markiz Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj maka beliau –Rohimahulloh-
membelikan untuk kami makanan.
Berkata Numair Al-Lombokiy: "Hisyam adalah orang
yang baik, beliau pernah memberikan kepadaku uang dan pernah pula membawa tuna
untuk kami makan berjama'ah dengannya".
ü
Pembelaannya Terhadap
Hak-hak Orang yang Dizholimi.
Sudah merupakan kebiasaan dan perjanjian antara pemilik
tanah dengan yang membangun rumah di sekitar markiz Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj bahwa bila seseorang safar atau pulang ke negrinya selama setahun tidak
balik ke Dammaj maka rumahnya akan diambil oleh pemilik tanah, ketika ada
seorang kawannya asal Malaysia pulang ke Malaysia, belum mencapai setahun
pemilik tanah menuntut rumah tersebut dan meminta kunci rumah untuk
mengambilnya maka Hisyam –Rohimahulloh- mempertahankan rumah tersebut
dikarenakan pemilik rumah ke Malaysia belum mencapai setahun, Hisyam –Rohimahulloh-
bersikeras mempertahankan rumah tersebut dan beliau mendatangi Anwar Al-Wadi’y untuk
membantu penyelesaian perkara tersebut dan Al-Hamdulillah rumah tersebut
terselamatkan dari kezholiman pemilik tanah.
ü Semangatnya dalam
Menuntut Ilmu.
Beliau –Rohimahulloh- tidak
segan-segan dan tidak malu untuk bertanya dan belajar kepada orang yang
memiliki ilmu yang beliau belum memilikinya, beliau belajar ilmu nahwu kepada
saudaraku Abul Husain Umair bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya-. Beliau
–Rohimahulloh- lebih dahulu datang di Dammaj dari pada Abul Husain
Umair, namun karena ilmu, beliau tidak merasa minder dan malu untuk belajar
kepada orang yang belakangan datang di Dammaj, sifat seperti ini termasuk dari
salah satu sifat para penuntut ilmu sejati, berkata Mujahid -Rohimahulloh:
"لا يتعلم العلم مستحي ولا
مستكبر".
“Tidak akan
mempelajari (memperoleh) ilmu bagi orang yang pemalu dan tidak pula orang yang
sombong”.
Dan berkata Aisyah –Semoga Alloh meridhoinya-:
"نعم النساء نساء الأنصار لم
يمنهعن الحياء أن يتفقهن في الدين".
“Sebaik-baik
wanita adalah wanitanya kaum Anshor, tidaklah mencegah mereka rasa malu untuk memahami
(mendalami) ilmu agama”.
Kedua perkataan
tersebut adalah shohih, diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dalam “Shohih"nya
dengan tanpa menyebutkan sanad-sanad (jalur-jalur periwayatan) dan Al-Imam Ibnu
Hajar dalam “Fathul Bariy” mengutipkan penyebutan sanad-sanadnya sampai
kepada Mujahid dan Aisyah –semoga Alloh meridhoi keduanya-.
Karena beliau –Rohimahulloh-
memiliki keinginan dan kemauan yang tinggi maka tidak heran kalau beliau mampu
menguasai beberapa bahasa. Bila beliau berjumpa dengan saudara-saudara asal
Britonia (Inggris), Amerika atau Singapure beliau terkadang berbincang-bincang
dengan berbahasa inggris, bila berjumpa dengan saudara-saudara asal Malaysia
beliau berbincang-bincang dengan bahasa Melayu (Malaysia), bila berjumpa dengan
saudara-saudara asal Indonesia maka beliau berbincang-bincang dengan bahasa
Nusantara (Indonesia), bila ada orang yang mengajaknya berbicara dengan bahasa
Jawa maka beliau berbicara dengan bahasa Jawa dan bila beliau berjumpa dengan
orang-orang Arob beliau berbicara dengan bahasa Arob.
ü Keberaniannya
Ketika Berhadapan dengan Musuh.
Di akhir
bulan Dzulhijjah 1432 Hijriyyah kami dan Hisyam –semoga Alloh merohmatinya-
berjaga-jaga di gunung Barroqoh, ketika sudah masuk waktu shalat maghrib dan
dikumandangkan adzan maghrib maka kami menyempatkan diri naik di atas qosabah
(menara pengintaian), tiba-tiba kami melihat sekelompok teroris-Rofidhoh mau
menyerang ke matras-matras penjagaan di gunung maka kami dan seorang warga
Dammaj melepaskan tembakan-tembakan kepada mereka, maka dari situ terjadilah
pertempuran antara kami para penjaga di gunung dengan teroris-Rofidhoh, mereka
menghujani kami dengan tembakan-tembakan dari 4 (empat) arah; kiri-kanan dan
muka-belakang, mereka menghujani menara pengintaian yang kami dan seorang warga
Dammaj berada di atasnya, ketika kami menolehkan pandangan ke arah bawah, maka
kami melihat beberapa orang keluar dari matras-matras menuju ke matras terdepan
yang merupakan titik perbatasan antara matras Ahlussunnah dengan matras
teroris-Rofidhoh. Ketika kami turun dari menara pengintaian tersebut ada salah
seorang mengabarkan kepada kami bahwa orang-orang yang keluar dari
matras-matras dan maju ke matras terdepan tadi adalah Hisyam dan beberapa orang
Yaman.
Demikian tulisan ringkas ini semoga bermanfaat dan semoga
teranggap sebagai lembaran-lembaran sejarah Islam.
Kami memohon kepada Alloh untuk menjadikan seluruh amalan
kami ikhlas hanya kepada-Nya, sebagaimana kami memohon kepada-Nya untuk
mengampuni kami, kedua orang tua kami dan saudara-saudari kami.
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
والحمد لله رب العالمين.
Abu
Ahmad (غفر
الله لَهُ) berkata di dalam kitabnya "Irsyadul Qoum Biahkamin Naum"
Edisi terbaru (hal. 31):
قال
الله تعالى: {إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ
عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ
رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ
الْأَقْدَامَ} [الأنفال: 11].
Alloh (تعالى) berkata: "(Ingatlah), ketika
Alloh menjadikan kalian mengantuk sebagai suatu penentraman dari-Nya, dan Alloh
menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan kalian dengan hujan
itu dan menghilangkan dari kalian gangguan-gangguan syaithon dan untuk
menguatkan hati kalian dan memperkokoh dengannya telapak kaki-kaki
(kalian)". (Al-Anfal: 11).
فهذه
آية من آيات الله تعالى، فمن آياته التي شهدناها أنه بعد أن توقفت معركة البراقة
بدماج (1/محرم/1433) وهزم الله عز وجل الرافضة شر هزيمة على أيدي أهل السنة، أنزل
الله تعالى غيثا طهورا حتى ابتلت شعورنا وثيابنا في يوم الحصار وفي شهر لا تنزل
فيه الأمطار.
Ini
adalah ayat dari ayat-ayat Alloh (تعالى), dan
diantara ayat-ayat-Nya yang kami telah menyaksikannya, bahwasanya setelah
berhenti pertempuran Barroqoh di Dammaj (1 Muharrom 1433) dan Alloh (عز وجل) telah membinasakan Rofidhoh
dengan kebinasaan yang paling jelek melalui sebab tangan-tangan Ahlussunnah,
lalu Alloh (تعالى) turunkan hujan yang suci sampai mengenai rambut-rambut dan
pakaian-pakaian kami, pada hari hishor (pengepungan) dan pada bulan yang
(biasanya) tidak turun hujan pada bulan-bulan tersebut".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar