Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

ADA KESAMAAN TENTU ADA PERBEDAAN





ADA KESAMAAN
TENTU
ADA PERBEDAAN




Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya


  
http://assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434

بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Ketika Asy-Syaikh Robi' mulai melontarkan tuduhan kepada Syaikhuna Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh maka para hizbiyyin diberbagai penjuru dunia bergembira dengan hal tersebut, mereka bergembira karena merasa berhasil menyeret satu persatu dari para ulama ke dalam barisan mereka, mulai dari ulama di Yaman hingga ulama di Saudi Arobia.
Syaikhuna Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh karena merasa dizholimi oleh Asy-Syaikh Robi' dengan tuduhan dan komentar ngawurnya maka Syaikhuna membantahnya dengan hujjah yang kokoh, apa yang dilakukan oleh Syaikhuna sebagai perwujudan terhadap perkataan Alloh (تعالى):
{لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا} [النساء: 148]
"Tidaklah Alloh menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dizholimi. Dan Alloh adalah As-Sami' (Maha mendengar) lagi Al-'Alim (Maha mengetahui)". (An-Nisa': 148).
Setelah bantahan Syaikhuna tersebar luas maka marahlah para hizbiyyun, mereka tidak peduli siapa pun yang berbicara atau mengingkari kemungkaran mereka maka mereka langsung mencelanya, menghinanya dan berbagai tingkah laku jelek dimunculkan, sampai prilaku jelek mereka yang dahulu, kini mereka munculkan kembali, para majhulin (orang-orang yang tidak dikenal) ikut mengambil andil, sampai ada seseorang yang menggunakan nama Al-Jarh ikut melampiaskan kemarahannya, mencela, mencaci dan mela'nat kami, karena kami mengingkari kemungkaran mereka dan membantah mereka, mereka teriak dan menampakan kemarahan dan kejengkelan terhadap siapa saja yang bersama Syaikhuna di atas al-haq, mereka jengkel setengah mati:
{مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ} [آل عمران: 119]
"Matilah kalian karena kejengkelan kalian itu, sesungguhnya Alloh adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) terhadap segala isi hati". (Ali Imron: 119).
 Kali ini mereka menampakan persatuan, Dzul Qornain bin Muhammad Sanusi Al-Maliy mulai angkat bicara, Luqman Ba'abduh mulai bergerak dan menggerakan jaringannya, begitu pula yang memiliki keterkaitan dengan mereka ikut dipanas-panasi, sungguh benar apa yang telah Alloh (تعالى) katakan:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112]
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Al-An'am: 112).
Demikianlah keadaan ahlul bathil yang saling membisikan perkataan-perkataan dan selalu bersatu padu serta berserikat dalam memusuhi para pembawa kebenaran.
Mereka bangkit beramai-ramai, yang bisa berceramah berkomentar, mencela dan menghina di dalam ceramahnya, yang bisa menulis melakukan seperti itu di dalam tulisannya, yang tidak bisa ceramah dan tidak bisa menulis melontarakan celaan, cacian dan cemoohan serta la'nat dan berbagai ungkapan kotor dan jijik, namun semua itu tidak ada harganya dan tidak akan memudhoratkan para pembawa kebenaran:
{فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ} [الرعد: 17]
"Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka dia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan". (Ar-Ro'd: 17).
Bahkan dengan sikap mereka yang menampakan kejelekan dan kezholiman itu akan memudhoratkan mereka sendiri:
{يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (46) وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (47)} [الطور: 46، 47]
"(Yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zholim ada azab selain dari itu, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui". (Ath-Thur: 46-47).
Pada kesempatan ini Insya Alloh kami akan sebutkan kesamaan dan perbedaan masing-masing dari mereka, diantaranya dari kesamaan dan perbedaan itu adalah mereka bersepakat dalam mencela dan menghina Ahlissunnah, muncul Abdurrohman Ath-Tholibiy dalam memberikan celaan terhadap Ahlissunnah, ulama dan yang bukan ulama semuanya mendapatkan bagian dari celaan tersebut.
Setelah kemunculan Abdurrohman Ath-Tholibiy maka muncullah Abu Umar bin Abdil Hamid yang didukung oleh Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan jaringannya, mereka nampak pada pergerakan mereka ini lebih ngeri, lebih sadis dan lebih kasar, sungguh mereka itu tidak bisa diharapkan kebaikannya:
«خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ»
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan diamankan kejelakannya, dan sejelek-jeleknya kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak diamankan kejelekannya". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits Abu Huroiroh, dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Abdurrohman Ath-Tholibiy ketika sudah muncul dan mereka mengetahui siapa sebenarnya dia? maka mereka mulai meniru tingkah lakunya dengan memunculkan banyak majhulin (orang-orang yang tidak dikenal), diantaranya Abu Umar bin Abdil Hamid, kemudian di susul Abu Mahfudz Ali, kemudian di susul Abdulloh bin Abdirrohman, terkadang muncul hanya dengan e-mail atau nomor-nomor Hp yang tidak dikenal, kemunculan mereka semuanya bertujuan untuk mengganggu dan menyakiti Ahlissunnah, bahkan tidak hanya Ahlissunnah masyarakat kaum muslimin pun mendapatkan gangguan dan fitnah mereka, dari situlah semakin jelas kalau mereka adalah paling pendusta dan paling liciknya manusia:
{انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا} [النساء: 50]
"Perhatikanlah kamu, bagaimana mereka mengada-adakan kedustaan terhadap Alloh? dan cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka)". (An-Nisa': 50).
Kemudian perhatikanlah apa yang mereka lakukan?, bukan hanya mereka sebagai da'i-da'i gelandangan namun ulama mereka pun melakukan yang semisal, diantaranya Abdulloh bin Robi' yang Abu Umar menganggapnya sebagai syaikh mereka, siapa dia? Muncul dengan meluncurkan tulisan namun kemudian bersembunyi "lempar batu sembunyi tangan", mereka saling menguatkan dan saling mengeluarkan fatwa, sampai Al-Buro'iy, Yasin Al-Adniy dan jaringan mereka ikut mengeluarkan fatwa tentang bolehnya mengambil ilmu atau berita dari orang yang tidak dikenal, apa yang menyebabkan mereka menfatwakan bolehnya?, tidak lain karena para majhulin itu termasuk dari jaringan mereka sendiri.
Dan pada tindakan ini mereka ghuluw dan benar-benar melampui batas, mereka mencela sampai ke tingkat yang paling melampui batas, mereka memiliki kesamaan, mulai dari atasan mereka (para ulama mereka) sampai yang bawahan mereka (para mad'u) mereka.
Ubaid Al-Jabiriy sampai ketingkat ghuluw menfatwakan tentang kafirnya Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy yaitu perlu ditebas kepalanya Al-Hajuriy, Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Washobiy menfatwakan tentang kafirnya Asy-Syaikh Yahya Al-Hajury dan halal darahnya untuk ditumpahkannya, kemudian fatwa tersebut disambut ramai oleh jaringan mereka di Indonesia, sungguh sangat terlihat pada mereka sifat yang sangat ghuluw dalam beragama, orang-orang kafir yang menyembah selain Alloh semisal Rofidhoh mereka tidak kafirkan, namun Ahlissunnah semisal Asy-Syakikh Yahya yang menyembah Alloh mereka kafirkan, dan memfatwakan untuk kepalanya ditebas, sangat dikhawatirkan kalau mereka itu termasuk dalam perkataan Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الأَوْثَانِ».
 "Mereka membunuh orang-orang Islam dan membiarkan hidup para penyembah berhala". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Para mad'u mereka tidak ketinggalan mengambil andil dalam membuat makar, sampai anak kuliahan yang gaul ikut terlibat, namun mereka tidak ada pengingkaran bahkan mereka menampakan pembelaan dan pembenaran, dan ini adalah warisan mereka dari zaman dahulu, ketika mereka ramai-ramai berupaya untuk menjatuhkan da'wah Ali Irsyad Surabaya maka bergeraklah para mahasiswa ITS Surabaya yang mereka menamakan diri-diri mereka sebagai mahasiswa salafiyyin, mereka mulai melakukan bantahan dengan ngawur-ngawur, mahasiswa yang di Jokjakarta juga mengambil andil, begitu pula yang di Malang semuanya bersatu padu membantah, setelah itu dimana mereka para mahasiswa itu? Ternyata mereka bertambah sesat, selesai kuliah bahkan ada yang belum sempat kuliah mulailah jenggot-jenggot mereka dicukur, jilba-jilbab mereka dicopot, pacaran-pacaran pun meningkat di kalangan mereka dan berbagai kema'siatan diterjang, maka masihkah mereka bangga dengan cara-cara licik itu? Masihkah mereka bangga dengan kesesatan di atas kesesatan seperti itu?.
Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal meriwayatkan di dalam "Musnad"nya dari hadits Anas bin Malik, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata:
"إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّال سِنِيْنَ خَدَّاعَةٌ يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ".  
"Bahwasanya sebelum muncul Dajjal, (akan ada) masa-masa yang penuh dengan tipu daya, didustakan pada zaman tersebut orang yang jujur, dan dibenarkan pada zaman tersebut  orang yang dusta, pada zaman tersebut pengkhianat dicap sebagai orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya dicap sebagai pengkhianat, dan ar-ruwaibidhoh mulai angkat bicara". Ada yang tanya:
"وَمَا الرُّوَيْبِضَة؟".
"Dan apa itu ar-ruwaibidhoh?". Beliau (صلى الله عليه وسلم) menjawab:
«الفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ العَامَّةِ».
"Orang fasiq (kelas) rendah yang berbicara tentang urusan umat (orang banyak)”.
Untuk mencari ciri-ciri Ar-Ruwaibidhoh tidak perlu kita menoleh kepada firqoh hizbiyyah yang lainnya namun cukup bagi kita menoleh ke firqoh mereka itu, karena mereka itulah Ar-Ruwaibidhoh yang sesungguhnya.
Orang-orang semisal Dzulqornain bin Muhammad Sanusi Al-Makassariy Al-Maliy dan jaringannya benar-benar kasar dan ghuluw, dia ini sudah berkali-kali menyebutkan tentang kafirnya Rofidhoh namun ketika keluar fatwa Muhammad Ar-Rimiy yang menggelari dirinya sebagai "Al-Imam" dia pun menerapkan prinsip Hasan Al-Banna: "Tolong menolong dalam perkara yang kita sepakati dan saling memberi udzur terhadap perkara yang kita perselisihkan", mereka dengan tidak menyadari telah mengunggulkan prinsip tersebut dari pada perkataan Alloh:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]
"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". (Al-Maidah: 2).
Karena mereka sudah bersepakat bahwa Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy sebagai haddadiy mereka pun saling memberi udzur tentang pengkafiran Rofidhoh, karena mereka semuanya suka taqlid, maka tatkala Asy-Syaikh Robi' menuduhkan kepada Syaikhuna Yahya sebagai haddadiy mereka pun menerima tuduhan tersebut melebihi penerimaan mereka terhadap dalil-dalil syar'iyyah, mereka lebih senang menerima perkataan ulama mereka dari pada perkataan Alloh dan Rosul-Nya, mereka tidak menghiraukan perintah Alloh:
{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا} [الحشر: 7]
"Apa yang didatangkan oleh Ar-Rosul kepada kalian, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah". (Al-Haysr: 7).
Alloh melarang dari berbuat ghuluw namun mereka malah berbuat ghuluw, mereka tidak peduli walau pun ulama mereka sesat dan menyeru kepada kezholiman dan kekeliruan namun tetap mereka menerima seruannya:
{لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]
"Janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar, dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dari sebelumnya dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". (Al-Maidah: 77).
Pada fitnah ini kita ketahui dengan jelas bahwa Asy-Syaikh Robi' benar-benar ghuluw dalam berkata, berfatwa dan bersikap, dahulu ketika Al-Imam Al-Wadi'iy menjarh Abu Hanifah maka Asy-Syaikh Robi' dengan memunculkan pemikirannya bahwa termasuk ciri atau sifat haddadiy adalah menjarh adan merendahkan Abu Hanifah.
Di sini nampak pada Asy-Syaikh Robi' ini ada kesamaan dalam satu sisi dengan orang-orang shufiy, orang-orang shufiy mengatakan bahwa Al-Imam Ahmad dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah Wahhabiy, dan Robi' bin Hadi Al-Madkholiy mengatakan pula bahwa yang menjarh atau merendahkan Abu Hanifah adalah haddadiy.
