Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

MENGENANG KISAH ADAM YANG INDAH DALAM MEMERANGI SYI'AH ROFIDHOH



KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
          الحمد لله وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم تسليما كثيرا.  أما بعد:
Tulisan ini kami susun sebagai bentuk dari pemenuhan permintaan sebagian saudara-saudara kami seiman dan juga sebagai bentuk perwujudan dari wasiat Adam –semoga Alloh merohmatinya- yang beliau berkata: “Tolong tabahkan orang tuaku atas apa yang terjadi”, harapan kami semoga dengan sebab apa yang kami tuliskan ini sebagai salah satu sebab dalam memberikan ketabahan kepada orang tuanya.
Tulisan ini pada asalnya berjudul "ADAM, AMBIL POSISI DI TENGAH DINGINNYA ANGIN MALAM" yang merupakan penjelasan singkat tentang posisi terakhir Adam –semoga Alloh merohmatinya- bahwa di tengah malam yang dingin beliau dan kawan-kawan naik ke gunung Barroqoh dalam rangka untuk melakukan penyerangan terhadap kaum pemberontak Syi'ah-Rofidhoh (lihat tulisan "AMIN MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN"), dengan adanya masukan dan saran yang –Insya Alloh- baik, maka kami menggantinya dengan judul "MENGENANG KISAH ADAM dalam MEMERANGI SYI'AH-ROFIDHOH".
Disamping itu ada pula perubahan pada tulisan tersebut baik dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan, semua ini kami lakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atas banyaknya masukan yang sampai kepada kami karena sebelumnya kami lakukan berdasarkan masukan-masukan pula, sungguh bagus apa yang dikatakan oleh Al-Qadhi Abdurrohman Al-Bayaniy –semoga Alloh merohmatinya-: "Sesungguhnya aku melihat bahwasanya tidaklah seseorang menulis suatu tulisan pada suatu hari melainkan dia akan berkata pada keesokan harinya: Seandainya saya rubah ini, tentu lebih bagus, seandainya saya tambah ini, tentu lebih mantap, seandainya saya kedepankan yang ini, tentu lebih utama dan seandainya aku tinggalkan ini tentu lebih indah".
Kami memohon kepada Alloh Ta’ala semoga Dia menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami, kedua orang tua kami dan siapa saja yang membacanya serta mengambil faedah darinya. Begitu pula kami memohon kepada Alloh semoga Dia merohmati Adam dan menjadikannya sebagai seorang yang mati syahid dan kami memohon kepada Alloh semoga Dia selalu menjaga dan memberi hidayah kepada kedua orang tuanya, orang tua angkatnya, saudara-saudaranya serta kawan-kawannya dan siapa saja yang pernah berbuat baik kepadanya. Dan kami memohon kepada-Nya pula semoga apa yang kami tulis ini sebagai sejarah yang nantinya selalu dikenang oleh generasi-generasi yang akan datang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم وَآَخِرُ دَعْوَانا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Ditulis oleh kawan dekatnya Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory As-Seramy –semoga Alloh mengampuni dosa-dosanya dan menutupi aib-aibnya- di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj-Sho’dah-Yaman pada Kamis sore 17 Shofar 1433 Hijriyyah.

BAB 1
MENGENAL LEBIH DEKAT ADAM

1.1        Nasab dan Kelahirannya.
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- lahir di Ambon pada tanggal 27 November 1985 Masehi. Nama asli beliau adalah Harianto Djawia, kemudian beliau memakai nama hijroh Mushthafa, ketika beliau di Dammaj beliau mengganti namanya dengan Adam[1].

1.2        Pendidikannya.
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- berkata kepada kami: Ketika saya SMA di Ambon, saya mendengar ceramah Abu Salman Musthofa Al-Buthony alias Abu Abayah[2] ketika itu dia sebagai salah satu da’i LJ (laskar jihad), saya kagum dengan ceramahnya karena isi ceramahnya Qoolalloh (berkata Alloh) dan Qoolannabiy (berkata Nabi), karena itu saya tertipu dengannya akhirnya saya memakai nama Mushthofa sebagaimana namanya[3].
Setelah beliau mengenal ilmu dan mengetahui tentang pentingnya ilmu maka beliau bergegas ke pondok pesantren di Sulawesi, di pondok tersebut beliau memiliki banyak kawan, diantara kawan beliau yang terus bersama beliau hingga sampai di Dammaj adalah saudara kandungku Abul Husain Umair bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya-.
Setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di pondok pesantern di Jawa, di pondok pesantren tersebut beliau memiliki banyak kawan, diantara kawan beliau adalah saudara kandungku Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh merohmatinya-.
Ketika kami masih di Surabaya saudara kami Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh merohmatinya dan menjaga putra-putrinya- akan balik ke Ambon maka kami menjemputnya ke terminal Bungurasih Surabaya, di terminal tersebut kami berjumpa dengan beliau (Adam) –semoga Alloh merohmatinya- yang pertama kalinya. Beliau pulang kemudian ke Tembagapura-Timika-Irian Jaya untuk mengamalkan ilmunya yaitu berda'wah di jalan Alloh, di Tembagapura beliau mendapatkan fasilitas da'wah dari saudara-saudaranya seiman, diantara mereka yang banyak berjasa kepadanya adalah Abu Dafa’ Romlan Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya-, bahkan beliau teranggap sebagai bapak angkatnya.
Ketika beliau rencana ke Dammaj untuk mendalami ilmu agama maka Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- memberikan dukungan kepadanya, beliau dijadikan sebagai anggota keluarganya dan tercatat namanya dalam kartu keluarga Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya-.
Ketika beliau –semoga Alloh merohmatinya- melihat laptop Abul Hasan Ahsan Al-Makassary yang dipinjamkan kepada kami untuk menggunakannya, maka beliau berkata: “Laptop ini sama dengan laptopku yang dulu, dulu pamannya Irham Purworejo (ya'ni Abu Dafa’ Romlan Al-Jawiy) memberiku laptop seperti ini namun ketika aku mau ke Dammaj dan mampir di Makassar ternyata di kost-kostan temanku laptop tersebut dicuri oleh maling”.

1.4 Rencana Keberangkatan ke Dammaj.
Setelah beliau selesai mengurus surat-surat untuk ke Dammaj yang dibantu oleh bapak angkatnya Abu Dafa’ Romlan Al-Jawiy beliau bergegas ke pulau Jawa dan mampir di salah satu pondok pesantren hizbiyyin di Muntilan, di pondok pesantren tersebut beliau berjumpa dengan seorang pentolan hizby yang bernama Muhammad As-Sarbiniy, ketika Muhammad As-Sarbiniy tahu bahwa Adam mau ke Dammaj dia pun bergegas memberi nasehat: “Kalau kamu sampai di Dammaj bertemanlah dengan Abu Salman, Ayip Syafrudin dan Mukhtar”.

1.5 Sesampainya di Dammaj.
Beliau –semoga Alloh merahmatinya- berkata kepada kami: “Ketika aku sudah sampai di Dammaj aku mengikuti pesan Muhammad As-Sarbiniy  untuk duduk berteman dengan Abu Salman, Ayip Syafrudin dan Mukhtar namun ketika aku melihat akhlaknya Mukhtar dan Ayip membuatku tidak suka untuk duduk dengan mereka, Mukhtar dan Ayip kalau tertawa suaranya besar-besar, paling gaul dan la’ab (banyak main), berkeliaran di gunung-gunung[4]”.
Orang yang mencintai ilmu tentu akan menginginkan untuk berteman dengan orang yang mencintai ilmu pula dan dia akan terus berusaha untuk bisa selalu mencari ilmu, tidak heran kalau kemudian banyak orang berbondong-bondong ke Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj untuk menimba ilmu, tidak hanya dari kalangan manusia namun dari kalangan jin pun berkeinginan untuk datang menimba ilmu di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj, bukan sekali atau dua kali kejadian tentang jin yang datang di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj untuk menuntut ilmu namun sudah berkali-kali, ketika kami masih di pulau Jawa kami sempat pula mendengarkan dari kawan-kawan dan kami mendengarkan pula rekaman suara jin ketika jin tersebut menyusup ke dalam tubuh seseorang, ketika ada seorang ustadz hizbiy meruqyah orang yang kesurupan jin tersebut dengan menyuruh salah seorang muridnya untuk mengazankan ke orang yang kesurupan tadi, ketika mendengar azan maka jin yang ada dalam tubuh orang tersebut ingin keluar maka disuruhlah untuk ke pondok pesantren hizbiyyah Al-Bayyinah Sedayu-Gresik yang diasuh pentolan hizbiyyin yang bernama Muhammad Afifudin bin Husnunnuri As-Sidawiy dan kakaknya Agus Su’aidi maka jin tadi mau, akan tetapi ustadz yang meruqyah tadi menegaskan bahwa di Sedayu terlalu dekat dan khawatir akan balik lagi, akhirnya dia menyuruhnya untuk ke Muntilan (ke pondok pesantren hizbiyyah Minhajus Sunnah yang diasuh oleh gembong hizbiyyin yang bernama Muhammad As-Sarbiniy) maka jin tadi tidak mau untuk ke Muntilan, lalu ustadz yang meruqyah tadi memerintahkannya untuk ke Dammaj, jinnya pun akhirnya keluar dari tubuh seseorang tadi dan bergegas berangkat ke Dammaj.
Pernah kami mendengarkan Syaikh kami Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiriy –semoga Alloh menjaganya- mengisahkan tentang jin-jin yang datang di Dammaj pada zaman Asy-Syaikh Muqbil –semoga Alloh merohmatinya-, jadi tidak heran kalau Syaikh kami Imam Darul Hadits Dammaj An-Nashihul Amin Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Alloh menjaganya- terkadang dalam ceramahnya berkata: “Wahai manusia, wahai para jin..... bertaqwalah kepada Alloh!”. 

Dari kisah tersebut dapat dipetik pelajaran diantaranya:
·      Jin dan manusia memiliki tanggung jawab dan beban syari’at, Alloh Ta’ala berkata:
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات: 56]
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56).
·      Penggolongan jin sama dengan penggolongan manusia; ada jin yang baik dan ada pula jin yang tidak baik, ada jin yang Ahlussunnah ada pula jin yang beragama rofidhoh, ada jin yang jujur ada pula jin yang penipu, ada jin yang mencintai ilmu ada pula yang tidak mencintai ilmu (lihat tafsir Al-Qur’an pada surat Al-Jin).

Catatan:
v  Pada tulisan sebelumnya yang berjudul "ADAM, AMBIL POSISI…." Terkutip kisah seseorang yang menikah dengan jin di Dammaj namun karena kisah tersebut dho'if (lemah; tidak selayaknya untuk dicantumkan) karena di dalam jalur periwayatan kisah tersebut terdapat seorang yang mubham (tidak diketahui siapa?) maka kami langsung menghapusnya –walaupun ada usulan untuk membiarkannya sebagaimana halnya kisah burung-burung yang memenggal kepala-kepala Rofidhoh dengan alasan bahwa hal seperti itu bukan suatu aib karena perbedaan segi pandang (ada yang mengingkari dan ada yang menetapkan), namun bagi yang mengerti ilmu mustholah tentu tidak ada pilihan lain melainkan harus dibuang (ditinggalkan) kisah tersebut karena memiliki 'illah (cacat/penyakit) yaitu di dalam jalur periwayatan ada ketidak jelasan dari siapa seseorang itu? Begitu pula tentang kisah burung-burung pemenggal kepala-kepala Rofidhoh, ketika kami urutkan jalur periwayatan kisah tersebut ternyata ada ketidak jelasan pula, bahwasanya itu kisahnya dari seseorang, dari kawannya, dari istri tetangganya, dengan melihat jalur seperti ini maka tentu lebih pantas untuk ditolak (tidak diterima sama sekali) karena cacatnya lebih parah dari pada yang kisah jin menikah dengan manusia, maka kisah seperti ini tidak bisa dijadikan sandaran atau alasan.

v  Tidaklah membuat kami menghapus kisah jin tersebut melainkan karena kisahnya dho'if sebagaimana telah lewat penjelasannya, dan perlu diketahui bahwa manusia dalam menyikapi jin terbagi kepada dua kelompok:

          Kelompok pertama:
          Menentapkan adanya jin. Dan ada yang menetapkannya dengan ruang lingkup yang sangat sempit diantaranya bahwa jin tidak akan makan melainkan hanya tulang-tulang saja adapun memakan kepala hewan atau kepala ikan atau memakan makanan yang dimakan oleh manusia maka itu tidak mungkin?!, jin tidak akan mungkin menikah dengan manusia, orang sholih tidak akan mungkin kesurupan atau terkena gangguan dan sihir dari jin?!.
          Hendaknya seseorang menetapkan keberadaan jin sebagaimana yang Alloh Ta'ala tetapkan dan Rosul-Nya tetapkan di dalam As-Sunnah Ash-Shohihah, Alloh Ta'ala menetapkan adanya jin dan bahwasanya jin juga termasuk fitnah (cobaan) atas manusia sebagaimana manusia adalah fitnah atas manusia yang lainnya, Alloh Ta'ala berkata:
﴿فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ [البقرة: 36]
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithon dari jannah (surga) itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berkata: "Turunlah kalian! sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan". (Al-Baqoroh: 36).
Alloh Ta'ala juga berkata:
﴿وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا [الفرقان: 20]
"Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain, Apakah kalian mau bersabar?; dan adalah Robbmu Al-Bashir (Maha melihat)". (Al-Furqon: 20).
Alloh Ta'ala terkadang menguji hamba-hamba-Nya yang sholih dengan gangguan jin, baik itu berupa kesurupan atau terkena sihir yang dihembuskan oleh para dukun melalui bantuan jin, dan hal ini adalah perkara yang sudah dima'lumi.

Kelompok kedua:
Meniadakan keberadaan jin, ada dari mereka mengatakan bahwa jin itu hanyalah angan-angan, perasaan dan hayalan-hayalan yang menakut-nakutkan, dan kelompok ini adalah kelompok yang paling sesat, kalau mereka mengaku sebagai pemeluk agama Islam maka kebanyakan mereka adalah penolak hadits ahad.

1.6 Persiapan-persiapannya Sebelum Jaga.
Melakukan persiapan sebelum jaga atau sebelum melakukan peperangan adalah merupakan perkara yang dituntut di dalam syari'at, Alloh Ta'ala berkata:
{وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ} [الأنفال: 60]
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Alloh dan musuh kalian dan orang orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Alloh niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya (dirugikan)". (Al-Anfal: 60).
            Beliau –semoga Alloh merohmatinya- bila sudah sampai waktu jaga maka beliau menyiapkan persediaan untuk jaga, sebelum jaga beliau membersihkan senjatanya, menyiapkan peluru-peluru dan pisaunya dan bila beliau memiliki uang maka beliau membeli makanan ringan dan minuman-minuman. Apabila jadwal jaga kami, Adam dan Amin di Zawaid sudah sampai waktu gilirnya maka beliau langsung memesan kepada kami "Jang lupae bikin 'asidah!".
            Ketika terjadi pengepungan dan pemutusan jalan yang dilakukan oleh Rofidhoh-Khutsiyyun dari Dammaj ke Sho'dah yang mengakibatkan bahan makanan tidak bisa masuk ke Dammaj maka Adam berkata kepada kami: "Kalau nanti sudah aman dan jalan sudah dibuka, saya ingin beli perlengkapan (bahan-bahan) 'asidah"[5].
Diantara makanan ciri khas Ambon-Arob yang paling beliau sukai adalah 'asidah.

1.7 Disiplinnya dalam Jaga.
Di awal bulan syawal 1432 Hijriyyah kami dan beberapa kawan naik ke gunung Barroqoh untuk jaga, ketika beliau mengetahui bahwa kami dan kawan-kawan jaga di gunung Barroqoh beliau pun bergegas naik setelah sholat isya’[6].
Sudah merupakan kebiasaan beliau kalau jaga beliau tidak mau tidur, ketika melihat kami duduk di matras beliau pun mendatangi kami untuk menemani kami dan sudah menjadi kebiasaan kami kalau berjumpa dengannya kami katakan: “Allahu Yuzawwijuk” (semoga Alloh menikahkanmu) beliau dengan senang berkata: “Aamiin”. Setelah kami mendoakan seperti itu beliau duduk di samping kami dan berkata kepada kami dan kepada teman kami yang bernama Numair Al-Lombokiy: “Kalau kamu mau menikah carilah wanita yang baik dan penyabar karena banyak wanita yang tidak bisa sabar, karena tertipu dengan harta (kekayaan), ada sebuah buku yang sangat bagus yang ditulis oleh salah seorang murid Asy-Syaikh Muqbil –semoga Alloh merohmatinya- yang isinya berkaitan dengan kisah-kisah dan kejadian yang terjadi di zamannya, pernah saya bacakan ke salah seorang temanku sebelum dia tidur, saya membaca tentang kejadian di kota Ibb (salah satu kota di Yaman), pernah kejadian di Ibb ada seorang laki-laki asing datang dari luar Ibb dan ketika sampai di Ibb orang tersebut mencari rumah untuk membelinya, ketika sudah mendapatkan rumah dia langsung tinggal di rumah tersebut, pada suatu hari datanglah seorang ibu ke rumahnya dan berkata kepadanya: Apakah kamu sudah menikah? Dia pun menjawab: Belum, si ibu tersebut tahu kalau laki-laki tersebut kaya raya maka dia pun berkata: Mau tidak kalau saya carikan wanita untuk kamu nikahi? Berkata laki-laki tadi: "Tentu", lalu si Ibu tadi berkata: Kalau begitu besok kita ke air terjun, di sana banyak wanita mencuci pakaian, kamu tinggal milih mana yang kamu suka.
Besoknya, keduanya langsung datang dan menyaksikan para wanita sedang mencuci, berkatalah si ibu tadi: Sekarang tunjuklah mana dari wanita-wanita itu yang kamu sukai!, dia pun menunjuk seseorang yang paling cantik. Kemudian si ibu tadi langsung mendatanginya dan berkata kepadanya: Kamu sudah menikah belum? Wanita yang mencuci tadi berkata: Sudah, si ibu pun berkata: Kenapa kamu tidak menikahi laki-laki yang kaya, bukankah kalau kamu menikahi laki-laki yang kaya tidak akan capek-capek mencuci seperti ini, kalau kamu nikahi orang kaya kamu akan senang, mencuci dengan mesin cuci di dalam rumah dan kehidupanmu terjamin. Wanita tadi berkata: Tapi bagaimana lagi kalau sudah terlanjur. Si ibu berkata: Gampang, ada laki-laki kaya yang suka sama kamu, wanita tadi berkata: Lalu bagaimana dengan suamiku dan kedua orang tuaku ridho dengannya, si ibu menjawab: Mudah, saya akan datangi orang tuamu dan kamu rubah sikapmu di hadapan suamimu, kamu bermalas-malasan dan jangan melayaninya sehingga dia membencimu. Diapun jalani saran ibu tadi namun suaminya bersabar, ketika suaminya melihat prilaku istrinya yang sudah aneh dia pun bersabar dan tidak membentaknya sedikit pun.
Si ibu tersebut karena merasa gagal dalam cara yang ini maka dia pun kemudian mendatangi kedua orang tua wanita tersebut dan berkata: “Tidakkah sebaiknya kalian menikahkan anak kalian yang cantik itu dengan laki-laki yang kaya raya sehingga membahagiakan kalian?” Bapak wanita tersebut tidak sedikit pun menanggapinya, karena tidak ditanggapi dia pun mendekati ibunya wanita tersebut dan membujuk-bujuknya. Ketika si ibu tadi merasa gagal terhadap apa yang dia lakukan dia pun memilih cara lain dan dia berkata kepada wanita tadi: Kalau suamimu ke kebun kamu ikut bersamanya dan kamu jangan lupa bawa pisau, sampai di jalan ke kebun kamu iris tanganmu dan kamu teriak-teriak sehingga orang-orang datang dan kamu katakan ke orang-orang bahwa suamimu ingin membunuhmu.
Wanita tadi melaksanakan pula apa yang dikatakan oleh si ibu tadi, ketika wanita tersebut sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh si ibu tadi maka orang tuanya mulai marah dan qobilah (warga)nya marah, suami wanita tadi pun tidak terima sehingga kemudian qobilah (warga)nya juga bangkit membela hampir terjadi peperangan lantaran masalah tersebut, karena suami wanita tersebut berakal dan cerdas dia pun mendamaikan kedua qobilah yang mau bertikai lalu bertanya kepada istrinya: Apa yang sebenarnya kamu maukan dari semua ini? Istrinya pun menjawab: Saya ingin agar kamu menceraikanku! Suaminya berkata: Bagaimana saya menceraikan kamu sedangkan tidak ada alasan bagiku untuk menceraikanmu? Istrinya tetap berkata: Saya mau kamu ceraikan aku!, suaminya pun berkata: Baiklah kalau itu yang kamu mau maka saya pada hari ini menceraikanmu”.
Setelah sudah resmi perceraian, si ibu tadi langsung mendatangi laki-laki asing tadi dan berkata: Sekarang saatnya kamu melamar wanita itu, laki-laki asing tadi berkata: Apakah saya langsung melamarnya? Si ibu tadi menjawab: Kamu pendekatan dulu dengan orang tuanya, kamu bawakan hadiah sehingga orang tuanya senang denganmu, laki-laki asing tadi langsung melaksanakan apa yang diperintahkannya.
Ketika sudah akrab dengan orang tua wanita tadi maka si ibu berkata kepadanya: Sekarang saatnya kamu lamar, maka laki-laki tadi langsung melamar dan lamarannya langsung diterima dan kemudian mereka adakan acara pernikahan dan dia menjadi suami baru yang sudah resmi, pada malam pengantin (malam pertama) suami baru tersebut merasa ada keanehan karena ketika sudah berpapasan dengannya dia pun kaget dan terheran-heran karena hilang gairahnya[7], laki-laki asing itu selaku suami baru tadi merasa kecewa dan tidak yakin kalau hilang gairahnya seperti itu, pada pagi harinya dia pergi ke pelacur untuk membuktikan apakah gairahnya benar tidak berfungsi sama sekali?! Ternyata ketika berpapasan dengan pelacur langsung bangkit gairahnya dan langsung…… pada malam yang kedua dia pun mendatangi istrinya ternyata keadaannya sama dengan sebelumnya; ketika berpapasan hilang gairahnya tidak bisa berbuat maka laki-laki tersebut pusing dan stres yang pada akhirnya dia mengambil pisau kemudian dia mengiris badan istrinya dengan sekali irisan setelah itu menutup pintu rumah dan keluar ke pelacur, sampai di pelacur gairahnya pun bereaksi kembali, kemudian dia pun balik ke istrinya dan keadaannya seperti sebelumnya; gairahnya tidak berfungsi maka dia pun menambah irisan ke tubuh istrinya, yang terakhir kalinya dia mencoba lagi ternyata sama seperti sebelumnya dia pun mengambil pisau dan mengiris kehormatan istrinya dari depan (tempat keluarnya air kecil) lalu disobek dan dijalankan irisannya sampai ke belakang (tempat keluarnya air besar) setelah itu kabur dari rumahnya maka orang tua dan keluarga wanita tersebut langsung bersegera membawa wanita tersebut ke rumah sakit untuk di operasi”.                          

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut:
ü Adam –semoga Alloh merohmatinya- secara tidak langsung dengan menceritakan kisah tersebut telah memberikan nasehat kepada para orang tua dan anak-anak mereka untuk tidak menjadikan harta kekayaan atau angan-angan dunia sebagai tujuan hidup sebagaimana Qorun –semoga Alloh mela’natnya- akan tetapi hendaknya para orang tua pandai-pandai melihat manfaat untuk anak-anak mereka di kehidupan dunia dan akhiratnya, Alloh Ta’ala berkata:
{إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)} [القصص : 76-77]
“Sesungguhnya Qorun adalah termasuk dari kaum Musa, maka dia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qoshshosh: 76-77).
ü Sabar di atas kebaikan dan ketaatan adalah keselamatan dan keberuntungan sedangkan tidak sabar dalam kebaikan dan ketaatan adalah kehinaan dan kerugian, Alloh Ta’ala berkata:
{وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)} [العصر: 1-3]
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-‘Ashr: 1-3).
ü  Kema'siatan dan perbuatan dosa sekecil apapun pasti akan membuahkan kesengsaraan dan penderitaan, Alloh Ta’ala berkata:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nuur: 63).

1.8 Semangatnya dalam Berda'wah kepada Kebenaran.
Sebelum beliau –semoga Alloh merohmatinya- ke Dammaj, beliau telah menjadi seseorang ustadz dan berda'wah di Timika, ketika berda'wah di Timika beliau mendapatkan dukungan dari saudara-saudaranya seiman di Timika, diantara mereka adalah bapak angkatnya yang bernama Abu Dafa’ Romlan Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya-, begitu pula ketika di Dammaj beliau ikut berandil dalam berda'wah kepada kebenaran, di tengah-tengah kesibukannya dalam menuntut ilmu dan menjadi penjaga di perpustakaan umum Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj beliau juga aktif berda'wah di dunia internet, beliau pandai membuat situs dan terakhir beliau dipercaya sebagai penanggung jawab pada situs Al-Ulum As-Salafiyyah (www.aloloom.net) pada bagian bahasa Indonesia. Apa yang beliau lakukan itu sebagai bentuk pengamalan atas ilmunya, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«بلِّغُوا عني ولو آية».
“Sampaikanlah oleh kalian dariku walau seayat”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan At-Tirmidzy dari Abdullah bin ‘Amr.

1.9 Karya Tulisnya.
Beliau –semoga Alloh merahmatinya- memiliki beberapa tulisan, diantaranya:
ü  Kilasan Tinjauan Seputar Menyambut Hari Lebaran”.
ü  “Kado Kepulanganku untuk Kedua Orang Tuaku” (2 Sesi).
ü  Sebelum beliau meninggal dunia beliau berkata kepada kami: “Di kampungku di pulau Banda sering ada pesta joget dan saya Insya Alloh akan menulis permasalahan tentang joget”.

1.10 Terjemahan-terjemahannya.
Diantara buku yang beliau terjemahkan dari bahasa Arob ke dalam bahasa Indonesia (dalam versi Indonesianya) adalah:
ü  Panduan-panduan Da'wah Ahlussunnah” karya Asy-Syaikh Abu Bakar Abdur Rozzaq bin Sholih An-Nahmiy –semoga Alloh menjaganya-.
ü  Yayasan Tanpa Barokah” karya Abul Husain Muhammad Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- yang diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau –semoga Alloh merohmatinya-.
ü  Penjelasan Ringkas tentang Hizbiyyahnya Abdurrohman Al-‘Adniy” yang ditulis oleh sejumlah Masyayikh dan para da’i, yang kemudian diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau ­–semoga Alloh merohmatinya-.
ü  Lentera yang Kelam” (sebuah bantahan terhadap buku sesat yang ditulis oleh Abu Nashr Muhammad –yang menggelari dirinya dengan Al-Imam- pengasuh ma’had amburadul di Ma’bar) karya Abu Hatim Yusuf Al-Jazairy –semoga Alloh menjaganya-, yang diterjemahkan oleh kawan-kawan diantaranya adalah beliau –semoga Alloh merohmatinya-.

1.11Wasiat-wasiatnya:
Jauh-jauh hari sebelum beliau meninggal, beliau menyempatkan diri menulis wasiat, diantara wasiatnya:

v Tolong kalian arahkan orang tauku kepada salaf”.
Masya Alloh ini adalah wasiat yang paling berharga, hendaknya orang tua begitu pula saudara-saudaranya mengikuti arahan bila ada yang mengarahkannya untuk melakukan amalan sholih dan dalam mengikuti kebaikan yang pernah dilakukan oleh salaf (para pendahulu umat Islam) ini, ketahuilah bahwa keselamatan tidak akan diraih melainkan oleh orang yang siap berjalan mengikuti arahan dan bimbingan yang pernah dijalani oleh salaf (pendahulu umat) ini.
Di dalam Islam terdiri dari 73 (tujuh puluh tiga) golongan, dari 73 (tujuh puluh tiga) golongan tersebut hanya satu golongan yang sukses dalam meraih keselamatan, Alloh Ta’ala telah mensifati golongan yang selamat tersebut sebagaimana dalam perkataan-Nya:
﴿وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ [التوبة : 100]
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka jannat (surga-surga) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah: 100).
Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam juga telah mensifati golongan yang selamat tersebut, beliau berkata:
«افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً».
“Telah berpecah Yahudi menjadi 71 (tujuh puluh satu) atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan akan berpecah pula Nasroni (Kristen) menjadi 71 (tujuh puluh satu) atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan akan berpecah Umatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan”. Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad, Abu Dawud dari Abu Hurairah dan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan ‘Auf bin Malik, At-Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Abdullah bin ‘Amr dan An-Nasa’y, di dalam riwayat Ibnu Majah ada tambahan yang lebih memperjelas lagi bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«واحدة في الجنة وسبعون في النار».
“Satu golongan di dalam Jannah (masuk surga) dan 70 (tujuh puluh) golongan (yang selain satu tersebut) di dalam neraka”. Dikatakan kepada Rosululloh: “Siapa mereka (satu golongan tersebut)? Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«الجماعة».
“Al-Jama’ah (orang-orang yang mengikuti Rosululloh dan para shohabatnya)”. Di dalam riwayat At-Tirmidziy lebih jelas lagi penjelasannya bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya dengan pertanyaan tersebut maka beliau menjawab:
«ما أنا عليه وأصحابي».
“Apa-apa yang saya dan para shohabatku berada di atas (sunnah-sunnah)nya”.
Dengan penjelasan tersebut maka hendaknya orang tua Adam begitu pula saudara-saudaranya untuk bersegera menyabut arahan dan penjelasan ini, ketahuilah bahwasanya Adam -Insya Alloh- telah berada di dalam barisan golongan yang selamat tersebut, Adam adalah termasuk dari Ahlussunnah wal Jama'ah, Adam adalah seorang salafiy dan beliau beramal, beribadah dan berjihad sebagaimana yang telah dilakukan oleh salaf (pendahulu kita Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya).
Maka dengan itu wahai orang tua Adam dan saudara-saudaranya yang berada di Tanah Air Indoneisa berlomba-lombalah dalam mengamalkan ajaran agama Islam karena dengan sebab mengamalkan ajaran agama Islam seseorang akan menggapai kebahagian di dunia dan di akhiratnya, Alloh Ta'ala berkata:
﴿إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (51) وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (52) [النور: 51-52]
"Sesungguhnya jawaban oran-orang yang beriman bila mereka dipanggil kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Ar-Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah ucapan: "Kami mendengar dan kami taat". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada Alloh dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan". (An-Nuur: 51-52).

v  "Kalau aku sudah mati kitab-kitabku diwaqofkan".
Apa yang beliau wasiatkan ini memiliki manfaat yang sangat besar dan sangat bermanfaat untuk dirinya dan kedua orang tuanya, bila kitab-kitab yang diwakofkannya tersebut dibaca, dipelajari dan diambil faedah oleh orang lain maka sungguh pahalanya akan terus mengalir kepada Adam dan kepada kedua orang tuanya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ».
"Jika telah mati seseorang maka terputuslah darinya amalannya kecuali dari tiga: Sedekah jariyyah (sedekah yang terus mengalir pahalanya), ilmu yang bermanfaat atau anak sholih yang mendoakan orang tuanya". Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'iy dan At-Tirmidziy dari Abu Hurairah.
Maka hendaklah orang tua Adam merasa berbahagia karena Adam –Insya Alloh-  sudah termasuk dari hadits tersebut; beliau suka bersedekah,  beliau memiliki ilmu lalu mengajarkannya dan beliau adalah anak yang sholih. Maka dengan itu berbahagialah wahai orang tuanya!.
Dan begitu pula kami sampaikan kepada para orang tua untuk merasa berbahagia bila anak-anak mereka menjadi anak yang sholih (anak yang baik); yang suka beribadah, sholat, berpuasa, bersedekah, suka membantu dan berjihad di jalan Alloh, karena dengan sebab itu mereka secara otomatis akan memdapatkan syafa'at dan kebaikannya di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.

v  Sebelum beliau wafat maka beliau berkata kepada salah seorang asal Indonesia: "Kalau saya mati saya tidak ingin jenazahku difoto".
Orang yang mengerti tentang Islam tentu akan menganggap bahwa wasiat tersebut adalah wasiat yang sangat bagus, hal ini dikarenakan bila beliau –semoga Alloh  merohmatinya- masih memiliki gambar-gambar maka dikhawatirkan gambar-gambarnya tersebut akan disimpan, dimuliakan, ditangisi[8] dan tidak menutup kemungkinan akan dikeramatkan sebagaimana yang dikisahkan pada zaman terdahulu bahwa awal kesyirikan di zaman Nabi Nuh –'Alaihis Salam- adalah mereka pertama-tama membuat gambar-gambar orang-orang sholih yang sudah meninggal dunia, kemudian datang zaman berikutnya maka syaithon membisikan kepada generasi baru tersebut untuk membangun patung-patung yang bentuknya sama dengan yang ada dalam gambar tersebut, kemudian setelah itu datang lagi zaman berikutnya, maka pada zaman ini syaithon pun menyuruh orang-orang yang hidup di zaman tersebut untuk menyembahnya.
            Adapun dalil-dalil tentang haromnya gambar Adam dan gambar-gambar makhluk yang bernyawa lainnya adalah hadits dari Abdulloh bin Mas'ud, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ».
"Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para penggambar makhluk yang bernyawa". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim.
Dari 'Aisyah –semoga Alloh meridhoinya- bahwa Nabi  Shollallohu 'Alaihi wa Sallam pada suatu hari masuk ke rumahnya dan melihat kain penutup milik 'Aisyah bergambar makhluk bernyawa, maka berubahlah raut muka beliau lalu beliau mengambil kain tersebut kemudian menyobeknya sambil beliau berkata:
«إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُشَبِّهُونَ بِخَلْقِ الله».
"Sesungguhnya diantara manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat-buat sesuatu yang menyerupai makhluk ciptaan Alloh". Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim.
Dari Abu Juhaifah –semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata:
«نَهَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ, وَثَمَنِ الدَّمِ, وَنَهَى عَنِ الْوَاشِمَةِ وَالْمَوْشُومَةِ, وَآكِلِ الرِّبَا وَمُوكِلِهِ, وَلَعَنَ الْمُصَوِّرَ».
"Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam melarang hasil penjualan anjing dan darah, serta melarang dari membuat tato dan mentatokan diri, dan melarang dari memakan riba serta memberi makan orang berkecimpung dalam riba, (beliau juga) mela'nat orang yang menggambar makhluk bernyawa". Diriwayatkan oleh Al-Bukhary.
Dari Ibnu Umar –semoga Alloh meridhoinya-, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«الَّذِينَ يَصْنَعُونَ الصُّوَرَ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ».
"(Orang-orang yang) membuat gambar makhluk bernyawa akan disiksa pada hari kiamat, dan dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah (gambar-gambar) yang telah kalian ciptakan itu!". Diriwayatkan oleh Muslim.  
Dari Jabir –Semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata:
«نَهَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الصُّورَةِ فِي الْبَيْتِ وَنَهَى أَنْ يَصْنَعَ ذَلِكَ».
"Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam melarang (adanya) gambar makhluk bernyawa di dalam rumah dan melarang dari membuatannya". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy. 
Dari Abul Hayyaj Hayyan bin Husain, beliau berkata: Ali bin Abi Tholib –semoga Alloh meridhoinya- berkata kepadaku: "Aku akan mengutusmu sebagaimana Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengutusku:
«أن لاَ تَدَعَ صُورَةً إلاَّ طَمَسْتَهَا، وَلاَ قَبْراً مُشْرفاً إلاَّ سَوَّيْتَهُ».
"Janganlah kamu tinggalkan satu gambar pun kecuali kamu hapus, dan jangan kamu biarkan satu pun kuburan yang ditinggikan, kecuali kamu ratakan". Diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya- bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ تَمَاثِيلُ أَوْ تَصَاوِيرُ».
"Malaikat tidak akan masuk rumah yang ada di dalamnya patung atau gambar makhluk bernyawa". Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim.
Al-Imam An-Nawawi –semoga Alloh merohmatinya- berkata dalam "Al-Minhaj Syarhu Shohihi Muslim": "Hadits-hadits ini menunjukkan dengan jelas tentang haromnya menggambar hewan (makhluk yang bernyawa)." 
Beliau juga berkata dalam "Al-Minhaj Syarhu Shohihi Muslim": "Saudara-saudara kami (dari kalangan Mazhab Al-Imam Asy-Syafi'y), demikian pula para ulama yang lain menyatakan bahwa menggambar hewan (termasuk manusia) hukumnya sangat harom. Perbuatan itu merupakan dosa besar, karena pelakunya diancam dengan ancaman yang keras sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits".

v  "Kalau saya sudah mati tolong doakan saya dengan rohmat!".

Tidaklah membuat kami merasa terpanggil untuk menulis permasalah yang berkaitan dengannya seperti ini melainkan supaya setiap kami menulis namanya disertai dengan doa –semoga Alloh merohmatinya-, karena kami menganggap dengan sebab ini bila seseorang yang membaca namanya tentu akan membaca doanya pula.
Orang seperti beliau dan kawan-kawan yang wafat seperti beliau tentu dicintai oleh orang-orang yang masih memiliki keimanan dan selalu didoakan dengan rohmat karena mendoakan orang-orang yang mati di atas keimanan adalah merupakan ciri setiap orang yang beriman, sebagaimana Alloh Ta'ala sebutkan di dalam Al-Qur'an tentang sifat-sifat mereka:
﴿رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا [نوح: 28]
"Ya Robbku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dalam keadaan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zholim itu melainkan kebinasaan". (Nuuh: 28).
Dan Alloh Ta'ala juga sebutkan:
﴿وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ [الحشر: 10]
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Robb kami, sesungguhnya Engkau adalah Ar-Rouf (Maha Penyantun) lagi Ar-Rohiim (Maha Penyayang)". (Al-Hasyr: 10).



BAB 2
BANTAHAN ATAS KOMENTAR-KOMENTAR MIRING

Telah kami sebutkan tentang kebobrokan, kesesatan dan kekafiran kaum Rofidhoh (Khutsiyyin) dalam beberapa tulisan kami, namun pada tulisan ini kami akan menyebutkan pula perkara-perkara yang belum kami sebutkan sehingga –dengan izin Alloh- semakin memperjelas tentang batil dan kelirunya komentar-komentar dari orang-orang yang telah buta mata hatinya semisal Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy pengasuh ma’had campur aduk di Ma’bar –yang menggelari dirinya dengan "Al-Imam"- dan kawan sejolinya Abdul ‘Aziz Al-Buro’y serta komplotannya bahwa peperangan yang terjadi di Dammaj (Ahlussunnah melawan Khutsiyyin) itu bukanlah jihad sehingga dengan itu kemudian mereka mengabaikan doa untuk Ahlussunnah, bahkan mereka membatilkan qunut nazilah untuk Ahlussunnah di Dammaj, yang lebih mengherankan lagi orang bingung yang menggelari dirinya dengan “Al-Imam” tersebut menyeru Khutsiyyin dengan seruan: “Wahai saudara-saudaraku....!”. Maka pada kesempatan ini kami akan sebutkan keyakinan mereka diantaranya:

       Mereka berkomentar:

Peperangan yang terjadi di Dammaj (Ahlussunnah melawan Khutsiyyin) bukanlah jihad”.
      
       Tanggapan:
       Komentar miring tersebut secara tidak disadari mereka telah mempertontonkan diri kalau mereka telah buta, baik buta mata hati mereka ataupun buta mata kepala mereka, anggaplah kalau mereka menganggap Khutsiyyin sebagai saudara mereka (bukan kafir) lalu bagaimana dengan perkataan Nabi –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam-:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».
“Barangsiapa yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia syahid, dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya atau darahnya maka dia syahid”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Sa’id bin Zaid bin ‘Amr dan ini adalah lafadznya Abu Dawud, adapun lafadz Ibnu Majah maka dia adalah:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».
 “Barangsiapa yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia syahid”. Lafadz Al-Imam Abu Dawud ini sama dengan lafadz Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim hanya saja pada hadits Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr –semoga Alloh meridhoinya-.
Semua orang yang memiliki pandangan dan penglihatan tentu akan berpendapat bahwa keadaan Ahlussunnah dan warga di Dammaj adalah seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut, mereka membela agama, mereka membela diri, keluarga, kehormatan dan harta benda,  maka barangsiapa yang menganggap bahwa perjuangan Ahlussunnah di Dammaj bukan dari jihad maka sungguh secara otomatis dia telah mengingkari hadis tersebut, Wallohu A’lam wa Ahkam.   
Orang yang memiliki penglihatan dan pandangan yang cerah tentu tidak akan ragu lagi dengan kafirnya kaum Rofidhoh (Khutsiyyin), diantara kekafiran mereka adalah:
ü  Mencela, mencaci, mela'nat dan meyakini bahwa Abu Bakar, ‘Umar, Utsman dan para shahabat yang selain dari ahlul bait adalah pelaku ma'siat, kafir dan tuduhan keji lainnya.
ü  Memerangi kaum muslimin (masuk di dalamnya Ahlussunnah) bahkan ahlul bait (keluarga dan anak cucu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam) mereka perangi, di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj banyak para penuntut ilmu dari kalangan ahlul bait namun mereka juga diperangi oleh Khutsiyyun yang mengaku sebagai pecinta dan pembela ahlul bait.
ü  Menjadikan wanita-wanita yang memeluk agama mereka seakan-akan sebagai barang dagangan yang murahan (pelacur) yang biasa dikenal di kalangan mereka dengan nikah kontrak, bila seseorang laki-laki dari mereka mendapati wanita yang beragama seperti mereka maka langsung dianggap sebagai istrinya, bila bertemu semalam di hotel atau bertemu di kapal maka mereka langsung melakukan perbuatan keji (zina) dengan keyakinan halal (boleh), kalau seperti ini keadaannya maka yang suka berkeliaran ke sana kemari tentu akan mendapatkan kepuasan dan kebuasan hidup yang melebihi hidung belang.  

Komentar kedua dan ketiga:

Penyerangan yang dilakukan oleh Adam dan kawan-kawan itu bukanlah termasuk dari jihad akan tetapi itu adalah bunuh diri, lagi pula kalau orang yang jihad tentu kalau sudah mati baunya harum seperti minyak wangi, adapun Adam dan kawan-kawan maka ketika jenazah mereka diambil dalam keadaan berbau busuk dan muka-muka mereka rusak, dan apa yang menimpa orang-orang di Dammaj itu tidak lain karena azab.

Tanggapan:
            Orang yang membaca sejarah dan kisah perjuangan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya semisal perang Uhud maka mereka tentu akan mengetahui bahwa apa yang terjadi di zaman Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya memiliki kesamaan dengan yang terjadi di Dammaj.
            Pada awal Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya di Makkah maka kaum musyrik Quraisy melakukan embargo dan pemboikotan terhadap Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya, ketika Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya hijroh ke Madinah terjadi pula pemblokadean dan peperangan seperti perang Khondak; Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya menggali khondak (parit) dalam keadaan sangat lapar, sampai-sampai Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya mengikat batu di perut-perut mereka untuk menjanggal dan menahan dari rasa lapar.
Pada beberapa peperangan mereka juga tidak mendapatkan makanan melainkan mereka hanya memakan belalang sehingga dengan itu mereka terus mampu bertempur.
            Tragedi yang dialami oleh kawan-kawan kami pada 12 Muharram 1433 Hijriyyah memiliki kemiripan dengan tragedi perang uhud, mereka para shohabat terus maju sampai memukul mundur pasukan musyrik Quraisy ternyata musyrik Quraisy yang ketika itu dikomandai oleh Khalid bin Walid (sebelum beliau masuk Islam) mengatur siasat dengan berputar ke arah balik gunung Uhud yang kemudian mereka berhasil memproprandakan barisan kaum muslimin. Kejadiannya hampir sama; kawan-kawan kami dalam  melakukan penyerangan mereka berhasil memukul mundur dan berhasil -dengan pertolongan Alloh- mematahkan kekuatan Rofidhoh-Kutsiyyin yang berada di matras Abdul Karim (atau disebut matras 'Annan) dan mereka menduduki matras tersebut, dengan tidak disangak-sangka ternyata mereka terjebak dengan ditembaki senjata-senjata berat jarak jauh, dari gunung samping barat Barroqoh, Khutsiyyun menembak dengan hawwon (mortir) dan rasysyasy (senjata kaki tiga untuk penembak pesawat), dan dari kanan gunung Barroqoh  juga bergerak dengan persenjataan yang luar biasa dan juga menggunakan bom biologis[9] yang bila ledakannya mengenai seseorang maka akan rusak (menghitam) anggota tubuhnya dan akan memunculkan bau tidak sedap (busuk), ketika mereka sudah terjepit seperti itu maka tidak memungkinkan lagi untuk balik ke matras-matras kawan di gunung Barroqoh melainkan hanya beberapa kawan yang sempat bisa berlindung di matras kawan.
Pada besok harinya (setelah sholat ashar) berkumpullah sebagian kawan-kawan di masjid Zawaid dengan rencana untuk melakukan serangan susulan, namun kemudian Syaikh kami Yahya –semoga Alloh menjaganya- meminta untuk jangan dulu melakukan penyerangan akan tetapi sebaiknya ke matras Abdul Karim untuk menyelamatkan kawan-kawan di sana dan mengangkat jenazah yang ada di sana, maka setelah sholat maghrib berangkatlah dua regu pasukan, ketika sampai di gunung Barroqoh, Khutsiyyun melakukan tembakan-tembakan dengan senjata berat dari jarak jauh yang mengakibatkan dua regu pasukan yang bertujuan ke matras Abdul Karim tersebut bubar, masing-masing anggota mengambil posisi di matras-matras kawan-kawan yang ada di gunung Barroqoh, di matras tersebut kami bertanya kepada kawan-kawan tentang keadaan saudara-saudara kami yang maju di matras Abdul Karim maka seorang kawan kami berkata: "Kami tidak tahu, sejak tadi pagi tidak satu pun balik dan dari kita tidak bisa maju ke sana, karena jalan dari sini ke sana terbuka (tanpa ada matras atau khondak)", pada malam tersebut hingga sampai waktu fajar Khutsiyyun terus melakukan tembakan dengan hawwon (mortir); dari tembakan pertama sampai tembakan berikutnya paling-paling hanya sekitar dua puluh menit atau setengah jam mereka tembak lagi dengan tembakan susulan, orang yang direzkikan ketsabatan (kekokohan) pada dirinya hanyalah berkata:
﴿الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ [آل عمران: 173]
"(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Ar-Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka": Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi penolong Kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung". (Ali Imron: 173).
Ketika kami turun dari gunung Barroqoh kami berjumpa dengan Fadhil Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- maka kami bertanya kepadanya tentang Adam, beliau berkata: "Sebelum penyerangan saya melihat Adam ikut menyerang".
Walaupun dari penyerangan ke samping kiri gunung Barroqoh (sekitar matras Abdul Karim) tersebut 19 (Sembilan belas) orang dari kawan kami yang terbunuh dan yang menyerang ke samping barat gunung Barroqoh 3 (tiga) orang yang terbunuh –semoga Alloh menjadikan mereka sebagai para syuhada'- namun Alhamdulillah Khutsiyyin lebih banyak yang mati –hanya Alloh yang tahu berapa jumlah dari mereka-.
Adapun tentang jenazah kawan-kawan kami yang dianggap rusak anggota-anggota badannya dan baunya tidak sedap maka ketahuilah bahwa untuk menentukan itu sebagai alamat bukan mati syahid, maka penentuan tersebut bukan dilandasi dengan dalil-dalil dan hujjah-hujjah yang kuat akan tetapi hanyalah dilandasi dengan perkataan orang-orang aneh semisal Abdul 'Aziz Al-Buro'y dan Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy yang menggelari dirinya dengan "Al-Imam": "Bahwa yang terjadi di Dammaj bukan jihad akan tetapi hanya memperebutkan gunung".
Orang yang memiliki pandangan dan mampu melakukan pencermatan tentu akan menilai bahwa kawan-kawan kami yang terbunuh mereka –Insya Alloh adalah termasuk para syuhada' dan termasuk dari sebaik-baik orang-orang yang terbunuh di bawah kolong langit- (lihat tulisan "KEMATIAN SEMAKIN MENDEKAT, KEMANAPUN KAMU PERGI PASTI AKAN DIJEMPUT")[10].
Secara pengamatan dengan mata telanjang orang-orang yang berakal tentu juga bisa menilai: "Sudah 4 (empat) hari namun tidak seekor pun dari anjing dan binatang buas mendekati dan memakan jenazah-jenazah mereka, begitu pula kawan kami yang bernama Mubarok Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya-[11], beliau bersama kawan-kawan (diantaranya Amin Al-Amboniy) melakukan penyerangan ke lokasi Khutsiyyin yang berada di bagian barat dari gunung Barroqoh dan jenazah Mubarok Al-Libiy ini selama 7 (tujuh) hari baru ditemukan di samping mesin penyedot air di kaki gunung Barroqoh, jenazah beliau tidak berbau dan tidak pula rusak (karena jenazah beliau tidak terkena bom biologis), hanya saja didapati ada beberapa bekas gigitan anjing, dikatakan bahwa ada warga Dammaj melihat jenazahnya digeser-geser dan didorong-dorong oleh anjing dari lereng gunung, dari sebab geseran-geseran dan dorongan-dorongan anjing tersebut jenazahnya sampai ke kaki gunung Barroqoh (yaitu di samping mesin penyedot air) dan Alhamdulillah jenazahnya tidak bau, daging-dagingnya pun masih ada hanya saja ada bekas gigitan anjing, karena anjing mengeser-geser (mendorong-dorong)nya.
Adapun bangkai-bangkai Rofidhoh-Khutsiyyin pada tragedi 1 Muharrom 1433 Hijriyyah maka Alloh hinakan, mereka terbunuh pada tanggal tersebut namun pada besok harinya 2 Muharrom 1433 Hijriyyah Alloh 'Azza wa Jalla hinakan bangkai-bangkai mereka dengan didatangkan anjing-anjing lalu memakan bangkai-bangkai mereka, yang jaga di gunung Barroqoh pada 2 Muharrom 1433 Hijriyyah menyaksikan kejadian tersebut, ini semua adalah bentuk nyata dari kemenangan yang Alloh berikan kepada Ahlussunnah, Alloh Ta'ala berkata:
﴿وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127) [آل عمران: 126-128]     
"Dan Alloh tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khobar gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan kemenangan kalian itu hanyalah dari Alloh Al-'Aziz (Yang Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana). (Alloh menolong kalian) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tidak memperoleh apa-apa". (Ali Imron: 126-128).

Komentar kelima:
       Adam belum mati!.
Tanggapan:
     Sungguh sangat mengherankan ketika sudah sehari, dua hari dan sampai tiga hari jenazahnya Adam belum sampai di Dammaj, ketika itu pula disampaikan kepada kami bahwa ada seorang dukun di Ambon mengatakan bahwa Adam belum mati, bersamaan dengan itu ada pula yang mengabarkan kami bahwa ada juga seseorang di Sulawesi mengatakan bahwa Amin belum mati tapi beliau ada di rumah sakit sedang di inpus.
Ketika kami mendengarkan komentar tersebut hati ini terasa sedih, tidak lain yang hanya bisa kami utarakan adalah: -Insya Alloh- Adam dan Amin masih hidup, akan tetapi keduanya hidup di sisi Robbnya, Adam dan Amin telah meninggalkan dunia dan –Insya Alloh- mereka lebih baik daripada kita-, Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171) [آل عمران : 169 - 171]
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Robbnya dengan mendapat rezki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhowatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan ni'mat dan karunia yang yang besar dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (Ali Imron: 169-171).
       Adam dan Amin –semoga Alloh merohmati keduanya- benar di muka bumi ini sudah mati, adapun ramalan bahwa keduanya di muka bumi ini belum mati maka sungguh si peramal (dukun) itu “su parlente, deng bagaya sok tau lai”, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah mensifati para dukun sebagaimana yang dikatakan oleh istri tercintanya Aisyah bintu Abi Bakar:
"سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «لَيْسُوا بِشَىْءٍ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا الشَّىْءَ يَكُونُ حَقًّا. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: «تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْجِنِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّىُّ فَيَقُرُّهَا فِى أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ»".
“Orang-orang bertanya kepada Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tentang dukun maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada mereka: “Para dukun tidak ada apa-apanya”, Orang-orang pun berkata: “Wahai Rosululloh sesungguhnya mereka bila bercerita tentang sesuatu terkadang benar?! Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Kalimat-kalimat (yang diceritakan oleh dukun) itu dari jin, yang jin tersebut mencurinya kemudian dikotekan (dibisikan) ke telinga walinya seperti kotekan ayam kemudian dicampurlah pada kalimat-kalimat tersebut lebih banyak dari 100 (seratus) kedustaan”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim.
       Karena dukun “paleng parlente” maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melarang untuk mendatangi dan duduk dengannya, dari Mu’awiyyah bin Hakam As-Sulamiy –semoga Alloh meridhoinya- beliau berkata kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ وَقَدْ جَاءَنَا اللَّهُ بِالإِسْلاَمِ وَمِنَّا رِجَالٌ يَأْتُونَ الْكُهَّانَ. قَالَ: «فَلاَ تَأْتِهِمْ»".
“Wahai Rosululloh sesungguhnya kami adalah kaum yang baru (meninggalkan) zaman jahiliyyah dan sungguh telah datang kepada kami Islam, dan di kalangan kami ada orang-orang yang mereka mendatangi para dukun, maka Rosululloh berkata: “Jangan kamu mendatangi mereka (para dukun)”. Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud.
       Adapun bagi orang yang tetap mendatangi dukun maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah jelaskan:
«مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً».
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal (dukun) kemudian bertanya kepadanya tentang suatu perkara maka tidak akan diterima bagi sholatnya selama 40 (empat puluh) malam”. Diriwayatkan oleh Muslim dan Al-Imam Ahmad dari Shafiyyah dari sebagian Istri-istri Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dalam lafadz Al-Imam Ahmad:
«مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا».
“Barangsiapa yang datang kepada tukang ramal (dukun) kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka tidak akan diterima sholatnya selama 40 (empat puluh) hari”.
Maka hendaknya orang yang mendatangi dukun dan bertanya kepadanya serta membenarkan apa yang dikatakannya untuk segera bertaubat kepada Alloh Ta’ala, karena kalau tidak segera bertaubat dikhowatirkan dia akan kafir sebagaimana “obet-obet”, dari Abu Huroiroh –Semoga Alloh meridhoinya- bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم».
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh dia telah kufur terhadap apa-apa yang diturunkan kepada Muhammad –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam”. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dan Al-Hakim, dan beliau berkata: Hadits ini shohih menurut syarat Al-Imam Al-Bukhariy dan Muslim.
       Selesai dikoreksi pada malam Sabtu jam 12:20 (dua belas, lebih dua puluh menit) pada tanggal 20 Shofar 1433 Hijriyah di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj-Sho'dah-Yaman, Walhamdulillah.    


[1]  Telah kami sebutkan pula tentang beliau di dalam catatan kaki pada tulisan “AMIN ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”.
[2]  Adapun tentang Abu Abayah ini maka telah kami sebutkan dalam catatan kaki pada tulisan “NASEHAT UNTUK MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”.
[3] Ketika beliau di Dammaj dan mendengar bahwa Abu Abayah memakai pakaian wanita plus cadar pada bulan suci Romadhon maka beliau langsung mengganti nama dengan Adam, beliau merasa jijik dengan perbuatan Abu Abayah, dan beliau langsung berlepas diri dari Abu Abayah dan apa yang telah diperbuatnya, hal ini sebagaimana beliau kemukakan kepada kami ketika beliau sedang jaga di pustakaan Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj.   
[4] Berkata Amin –semoga Allah merahmatinya-: “Ketika saya belum lama datang di Dammaj, waktu itu saya masih kecil saya sempat berteman dengan Mukhtar dan pak Ayip, saya diajak naik ke gunung, di gunung Muhktar dan pak Ayip baca puisi-puisi porno”, saya menyesal berteman dengan mereka”.
[5]  Pada waktu pengepungan tersebut memang banyak kawan-kawan berangan-angan untuk belanja ini dan belanja itu, lebih-lebih orang Indonesia yang cinta produk Tanah Air semisal indo mie sebagian mereka berkata: Kalau sudah aman dan jalan terbuka kita beli indo mie sekarton, dua karton, tiga karton…., Al-Hamdulillah ketika jalan sudah terbuka datanglah bantuan indo mie dari kawan-kawan asal 'Abdin-Sho'dah untuk putra Tanah Air Indonesia yang rajin-rajin di shof awwal pada sholat berjama'ah di masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj –semoga Alloh membalas kebaikan mereka, juga membalas kebaikan seluruh saudara-saudara kami seiman di tanah air Indonesia dan di selainnya yang telah ikut membantu kami dengan harta dan doa-.
[6] Demikianlah salah satu dari sifat-sifat Ahlussunnah wal Jama’ah dalam mengamalkan ilmunya; ketika datang waktu belajar maka mereka belajar, waktu ibadah maka mereka beribadah, waktu jihad maka mereka berjihad, waktu jaga maka mereka jaga, berbeda dengan hizbiyyun dan jaringannya yang menampakan kecintaan kepada ilmu akan tetapi lalai dalam mengamalkannya sebagaimana yang ada pada Ahmad Al-Kindary, Yusuf  alias Abu Bakar dan kawan-kawannya bila diberitahu untuk jaga maka selalu tidak mau mengindahkan, padahal hanya jaga di samping masjid lalu bagaimana kalau kiranya di suruh jaga di gunung?! Ahmad Al-Kindary dan Yusuf telah kami sebutkan dalam tulisan “TAMAM, TERJEMAH ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN HIZAM”.
[7]  Pada tulisan sebelumnya pada kisah ini tertampilkan bahasa yang dianggap fulgar, hal tersebut disebabkan adanya saran dan masukan untuk lebih mengedepankan amanah ilmiah yaitu mengisahkan seperti yang dikisahkan namun dengan adanya masukan pula maka dengan penuh pertimbangan kami merubah bahasa yang sekiranya tidak menyimpang dari ma'na, dan inilah bahasa yang kami gunakan "hilang gairahnya" artinya seperti yang disebutkan dalam tulisan sebelumnya.
[8]  Sebagaimana ketika baru beberapa hari beliau wafat, ada pihak kedutaan meminta surat izin safarnya maka kami mengambil surat tersebut untuk menyerahkannya ke pihak yang bersangkutan, ternyata di tengah jalan menuju masjid ada salah seorang asal Soumalia melihat surat tersebut maka dia pun berkata: "Aib, aib, aib mau safar ke Indonesia dalam keadaan masih perang seperti ini?!!! Kami pun manjawab: "Safar di waktu-waktu seperti ini termasuk dosa besar, adapun surat ini, ini adalah suratnya Adam –semoga Alloh merohmatinya- penjaga perpustakaan umum, yang baru meninggal beberapa hari yang lalu", diapun meminta untuk melihat surat tersebut, ketika sudah melihatnya, orang tersebut pun menangis sambil mencium fotonya dan berkata: "Aku mencintaimu karena Alloh –semoga Alloh merohmatimu-".
[9]  Syaikh kami An-Nashihul Amin Imam Darul Hadits Dammaj Abu Abdirrohman Yahya –semoga Allah menjaganya- berkata: "Bahwa Khutsiyyun setelah mereka membunuh saudara-suadara kami yang berada di matras Abdul Karim mereka kemudian menyirami tubuh-tubuh dan wajah-wajah saudara-saudara kami dengan air aki", namun ada beberapa kawan kami yang mengumpulkan data-data seputar tragedi perang menegaskan: "Rusaknya wajah-wajah dan adanya bau tidak sedap pada kawan-kawan kami itu karena sebab bom biologis". Dan telah ada kecuriaan besar bahwa kemungkinan bom tersebut berasal dari Iran, sebab sebelum diadakan hishar (pengepungan dan pemblokadean) sekelompok dari tokoh-tokoh Khutsiyyun melakukan rapat dengan beberapa utusan dari negara Iran yang kemudian dari hasil rapat tersebut diputuskannya adanya hishar terhadap Darul Hadits Salafiyyah Dammaj (hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh kami Yahya –semoga Allah menjaganya-).  
[10] Dan yang berkaitan dengan jenazah mereka maka keadaannya seperti semula, bahkan setahun lebih kemudian, kuburan mereka dipindahkan dari pemakaman Syuhada' ke pemakaman umum didapatilah jenazah-jenazah mereka masih utuh seperti pada hari yang baru mereka dimakamkan, lihat tulisan kami yang berjudul: "Mengingkari Kemungkaran dengan Membuat Kerusakan, disertai dengan tanya jawab seputar hukum-hukum Islam, fakta dan realita yang terjadi seputar jihad di Darul Hadits Dammaj".
[11]  Beliau berasal dari negara Libia, sebelum ke Dammaj beliau di Libia menjabat sebagai komandan tentara kemudian beliau meninggalkan pangkat dan jabatannya demi untuk memperbaiki diri dan agamanya, beliau memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, ketika aman beliau mengisi waktu-waktunya dengan beribadah, beliau selalu duduk di samping kami pada shaf awwal (barisan pertama) pada shalat berjama'ah di masjid Darul Hadits Dammaj, beliau giat dan semangat menghafal Al-Qur'an dan kitab-kitab matan, pernah beliau menyetor hafalan Al-Qur'an dan matan ilmu tajwid kepada kami, ketika beliau menikah beliau mengundang kami dan mengundang kawan-kawan kami yang senantiasa duduk di shaf awwal, sekitar beberapa bulan beliau menikah dengan putri Yamaniyyah beliau pun menghadap ke Robbnya –semoga Allah merahmatinya-. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar