ADA KESAMAAN
TENTU
ADA PERBEDAAN
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim
Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya,
mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya
http://assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه،
وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ،
وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Ketika
Asy-Syaikh Robi' mulai melontarkan tuduhan kepada Syaikhuna Abu Abdirrohman
Yahya bin Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh maka para hizbiyyin diberbagai
penjuru dunia bergembira dengan hal tersebut, mereka bergembira karena merasa berhasil
menyeret satu persatu dari para ulama ke dalam barisan mereka, mulai dari ulama
di Yaman hingga ulama di Saudi Arobia.
Syaikhuna
Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh karena merasa
dizholimi oleh Asy-Syaikh Robi' dengan tuduhan dan komentar ngawurnya maka
Syaikhuna membantahnya dengan hujjah yang kokoh, apa yang dilakukan oleh
Syaikhuna sebagai perwujudan terhadap perkataan Alloh (تعالى):
{لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا
مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا} [النساء: 148]
"Tidaklah Alloh menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan)
dengan terus terang kecuali oleh orang yang dizholimi. Dan Alloh adalah As-Sami'
(Maha mendengar) lagi Al-'Alim (Maha mengetahui)".
(An-Nisa': 148).
Setelah
bantahan Syaikhuna tersebar luas maka marahlah para hizbiyyun, mereka tidak
peduli siapa pun yang berbicara atau mengingkari kemungkaran mereka maka mereka
langsung mencelanya, menghinanya dan berbagai tingkah laku jelek dimunculkan, sampai
prilaku jelek mereka yang dahulu, kini mereka munculkan kembali, para majhulin
(orang-orang yang tidak dikenal) ikut mengambil andil, sampai ada seseorang
yang menggunakan nama Al-Jarh ikut melampiaskan kemarahannya, mencela, mencaci
dan mela'nat kami, karena kami mengingkari kemungkaran mereka dan membantah
mereka, mereka teriak dan menampakan kemarahan dan kejengkelan terhadap siapa
saja yang bersama Syaikhuna di atas al-haq, mereka jengkel setengah mati:
{مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ}
[آل عمران: 119]
"Matilah
kalian karena kejengkelan kalian itu, sesungguhnya Alloh adalah Al-'Alim (Maha
Mengetahui) terhadap segala isi hati". (Ali Imron: 119).
Kali ini mereka menampakan persatuan, Dzul
Qornain bin Muhammad Sanusi Al-Maliy mulai angkat bicara, Luqman Ba'abduh mulai
bergerak dan menggerakan jaringannya, begitu pula yang memiliki keterkaitan
dengan mereka ikut dipanas-panasi, sungguh benar apa yang telah Alloh (تعالى) katakan:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ
الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112]
"Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Al-An'am: 112).
Demikianlah
keadaan ahlul bathil yang saling membisikan perkataan-perkataan dan selalu
bersatu padu serta berserikat dalam memusuhi para pembawa kebenaran.
Mereka
bangkit beramai-ramai, yang bisa berceramah berkomentar, mencela dan menghina
di dalam ceramahnya, yang bisa menulis melakukan seperti itu di dalam
tulisannya, yang tidak bisa ceramah dan tidak bisa menulis melontarakan celaan,
cacian dan cemoohan serta la'nat dan berbagai ungkapan kotor dan jijik, namun
semua itu tidak ada harganya dan tidak akan memudhoratkan para pembawa
kebenaran:
{فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ
النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الْأَرْضِ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ}
[الرعد: 17]
"Adapun
buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun yang
memberi manfaat kepada manusia, maka dia tetap di bumi. Demikianlah Alloh
membuat perumpamaan-perumpamaan". (Ar-Ro'd: 17).
Bahkan dengan sikap mereka yang menampakan kejelekan
dan kezholiman itu akan memudhoratkan mereka sendiri:
{يَوْمَ لَا يُغْنِي
عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (46) وَإِنَّ لِلَّذِينَ
ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (47)}
[الطور: 46، 47]
"(Yaitu)
hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka
tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zholim ada azab selain
dari itu, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui". (Ath-Thur: 46-47).
Pada
kesempatan ini Insya Alloh kami akan sebutkan kesamaan dan perbedaan
masing-masing dari mereka, diantaranya dari kesamaan dan perbedaan itu adalah mereka
bersepakat dalam mencela dan menghina Ahlissunnah, muncul Abdurrohman
Ath-Tholibiy dalam memberikan celaan terhadap Ahlissunnah, ulama dan yang bukan
ulama semuanya mendapatkan bagian dari celaan tersebut.
Setelah
kemunculan Abdurrohman Ath-Tholibiy maka muncullah Abu Umar bin Abdil Hamid
yang didukung oleh Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan jaringannya, mereka nampak
pada pergerakan mereka ini lebih ngeri, lebih sadis dan lebih kasar, sungguh
mereka itu tidak bisa diharapkan kebaikannya:
«خَيْرُكُمْ
مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ
وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ»
"Sebaik-baik
kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan diamankan kejelakannya, dan
sejelek-jeleknya kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan
tidak diamankan kejelekannya".
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits Abu Huroiroh, dari Rosululloh
(صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Abdurrohman
Ath-Tholibiy ketika sudah muncul dan mereka mengetahui siapa sebenarnya dia? maka
mereka mulai meniru tingkah lakunya dengan memunculkan banyak majhulin
(orang-orang yang tidak dikenal), diantaranya Abu Umar bin Abdil Hamid,
kemudian di susul Abu Mahfudz Ali, kemudian di susul Abdulloh bin Abdirrohman,
terkadang muncul hanya dengan e-mail atau nomor-nomor Hp yang tidak dikenal,
kemunculan mereka semuanya bertujuan untuk mengganggu dan menyakiti
Ahlissunnah, bahkan tidak hanya Ahlissunnah masyarakat kaum muslimin pun
mendapatkan gangguan dan fitnah mereka, dari situlah semakin jelas kalau mereka
adalah paling pendusta dan paling liciknya manusia:
{انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ
إِثْمًا مُبِينًا} [النساء: 50]
"Perhatikanlah
kamu, bagaimana mereka mengada-adakan kedustaan terhadap Alloh? dan cukuplah perbuatan
itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka)". (An-Nisa': 50).
Kemudian perhatikanlah apa yang mereka lakukan?,
bukan hanya mereka sebagai da'i-da'i gelandangan namun ulama mereka pun
melakukan yang semisal, diantaranya Abdulloh bin Robi' yang Abu Umar
menganggapnya sebagai syaikh mereka, siapa dia? Muncul dengan meluncurkan
tulisan namun kemudian bersembunyi "lempar batu sembunyi tangan",
mereka saling menguatkan dan saling mengeluarkan fatwa, sampai Al-Buro'iy, Yasin
Al-Adniy dan jaringan mereka ikut mengeluarkan fatwa tentang bolehnya mengambil
ilmu atau berita dari orang yang tidak dikenal, apa yang menyebabkan mereka
menfatwakan bolehnya?, tidak lain karena para majhulin itu termasuk dari
jaringan mereka sendiri.
Dan pada tindakan ini mereka ghuluw dan
benar-benar melampui batas, mereka mencela sampai ke tingkat yang paling
melampui batas, mereka memiliki kesamaan, mulai dari atasan mereka (para ulama
mereka) sampai yang bawahan mereka (para mad'u) mereka.
Ubaid Al-Jabiriy sampai ketingkat ghuluw menfatwakan
tentang kafirnya Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy yaitu perlu ditebas kepalanya
Al-Hajuriy, Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Washobiy menfatwakan tentang kafirnya Asy-Syaikh
Yahya Al-Hajury dan halal darahnya untuk ditumpahkannya, kemudian fatwa
tersebut disambut ramai oleh jaringan mereka di Indonesia, sungguh sangat
terlihat pada mereka sifat yang sangat ghuluw dalam beragama, orang-orang
kafir yang menyembah selain Alloh semisal Rofidhoh mereka tidak kafirkan, namun
Ahlissunnah semisal Asy-Syakikh Yahya yang menyembah Alloh mereka kafirkan, dan
memfatwakan untuk kepalanya ditebas, sangat dikhawatirkan kalau mereka itu
termasuk dalam perkataan Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ
أَهْلَ الأَوْثَانِ».
"Mereka membunuh orang-orang Islam dan
membiarkan hidup para penyembah berhala". Diriwayatkan oleh
Asy-Syaikhon dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Para mad'u mereka tidak ketinggalan mengambil
andil dalam membuat makar, sampai anak kuliahan yang gaul ikut terlibat, namun
mereka tidak ada pengingkaran bahkan mereka menampakan pembelaan dan
pembenaran, dan ini adalah warisan mereka dari zaman dahulu, ketika mereka ramai-ramai
berupaya untuk menjatuhkan da'wah Ali Irsyad Surabaya maka bergeraklah para
mahasiswa ITS Surabaya yang mereka menamakan diri-diri mereka sebagai mahasiswa
salafiyyin, mereka mulai melakukan bantahan dengan ngawur-ngawur, mahasiswa
yang di Jokjakarta juga mengambil andil, begitu pula yang di Malang semuanya
bersatu padu membantah, setelah itu dimana mereka para mahasiswa itu? Ternyata mereka
bertambah sesat, selesai kuliah bahkan ada yang belum sempat kuliah mulailah
jenggot-jenggot mereka dicukur, jilba-jilbab mereka dicopot, pacaran-pacaran
pun meningkat di kalangan mereka dan berbagai kema'siatan diterjang, maka
masihkah mereka bangga dengan cara-cara licik itu? Masihkah mereka bangga
dengan kesesatan di atas kesesatan seperti itu?.
Al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hambal meriwayatkan di
dalam "Musnad"nya dari hadits Anas bin Malik, beliau
berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم)
berkata:
"إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّال
سِنِيْنَ خَدَّاعَةٌ يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ
وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيْهَا
الرُّوَيْبِضَةُ".
"Bahwasanya sebelum muncul
Dajjal, (akan ada) masa-masa yang penuh dengan tipu daya, didustakan pada zaman
tersebut orang yang jujur, dan dibenarkan pada zaman tersebut orang yang dusta, pada zaman tersebut pengkhianat
dicap sebagai orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya dicap sebagai
pengkhianat, dan ar-ruwaibidhoh mulai angkat bicara". Ada yang tanya:
"وَمَا الرُّوَيْبِضَة؟".
"Dan apa itu ar-ruwaibidhoh?".
Beliau (صلى
الله عليه وسلم) menjawab:
«الفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي
أَمْرِ العَامَّةِ».
"Orang fasiq (kelas) rendah
yang berbicara tentang urusan umat (orang banyak)”.
Untuk mencari ciri-ciri Ar-Ruwaibidhoh tidak
perlu kita menoleh kepada firqoh hizbiyyah yang lainnya namun cukup bagi
kita menoleh ke firqoh mereka itu, karena mereka itulah Ar-Ruwaibidhoh
yang sesungguhnya.
Orang-orang semisal Dzulqornain bin Muhammad Sanusi Al-Makassariy Al-Maliy dan
jaringannya benar-benar kasar dan ghuluw, dia ini sudah berkali-kali
menyebutkan tentang kafirnya Rofidhoh namun ketika keluar fatwa Muhammad
Ar-Rimiy yang menggelari dirinya sebagai "Al-Imam" dia pun menerapkan
prinsip Hasan Al-Banna: "Tolong menolong dalam perkara yang kita sepakati
dan saling memberi udzur terhadap perkara yang kita perselisihkan", mereka
dengan tidak menyadari telah mengunggulkan prinsip tersebut dari pada perkataan
Alloh:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]
"Dan
tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan kalian
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". (Al-Maidah:
2).
Karena mereka sudah bersepakat bahwa Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy
sebagai haddadiy mereka pun saling memberi udzur tentang pengkafiran Rofidhoh, karena
mereka semuanya suka taqlid, maka tatkala Asy-Syaikh Robi' menuduhkan kepada Syaikhuna
Yahya sebagai haddadiy mereka pun menerima tuduhan tersebut melebihi penerimaan
mereka terhadap dalil-dalil syar'iyyah, mereka lebih senang menerima
perkataan ulama mereka dari pada perkataan Alloh dan Rosul-Nya, mereka tidak
menghiraukan perintah Alloh:
{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا
نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا} [الحشر: 7]
"Apa
yang didatangkan oleh Ar-Rosul kepada kalian, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagi kalian maka tinggalkanlah". (Al-Haysr: 7).
Alloh melarang dari berbuat ghuluw
namun mereka malah berbuat ghuluw, mereka tidak peduli walau pun ulama
mereka sesat dan menyeru kepada kezholiman dan kekeliruan namun tetap mereka
menerima seruannya:
{لَا
تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ
ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ}
[المائدة: 77]
"Janganlah
kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar, dan janganlah
kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dari sebelumnya dan
mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan
yang lurus". (Al-Maidah: 77).
Pada fitnah ini kita ketahui dengan jelas bahwa Asy-Syaikh Robi' benar-benar
ghuluw dalam berkata, berfatwa dan bersikap, dahulu ketika Al-Imam
Al-Wadi'iy menjarh Abu Hanifah maka Asy-Syaikh Robi' dengan memunculkan pemikirannya
bahwa termasuk ciri atau sifat haddadiy adalah menjarh adan merendahkan Abu
Hanifah.
Di sini nampak pada Asy-Syaikh Robi' ini ada kesamaan dalam satu
sisi dengan orang-orang shufiy, orang-orang shufiy mengatakan bahwa Al-Imam
Ahmad dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah Wahhabiy, dan Robi' bin Hadi
Al-Madkholiy mengatakan pula bahwa yang menjarh atau merendahkan Abu Hanifah
adalah haddadiy.
Para imam yang menjarh dan merendahkan Abu Hanifah
sebelum munculnya haddadiy adalah sangat banyak, diantara mereka Al-Humaidiy,
Ahmad bin Hambal, Sufyan dan yang semisalnya, kemudian di zaman belakangan Al-Imam
Al-Wad'iy menguatkan jarh para imam tersebut dengan menulis sebuah kitab.
Semua imam itu kalau seseorang mengikuti dan
mengambil pendapat dan jarhnya Asy-Syaikh Robi' bin Hadi Al-Madkholiy tentu semuanya
dikatakan sebagai haddadiyyun, maka sangat kasihan kepada Asy-Syaikh Robi' dan
orang-orang yang taqlid kepadanya, mereka semua telah membuat kedustaan dan
penipuan yang nyata:
{وَلَا تَقُولُوا
لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ
لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ
الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]
"Dan
janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lisan kalian
secara dusta "Ini halal dan ini harom", untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Alloh. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Alloh tidaklah beruntung". (An-Nahl: 116).
Dan
diantara kesamaan mereka adalah da'wah harus legal, ya'ni ada rekomendasi dari
pemerintah, siapa yang berda'wah tanpa rekomendasi dianggap sebagai para
penentang bahkan mereka mencapnya sebagai khowarij atau sururiyyun, da'wah
harus pakai yayasan tanpa yayasan maka mereka ributkan, bukan pemerintah
yang ributkan namun merekalah yang ributkan, sebagaimana di Ambon ketika diadakan
dauroh masyayikh Ahlissunnah ternyata para hizbiyyun datang kepolisi
melaporkannya dengan alasan karena tidak ada yayasannya atau tanpai izin dari
yayasan:
{وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي
الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ} [الشعراء: 183]
"Dan
janganlah kalian merugikan manusia terhadap sesuatu yang ada pada mereka dan
janganlah kalian merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan". (Asy-Syu'aro': 183).
Sebagian para penuntut ilmu di Dammaj yang mereka
adalah orang-orang asing, banyak dari mereka tidak memiliki kemampuan dana untuk
mengurus iqomah (surat semisal KTP) maka para hizbiyyun dengan
serampangan mengatakan "Mereka itu adalah khowarij karena tidak mentaati
pemerintah", padahal sudah ada beberapa kawan kami yang mereka mampu
mengurus surat seperti itu maka mereka mengurusnya, sampai ada dari mereka yang
sudah naik haji dan sudah bisa kemana-mana.
Dari sini semakin nampak kalau mereka para hizbiyyun
itu benar-benar buntut akal pikirannya, dalam mentaati Alloh saja kalau tidak
ada kemampuan maka Alloh beri keringanan apalagi mentaati makhluk:
{لَا يُكَلِّفُ
اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا} [البقرة: 286]
"Tidaklah Alloh membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya". (Al-Baqoroh: 286).
{لَا يُكَلِّفُ
اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا}
[الطلاق: 7]
"Tidaklah
Alloh memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Alloh berikan
kepadanya. Alloh kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan". (Ath-Tholaq: 7).
Memang
para hizbiyyun itu dalam berakhlak persis dengan akhlaknya Bani Isroil, Alloh
berikan kepada mereka kemudahan namun mereka membebankan diri dengan sesuatu yang
Alloh tidak perintahkan kepada mereka, bahkan mereka selalu mendustakan dan
selalu menyelisihi syari'at, Alloh berkata:
{لَقَدْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا
إِلَيْهِمْ رُسُلًا كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ
فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ} [المائدة: 70]
"Sesungguhnya
Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada
mereka para rosul, akan tetapi setiap datang seorang Rosul kepada mereka dengan
membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian
dari Rosul-rosul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh". (Al-Maidah: 70).
Ahlussunnah berda'wah dengan penuh ketenangan mereka
sangat berkeinginan untuk mencegah dan menghalanginya, bahkan mereka menyeru
orang-orang yang bersama mereka untuk mencegah kebaikan yang dibawa oleh
Ahlissunnah, mereka persis dengan orang-orang kafir dari kalangan Bani Isroil:
{لُعِنَ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ
ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78) كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ
مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (79)} [المائدة: 78، 79]
"Telah
dila'nati orang-orang kafir dari Bani Isroil di atas lisan Dawud dan Isa putra
Maryam, yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas,
mereka tidak melarang kemungkaran yang mereka perbuat, sesungguhnya sangat
buruk apa yang mereka perbuat itu". (Al-Maidah: 78-79).
Karena mereka para hizbiyyun itu telah menerapkan
prinsip Hasan Al-Banna: "Tolong menolong terhadap perkara yang kita sepakati
dan saling memberi uzdur terhadap apa yang kita perselisihkan" maka
membuat mereka tidak sanggup untuk mengingkari kawan-kawan mereka yang berbuat
dosa, bila pembesar mereka berbuat dosa atau sampai terjerumus ke dalam dosa
maka mereka menganggap itu hasil ijtihad, Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy
yang rakus dengan gelar "Al-Imam" ketika terjerumus ke dalam
kesesatan dan kehinaan yang nyata, begitu pula Muhammad bin Abdil Wahhab
Al-Washobiy dan Ubaid Al-Jabiriy serta yang semisal dengan mereka, maka mereka dengan
ringan lisan menyatakan "mereka itu para mujtahidun, bila salah ijtihad
mereka maka mereka dapat satu pahala, jika benar ijtihad mereka maka
mereka dapat dua pahala".
Dari ucapan mereka ini nampak jelas kalau mereka
adalah shohibul hawa' (pengekor hawa nafsu), anggaplah kalau ulama
mereka itu sebagai mujtahidun maka tidak dibenarkan untuk mengikuti ijtihad
mereka yang salah, karena orang yang berakal sehat tentu akan mencari atau
mengambil hasil ijtihad yang benar:
{الَّذِينَ
يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ
اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ} [الزمر: 18]
"Orang-orang
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya,
maka mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk petunjuk oleh Alloh dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal". (Az-Zumar: 18).
Akan tetapi sebenarnya mereka itu bukanlah para mujtahidun
namun mereka adalah kusala (para pemalas) yang serampangan dalam
mengeluarkan fatwa dan pendapat, dengan kemasalan mereka untuk melihat dan
mencermati perselisihan yang terjadi dan juga kemalasan mereka untuk meninjau
dalil-dalil syar'iyyah langsung dengan mudah mereka memutuskan; Rofidhoh
adalah muslimun[1],
Yahya Al-Hajuriy dipenggal kepalanya, orang-orang yang menjarh dan merendahkan Abu
Hanifah adalah haddadiyyun, Asy-Syaikh Muqbil termasuk khowarij, jangan belajar
di Dammaj, orang-orang yang di Dammaj keluar dan yang diluar jangan masuk ke
Dammaj, orang yang belajar di Dammaj adalah ilegal dan khowarij, atau fatwa-fatwa
dan pendapat yang nyeleneh lainnya yang mereka selalu lontarkan:
{وَلَا تَلْبِسُوا
الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [البقرة:
42]
"Dan
janganlah kalian campur adukkan yang al-haq dengan yang bathil dan janganlah kalian
sembunyikan yang al-haq itu, sedang kalian mengetahui". (Al-Baqoroh: 42).
Dan diantara kesamaan mereka juga adalah membela
tokoh-tokoh mereka melebihi pembelaan terhadap syari'at Islam, bila syari'at
Islam atau Al-Qur'an dihinakan oleh musuh-musuh Islam maka mereka diam, hal ini
sebagaimana ketika terjadi di Sho'dah, ketika kaum kafir Rofidhoh menginjak-nginjak
mushof maka mereka para hizbiyyun tidak memiliki kecemburuan sedikit pun
terhadap Al-Qur'an, Ahlussunnah bersusah payah berjihad malah Muhammad bin
Abdillah Ar-Rimiy dan jaringan mereka menampakan rasa gembira, sebagaimana Ali
Rozihiy berkata: "Ini (ya'ni serangan Rofidhoh atas Ahlissunnah di Dammaj)
adalah akhir penghabisan Al-Hajuriyyin".
Kami tegaskan bahwa tidaklah menimpa mereka para
hizbiyyun itu melainkan karena hasad dan kebencian semata:
{إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ
تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا} [آل عمران: 120]
"Jika
kalian memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kalian
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya". (Ali Imron: 120).
Bahkan sampai mereka dan juga Asy-Syaikh Robi'
mengatakan bahwa Rofidhoh memerangi Ahlussunnah di Dammaj itu adalah azab atas
Ahlissunnah yang di Dammaj, dari sini sangat tampak kalau mereka itu berkata,
berfatwa dan berpendapat tanpa didasari hujjah sama sekali, bagaimana mereka menghukumi
bahwa itu adalah azab yang Alloh turunkan atas Ahlissunnah sementara Alloh telah
berkata di dalam Al-Qur'an:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ
مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الأنفال: 33]
"Dan
tidaklah Alloh mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (Al-Anfal: 33).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya di-hishor
di Makkah dan beberapa shohabat disiksa karena mempertahankan al-haq, maka
apakah mereka akan menuduh bahwa itu adalah azab?!, apa yang dirasakan oleh
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya itu
hanyalah ujian dan cobaan, sebagaimana yang Alloh (تعالى) terangkan di dalam Al-Qur'an:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ
تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ
قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ
الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ
اللَّهِ قَرِيبٌ} [البقرة: 214]
"Apakah
kalian mengira bahwa kalian akan masuk jannah, padahal belum datang kepada
kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rosul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Kapan datang pertolongannya Alloh?" Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Alloh itu sangat dekat". (Al-Baqoroh: 214).
Apakah
Asy-Syaikh Robi' dan jaringan para hizbiyyun itu masih mau mengatakan bahwa
kami dan seluruh Ahlissunnah yang ada di Dammaj sedang diazab? Ataukah mereka
akan mengatakan kami sedang ditimpakan bala'?, maka kami katakan:
"Kalau kalian mengatakan kami diazab maka kalian telah ghuluw dan
berkata tanpa didasari ilmu dan tanpa didasari burhan dari Alloh, bila seperti
ini keadaan kalian maka sungguh kalian telah sesat dan berbuat kedustaan yang
nyata, Alloh berkata:
{فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا لِيُضِلَّ
النَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
[الأنعام: 144]
"Maka siapakah yang lebih zholim
dari pada orang-orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Alloh untuk menyesatkan
manusia dengan tanpa ilmu?". Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zholim".