Para imam yang menjarh dan merendahkan Abu Hanifah sebelum munculnya haddadiy adalah sangat banyak, diantara mereka Al-Humaidiy, Ahmad bin Hambal, Sufyan dan yang semisalnya, kemudian di zaman belakangan Al-Imam Al-Wad'iy menguatkan jarh para imam tersebut dengan menulis sebuah kitab.
Semua imam itu kalau seseorang mengikuti dan mengambil pendapat dan jarhnya Asy-Syaikh Robi' bin Hadi Al-Madkholiy tentu semuanya dikatakan sebagai haddadiyyun, maka sangat kasihan kepada Asy-Syaikh Robi' dan orang-orang yang taqlid kepadanya, mereka semua telah membuat kedustaan dan penipuan yang nyata:
{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]
"Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lisan kalian secara dusta "Ini halal dan ini harom", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh tidaklah beruntung". (An-Nahl: 116).
Dan diantara kesamaan mereka adalah da'wah harus legal, ya'ni ada rekomendasi dari pemerintah, siapa yang berda'wah tanpa rekomendasi dianggap sebagai para penentang bahkan mereka mencapnya sebagai khowarij atau sururiyyun, da'wah harus pakai yayasan tanpa yayasan maka mereka ributkan, bukan pemerintah yang ributkan namun merekalah yang ributkan, sebagaimana di Ambon ketika diadakan dauroh masyayikh Ahlissunnah ternyata para hizbiyyun datang kepolisi melaporkannya dengan alasan karena tidak ada yayasannya atau tanpai izin dari yayasan:
{وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ} [الشعراء: 183]
"Dan janganlah kalian merugikan manusia terhadap sesuatu yang ada pada mereka dan janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan". (Asy-Syu'aro': 183).
Sebagian para penuntut ilmu di Dammaj yang mereka adalah orang-orang asing, banyak dari mereka tidak memiliki kemampuan dana untuk mengurus iqomah (surat semisal KTP) maka para hizbiyyun dengan serampangan mengatakan "Mereka itu adalah khowarij karena tidak mentaati pemerintah", padahal sudah ada beberapa kawan kami yang mereka mampu mengurus surat seperti itu maka mereka mengurusnya, sampai ada dari mereka yang sudah naik haji dan sudah bisa kemana-mana. 
Dari sini semakin nampak kalau mereka para hizbiyyun itu benar-benar buntut akal pikirannya, dalam mentaati Alloh saja kalau tidak ada kemampuan maka Alloh beri keringanan apalagi mentaati makhluk:
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا} [البقرة: 286]
"Tidaklah Alloh membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya". (Al-Baqoroh: 286).
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا} [الطلاق: 7]
"Tidaklah Alloh memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Alloh berikan kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan". (Ath-Tholaq: 7).
Memang para hizbiyyun itu dalam berakhlak persis dengan akhlaknya Bani Isroil, Alloh berikan kepada mereka kemudahan namun mereka membebankan diri dengan sesuatu yang Alloh tidak perintahkan kepada mereka, bahkan mereka selalu mendustakan dan selalu menyelisihi syari'at, Alloh berkata:
{لَقَدْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ رُسُلًا كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ} [المائدة: 70]
"Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka para rosul, akan tetapi setiap datang seorang Rosul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari Rosul-rosul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh". (Al-Maidah: 70).
Ahlussunnah berda'wah dengan penuh ketenangan mereka sangat berkeinginan untuk mencegah dan menghalanginya, bahkan mereka menyeru orang-orang yang bersama mereka untuk mencegah kebaikan yang dibawa oleh Ahlissunnah, mereka persis dengan orang-orang kafir dari kalangan Bani Isroil:
{لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78) كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (79)} [المائدة: 78، 79]
"Telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Isroil di atas lisan Dawud dan Isa putra Maryam, yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas, mereka tidak melarang kemungkaran yang mereka perbuat, sesungguhnya sangat buruk apa yang mereka perbuat itu". (Al-Maidah: 78-79).
Karena mereka para hizbiyyun itu telah menerapkan prinsip Hasan Al-Banna: "Tolong menolong terhadap perkara yang kita sepakati dan saling memberi uzdur terhadap apa yang kita perselisihkan" maka membuat mereka tidak sanggup untuk mengingkari kawan-kawan mereka yang berbuat dosa, bila pembesar mereka berbuat dosa atau sampai terjerumus ke dalam dosa maka mereka menganggap itu hasil ijtihad, Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy yang rakus dengan gelar "Al-Imam" ketika terjerumus ke dalam kesesatan dan kehinaan yang nyata, begitu pula Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy dan Ubaid Al-Jabiriy serta yang semisal dengan mereka, maka mereka dengan ringan lisan menyatakan "mereka itu para mujtahidun, bila salah ijtihad mereka maka mereka dapat satu pahala, jika benar ijtihad mereka maka mereka dapat dua pahala".
Dari ucapan mereka ini nampak jelas kalau mereka adalah shohibul hawa' (pengekor hawa nafsu), anggaplah kalau ulama mereka itu sebagai mujtahidun maka tidak dibenarkan untuk mengikuti ijtihad mereka yang salah, karena orang yang berakal sehat tentu akan mencari atau mengambil hasil ijtihad yang benar:
{الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر: 18]
"Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya, maka mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk petunjuk oleh Alloh dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal". (Az-Zumar: 18).
Akan tetapi sebenarnya mereka itu bukanlah para mujtahidun namun mereka adalah kusala (para pemalas) yang serampangan dalam mengeluarkan fatwa dan pendapat, dengan kemasalan mereka untuk melihat dan mencermati perselisihan yang terjadi dan juga kemalasan mereka untuk meninjau dalil-dalil syar'iyyah langsung dengan mudah mereka memutuskan; Rofidhoh adalah muslimun[1], Yahya Al-Hajuriy dipenggal kepalanya, orang-orang yang menjarh dan merendahkan Abu Hanifah adalah haddadiyyun, Asy-Syaikh Muqbil termasuk khowarij, jangan belajar di Dammaj, orang-orang yang di Dammaj keluar dan yang diluar jangan masuk ke Dammaj, orang yang belajar di Dammaj adalah ilegal dan khowarij, atau fatwa-fatwa dan pendapat yang nyeleneh lainnya yang mereka selalu lontarkan:
{وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة: 42]
"Dan janganlah kalian campur adukkan yang al-haq dengan yang bathil dan janganlah kalian sembunyikan yang al-haq itu, sedang kalian mengetahui". (Al-Baqoroh: 42).
Dan diantara kesamaan mereka juga adalah membela tokoh-tokoh mereka melebihi pembelaan terhadap syari'at Islam, bila syari'at Islam atau Al-Qur'an dihinakan oleh musuh-musuh Islam maka mereka diam, hal ini sebagaimana ketika terjadi di Sho'dah, ketika kaum kafir Rofidhoh menginjak-nginjak mushof maka mereka para hizbiyyun tidak memiliki kecemburuan sedikit pun terhadap Al-Qur'an, Ahlussunnah bersusah payah berjihad malah Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy dan jaringan mereka menampakan rasa gembira, sebagaimana Ali Rozihiy berkata: "Ini (ya'ni serangan Rofidhoh atas Ahlissunnah di Dammaj) adalah akhir penghabisan Al-Hajuriyyin".
Kami tegaskan bahwa tidaklah menimpa mereka para hizbiyyun itu melainkan karena hasad dan kebencian semata:
{إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا} [آل عمران: 120]
"Jika kalian memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kalian mendapat bencana, mereka bergembira karenanya". (Ali Imron: 120).
Bahkan sampai mereka dan juga Asy-Syaikh Robi' mengatakan bahwa Rofidhoh memerangi Ahlussunnah di Dammaj itu adalah azab atas Ahlissunnah yang di Dammaj, dari sini sangat tampak kalau mereka itu berkata, berfatwa dan berpendapat tanpa didasari hujjah sama sekali, bagaimana mereka menghukumi bahwa itu adalah azab yang Alloh turunkan atas Ahlissunnah sementara Alloh telah berkata di dalam Al-Qur'an:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الأنفال: 33]
"Dan tidaklah Alloh mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (Al-Anfal: 33).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya di-hishor di Makkah dan beberapa shohabat disiksa karena mempertahankan al-haq, maka apakah mereka akan menuduh bahwa itu adalah azab?!, apa yang dirasakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya itu hanyalah ujian dan cobaan, sebagaimana yang Alloh (تعالى) terangkan di dalam Al-Qur'an:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ} [البقرة: 214]
"Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Kapan datang pertolongannya Alloh?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu sangat dekat". (Al-Baqoroh: 214).
Apakah Asy-Syaikh Robi' dan jaringan para hizbiyyun itu masih mau mengatakan bahwa kami dan seluruh Ahlissunnah yang ada di Dammaj sedang diazab? Ataukah mereka akan mengatakan kami sedang ditimpakan bala'?, maka kami katakan: "Kalau kalian mengatakan kami diazab maka kalian telah ghuluw dan berkata tanpa didasari ilmu dan tanpa didasari burhan dari Alloh, bila seperti ini keadaan kalian maka sungguh kalian telah sesat dan berbuat kedustaan yang nyata, Alloh berkata:
{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [الأنعام: 144]
"Maka siapakah yang lebih zholim dari pada orang-orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Alloh untuk menyesatkan manusia dengan tanpa ilmu?". Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim". (Al-An'am: 144).
Jika kalian katakan bahwa kami ditimpakan bala' maka ketahuilah semoga bala' itu adalah termasuk bala' yang baik sebagaimana pernah menimpah para Nabi dan orang-orang sholih sebelum kami, Robb kami telah menghibur kami:
{وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأنفال: 17]
"Dan ditimpakan bala' bagi orang-orang yang beriman, dengan bala' yang baik. Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha Mendengar) lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui)". (Al-Anfal: 17).
Dan Nabi kami (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah menghibur kami dengan hiburan yang sangat menyenangkan, Al-Bukhoriy telah membuat bab khusus tentang masalah ini di dalam "Ash-Shohih", beliau berkata:
"بَابٌ: أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ".
"Bab: Paling besarnya bala' pada manusia adalah para Nabi, kemudian semisalnya kemudian semisalnya".
Dan Ashhabussunan kecuali Abu Dawud telah meriwayatkan dari hadits Sa'd bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟".
 "Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling besar bala'nya?". Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab:
«الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ، حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»".
"Para Nabi, kemudian semisalnya dan yang semisalnya, ditimpakan bala' kepada seorang hamba disesuaikan dengan keadaan agamanya, jika pada agamanya itu ada kekokohan maka dibesarkan bala'nya, dan jika pada agamanya ada kelemahan (kerendahan) maka ditimpakan bala' sesuai kadar agamanya, dan senantiasa seorang hamba akan ditimpakan bala' sampai dia dibiarkan berjalan di muka bumi dan dia tidak ada padanya dosa"".
Sudah merupakan keyakinan kami dan ketsiqohan kami kepada Robb kami bahwa walaupun para hizbiyyun membuat makar dan tipu daya, berdusta serta berupaya mencari para pendukung untuk memudhorotkan kami dan memudhoratkan al-haq yang kami berada di atasnya namun dengan izin Alloh mereka tidak akan mampu:
{وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ} [آل عمران: 120]
"Jika kalian bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudhorotan kepada kalian. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala apa yang mereka kerjakan". (Ali Imron: 120). 
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ».
"Dan kalau pun mereka bersatu untuk memberikan kemadhorotan kepadamu maka mereka tidak akan mampu memudhorotkanmu melainkan dengan sesuatu yang telah Alloh tuliskan untukmu, telah terangkat pena dan telah tertulis lembaran-lebaran". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dengan sanad hasan dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.  
Demikian penjelasan singkat dari kami, semoga bermanfaat bagi kami dan bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan dan kebenaran.  
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ



[1]  Memang Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy nampak kalau dia adalah pemalas, karena kemalasannya, ketika Asy-Syaikh Muqbil Rohimahulloh masih hidup maka Muhammad Ar-Rimiy ini datang belajar di Dammaj hanya dalam waktu yang sangat singat, kemudian ke Ma'bar, sampai di Ma'bar membesarkan dirinya dan melantik dirinya sebagai "Al-Imam":
{لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 188]
"Janganlah sekali-kali kalian menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kalian menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih". (Ali Imron: 188).
Dengan keadaannya seperti itu kemudian bermunculanlah orang-orang yang ghuluw kepadanya, berama-ramai memuji dengan menyatakan Syaikhuna Al-Muhaddits Al-'Allamah Muhammad Al-Imam, bahkan Muhammad Ar-Rimiy ini dengan tanpa malu memposisikan diri sekan-akan mujtahid, ketika dikritik buku "Ibanah"nya, dia dan kawan-kawannya yang semanhaj dengannya mudah mengatakan ini adalah hasil ijtihad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar