Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

mengingkari kemungkaran dengan membuat kerusakan



mengingkari kemungkaran
dengan
membuat kerusakan

Disertai dengan tanya jawab seputar hukum-hukum Islam, fakta dan realita yang terjadi seputar jihad di Darul Hadits Dammaj



Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya






http://assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434

بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Alloh (تعالى) berkata:
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ} [آل عمران: 104]
"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah itulah orang-orang yang beruntung". (Ali Imron: 104).
Karena keutamaan yang besar dalam mengingkari kemungkaran maka sangat banyak kita dapati kaum muslimin berlomba-lomba melakukan pengingkaran kemungkaran, namun yang menjadi pokok permasalahan di sini adalah: Benarkah langkah-langkah mereka dalam melakukan pengingkaran tersebut? Ataukah justru mereka yang ikut dalam melakukan kemungkaran dengan tanpa mereka sadari?.
Al-Bukhoriy Rohimahulloh berkata di dalam "Ash-Shohih": "Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, beliau berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib, dari Az-Zuhriy, beliau berkata: Telah mengabarkan kepada kami Ubaidulloh bin Abdillah bin 'Utbah bin Mas'ud, bahwasanya Abu Huroiroh berkata:
"قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي المَسْجِدِ، فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ».
"Seseorang lelaki Arob badui berdiri, lalu kencing di dalam masjid, maka manusia mengingkarinya, lalu Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata kepada mereka: "Biarkanlah dia (menyelesaikan kencingnya), dan tuangkan oleh kalian di atas tempat kencingnya dengan setempat dari air atau seember dari air, karena kalian diutus untuk memberi kemudahan bukan untuk memberi kesulitan". Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim Rohimahulloh dari hadits Anas bin Malik.
An-Nawiy Rohimahulloh berkata:
"وفيه دفع أعظم الضررين باحتمال أخفهما".
"Pada (hadits tersebut) adalah menolak yang paling besarnya dari dua madhorot, dengan mengambil yang paling ringan madhorot dari keduanya".

PASAL:
PENGINGKARAN YANG DILAKUKAN OLEH PARA GADUNGAN

Sangat menyedihkan ketika bermunculan da'i-da'i gadungan yang mereka menanamkan keyakinan dan faham ekstrim dan kekerasan di dalam dada-dada generasi muda kaum muslimin, mereka mengelabui anak muda kaum muslimin dengan berbagai macam cara, diantara cara yang paling menonjol adalah amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran), mereka jadikan kalimat ini sebagai penggerak generasi muda kaum muslimin untuk mengingkari kemungkaran, namun benarkah mereka mampu merubah kemungkaran? Ataukah justru mereka yang dirubah oleh kemungkaran? Ataukah justru mereka menjadi pelaku kemungkaran?.
Berikut ini kami akan sebutkan beberapa contoh yang sedang semarak di tengah-tengah para simpatisan da'wah, ketika mereka melihat kaum muslimin melakukan kema'siatan berupa zina maka mereka mengingkarinya dengan cara yang melampui batas, pezinanya bukan dicambuk lalu diasingkan namun dipukul, digulingkan di jalan raya dan diikutkan dengan tendangan-tendangan atau dorongan-dorongan atau bahasa mereka (orang-orang Laskar Jihad) "disekolahkan", kemudian setelah waktu yang panjang dan pezinanya telah bertaubat maka mereka mulailah membeberkan aibnya, ini jelas bukan mengingkari kemungkaran namun membuat kemungkaran di atas kemungkaran:
«مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ المُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ»
"Barang siapa yang mencari-cari (membongkar) aib saudaranya seorang muslim maka Alloh akan membongkar aibnya". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari Nafi' dari Abdulloh bin Umar.
Atau prilaku rusak Luqman bin Muhammad Ba'abduh beserta jaringannya, ketika para ulama mereka membuat kerusuhan dan onar di Darul Hadits Dammaj maka Imam Darul Hadits mengusir mereka, tiba-tiba Luqman bin Muhammad Ba'abduh beserta jaringannya mulai angkat bicara, mereka menggambarkan di mata manusia kalau mereka sedang mengingkari kemungkaran, menurut sangkaan mereka bahwa Syaikhuna Yahya Hafizhohulloh selaku Imam Darul Hadits Dammaj telah berbuat kemungkaran.
Dengan anggapan mereka bahwa itu adalah mungkar merekapun ingin mengingkarinya, namun mereka tidak menyadari kalau mereka justru menyeru kepada kemungkaran dan melarang dari kebaikan:
{يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ} [التوبة: 67]
"Mereka menyuruh berbuat kemunkaran dan melarang dari berbuat yang ma'ruf". (At-Taubah: 67).
Mereka dengan tanpa malu mengklaim sedang melakukan perbaikan atau pembelaan terhadap para ulama mereka namun mereka tidak menyadari kalau mereka justru membuat kerusakan:
{أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ} [البقرة: 12]
"Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka itu adalah para pembuat kerusakan, akan tetapi mereka tidak menyadari". (Al-Baqoroh: 12).
Perbuatan seperti ini jelas menyelisihi etika dan nilai-nilai Islam, orang yang berakal tentu akan memberikan nasehat untuk menjauhi perbuatan semisal ini.
Diantara contohnya juga adalah: Orang yang pernah berbuat dosa, misalnya melihat porno, atau ada yang pernah terjatuh ke dalam free sex (seks bebas) namun kemudian dia bertaubat dengan menghadap kepada Robbnya dengan tekun beribadah dan melakukan perbaikan pada dirinya maka bila orang seperti ini dipersempit jalannya, baik dengan terus diungkit-ungkit masa lalunya, atau dengan upaya jahat lainnya seperti menjauhkan manusia darinya, membuat provokasi di sana sini, supaya orang tersebut tidak diterima di mana-mana maka ini jelas bukan mengingkari kemungkaran namun justru membuat kemungkaran di atas kemungkaran, orang yang melakukan tindakan seperti ini dikhawatirkan keadaannya seperti seorang pendeta pada Bani Isroil, yang pada akhirnya dia terbunuh karena perbuatannya sendiri:
"كَانَ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ إِنْسَانًا، ثُمَّ خَرَجَ يَسْأَلُ، فَأَتَى رَاهِبًا فَسَأَلَهُ فَقَالَ لَهُ: هَلْ مِنْ تَوْبَةٍ؟ قَالَ: لاَ، فَقَتَلَهُ".
"Dahulu pada Bani Isroil ada seorang lelaki membunuh 99 (sembilan puluh sembilan) jiwa, kemudian dia keluar  bertanya, dia datang kepada seorang pendeta lalu bertanya kepadanya, dia berkata kepada pendeta tersebut: Apakah ada taubat? Dia (pendeta) menjawab: Tidak", maka dia membunuhnya". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abu Shiddiq An-Najiy, dari Abu Sa'id Al-Khudriy dari Rosululloh (صلى الله عليه وسلم).
Pendeta ini hanya dalam bentuk ucapan (fatwa), namun mengakibatkan nyawanya melayang, lalu bagaimana kiranya dengan orang yang menghalang-halangi pintu taubat?, atau menghalang-halangi orang yang ingin membersihkan dosa-dosanya dengan mempersembahkan dirinya kepada Alloh?, baik menghalang-halanginya dengan bentuk supaya dia diusir, atau supaya dibuntuti jalannya dari mencari keridhoaan Robbnya, maka tidakkah para pembuat kerusakan itu akan sadar?:
{لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ} [آل عمران: 99]
"Mengapa kalian menghalang-halangi dari jalan Alloh terhadap orang-orang yang telah beriman, kalian menghendakinya menjadi bengkok, padahal kalian menyaksikan?". Dan tidaklah Alloh sekali-kali lalai dari apa yang kalian kerjakan". (Ali Imron: 99).
Tidakkah merasa berdosa para pembuat kerusakan itu?!, ketika ada dari kaum muslimin untuk datang menuntut ilmu ke Darul Hadits Dammaj merekapun menghalang-halanginya dengan menanamkan syubhat dan kerancuan-kerancuan, akibatnya mereka tidak jadi meneruskan cita-cita mulia mereka, akibatnya mereka menjadi pengangguran dan menjadi anak gelandangan!.

PASAL:
MENGINGKARI JIHAD SYARI'Y DENGAN MENYERU KEPADA PERBUATAN JAHAT 

Tidaklah mereka para hizbiyyun mengatakan bahwa pertempuran antara Ahlussunnah dengan Rofidhoh di Dammaj atau di Kitaf (1433 Hijriyyah) "bukan termasuk jihad" melainkan karena mereka menganggap bahwa Ahlussunnah di Dammaj melakukan kemungkaran yaitu memerangi atau menghalalkan darah saudara-saudara mereka kaum Rofidhoh?.
Tidaklah Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy mengatakan  bahwa pertempuran 1 Muharrom 1433 Hijriyyah itu karena memperebutkan gunung Barroqoh melainkan karena dia beranggapan bahwa Ahlussunnah yang di Dammaj melakukan kemungkaran dengan menghalalkan darah saudara-saudaranya kaum Rofidhoh!.
Kami katakan: Sesungguhnya kami Ahlussunnah di atas kebenaran dan di atas kebaikan, adapun mereka para hizbiyyun dan kaum kafir Rofidhoh benar-benar di atas kebatilan, sungguh Alloh telah membuktikan kebenaran kami.
Tatkala Asy-Syaikh Abdul Kholiq Al-Washobiy Hafizhohulloh khutbah Jum'at di masjid Ahlissunnah Dammaj, beliau di dalam khutbahnya berdoa meminta hujan maka dua hari kemudian turunlah hujan deras, dengan hujan tersebut mengakibatkan beberapa kuburan di pemakaman Syuhada' tenggelam, Alloh menginginkan untuk menampakan karomah-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, dengan sebab itu maka Syaikhuna Yahya Hafizhohulloh memerintahkan untuk digali semua kuburan dan jenazahnya dipindahkan ke pemakaman umum Dammaj, dari hari pertama (Sabtu/9 Jumadits Tsaniyyah/1434) dikeluarkan beberapa jenazah maka didapatilah bentuk tubuhnya masih utuh, sampai Syaikhuna datang langsung ke pemakaman Syuhada' maka beliau menyaksikan seperti yang diceritakan, beliau pun kemudian mengisahkan pada waktu mengajar bahwa beliau melihat ada dari mereka masih utuh jenggotnya, bentuk tubuhnya seperti sebelum dimakamkan dulu, begitu pula hari-hari setelahnya didapati yang semisal itu, sampai jenazah seorang wanita Ahlissunah yang mati karena disneper oleh kaum kafir Rofidhoh dalam keaadan hamil, jenazahnya ketika dikeluarkan masih utuh, darah mengalir dan masih terlihat bentuknya sedang hamil, begitu pula Sufyan asal Prancis badanya masih utuh dan wajahnya masih memerah, begitu pula jenazah saudara-saudara kami asal Indonesia didapati masih seperti semula (sebelum dikubur), sudah setahun lebih mereka keadaannya seperti itu.
Ketika ada seseorang dari orang awam menyaksikan itu, maka dia mengambil tisu lalu dioleskan ke darah mayit, kemudian dia berkata: "Ini saya akan bawa ke kampungku sehingga orang-orang Rofidhoh tahu", ada lagi dari orang-orang Rofidhoh langsung sadar dan bertaubat, lalu berkata:
"نحن على الباطل، وطلبة العلم على الحق".
"Kami di atas kebatilan, dan para penuntut ilmu (ya'ni Ahlussunnah) di atas kebenaran".
Ada lagi dari mereka berkata:
"من قال أن هؤلاء ليسوا من الشهداء فقد كذب".
"Barang siapa yang mengatakan bahwa mereka (ya'ni para jenazah Ahlussunnah) itu bukan termasuk dari para syuhada' maka sungguh dia telah berdusta".
Maka masihkah mereka para hizbiyyun yang congkak itu akan mengatakan bahwa kami dan para jenazah itu mendapatkan azab melalui sebab tangan-tangan saudara mereka kaum kafir Rofidhoh?!:
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36) وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا (38)} [الإسراء: 36 - 38]
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan congkak, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya sangat dibenci di sisi Robbmu". (Al-Isro': 36-39).
Dan diantara tindakan bodoh dalam mengingkari kemungkaran adalah apa yang dilakukan oleh para teroris, mereka ingin mengingkari kemungkaran di pantai Kuta-Bali, atau ingin membantai kaum kafir yang dilindungi pemerintah kaum muslimin Indonesia namun akibat dari perbuatan mereka menimbulkan kemungkaran yang besar; ada dari kaum muslimin terkena ledakan bom mereka, tempat ma'siat yang dihancurkan namun setelah itu dibangun tempat yang lebih dahsyat kema'siatannya dari sebelumnya, maka dimana hasil dari pengingkaran itu? Ataukah justru menimbulkan kemungkaran yang lebih besar?.
Sebagian manusia merasa kagum dengan tindakan para teroris semisal itu, ketika terjadi demonstrasi di Malaysia, salah seorang keluar mengikuti demo kemudian berhadapan dengan pihak keamaan maka orang tersebut mati dan kawan-kawannya bangga terhadapnya, karena kata mereka akhir ucapannya adalah Laa Ilaha Illalloh, begitu pula beberapa kejadian di beberapa negri kaum muslimin semuanya mengisahkan bahwa akhir ucapan kawan-kawan mereka adalah Laa Ilaha Illalloh, apakah mereka tidak pernah membaca kisah Fir'aun?!, bukankah dia telah berkata pada akhir ucapannya:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [يونس: 90]
"Saya beriman bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Sesembahan yang telah diimani oleh Bani Isroil, dan saya termasuk dari orang-orang yang berserah diri (kepada Alloh)". (Yunus: 90).
Apakah ikrar dan persaksiannya ini memberikan manfaat kepadanya? Wallohi tidak!, bahkan Alloh katakan tentangnya:
{آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91) فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92)} [يونس: 91، 92].
"Apakah sekarang (baru kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami". (Yunus: 91-92).
Dan diantara kemungkaran yang nyata pula adalah adanya komentar dari para komentator, ketika mereka melihat tulisan kami atau aktivitas da'wah kami, maka merekapun berkomentar di atas kebutaan; "Fulan ini tidak layak menulis atau tidak boleh menulis, karena dia menulis ada kesalahannya, menyebutkan nama seseorang saja, salah dalam menyebutkan", ada pula yang lainnya berkata: "Fulan ini sibuk menulis tidak begini dan tidak begitu", atau perkataanya: "Saya tidak pernah hasad dengan si Fulan itu!, apa dia itu, dia itu begini dan begitu", dengan berbagai ucapan dan usaha dilakukan dengan anggapan mereka adalah sedang mengingkari kemungkaran yang ada pada kami, namun mereka tidak sadar kalau sedang berbuat dua dosa sekaligus, Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata:
«أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟»
"Taukah kalian apa itu ghibah?", mereka (para shohabat) berkata:
"اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ".
"Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau berkata:
«ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ»
"Kamu menyebutkan saudaramu dengan apa yang dia membenci (menyebutkan)nya". Dikatakan kepada beliau:
"أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟".
"Apa pendapatmu kalau (benar ada) pada saudaraku atas apa yang aku katakan?", beliau berkata:
«إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ».
"Jika ada padanya apa yang kamu katakan maka sungguh kamu telah menggibahinya, dan jika tidak ada padanya maka sungguh kamu telah membuat kedustaan padanya". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh.
Dan tidaklah sampai kepada kami dari ucapan para komentator itu melainkan dua perkara tersebut ada pada mereka, yaitu terkumpul keduanya pada mereka ketika mengomentari kami, ada dari mereka menggibahi kami bersamaan dengan itu mereka membicarakan kami dengan kedustaan maka orang seperti mereka itu telah membebani diri-diri mereka dengan kesalahan dan dosa yang nyata:
{وَمَنْ يَكْسِبْ إِثْمًا فَإِنَّمَا يَكْسِبُهُ عَلَى نَفْسِهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (111) وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا (112)} [النساء: 111، 112]
"Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kemudhorotan) dirinya sendiri. Dan Alloh adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana). Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka sesungguhnya dia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata". (An-Nisa': 111-112).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، الْأَحَدُ اَلصَّمَدُ، الَّذِي لَمْ يَلِدْ، وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ، اللّهُمَّ مَنْ أرَادَ بِنَا أوْ بِدَعْوَتِنَا سُوْءًا أوْ مَكْرًا فَاجْعَلْ كَيْدَهُ فِيْ نَحْرِهِ وَمَزِّقْهُ كُلَّ ُممَزَّقٍ.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.
والحمد لله رب العالمين.



RAGU TERHADAP KEBENARAN

Pertanyaan:
­­Sebagian hizbiyyin mempertanyakan tentang berita bahwa jenazah Ahlussunnah itu masih utuh, mereka menganggap bahwa itu hanya cerita yang dibuat-buat?.

Jawaban:
Jangankan mereka, sebagian manusia yang ada di Dammaj saja ketika pada hari pertama pemindahan jenazah mereka mempertanyakannya, sampai seorang Indonesia berkata: "Ketika saya mendengarkan bahwa para jenazah yang dipindahkan ke pemakaman umum  Dammaj masih utuh saya kurang begitu percaya, namun pada hari Ahad malam, seusai sholat maghrib saya melihat langsung dengan mata kepala saya, ketika sedang di bawa ke tempat pemakaman, saya melihat wajahnya utuh, jeket dan pakaiannya masih utuh, juga rambutnya masih utuh.
Dan pada hari Senin (11 Jumadits Tsaniyyah 1434) ada seorang Indonesia menangis karena dia datang ke Dammaj setelah hishor, sehingga dia tidak bisa mengikuti jihad melawan kaum kafir Rofidhoh, dia berkata: "Tadi setelah sholat ashar saya melihat jenazahnya Sholih Indonesia dibawa ke pemakaman umum Dammaj, saya melihat rambutnya masih utuh, begitu pula jenggotnya, badannya masih utuh setengah seperti awal meninggalnya dulu".
Dan pada hari terakhir (Selasa/12/Jumadits Tasiniyyah 1434) penyelesaian dari pemindahan jenazah dari pemakaman Syuhada' ke pemakaman umum Dammaj, dari pemakaman Syuhada' hingga ke pemakaman umum tidaklah terputus jalan melainkan dipenuhi manusia, mobil yang mengantar para jenazah jalan pelan-pelan karena banyaknya manusia mengantar, dari beberapa tempat di Sho'dah berdatangan ikut mengantar para jenazah.

MENGINGKARI KEBENARAN DENGAN MELEMPARKAN TUDUHAN ANEH

Pertanyaan:
Para hizbiyyun yang mengingkari adanya jihad syar'iy di Dammaj ketika mendengar bahwa Asy-Syaikh Yahya memerintahkan untuk memindahkan para jenazah dari pemakaman Syuhada' ke pemakaman umum Dammaj maka mereka para hizbiyyun itu mengatakan bahwa Asy-Syaikh Yahya mempermainkan para jenazah, apa pendapatmu tentang masalah ini?

Jawaban:
Keadaan mereka para hizbiyyun itu persis dengan prilaku kaum jahiliyyah dahulu, setiap apa yang dilakukan oleh Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) maka mereka selalu menyelisihi dan mengingkari, mereka menuntut untuk ditampakkan mu'jizat berupa dipecahnya bulan, namun ketika ditampakkan merekapun tidak mengimani kerosulan Muhammad (صلى الله عليه وسلم), Alloh (تعالى) berkata:
{اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ (1) وَإِنْ يَرَوْا آيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ (2) وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ (3)} [القمر: 1 - 3]
"Telah dekat datang waktunya dan telah terbelah bulan, dan jika melihat suatu tanda (mu'jizat) mereka berpaling dan mengatakan: "Ini adalah sihir yang terus menerus", mereka mengikuti hawa nafsu mereka dan setiap urusan telah ada ketetapannya". (Al-Qomar: 1-3).
Begitu pula para hizbiyyun itu, mereka mengatakan bahwa Ahlussunnah memerangi kaum Rofidhoh tidak lain karena sebabnya memperebutkan gunung, dan mereka juga mengatakan Rofidhoh adalah kaum muslimin, dan mereka mengatakan bahwa memerangi Rofidhoh bukan jihad, namun ketika Alloh buktikan dengan menampakan ayat-ayat-Nya yaitu dengan dimunculkan para jenazah yang masih seperti awal matinya maka merekapun mengingakarinya sambil menyatakan itu hanya dongeng atau cerita-cerita saja, atau perkataan mereka Asy-Syaikh Yahya sedang mempermainkan para jenazah, mereka berpura-pura tidak tahu kalau pemakaman Syuhada' Dammaj berada di tengah-tengah perumahan dan di pinggir jalan yang para pemuda melaluinya, yang seringkali anak-anak membuang kotoran ke lokasi pemakaman, dan ditambah lagi dengan adanya hujan yang membuat beberapa kuburan terprosot tanahnya ke dalam kuburan, dengan melihat hal demikian maka Syaikhuna memerintahkan untuk dipindahkan para jenazah ke pemakaman umum Dammaj.  


Luqman ba'abduh
Lindungi perusuh

Pertanyaan:
Luqman B'abduh mengatakan kalau Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy paling tua umurnya dan paling tinggi ilmunya, apa benar begitu?

Jawaban:
Itu hanyalah salah satu dari bentuk perlindungannya dia terhadap para perusuh dan sikap ghuluwnya dia, orang seperti Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy dikatakan paling berilmu?:
{وَفَوْقَ كُلِّ ذِي عِلْمٍ عَلِيمٌ} [يوسف: 76]
"Dan di atas tiap-tiap orang yang berilmu itu ada lagi yang lebih berilmu". (Yusuf: 76).
Kalau orang seperti Luqman ini memberi tazkiyyah maka berbalik segala-galanya, yang bodoh dibilang 'alim yang 'alim dibilang bodoh, yang benar dibilang salah, yang amanah dibilang khianat:
"إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّال سِنِيْنَ خَدَّاعَةٌ يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ".  
"Bahwasanya sebelum muncul Dajjal, (akan ada) masa-masa yang penuh dengan tipu daya, didustakan pada zaman tersebut orang yang jujur, dan dibenarkan pada zaman tersebut  orang yang dusta, pada zaman tersebut pengkhianat dicap sebagai orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya dicap sebagai pengkhianat, dan ar-ruwaibidhoh mulai angkat bicara". Ada yang tanya:
"وَمَا الرُّوَيْبِضَة؟".
"Dan apa itu ar-ruwaibidhoh?". Beliau (صلى الله عليه وسلم) menjawab:
«الفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ العَامَّةِ».
"Orang fasiq (kelas) rendah yang berbicara tentang urusan umat (orang banyak)”.
Dan semakin nampak kalau memang diantara sang Ruwaibidhoh itu adalah Luqman Ba'baduh.
Tidak usah mereka bersusah payah memberi tazkiyyah kepada pentolan sesat mereka, namun biarkan umat menilai, biarkan umat mendengarkan sendiri muhadhorohnya Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy, mereka lebih pantas untuk menilai dari pada Luqman Ba'abduh, mereka dan juga kalian semua tinggal membandingan muhadhorohnya dengan muhadhoroh salah seorang dari da'i-da'i Ahlissunnah yang keluaran dari Darul Hadits Dammaj semisal Asy-Syaikh Abdul Kholiq Al-Washobiy Hafizhohulloh atau yang semisalnya maka tentu kalian akan lebih memilih mendengarkan muhadhoroh Asy-Syaikh Abdul Kholiq Al-Washobiy Hafizhohulloh atau yang semisalnya dari pada muhadhoroh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy, karena muhadhorohnya ilmiyyah, adapun Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy tidak demikian, coba kalian baca hasil muhadhorohnya yang pernah diterjemahkan oleh Abdurrohman Lombok, yang telah menjadi buku, apakah ilmiyyah ataukah hanya cerita?, apakah setiap permasalahan dia menyebutkan dalilnya?, tidak, bahkan kalian lihat tulisannya tentang tauhid, dia tidak memiliki rasa percaya diri terhadap tulisannya sampai mencari dukungan dari berbagai kalangan, dia meminta orang yang bukan Ahlussunnah untuk membaca dan memberi muqoddimah terhadap tulisannya, kalian bisa lihat berapa pemberi muqaddimah terhadap tulisannya! Apakah dia merasa cukup dengan ulama Ahlussunnah yang memberi muqoddimah? Dia tidak merasa cukup, namun dia mencari pula dari yang selain Ahlissunnah, miskin!.
Jadi sangat kasihan buat Luqman Ba'abduh beserta jaringannya, mereka sudah tumpuk-tumpuk kesesatan dan bahkan sudah berlipat ganda, ditambah lagi mengikuti orang sesat semisal Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy dan mereka ghuluw lagi kepadanya:
{لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ} [المائدة: 77]
"Janganlah kalian ghuluw (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dari dahulu dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". (Al-Maidah: 77).
Tidak diragukan lagi bahwa mereka itu adalah hizbiyyun ahlul bid'ah, Asy-Syaikh Robi berkata di dalam "Majmu' Kutubih":
"رأي أن كل حزبي مبتدع شاءوا أم أبوا"
"Pendapatku: Bahwasanya setiap hizbiy adalah mubtadi', mereka inginkan atau mereka enggan (tidak inginkan)".

TOLAQ SATU BOLEH RUJU'

Pertanyaan:
Bagaimana hukum orang yang bercerai dengan tholaq satu dan ingin ruju'?.

Jawaban:
Kalau dia ingin ruju' (kembali kepada istrinya) maka boleh baginya untuk ruju', Alloh (تعالى) berkata:
{الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ} [البقرة: 229]
"Tholaq (yang dapat diruju'i) dua kali, setelah itu boleh ruju' dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik". (Al-Baqoroh: 229).
Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh menafsirkan ayat tersebut dengan berkata:
"وَالْمُرَادُ بِهِ الرَّجْعَةُ بَعْدَ الطَّلَاقِ".
"Yang diinginkan dengannya adalah ruju' setelah tholaq".
Dan beliau juga berkata:
"فَبَيَّنَ أَنَّ الطَّلَاقَ الَّذِي شَرَعَهُ اللَّهُ لِلْمَدْخُولِ بِهَا - وَهُوَ الطَّلَاقُ الرَّجْعِيُّ - (مَرَّتَانِ) وَبَعْدَ الْمَرَّتَيْنِ: إمَّا (إمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ) بِأَنْ يُرَاجِعَهَا فَتَبْقَى زَوْجَتُهُ، وَتَبْقَى مَعَهُ عَلَى طَلْقَةٍ وَاحِدَةٍ. وَإِمَّا (تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ) بِأَنْ يُرْسِلَهَا إذَا انْقَضَتْ الْعِدَّةُ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نَكَحْتُمُ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ طَلَّقْتُمُوهُنَّ مِنْ قَبْلِ أَنْ تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمْ عَلَيْهِنَّ مِنْ عِدَّةٍ تَعْتَدُّونَهَا فَمَتِّعُوهُنَّ وَسَرِّحُوهُنَّ سَرَاحًا جَمِيلا} [الأحزاب: 49]".
""Maka telah jelas bahwasanya tholaq yang Alloh syari'atkan bagi orang yang masuk ke dalamnya, dia adalah tholaq ruju' (dua kali tholaq), dan setelah dua kali tholaq: Boleh menahan dengan cara yang baik, yaitu dia kembali kepadanya, maka dia (si wanita) tetap sebagai istrinya, dan dia tetap bersamanya di atas sekali tholaq, dan boleh melepaskannya dengan cara yang baik, yaitu dengan menceraikannya jika telah selesai masa 'iddahnya, sebagaimana Dia (تعالى) berkata: "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kalian menceraikan mereka sebelum kalian mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagi kalian yang kalian minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka suatu pemberian yang menyenangkan mereka dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya". (Al-Ahzab: 49).

Menjauhi ikhtilath ketika berada di pasar

Pertanyaan:
Bolehkah berjualan di pasar yang disitu ada campur baur, bagaimana dengan seorang pedagang untuk mengambil posisi agak di luar atau di pinggiran pasar, sementara mayoritas yang di pasar adalah wanita?.

Jawaban:
Kalau memang mengharuskan jualan di pasar karena tidak ada pekerjaan lain atau mengharuskan belanja ke pasar maka lakukan seperti yang kamu katakan: "Ambil posisi di luar pasar atau di pinggir pasar" sehingga terjauhkan dari ikhtilath, atau lakukan seperti yang pernah dilakukan oleh dua putri dari seorang laki-laki yang sholih:
{وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ} [القصص: 23]
"Dan tatkala dia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan dia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksud kalian berdua (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), dan bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya". (Al-Qoshshosh: 23).
Tidaklah dua wanita suci tersebut berbuat seperti itu melainkan karena khawatir ikhtilath dengan para lelaki pengembala, mereka bersabar menunggu di belakang para pengembala, kalau pengembala sudah selesai baru mereka memulai pekerjaannya meminumkan ternak mereka.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
والحمد لله رب العالمين

Tidak ada komentar:

Posting Komentar