(Al-An'am: 144).
Jika kalian
katakan bahwa kami ditimpakan bala' maka ketahuilah semoga bala' itu adalah termasuk bala'
yang baik sebagaimana pernah menimpah para Nabi dan orang-orang sholih sebelum
kami, Robb
kami telah menghibur kami:
{وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ
اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأنفال: 17]
"Dan
ditimpakan bala' bagi orang-orang yang beriman, dengan bala' yang baik.
Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha Mendengar) lagi Al-'Alim (Maha
Mengetahui)". (Al-Anfal: 17).
Dan Nabi kami (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah
menghibur kami dengan hiburan yang sangat menyenangkan, Al-Bukhoriy telah
membuat bab khusus tentang masalah ini di dalam "Ash-Shohih",
beliau berkata:
"بَابٌ:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ".
"Bab: Paling besarnya bala' pada
manusia adalah para Nabi, kemudian semisalnya kemudian semisalnya".
Dan Ashhabussunan kecuali Abu Dawud telah meriwayatkan dari
hadits Sa'd bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
"يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟".
"Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang
paling besar bala'nya?". Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab:
«الْأَنْبِيَاءُ،
ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ،
فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ
رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ،
حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»".
"Para
Nabi, kemudian semisalnya dan yang semisalnya, ditimpakan bala' kepada seorang
hamba disesuaikan dengan keadaan agamanya, jika pada agamanya itu ada kekokohan
maka dibesarkan bala'nya, dan jika pada agamanya ada kelemahan (kerendahan)
maka ditimpakan bala' sesuai kadar agamanya, dan senantiasa seorang hamba akan
ditimpakan bala' sampai dia dibiarkan berjalan di muka bumi dan dia tidak ada
padanya dosa"".
Sudah merupakan keyakinan kami
dan ketsiqohan kami kepada Robb kami bahwa walaupun para hizbiyyun
membuat makar dan tipu daya, berdusta serta berupaya mencari para pendukung
untuk memudhorotkan kami dan memudhoratkan al-haq yang kami berada di
atasnya namun dengan izin Alloh mereka tidak akan mampu:
{وَإِنْ تَصْبِرُوا
وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ
مُحِيطٌ} [آل عمران: 120]
"Jika
kalian bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudhorotan kepada kalian. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan". (Ali Imron: 120).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَلَوْ
اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ
كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ».
"Dan kalau pun mereka bersatu
untuk memberikan kemadhorotan kepadamu maka mereka tidak akan mampu
memudhorotkanmu melainkan dengan sesuatu yang telah Alloh tuliskan untukmu,
telah terangkat pena dan telah tertulis lembaran-lebaran".
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dengan sanad hasan dari hadits Abdulloh
bin 'Abbas.
Demikian
penjelasan singkat dari kami, semoga bermanfaat bagi kami dan bagi siapa saja
yang menginginkan kebaikan dan kebenaran.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
[1] Memang Muhammad bin
Abdillah Ar-Rimiy nampak kalau dia adalah pemalas, karena kemalasannya, ketika
Asy-Syaikh Muqbil Rohimahulloh masih hidup maka Muhammad Ar-Rimiy ini
datang belajar di Dammaj hanya dalam waktu yang sangat singat, kemudian ke
Ma'bar, sampai di Ma'bar membesarkan dirinya dan melantik dirinya sebagai
"Al-Imam":
{لَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا
بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 188]
"Janganlah
sekali-kali kalian menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang
telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang
belum mereka kerjakan janganlah kalian menyangka bahwa mereka terlepas dari
siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih". (Ali Imron: 188).
Dengan keadaannya seperti itu kemudian
bermunculanlah orang-orang yang ghuluw kepadanya, berama-ramai memuji
dengan menyatakan Syaikhuna Al-Muhaddits Al-'Allamah Muhammad Al-Imam, bahkan
Muhammad Ar-Rimiy ini dengan tanpa malu memposisikan diri sekan-akan mujtahid,
ketika dikritik buku "Ibanah"nya, dia dan kawan-kawannya yang
semanhaj dengannya mudah mengatakan ini adalah hasil ijtihad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar