KATA PENGANTAR
بسم الله
الرحمن الرحيم
الحمد لله وصلى
الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم تسليما كثيرا. أما بعد:
Tulisan
ini kami susun sebagai bentuk dari pemenuhan permintaan sebagian
saudara-saudara kami seiman dan juga sebagai bentuk perwujudan dari wasiat Adam
–semoga Alloh merohmatinya- yang
beliau berkata: “Tolong tabahkan orang tuaku atas apa yang terjadi”,
harapan kami semoga dengan sebab apa yang kami tuliskan ini sebagai salah satu
sebab dalam memberikan ketabahan kepada orang tuanya.
Tulisan ini pada asalnya berjudul
"ADAM, AMBIL POSISI DI TENGAH DINGINNYA ANGIN MALAM" yang
merupakan penjelasan singkat tentang posisi terakhir Adam –semoga Alloh merohmatinya-
bahwa di tengah malam yang dingin beliau dan kawan-kawan naik ke gunung Barroqoh
dalam rangka untuk melakukan penyerangan terhadap kaum pemberontak
Syi'ah-Rofidhoh (lihat tulisan "AMIN MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN"),
dengan adanya masukan dan saran yang –Insya Alloh- baik, maka kami
menggantinya dengan judul "MENGENANG KISAH ADAM dalam MEMERANGI
SYI'AH-ROFIDHOH".
Disamping itu ada pula perubahan
pada tulisan tersebut baik dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan, semua
ini kami lakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan atas banyaknya masukan
yang sampai kepada kami karena sebelumnya kami lakukan berdasarkan
masukan-masukan pula, sungguh bagus apa yang dikatakan oleh Al-Qadhi
Abdurrohman Al-Bayaniy –semoga Alloh merohmatinya-: "Sesungguhnya
aku melihat bahwasanya tidaklah seseorang menulis suatu tulisan pada suatu hari
melainkan dia akan berkata pada keesokan harinya: Seandainya saya rubah ini,
tentu lebih bagus, seandainya saya tambah ini, tentu lebih mantap, seandainya
saya kedepankan yang ini, tentu lebih utama dan seandainya aku tinggalkan ini
tentu lebih indah".
Kami
memohon kepada Alloh Ta’ala semoga
Dia menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami, kedua orang tua kami dan
siapa saja yang membacanya serta mengambil faedah darinya. Begitu pula kami
memohon kepada Alloh semoga Dia merohmati Adam dan menjadikannya sebagai
seorang yang mati syahid dan kami memohon kepada Alloh semoga Dia selalu
menjaga dan memberi hidayah kepada kedua orang tuanya, orang tua angkatnya,
saudara-saudaranya serta kawan-kawannya dan siapa saja yang pernah berbuat baik
kepadanya. Dan kami memohon kepada-Nya pula semoga apa yang kami tulis ini
sebagai sejarah yang nantinya selalu dikenang oleh generasi-generasi yang akan
datang.
وصلى الله على نبينا محمد
وعلى آله وصحبه وسلم وَآَخِرُ دَعْوَانا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ.
Ditulis oleh kawan dekatnya Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory As-Seramy –semoga Alloh mengampuni
dosa-dosanya dan menutupi aib-aibnya- di Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj-Sho’dah-Yaman pada Kamis sore 17 Shofar 1433 Hijriyyah.
BAB 1
MENGENAL LEBIH DEKAT ADAM
1.1
Nasab
dan Kelahirannya.
Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
lahir di Ambon pada tanggal 27 November 1985 Masehi. Nama asli beliau adalah
Harianto Djawia, kemudian beliau memakai nama hijroh Mushthafa, ketika beliau
di Dammaj beliau mengganti namanya dengan Adam[1].
1.2
Pendidikannya.
Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
berkata kepada kami: Ketika saya SMA di Ambon, saya mendengar ceramah Abu
Salman Musthofa Al-Buthony alias Abu Abayah[2]
ketika itu dia sebagai salah satu da’i LJ (laskar jihad), saya kagum dengan
ceramahnya karena isi ceramahnya Qoolalloh (berkata Alloh) dan Qoolannabiy
(berkata Nabi), karena itu saya tertipu dengannya akhirnya saya memakai nama
Mushthofa sebagaimana namanya[3].
Setelah beliau mengenal ilmu dan
mengetahui tentang pentingnya ilmu maka beliau bergegas ke pondok pesantren di
Sulawesi, di pondok tersebut beliau memiliki banyak kawan, diantara kawan
beliau yang terus bersama beliau hingga sampai di Dammaj adalah saudara kandungku
Abul Husain Umair bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya-.
Setelah itu beliau melanjutkan
pendidikannya di pondok pesantern di Jawa, di pondok pesantren tersebut beliau
memiliki banyak kawan, diantara kawan beliau adalah saudara kandungku Abul
Abbas Harmin bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh merohmatinya-.
Ketika kami masih di Surabaya saudara
kami Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh merohmatinya dan
menjaga putra-putrinya- akan balik ke Ambon maka kami menjemputnya ke
terminal Bungurasih Surabaya, di terminal tersebut kami berjumpa dengan beliau (Adam)
–semoga Alloh merohmatinya- yang pertama kalinya. Beliau pulang kemudian
ke Tembagapura-Timika-Irian Jaya untuk mengamalkan ilmunya yaitu berda'wah di
jalan Alloh, di Tembagapura beliau mendapatkan fasilitas da'wah dari
saudara-saudaranya seiman, diantara mereka yang banyak berjasa kepadanya adalah
Abu Dafa’ Romlan Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya-, bahkan beliau
teranggap sebagai bapak angkatnya.
Ketika beliau rencana ke Dammaj
untuk mendalami ilmu agama maka Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Alloh
menjaganya- memberikan dukungan kepadanya, beliau dijadikan sebagai anggota
keluarganya dan tercatat namanya dalam kartu keluarga Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga
Alloh menjaganya-.
Ketika beliau –semoga Alloh merohmatinya-
melihat laptop Abul Hasan Ahsan Al-Makassary yang dipinjamkan kepada kami untuk
menggunakannya, maka beliau berkata: “Laptop ini sama dengan laptopku yang
dulu, dulu pamannya Irham Purworejo (ya'ni Abu Dafa’ Romlan Al-Jawiy) memberiku
laptop seperti ini namun ketika aku mau ke Dammaj dan mampir di Makassar ternyata
di kost-kostan temanku laptop tersebut dicuri oleh maling”.
1.4 Rencana Keberangkatan ke Dammaj.
Setelah beliau selesai mengurus
surat-surat untuk ke Dammaj yang dibantu oleh bapak angkatnya Abu Dafa’ Romlan
Al-Jawiy beliau bergegas ke pulau Jawa dan mampir di salah satu pondok
pesantren hizbiyyin di Muntilan, di pondok pesantren tersebut beliau berjumpa
dengan seorang pentolan hizby yang bernama Muhammad As-Sarbiniy, ketika
Muhammad As-Sarbiniy tahu bahwa Adam mau ke Dammaj dia pun bergegas memberi nasehat:
“Kalau kamu sampai di Dammaj bertemanlah dengan Abu Salman, Ayip Syafrudin dan
Mukhtar”.
1.5 Sesampainya di Dammaj.
Beliau –semoga Alloh
merahmatinya- berkata kepada kami: “Ketika aku sudah sampai di Dammaj aku
mengikuti pesan Muhammad As-Sarbiniy untuk duduk berteman dengan Abu Salman, Ayip
Syafrudin dan Mukhtar namun ketika aku melihat akhlaknya Mukhtar dan Ayip
membuatku tidak suka untuk duduk dengan mereka, Mukhtar dan Ayip kalau tertawa
suaranya besar-besar, paling gaul dan la’ab (banyak main), berkeliaran
di gunung-gunung[4]”.
Orang yang mencintai ilmu tentu akan
menginginkan untuk berteman dengan orang yang mencintai ilmu pula dan dia akan
terus berusaha untuk bisa selalu mencari ilmu, tidak heran kalau kemudian
banyak orang berbondong-bondong ke Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj untuk
menimba ilmu, tidak hanya dari kalangan manusia namun dari kalangan jin pun
berkeinginan untuk datang menimba ilmu di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj, bukan sekali atau dua kali kejadian tentang jin yang
datang di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj untuk menuntut ilmu namun sudah
berkali-kali, ketika kami masih di pulau Jawa kami sempat pula mendengarkan
dari kawan-kawan dan kami mendengarkan pula rekaman suara jin ketika jin
tersebut menyusup ke dalam tubuh seseorang, ketika ada seorang ustadz hizbiy meruqyah orang yang kesurupan jin tersebut
dengan menyuruh salah seorang
muridnya untuk mengazankan ke orang yang kesurupan tadi, ketika mendengar azan
maka jin yang ada dalam tubuh orang tersebut ingin keluar maka disuruhlah untuk
ke pondok pesantren hizbiyyah Al-Bayyinah Sedayu-Gresik yang diasuh pentolan
hizbiyyin yang bernama Muhammad Afifudin bin Husnunnuri As-Sidawiy dan kakaknya Agus Su’aidi maka jin tadi mau, akan tetapi ustadz yang meruqyah tadi menegaskan bahwa
di Sedayu terlalu dekat dan khawatir akan balik lagi, akhirnya dia menyuruhnya untuk ke Muntilan (ke pondok pesantren
hizbiyyah Minhajus Sunnah yang diasuh oleh gembong hizbiyyin yang bernama
Muhammad As-Sarbiniy) maka jin
tadi tidak mau untuk ke Muntilan, lalu ustadz yang meruqyah tadi memerintahkannya untuk ke
Dammaj, jinnya pun akhirnya keluar dari tubuh seseorang tadi dan
bergegas berangkat ke
Dammaj.
Pernah
kami mendengarkan Syaikh kami Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiriy –semoga
Alloh menjaganya- mengisahkan tentang jin-jin yang datang di Dammaj pada
zaman Asy-Syaikh Muqbil –semoga Alloh merohmatinya-, jadi tidak heran
kalau Syaikh kami Imam Darul Hadits Dammaj An-Nashihul Amin Abu Abdirrohman
Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Alloh menjaganya- terkadang dalam
ceramahnya berkata: “Wahai manusia, wahai para jin..... bertaqwalah kepada Alloh!”.
Dari kisah tersebut dapat
dipetik pelajaran diantaranya:
· Jin dan manusia memiliki tanggung jawab dan beban
syari’at, Alloh Ta’ala berkata:
{وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات: 56]
“Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat:
56).
· Penggolongan jin sama dengan
penggolongan manusia; ada jin yang baik dan ada pula jin yang tidak baik, ada
jin yang Ahlussunnah ada
pula jin yang beragama rofidhoh, ada jin yang jujur ada pula jin yang
penipu, ada jin yang mencintai ilmu ada pula
yang tidak mencintai ilmu (lihat tafsir Al-Qur’an pada surat Al-Jin).
Catatan:
v
Pada tulisan sebelumnya yang
berjudul "ADAM, AMBIL POSISI…." Terkutip kisah seseorang yang
menikah dengan jin di Dammaj namun karena kisah tersebut dho'if (lemah;
tidak selayaknya untuk dicantumkan) karena di dalam jalur periwayatan kisah
tersebut terdapat seorang yang mubham (tidak diketahui siapa?) maka kami
langsung menghapusnya –walaupun ada usulan untuk membiarkannya sebagaimana
halnya kisah burung-burung yang memenggal kepala-kepala Rofidhoh dengan alasan
bahwa hal seperti itu bukan suatu aib karena perbedaan segi pandang (ada yang
mengingkari dan ada yang menetapkan), namun bagi yang mengerti ilmu mustholah
tentu tidak ada pilihan lain melainkan harus dibuang (ditinggalkan) kisah
tersebut karena memiliki 'illah (cacat/penyakit) yaitu di dalam jalur periwayatan
ada ketidak jelasan dari siapa seseorang itu? Begitu pula tentang kisah
burung-burung pemenggal kepala-kepala Rofidhoh, ketika kami urutkan jalur
periwayatan kisah tersebut ternyata ada ketidak jelasan pula, bahwasanya itu
kisahnya dari seseorang, dari kawannya, dari istri tetangganya, dengan melihat
jalur seperti ini maka tentu lebih pantas untuk ditolak (tidak diterima sama
sekali) karena cacatnya lebih parah dari pada yang kisah jin menikah dengan
manusia, maka kisah seperti ini tidak bisa dijadikan sandaran atau alasan.
v
Tidaklah membuat kami
menghapus kisah jin tersebut melainkan karena kisahnya dho'if
sebagaimana telah lewat penjelasannya, dan perlu diketahui bahwa manusia dalam
menyikapi jin terbagi kepada dua kelompok:
Kelompok
pertama:
Menentapkan
adanya jin. Dan ada yang menetapkannya dengan ruang lingkup yang sangat sempit
diantaranya bahwa jin tidak akan makan melainkan hanya tulang-tulang saja
adapun memakan kepala hewan atau kepala ikan atau memakan makanan yang dimakan
oleh manusia maka itu tidak mungkin?!, jin tidak akan mungkin menikah dengan
manusia, orang sholih tidak akan mungkin kesurupan atau terkena gangguan dan
sihir dari jin?!.
Hendaknya
seseorang menetapkan keberadaan jin sebagaimana yang Alloh Ta'ala
tetapkan dan Rosul-Nya tetapkan di dalam As-Sunnah Ash-Shohihah, Alloh Ta'ala
menetapkan adanya jin dan bahwasanya jin juga termasuk fitnah (cobaan) atas
manusia sebagaimana manusia adalah fitnah atas manusia yang lainnya, Alloh Ta'ala
berkata:
﴿فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا
كَانَا فِيهِ وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ وَلَكُمْ فِي
الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ﴾ [البقرة: 36]
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaithon dari jannah
(surga) itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berkata:
"Turunlah kalian! sebagian kalian menjadi musuh bagi sebagian yang lain,
dan bagi kalian ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan". (Al-Baqoroh: 36).
Alloh Ta'ala juga berkata:
﴿وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ
وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا﴾ [الفرقان: 20]
"Dan Kami jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang
lain, Apakah kalian mau bersabar?; dan adalah Robbmu Al-Bashir (Maha melihat)".
(Al-Furqon:
20).
Alloh Ta'ala terkadang
menguji hamba-hamba-Nya yang sholih dengan gangguan jin, baik itu berupa
kesurupan atau terkena sihir yang dihembuskan oleh para dukun melalui bantuan
jin, dan hal ini adalah perkara yang sudah dima'lumi.
Kelompok kedua:
Meniadakan keberadaan jin, ada dari
mereka mengatakan bahwa jin itu hanyalah angan-angan, perasaan dan hayalan-hayalan
yang menakut-nakutkan, dan kelompok ini adalah kelompok yang paling sesat,
kalau mereka mengaku sebagai pemeluk agama Islam maka kebanyakan mereka adalah
penolak hadits ahad.
1.6
Persiapan-persiapannya Sebelum Jaga.
Melakukan persiapan sebelum jaga atau sebelum melakukan peperangan adalah
merupakan perkara yang dituntut di dalam syari'at, Alloh Ta'ala berkata:
{وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا
مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ}
[الأنفال: 60]
"Dan
siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian
menggentarkan musuh Alloh dan musuh kalian dan orang orang selain mereka yang
kalian tidak mengetahuinya; sedang Alloh mengetahuinya. Apa saja yang kalian
nafkahkan pada jalan Alloh niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan
kalian tidak akan dianiaya (dirugikan)". (Al-Anfal: 60).
Beliau
–semoga Alloh merohmatinya- bila sudah sampai waktu jaga maka beliau
menyiapkan persediaan untuk jaga, sebelum jaga beliau membersihkan senjatanya,
menyiapkan peluru-peluru dan pisaunya dan bila beliau memiliki uang maka beliau
membeli makanan ringan dan minuman-minuman. Apabila jadwal jaga kami, Adam dan
Amin di Zawaid sudah sampai waktu gilirnya maka beliau langsung memesan kepada
kami "Jang lupae bikin 'asidah!".
Ketika
terjadi pengepungan dan pemutusan jalan yang dilakukan oleh Rofidhoh-Khutsiyyun
dari Dammaj ke Sho'dah yang mengakibatkan bahan makanan tidak bisa masuk ke
Dammaj maka Adam berkata kepada kami: "Kalau nanti sudah aman dan jalan
sudah dibuka, saya ingin beli perlengkapan (bahan-bahan) 'asidah"[5].
Diantara makanan
ciri khas Ambon-Arob yang paling beliau sukai adalah 'asidah.
1.7 Disiplinnya dalam Jaga.
Di awal
bulan syawal 1432 Hijriyyah kami dan beberapa kawan naik ke gunung Barroqoh untuk jaga, ketika beliau mengetahui bahwa kami dan
kawan-kawan jaga di gunung Barroqoh beliau pun bergegas naik setelah sholat isya’[6].
Sudah
merupakan kebiasaan beliau kalau jaga beliau tidak mau tidur, ketika melihat
kami duduk di matras beliau pun mendatangi kami untuk menemani kami dan sudah
menjadi kebiasaan kami kalau berjumpa dengannya kami katakan: “Allahu
Yuzawwijuk” (semoga Alloh menikahkanmu) beliau dengan senang berkata: “Aamiin”.
Setelah kami mendoakan seperti itu beliau duduk di samping kami dan berkata
kepada kami dan kepada teman kami yang bernama Numair Al-Lombokiy: “Kalau kamu
mau menikah carilah wanita yang baik dan penyabar karena banyak wanita yang
tidak bisa sabar, karena tertipu dengan harta (kekayaan), ada sebuah buku yang
sangat bagus yang ditulis oleh salah seorang murid Asy-Syaikh Muqbil –semoga
Alloh merohmatinya- yang isinya berkaitan dengan kisah-kisah dan kejadian
yang terjadi di zamannya, pernah saya bacakan ke salah seorang temanku sebelum
dia tidur, saya membaca tentang kejadian di kota Ibb (salah satu kota di
Yaman), pernah kejadian di Ibb ada seorang laki-laki asing datang dari luar Ibb
dan ketika sampai di Ibb orang tersebut mencari rumah untuk membelinya, ketika
sudah mendapatkan rumah dia langsung tinggal di rumah tersebut, pada suatu hari
datanglah seorang ibu ke rumahnya dan berkata kepadanya: Apakah kamu sudah
menikah? Dia pun menjawab: Belum, si ibu tersebut tahu kalau laki-laki tersebut
kaya raya maka dia pun berkata: Mau tidak kalau saya carikan wanita untuk kamu
nikahi? Berkata laki-laki tadi: "Tentu", lalu si Ibu tadi berkata:
Kalau begitu besok kita ke air terjun, di sana banyak wanita mencuci pakaian,
kamu tinggal milih mana yang kamu suka.
Besoknya,
keduanya langsung datang dan menyaksikan para wanita sedang mencuci, berkatalah
si ibu tadi: Sekarang tunjuklah mana dari wanita-wanita itu yang kamu sukai!,
dia pun menunjuk seseorang yang paling cantik. Kemudian si ibu tadi langsung
mendatanginya dan berkata kepadanya: Kamu sudah menikah belum? Wanita yang
mencuci tadi berkata: Sudah, si ibu pun berkata: Kenapa kamu tidak menikahi
laki-laki yang kaya, bukankah kalau kamu menikahi laki-laki yang kaya tidak
akan capek-capek mencuci seperti ini, kalau kamu nikahi orang kaya kamu akan
senang, mencuci dengan mesin cuci di dalam rumah dan kehidupanmu terjamin.
Wanita tadi berkata: Tapi bagaimana lagi kalau sudah terlanjur. Si ibu berkata:
Gampang, ada laki-laki kaya yang suka sama kamu, wanita tadi berkata: Lalu
bagaimana dengan suamiku dan kedua orang tuaku ridho dengannya, si ibu
menjawab: Mudah, saya akan datangi orang tuamu dan kamu rubah sikapmu di
hadapan suamimu, kamu bermalas-malasan dan jangan melayaninya sehingga dia
membencimu. Diapun jalani saran ibu tadi namun suaminya bersabar, ketika
suaminya melihat prilaku istrinya yang sudah aneh dia pun bersabar dan tidak
membentaknya sedikit pun.
Si ibu tersebut karena merasa gagal
dalam cara yang ini maka dia pun kemudian mendatangi kedua orang tua wanita
tersebut dan berkata: “Tidakkah sebaiknya kalian menikahkan anak kalian yang
cantik itu dengan laki-laki yang kaya raya sehingga membahagiakan kalian?”
Bapak wanita tersebut tidak sedikit pun menanggapinya, karena tidak ditanggapi
dia pun mendekati ibunya wanita tersebut dan membujuk-bujuknya. Ketika si ibu
tadi merasa gagal terhadap apa yang dia lakukan dia pun memilih cara lain dan dia
berkata kepada wanita tadi: Kalau suamimu ke kebun kamu ikut bersamanya dan
kamu jangan lupa bawa pisau, sampai di jalan ke kebun kamu iris tanganmu dan
kamu teriak-teriak sehingga orang-orang datang dan kamu katakan ke orang-orang
bahwa suamimu ingin membunuhmu.
Wanita tadi melaksanakan pula apa
yang dikatakan oleh si ibu tadi, ketika wanita tersebut sudah melakukan apa
yang diperintahkan oleh si ibu tadi maka orang tuanya mulai marah dan qobilah
(warga)nya marah, suami wanita tadi pun tidak terima sehingga kemudian qobilah
(warga)nya juga bangkit membela hampir terjadi peperangan lantaran masalah
tersebut, karena suami wanita tersebut berakal dan cerdas dia pun mendamaikan
kedua qobilah yang mau bertikai lalu bertanya kepada istrinya: Apa yang
sebenarnya kamu maukan dari semua ini? Istrinya pun menjawab: Saya ingin agar
kamu menceraikanku! Suaminya berkata: Bagaimana saya menceraikan kamu sedangkan
tidak ada alasan bagiku untuk menceraikanmu? Istrinya tetap berkata: Saya mau
kamu ceraikan aku!, suaminya pun berkata: Baiklah kalau itu yang kamu mau maka
saya pada hari ini menceraikanmu”.
Setelah sudah resmi perceraian, si
ibu tadi langsung mendatangi laki-laki asing tadi dan berkata: Sekarang saatnya
kamu melamar wanita itu, laki-laki asing tadi berkata: Apakah saya langsung
melamarnya? Si ibu tadi menjawab: Kamu pendekatan dulu dengan orang tuanya,
kamu bawakan hadiah sehingga orang tuanya senang denganmu, laki-laki asing tadi
langsung melaksanakan apa yang diperintahkannya.
Ketika sudah akrab dengan orang tua
wanita tadi maka si ibu berkata kepadanya: Sekarang saatnya kamu lamar, maka
laki-laki tadi langsung melamar dan lamarannya langsung diterima dan kemudian
mereka adakan acara pernikahan dan dia menjadi suami baru yang sudah resmi, pada
malam pengantin (malam pertama) suami baru tersebut merasa ada keanehan karena
ketika sudah berpapasan dengannya dia pun kaget dan terheran-heran karena hilang
gairahnya[7], laki-laki
asing itu selaku suami baru tadi merasa kecewa dan tidak yakin kalau hilang
gairahnya seperti itu, pada pagi harinya dia pergi ke pelacur untuk membuktikan
apakah gairahnya benar tidak berfungsi sama sekali?! Ternyata ketika berpapasan
dengan pelacur langsung bangkit gairahnya dan langsung…… pada malam yang kedua dia pun mendatangi istrinya
ternyata keadaannya sama dengan sebelumnya; ketika berpapasan hilang gairahnya
tidak bisa berbuat maka laki-laki tersebut pusing dan stres yang pada akhirnya dia
mengambil pisau kemudian dia mengiris badan istrinya dengan sekali irisan
setelah itu menutup pintu rumah dan keluar ke pelacur, sampai di pelacur gairahnya
pun bereaksi kembali, kemudian dia pun balik ke istrinya dan keadaannya seperti
sebelumnya; gairahnya tidak berfungsi maka dia pun menambah irisan ke tubuh
istrinya, yang terakhir kalinya dia mencoba lagi ternyata sama seperti
sebelumnya dia pun mengambil pisau dan mengiris kehormatan istrinya dari depan (tempat
keluarnya air kecil) lalu disobek dan dijalankan irisannya sampai ke belakang (tempat
keluarnya air besar) setelah itu kabur dari rumahnya maka orang tua dan
keluarga wanita tersebut langsung bersegera membawa wanita tersebut ke rumah
sakit untuk di operasi”.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut:
ü Adam –semoga Alloh merohmatinya- secara tidak
langsung dengan menceritakan kisah tersebut telah memberikan nasehat kepada
para orang tua dan anak-anak mereka untuk tidak menjadikan harta kekayaan atau
angan-angan dunia sebagai tujuan hidup sebagaimana Qorun –semoga Alloh
mela’natnya- akan tetapi hendaknya para orang tua pandai-pandai melihat
manfaat untuk anak-anak mereka di kehidupan dunia dan akhiratnya, Alloh Ta’ala
berkata:
{إِنَّ
قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ
الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76)
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ
مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ
الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)} [القصص
: 76-77]
“Sesungguhnya Qorun adalah termasuk dari kaum Musa, maka dia berlaku
aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan
harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang
kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu
bangga; Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan
diri". Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (keni'matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat
baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qoshshosh:
76-77).
ü
Sabar di atas kebaikan dan
ketaatan adalah keselamatan dan keberuntungan sedangkan tidak sabar dalam
kebaikan dan ketaatan adalah kehinaan dan kerugian, Alloh Ta’ala
berkata:
{وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)} [العصر:
1-3]
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran”. (Al-‘Ashr: 1-3).
ü
Kema'siatan dan perbuatan
dosa sekecil apapun pasti akan membuahkan kesengsaraan dan penderitaan, Alloh Ta’ala
berkata:
{فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya takut
akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nuur:
63).
1.8 Semangatnya dalam Berda'wah kepada Kebenaran.
Sebelum beliau –semoga Alloh merohmatinya- ke
Dammaj, beliau telah menjadi seseorang ustadz dan berda'wah di Timika, ketika
berda'wah di Timika beliau mendapatkan dukungan dari saudara-saudaranya seiman
di Timika, diantara mereka adalah bapak angkatnya yang bernama Abu Dafa’ Romlan
Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya-, begitu pula ketika di Dammaj beliau
ikut berandil dalam berda'wah kepada kebenaran, di tengah-tengah kesibukannya
dalam menuntut ilmu dan menjadi penjaga di perpustakaan umum Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj beliau juga aktif berda'wah di dunia internet, beliau pandai membuat
situs dan terakhir beliau dipercaya sebagai penanggung jawab pada situs Al-Ulum
As-Salafiyyah (www.aloloom.net) pada bagian bahasa Indonesia. Apa yang beliau
lakukan itu sebagai bentuk pengamalan atas ilmunya, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«بلِّغُوا
عني ولو آية».
“Sampaikanlah oleh kalian dariku
walau seayat”. Diriwayatkan
oleh Al-Bukhary dan At-Tirmidzy dari Abdullah bin ‘Amr.
1.9 Karya Tulisnya.
Beliau –semoga Alloh merahmatinya-
memiliki beberapa tulisan, diantaranya:
ü “Kilasan Tinjauan Seputar
Menyambut Hari Lebaran”.
ü “Kado Kepulanganku untuk Kedua Orang
Tuaku” (2 Sesi).
ü Sebelum beliau meninggal dunia
beliau berkata kepada kami: “Di kampungku di pulau Banda sering ada pesta joget dan saya Insya Alloh akan menulis permasalahan tentang joget”.
1.10 Terjemahan-terjemahannya.
Diantara buku yang beliau terjemahkan dari bahasa Arob ke dalam bahasa Indonesia (dalam versi Indonesianya)
adalah:
ü “Panduan-panduan Da'wah Ahlussunnah” karya
Asy-Syaikh Abu Bakar Abdur Rozzaq bin Sholih An-Nahmiy –semoga Alloh menjaganya-.
ü “Yayasan Tanpa Barokah” karya
Abul Husain Muhammad Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- yang
diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau –semoga Alloh
merohmatinya-.
ü “Penjelasan Ringkas tentang
Hizbiyyahnya Abdurrohman Al-‘Adniy” yang ditulis oleh sejumlah Masyayikh
dan para da’i, yang kemudian diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah
beliau –semoga Alloh merohmatinya-.
ü “Lentera yang Kelam” (sebuah bantahan
terhadap buku sesat yang ditulis oleh Abu Nashr Muhammad –yang menggelari
dirinya dengan Al-Imam- pengasuh ma’had amburadul di Ma’bar) karya Abu Hatim
Yusuf Al-Jazairy –semoga Alloh menjaganya-, yang diterjemahkan oleh
kawan-kawan diantaranya adalah beliau –semoga Alloh merohmatinya-.
1.11Wasiat-wasiatnya:
Jauh-jauh hari sebelum beliau meninggal, beliau menyempatkan diri menulis
wasiat, diantara wasiatnya:
v “Tolong kalian arahkan orang tauku kepada salaf”.
Masya Alloh ini adalah wasiat yang paling
berharga, hendaknya orang tua begitu pula saudara-saudaranya mengikuti arahan
bila ada yang mengarahkannya untuk melakukan amalan sholih dan dalam mengikuti
kebaikan yang pernah dilakukan oleh salaf (para pendahulu umat Islam) ini,
ketahuilah bahwa keselamatan tidak akan diraih melainkan oleh orang yang siap
berjalan mengikuti arahan dan bimbingan yang pernah dijalani oleh salaf
(pendahulu umat) ini.
Di dalam Islam terdiri dari 73 (tujuh puluh tiga)
golongan, dari 73 (tujuh puluh tiga) golongan tersebut hanya satu golongan yang
sukses dalam meraih keselamatan, Alloh Ta’ala telah mensifati golongan
yang selamat tersebut sebagaimana dalam perkataan-Nya:
﴿وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ
الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾ [التوبة : 100]
“Orang-orang yang terdahulu
lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshor dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Alloh ridho kepada mereka dan
merekapun ridho kepada Alloh dan Alloh menyediakan bagi mereka jannat (surga-surga)
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah: 100).
Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam juga telah
mensifati golongan yang selamat tersebut, beliau berkata:
«افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ
عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى
عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى
ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً».
“Telah berpecah Yahudi menjadi 71 (tujuh puluh satu)
atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan akan berpecah pula Nasroni (Kristen) menjadi 71
(tujuh puluh satu) atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan akan berpecah Umatku
menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan”. Diriwayatkan oleh Al-Imam
Ahmad, Abu Dawud dari Abu Hurairah dan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan ‘Auf bin Malik, At-Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Abdullah bin ‘Amr dan An-Nasa’y, di dalam riwayat Ibnu Majah ada
tambahan yang lebih memperjelas lagi bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«واحدة في الجنة وسبعون في
النار».
“Satu golongan di dalam Jannah (masuk surga) dan 70
(tujuh puluh) golongan (yang selain satu tersebut) di dalam neraka”. Dikatakan
kepada Rosululloh: “Siapa mereka (satu golongan tersebut)? Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«الجماعة».
“Al-Jama’ah (orang-orang yang mengikuti Rosululloh dan para shohabatnya)”. Di dalam
riwayat At-Tirmidziy lebih jelas
lagi penjelasannya bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam ketika ditanya dengan pertanyaan tersebut maka beliau menjawab:
«ما أنا عليه وأصحابي».
“Apa-apa yang saya dan para shohabatku berada di atas
(sunnah-sunnah)nya”.
Dengan
penjelasan tersebut maka hendaknya orang tua Adam begitu pula
saudara-saudaranya untuk bersegera menyabut arahan dan penjelasan ini,
ketahuilah bahwasanya Adam -Insya Alloh- telah berada di dalam barisan golongan
yang selamat tersebut, Adam adalah termasuk dari Ahlussunnah wal Jama'ah, Adam
adalah seorang salafiy dan beliau beramal, beribadah dan berjihad sebagaimana
yang telah dilakukan oleh salaf (pendahulu kita Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya).
Maka dengan itu
wahai orang tua Adam dan saudara-saudaranya yang berada di Tanah Air Indoneisa berlomba-lombalah
dalam mengamalkan ajaran agama Islam karena dengan sebab mengamalkan ajaran
agama Islam seseorang akan menggapai kebahagian di dunia dan di akhiratnya, Alloh
Ta'ala berkata:
﴿إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ
وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (51) وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ
اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (52)﴾ [النور: 51-52]
"Sesungguhnya jawaban oran-orang yang beriman
bila mereka dipanggil kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Ar-Rasul menghukum
(mengadili) di antara mereka adalah ucapan: "Kami mendengar dan kami taat".
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada
Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada Alloh dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka
adalah orang-orang yang mendapat kemenangan". (An-Nuur: 51-52).
v
"Kalau aku sudah mati kitab-kitabku diwaqofkan".
Apa yang beliau wasiatkan ini memiliki manfaat yang sangat besar dan
sangat bermanfaat untuk dirinya dan kedua orang tuanya, bila kitab-kitab yang
diwakofkannya tersebut dibaca, dipelajari dan diambil faedah oleh orang lain
maka sungguh pahalanya akan terus mengalir kepada Adam dan kepada kedua orang
tuanya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ».
"Jika telah mati seseorang maka terputuslah
darinya amalannya kecuali dari tiga: Sedekah jariyyah (sedekah yang terus
mengalir pahalanya), ilmu yang bermanfaat atau anak sholih yang mendoakan orang
tuanya". Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa'iy dan At-Tirmidziy
dari Abu Hurairah.
Maka hendaklah orang tua Adam merasa berbahagia karena Adam –Insya Alloh- sudah termasuk dari hadits tersebut; beliau
suka bersedekah, beliau memiliki ilmu lalu
mengajarkannya dan beliau adalah anak yang sholih. Maka dengan itu
berbahagialah wahai orang tuanya!.
Dan begitu pula kami sampaikan kepada para orang tua untuk merasa
berbahagia bila anak-anak mereka menjadi anak yang sholih (anak yang baik);
yang suka beribadah, sholat, berpuasa, bersedekah, suka membantu dan berjihad
di jalan Alloh, karena dengan sebab itu mereka secara otomatis akan memdapatkan
syafa'at dan kebaikannya di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak.
v Sebelum beliau wafat maka beliau berkata
kepada salah seorang asal
Indonesia: "Kalau saya mati saya tidak ingin jenazahku difoto".
Orang yang mengerti tentang Islam tentu akan menganggap bahwa wasiat
tersebut adalah wasiat yang sangat bagus, hal ini dikarenakan bila beliau –semoga
Alloh merohmatinya- masih memiliki gambar-gambar maka dikhawatirkan gambar-gambarnya
tersebut akan disimpan, dimuliakan, ditangisi[8] dan tidak
menutup kemungkinan akan dikeramatkan sebagaimana yang dikisahkan pada zaman
terdahulu bahwa awal kesyirikan di zaman Nabi Nuh –'Alaihis Salam-
adalah mereka pertama-tama membuat gambar-gambar orang-orang sholih yang sudah meninggal dunia, kemudian datang
zaman berikutnya maka syaithon membisikan
kepada generasi baru tersebut untuk membangun patung-patung yang bentuknya sama
dengan yang ada dalam gambar tersebut, kemudian setelah itu datang lagi zaman
berikutnya, maka pada zaman ini syaithon pun menyuruh orang-orang yang hidup di zaman tersebut untuk
menyembahnya.
Adapun dalil-dalil tentang haromnya gambar Adam dan gambar-gambar makhluk
yang bernyawa lainnya adalah hadits dari Abdulloh bin Mas'ud, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata:
«إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ».
"Sesungguhnya manusia
yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para penggambar makhluk yang
bernyawa". Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy dan Muslim.
Dari 'Aisyah –semoga Alloh meridhoinya- bahwa Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam pada
suatu hari masuk ke rumahnya dan melihat kain penutup milik 'Aisyah
bergambar makhluk bernyawa, maka berubahlah raut muka beliau lalu beliau
mengambil kain tersebut kemudian menyobeknya sambil beliau berkata:
«إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ
عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُشَبِّهُونَ بِخَلْقِ الله».
"Sesungguhnya
diantara manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah
orang-orang yang membuat-buat sesuatu yang menyerupai makhluk ciptaan
Alloh". Diriwayatkan oleh Al-Bukhary dan Muslim.
Dari Abu Juhaifah –semoga
Alloh meridhoinya-, beliau berkata:
«نَهَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ ثَمَنِ
الْكَلْبِ, وَثَمَنِ الدَّمِ, وَنَهَى عَنِ الْوَاشِمَةِ وَالْمَوْشُومَةِ,
وَآكِلِ الرِّبَا وَمُوكِلِهِ, وَلَعَنَ الْمُصَوِّرَ».
"Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam melarang hasil penjualan anjing dan darah, serta melarang
dari membuat tato dan mentatokan diri, dan melarang dari memakan riba serta
memberi makan orang berkecimpung dalam riba, (beliau juga) mela'nat orang yang
menggambar makhluk bernyawa". Diriwayatkan oleh Al-Bukhary.
Dari Ibnu Umar –semoga Alloh meridhoinya-, bahwa Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«الَّذِينَ يَصْنَعُونَ الصُّوَرَ
يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ».
"(Orang-orang yang)
membuat gambar makhluk bernyawa akan disiksa pada hari kiamat, dan dikatakan
kepada mereka: Hidupkanlah (gambar-gambar) yang telah kalian ciptakan
itu!". Diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Jabir –Semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata:
«نَهَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ
الصُّورَةِ فِي الْبَيْتِ وَنَهَى أَنْ يَصْنَعَ ذَلِكَ».
"Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam melarang (adanya) gambar makhluk bernyawa di
dalam rumah dan melarang dari membuatannya". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy.
Dari Abul Hayyaj
Hayyan bin Husain, beliau berkata: Ali bin Abi Tholib –semoga Alloh
meridhoinya- berkata kepadaku: "Aku akan mengutusmu sebagaimana Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengutusku:
«أن لاَ تَدَعَ صُورَةً إلاَّ طَمَسْتَهَا، وَلاَ
قَبْراً مُشْرفاً إلاَّ سَوَّيْتَهُ».
"Janganlah
kamu tinggalkan satu gambar pun kecuali kamu hapus, dan jangan kamu biarkan
satu pun kuburan yang ditinggikan, kecuali kamu ratakan". Diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Abu Huroiroh
–semoga Alloh meridhoinya- bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam berkata:
«لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ تَمَاثِيلُ أَوْ تَصَاوِيرُ».
"Malaikat
tidak akan masuk rumah yang ada di dalamnya patung atau gambar makhluk
bernyawa". Diriwayatkan
oleh Al-Bukhary dan Muslim.
Al-Imam An-Nawawi
–semoga Alloh merohmatinya-
berkata dalam "Al-Minhaj Syarhu Shohihi Muslim":
"Hadits-hadits ini menunjukkan dengan jelas tentang haromnya menggambar
hewan (makhluk yang bernyawa)."
Beliau juga berkata
dalam "Al-Minhaj Syarhu Shohihi Muslim": "Saudara-saudara
kami (dari kalangan Mazhab Al-Imam Asy-Syafi'y), demikian pula para ulama yang
lain menyatakan bahwa menggambar hewan (termasuk manusia) hukumnya sangat harom.
Perbuatan itu merupakan dosa besar, karena pelakunya diancam dengan ancaman
yang keras sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits".
v "Kalau saya sudah
mati tolong doakan saya dengan rohmat!".
Tidaklah
membuat kami merasa terpanggil untuk menulis permasalah yang berkaitan
dengannya seperti ini melainkan supaya setiap kami menulis namanya disertai
dengan doa –semoga Alloh merohmatinya-, karena kami menganggap dengan
sebab ini bila seseorang yang membaca namanya tentu akan membaca doanya pula.
Orang
seperti beliau dan kawan-kawan yang wafat seperti beliau tentu dicintai oleh
orang-orang yang masih memiliki keimanan dan selalu didoakan dengan rohmat
karena mendoakan orang-orang yang mati di atas keimanan adalah merupakan ciri
setiap orang yang beriman, sebagaimana Alloh Ta'ala sebutkan di dalam Al-Qur'an
tentang sifat-sifat mereka:
﴿رَبِّ
اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا﴾
[نوح: 28]
"Ya Robbku! ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke
rumahku dalam keadaan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zholim itu melainkan
kebinasaan". (Nuuh: 28).
Dan Alloh Ta'ala juga
sebutkan:
﴿وَالَّذِينَ
جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾
[الحشر: 10]
"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan
Anshor), mereka berdoa: "Ya Robb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami
yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Robb kami, sesungguhnya
Engkau adalah Ar-Rouf (Maha Penyantun) lagi Ar-Rohiim (Maha Penyayang)". (Al-Hasyr:
10).
BAB 2
BANTAHAN
ATAS KOMENTAR-KOMENTAR MIRING
Telah kami sebutkan tentang kebobrokan, kesesatan dan
kekafiran kaum Rofidhoh (Khutsiyyin)
dalam beberapa tulisan kami, namun pada tulisan ini kami akan menyebutkan pula
perkara-perkara yang belum kami sebutkan sehingga –dengan izin Alloh- semakin
memperjelas tentang batil dan kelirunya komentar-komentar dari orang-orang yang
telah buta mata hatinya semisal Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy pengasuh ma’had campur aduk di Ma’bar –yang menggelari
dirinya dengan "Al-Imam"- dan kawan sejolinya Abdul ‘Aziz Al-Buro’y serta
komplotannya bahwa peperangan yang terjadi di Dammaj (Ahlussunnah melawan Khutsiyyin) itu bukanlah jihad sehingga dengan itu
kemudian mereka mengabaikan doa untuk Ahlussunnah, bahkan mereka membatilkan qunut nazilah untuk Ahlussunnah di Dammaj, yang lebih mengherankan lagi orang
bingung yang menggelari dirinya dengan “Al-Imam” tersebut menyeru Khutsiyyin dengan seruan: “Wahai saudara-saudaraku....!”.
Maka pada kesempatan ini kami akan sebutkan keyakinan mereka diantaranya:
Mereka berkomentar:
“Peperangan yang terjadi di Dammaj (Ahlussunnah melawan Khutsiyyin) bukanlah jihad”.
Tanggapan:
Komentar miring tersebut secara tidak
disadari mereka telah mempertontonkan diri kalau mereka telah buta, baik buta mata hati mereka ataupun buta mata kepala mereka, anggaplah kalau mereka
menganggap Khutsiyyin sebagai saudara mereka (bukan kafir) lalu bagaimana
dengan perkataan Nabi –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam-:
«مَنْ
قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ
دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».
“Barangsiapa yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka
dia syahid, dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya atau
darahnya maka dia syahid”. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Ibnu Majah dari Sa’id bin Zaid bin ‘Amr dan ini adalah lafadznya Abu
Dawud, adapun lafadz Ibnu Majah maka dia adalah:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ
مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».
“Barangsiapa
yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia syahid”. Lafadz
Al-Imam Abu Dawud ini sama dengan lafadz Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim hanya
saja pada hadits Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah
bin ‘Amr –semoga Alloh meridhoinya-.
Semua
orang yang memiliki pandangan dan penglihatan tentu akan berpendapat bahwa keadaan
Ahlussunnah dan warga di Dammaj adalah seperti yang disebutkan dalam hadits
tersebut, mereka membela agama, mereka membela diri, keluarga, kehormatan dan
harta benda, maka barangsiapa yang
menganggap bahwa perjuangan Ahlussunnah di Dammaj bukan dari jihad maka sungguh
secara otomatis dia telah mengingkari hadis tersebut, Wallohu A’lam wa Ahkam.
Orang
yang memiliki penglihatan dan pandangan yang cerah tentu tidak akan ragu lagi
dengan kafirnya kaum Rofidhoh (Khutsiyyin), diantara kekafiran mereka adalah:
ü
Mencela, mencaci, mela'nat
dan meyakini bahwa Abu Bakar, ‘Umar, Utsman dan para shahabat
yang selain dari ahlul bait adalah pelaku ma'siat, kafir dan tuduhan
keji lainnya.
ü
Memerangi kaum muslimin (masuk
di dalamnya Ahlussunnah) bahkan ahlul bait (keluarga dan anak cucu Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam) mereka perangi, di Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj banyak para penuntut ilmu dari kalangan ahlul bait namun mereka
juga diperangi oleh Khutsiyyun yang mengaku sebagai pecinta dan pembela ahlul
bait.
ü
Menjadikan wanita-wanita yang
memeluk agama mereka seakan-akan sebagai barang dagangan yang murahan (pelacur)
yang biasa dikenal di kalangan mereka dengan nikah kontrak, bila seseorang
laki-laki dari mereka mendapati wanita yang beragama seperti mereka maka
langsung dianggap sebagai istrinya, bila bertemu semalam di hotel atau bertemu
di kapal maka mereka langsung melakukan perbuatan keji (zina) dengan keyakinan
halal (boleh), kalau seperti ini keadaannya maka yang suka berkeliaran ke sana
kemari tentu akan mendapatkan kepuasan dan kebuasan hidup yang melebihi hidung
belang.
Komentar kedua dan ketiga:
Penyerangan yang dilakukan oleh Adam dan kawan-kawan itu bukanlah termasuk
dari jihad akan tetapi itu adalah bunuh diri, lagi pula kalau orang yang jihad
tentu kalau sudah mati baunya harum seperti minyak wangi, adapun Adam dan
kawan-kawan maka ketika jenazah mereka diambil dalam keadaan berbau busuk dan muka-muka mereka
rusak, dan apa yang menimpa orang-orang di Dammaj itu tidak lain karena azab.
Tanggapan:
Orang
yang membaca sejarah dan kisah perjuangan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya semisal perang Uhud maka mereka tentu
akan mengetahui bahwa apa yang terjadi di zaman Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya memiliki kesamaan dengan yang terjadi di
Dammaj.
Pada
awal Nabi Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam dan para shohabatnya di Makkah maka kaum musyrik Quraisy melakukan embargo
dan pemboikotan terhadap Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya, ketika Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya hijroh ke Madinah terjadi pula pemblokadean dan peperangan
seperti perang Khondak; Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya menggali khondak (parit) dalam keadaan sangat lapar,
sampai-sampai Nabi Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam dan para shohabatnya mengikat batu di perut-perut
mereka untuk menjanggal dan menahan dari rasa lapar.
Pada beberapa peperangan mereka juga tidak mendapatkan makanan
melainkan mereka hanya memakan belalang sehingga dengan itu mereka terus mampu
bertempur.
Tragedi yang dialami oleh
kawan-kawan kami pada 12 Muharram 1433 Hijriyyah memiliki kemiripan dengan
tragedi perang uhud, mereka para shohabat terus maju sampai memukul mundur
pasukan musyrik Quraisy ternyata musyrik Quraisy yang ketika itu dikomandai
oleh Khalid bin Walid (sebelum beliau masuk Islam) mengatur siasat dengan
berputar ke arah balik gunung Uhud yang kemudian mereka berhasil
memproprandakan barisan kaum muslimin. Kejadiannya hampir sama; kawan-kawan
kami dalam melakukan penyerangan mereka
berhasil memukul mundur dan berhasil -dengan pertolongan Alloh-
mematahkan kekuatan Rofidhoh-Kutsiyyin yang berada di matras Abdul Karim (atau
disebut matras 'Annan) dan mereka menduduki matras tersebut, dengan tidak
disangak-sangka ternyata mereka terjebak dengan ditembaki senjata-senjata berat
jarak jauh, dari gunung samping barat Barroqoh, Khutsiyyun menembak dengan
hawwon (mortir) dan rasysyasy (senjata kaki tiga untuk penembak pesawat), dan
dari kanan gunung Barroqoh juga bergerak
dengan persenjataan yang luar biasa dan juga menggunakan bom biologis[9]
yang bila ledakannya mengenai seseorang maka akan rusak (menghitam) anggota
tubuhnya dan akan memunculkan bau tidak sedap (busuk), ketika mereka sudah
terjepit seperti itu maka tidak memungkinkan lagi untuk balik ke matras-matras
kawan di gunung Barroqoh melainkan hanya beberapa kawan yang sempat bisa
berlindung di matras kawan.
Pada besok harinya (setelah sholat ashar) berkumpullah
sebagian kawan-kawan di masjid Zawaid dengan rencana untuk melakukan serangan
susulan, namun kemudian Syaikh kami Yahya –semoga Alloh menjaganya-
meminta untuk jangan dulu melakukan penyerangan akan tetapi sebaiknya ke matras
Abdul Karim untuk menyelamatkan kawan-kawan di sana dan mengangkat jenazah yang
ada di sana, maka setelah sholat maghrib berangkatlah dua regu pasukan, ketika
sampai di gunung Barroqoh, Khutsiyyun melakukan tembakan-tembakan dengan
senjata berat dari jarak jauh yang mengakibatkan dua regu pasukan yang
bertujuan ke matras Abdul Karim tersebut bubar, masing-masing anggota mengambil
posisi di matras-matras kawan-kawan yang ada di gunung Barroqoh, di matras
tersebut kami bertanya kepada kawan-kawan tentang keadaan saudara-saudara kami
yang maju di matras Abdul Karim maka seorang kawan kami berkata: "Kami
tidak tahu, sejak tadi pagi tidak satu pun balik dan dari kita tidak bisa maju
ke sana, karena jalan dari sini ke sana terbuka (tanpa ada matras atau khondak)",
pada malam tersebut hingga sampai waktu fajar Khutsiyyun terus melakukan
tembakan dengan hawwon (mortir); dari tembakan pertama sampai tembakan
berikutnya paling-paling hanya sekitar dua puluh menit atau setengah jam mereka
tembak lagi dengan tembakan susulan, orang yang direzkikan ketsabatan
(kekokohan) pada dirinya hanyalah berkata:
﴿الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ
جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ [آل عمران: 173]
"(Yaitu)
orang-orang (yang mentaati Alloh dan Ar-Rosul) yang kepada mereka ada
orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan
pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka": Maka perkataan
itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi
penolong Kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung". (Ali Imron: 173).
Ketika kami turun dari gunung Barroqoh kami berjumpa dengan Fadhil
Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- maka kami bertanya kepadanya tentang
Adam, beliau berkata: "Sebelum penyerangan saya melihat Adam ikut
menyerang".
Walaupun dari penyerangan ke samping kiri gunung Barroqoh (sekitar
matras Abdul Karim) tersebut 19 (Sembilan belas) orang dari kawan kami yang
terbunuh dan yang menyerang ke samping barat gunung Barroqoh 3 (tiga) orang
yang terbunuh –semoga Alloh menjadikan mereka sebagai para syuhada'-
namun Alhamdulillah Khutsiyyin lebih banyak yang mati –hanya Alloh
yang tahu berapa jumlah dari mereka-.
Adapun tentang jenazah kawan-kawan kami yang dianggap rusak
anggota-anggota badannya dan baunya tidak sedap maka ketahuilah bahwa untuk
menentukan itu sebagai alamat bukan mati syahid, maka penentuan tersebut bukan
dilandasi dengan dalil-dalil dan hujjah-hujjah yang kuat akan tetapi hanyalah
dilandasi dengan perkataan orang-orang aneh semisal Abdul 'Aziz Al-Buro'y dan
Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy yang menggelari dirinya dengan "Al-Imam":
"Bahwa yang terjadi di Dammaj bukan jihad akan tetapi hanya memperebutkan
gunung".
Orang yang memiliki pandangan dan mampu melakukan pencermatan tentu
akan menilai bahwa kawan-kawan kami yang terbunuh mereka –Insya Alloh adalah
termasuk para syuhada' dan termasuk dari sebaik-baik orang-orang yang terbunuh
di bawah kolong langit- (lihat tulisan "KEMATIAN SEMAKIN MENDEKAT,
KEMANAPUN KAMU PERGI PASTI AKAN DIJEMPUT")[10].
Secara pengamatan dengan mata telanjang orang-orang yang berakal tentu
juga bisa menilai: "Sudah 4 (empat) hari namun tidak seekor pun dari
anjing dan binatang buas mendekati dan memakan jenazah-jenazah mereka, begitu
pula kawan kami yang bernama Mubarok Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya-[11], beliau bersama kawan-kawan (diantaranya
Amin Al-Amboniy) melakukan penyerangan ke lokasi Khutsiyyin yang berada di
bagian barat dari gunung Barroqoh dan jenazah Mubarok Al-Libiy ini selama 7
(tujuh) hari baru ditemukan di samping mesin penyedot air di kaki gunung Barroqoh,
jenazah beliau tidak berbau dan tidak pula rusak (karena jenazah beliau tidak
terkena bom biologis), hanya saja didapati ada beberapa bekas gigitan anjing,
dikatakan bahwa ada warga Dammaj melihat jenazahnya digeser-geser dan
didorong-dorong oleh anjing dari lereng gunung, dari sebab geseran-geseran dan
dorongan-dorongan anjing tersebut jenazahnya sampai ke kaki gunung Barroqoh (yaitu
di samping mesin penyedot air) dan Alhamdulillah jenazahnya tidak bau,
daging-dagingnya pun masih ada hanya saja ada bekas gigitan anjing, karena
anjing mengeser-geser (mendorong-dorong)nya.
Adapun bangkai-bangkai Rofidhoh-Khutsiyyin pada tragedi 1 Muharrom 1433
Hijriyyah maka Alloh hinakan, mereka terbunuh pada tanggal tersebut namun pada
besok harinya 2 Muharrom 1433 Hijriyyah Alloh 'Azza wa Jalla hinakan
bangkai-bangkai mereka dengan didatangkan anjing-anjing lalu memakan
bangkai-bangkai mereka, yang jaga di gunung Barroqoh pada 2 Muharrom 1433
Hijriyyah menyaksikan kejadian tersebut, ini semua adalah bentuk nyata dari
kemenangan yang Alloh berikan kepada Ahlussunnah, Alloh Ta'ala berkata:
﴿وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا
بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127)﴾
[آل عمران: 126-128]
"Dan
Alloh tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khobar
gembira bagi (kemenangan) kalian, dan agar tenteram hati kalian karenanya. Dan
kemenangan kalian itu hanyalah dari Alloh Al-'Aziz (Yang Maha Perkasa) lagi Al-Hakim
(Yang Maha Bijaksana). (Alloh menolong kalian) untuk membinasakan segolongan
orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali
dengan tidak memperoleh apa-apa". (Ali Imron: 126-128).
Komentar
kelima:
Adam belum
mati!.
Tanggapan:
Sungguh sangat mengherankan ketika sudah sehari, dua hari
dan sampai tiga hari jenazahnya Adam belum sampai di Dammaj, ketika itu pula disampaikan kepada kami bahwa ada
seorang dukun di Ambon mengatakan bahwa Adam belum mati, bersamaan dengan itu
ada pula yang mengabarkan kami bahwa ada juga seseorang di Sulawesi mengatakan
bahwa Amin belum mati tapi beliau ada di rumah sakit sedang di inpus.
Ketika kami mendengarkan komentar tersebut hati ini
terasa sedih, tidak lain yang hanya bisa kami utarakan adalah: -Insya Alloh- Adam dan Amin
masih hidup, akan tetapi keduanya hidup di sisi Robbnya, Adam dan Amin telah
meninggalkan dunia dan –Insya Alloh- mereka lebih
baik daripada kita-, Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ
رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ
اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)﴾ [آل عمران : 169 - 171]
“Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang terbunuh di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Robbnya
dengan mendapat rezki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang
hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul
mereka, bahwa tidak ada kekhowatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. Mereka bergirang hati dengan ni'mat dan karunia yang yang besar dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (Ali Imron: 169-171).
Adam dan Amin –semoga Alloh merohmati keduanya- benar
di muka bumi ini sudah mati, adapun ramalan bahwa keduanya di muka bumi ini belum
mati maka sungguh si peramal (dukun) itu “su parlente, deng bagaya sok tau
lai”, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah mensifati para dukun sebagaimana yang dikatakan
oleh istri tercintanya Aisyah bintu Abi Bakar:
"سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- «لَيْسُوا بِشَىْءٍ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّهُمْ
يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا الشَّىْءَ يَكُونُ حَقًّا. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم-: «تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْجِنِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّىُّ
فَيَقُرُّهَا فِى أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا
أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ»".
“Orang-orang
bertanya kepada Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tentang dukun maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada mereka: “Para dukun tidak ada
apa-apanya”, Orang-orang pun berkata: “Wahai Rosululloh sesungguhnya mereka bila bercerita tentang sesuatu
terkadang benar?! Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Kalimat-kalimat (yang diceritakan oleh
dukun) itu dari jin, yang jin tersebut mencurinya kemudian dikotekan (dibisikan)
ke telinga walinya seperti kotekan ayam kemudian dicampurlah pada
kalimat-kalimat tersebut lebih banyak dari 100 (seratus) kedustaan”. Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy dan Muslim.
Karena dukun “paleng parlente”
maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melarang untuk mendatangi dan duduk dengannya, dari Mu’awiyyah
bin Hakam As-Sulamiy –semoga Alloh meridhoinya- beliau
berkata kepada Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا
قَوْمٌ حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ وَقَدْ جَاءَنَا اللَّهُ بِالإِسْلاَمِ
وَمِنَّا رِجَالٌ يَأْتُونَ الْكُهَّانَ. قَالَ: «فَلاَ تَأْتِهِمْ»".
“Wahai Rosululloh sesungguhnya kami adalah kaum yang baru (meninggalkan)
zaman jahiliyyah dan sungguh telah datang kepada kami Islam, dan di kalangan
kami ada orang-orang yang mereka mendatangi para dukun, maka Rosululloh berkata: “Jangan kamu
mendatangi mereka (para dukun)”. Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud.
Adapun bagi orang yang tetap mendatangi
dukun maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah jelaskan:
«مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ
عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً».
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal
(dukun) kemudian bertanya kepadanya tentang suatu perkara maka tidak akan
diterima bagi sholatnya selama 40 (empat puluh) malam”. Diriwayatkan oleh Muslim dan Al-Imam Ahmad dari Shafiyyah dari sebagian Istri-istri
Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dalam lafadz
Al-Imam Ahmad:
«مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ
بِمَا يَقُولُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا».
“Barangsiapa yang datang kepada
tukang ramal (dukun) kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka tidak akan
diterima sholatnya selama
40 (empat puluh) hari”.
Maka hendaknya orang yang mendatangi dukun dan bertanya
kepadanya serta membenarkan apa yang dikatakannya untuk segera bertaubat kepada
Alloh Ta’ala, karena kalau tidak segera bertaubat dikhowatirkan dia akan kafir sebagaimana “obet-obet”,
dari Abu Huroiroh –Semoga Alloh meridhoinya- bahwa
Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا
فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
صلى الله عليه وسلم».
“Barangsiapa yang mendatangi tukang
ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh dia
telah kufur terhadap apa-apa yang diturunkan kepada Muhammad –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam”. Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dan Al-Hakim, dan beliau berkata: Hadits ini shohih menurut syarat Al-Imam Al-Bukhariy dan Muslim.
Selesai
dikoreksi pada malam Sabtu jam 12:20 (dua belas, lebih dua puluh menit) pada
tanggal 20 Shofar 1433 Hijriyah di Darul Hadits As-Salafiyyah
Dammaj-Sho'dah-Yaman, Walhamdulillah.
[1] Telah kami sebutkan pula
tentang beliau di dalam catatan kaki pada tulisan “AMIN ANAK MALUKU
MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”.
[2] Adapun tentang Abu Abayah
ini maka telah kami sebutkan dalam catatan kaki pada tulisan “NASEHAT UNTUK
MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”.
[3] Ketika
beliau di Dammaj dan mendengar bahwa Abu Abayah memakai pakaian wanita plus
cadar pada bulan suci Romadhon maka beliau langsung mengganti nama dengan Adam,
beliau merasa jijik dengan perbuatan Abu Abayah, dan beliau langsung berlepas
diri dari Abu Abayah dan apa yang telah diperbuatnya, hal ini sebagaimana
beliau kemukakan kepada kami ketika beliau sedang jaga di pustakaan Darul
Hadits As-Salafiyyah Dammaj.
[4] Berkata Amin –semoga
Allah merahmatinya-: “Ketika saya belum lama datang di Dammaj, waktu itu
saya masih kecil saya sempat berteman dengan Mukhtar dan pak Ayip, saya diajak
naik ke gunung, di gunung Muhktar dan pak Ayip baca puisi-puisi porno”, saya
menyesal berteman dengan mereka”.
[5] Pada waktu pengepungan
tersebut memang banyak kawan-kawan berangan-angan untuk belanja ini dan belanja
itu, lebih-lebih orang Indonesia yang cinta produk Tanah Air semisal indo mie
sebagian mereka berkata: Kalau sudah aman dan jalan terbuka kita beli indo mie sekarton,
dua karton, tiga karton…., Al-Hamdulillah ketika jalan sudah terbuka datanglah
bantuan indo mie dari kawan-kawan asal 'Abdin-Sho'dah untuk putra Tanah Air
Indonesia yang rajin-rajin di shof awwal pada sholat berjama'ah di masjid
Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj –semoga Alloh membalas kebaikan mereka, juga
membalas kebaikan seluruh saudara-saudara kami seiman di tanah air Indonesia
dan di selainnya yang telah ikut membantu kami dengan harta dan doa-.
[6] Demikianlah salah satu dari sifat-sifat Ahlussunnah wal Jama’ah dalam mengamalkan ilmunya; ketika datang
waktu belajar maka mereka belajar, waktu ibadah maka mereka beribadah, waktu jihad maka mereka berjihad, waktu jaga maka mereka jaga, berbeda dengan hizbiyyun dan jaringannya yang menampakan
kecintaan kepada ilmu akan tetapi lalai dalam mengamalkannya sebagaimana yang
ada pada Ahmad Al-Kindary, Yusuf alias
Abu Bakar dan kawan-kawannya bila diberitahu untuk jaga maka selalu tidak mau
mengindahkan, padahal hanya jaga di samping masjid lalu bagaimana kalau kiranya
di suruh jaga di gunung?! Ahmad Al-Kindary dan Yusuf telah kami sebutkan dalam
tulisan “TAMAM, TERJEMAH ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN HIZAM”.
[7] Pada tulisan sebelumnya pada kisah ini
tertampilkan bahasa yang dianggap fulgar, hal tersebut disebabkan adanya saran
dan masukan untuk lebih mengedepankan amanah ilmiah yaitu mengisahkan seperti
yang dikisahkan namun dengan adanya masukan pula maka dengan penuh pertimbangan
kami merubah bahasa yang sekiranya tidak menyimpang dari ma'na, dan inilah
bahasa yang kami gunakan "hilang gairahnya" artinya seperti yang
disebutkan dalam tulisan sebelumnya.
[8] Sebagaimana ketika baru beberapa hari beliau
wafat, ada pihak kedutaan meminta surat izin safarnya maka kami mengambil surat
tersebut untuk menyerahkannya ke pihak yang bersangkutan, ternyata di tengah
jalan menuju masjid ada salah seorang
asal Soumalia melihat surat tersebut maka dia pun berkata: "Aib, aib, aib mau
safar ke Indonesia dalam keadaan masih perang seperti ini?!!! Kami pun
manjawab: "Safar di waktu-waktu seperti ini termasuk dosa besar, adapun
surat ini, ini adalah suratnya Adam –semoga Alloh merohmatinya- penjaga
perpustakaan umum, yang baru meninggal beberapa hari yang lalu", diapun
meminta untuk melihat surat tersebut, ketika sudah melihatnya, orang tersebut
pun menangis sambil mencium fotonya dan berkata: "Aku mencintaimu karena
Alloh –semoga Alloh merohmatimu-".
[9] Syaikh kami An-Nashihul Amin Imam Darul Hadits
Dammaj Abu Abdirrohman Yahya –semoga Allah menjaganya- berkata:
"Bahwa Khutsiyyun setelah mereka membunuh saudara-suadara kami yang berada
di matras Abdul Karim mereka kemudian menyirami tubuh-tubuh dan wajah-wajah
saudara-saudara kami dengan air aki", namun ada beberapa kawan kami yang mengumpulkan
data-data seputar tragedi perang menegaskan: "Rusaknya wajah-wajah dan
adanya bau tidak sedap pada kawan-kawan kami itu karena sebab bom
biologis". Dan telah ada kecuriaan besar bahwa kemungkinan bom tersebut
berasal dari Iran, sebab sebelum diadakan hishar (pengepungan dan pemblokadean)
sekelompok dari tokoh-tokoh Khutsiyyun melakukan rapat dengan beberapa utusan
dari negara Iran yang kemudian dari hasil rapat tersebut diputuskannya adanya
hishar terhadap Darul Hadits Salafiyyah Dammaj (hal ini sebagaimana dikemukakan
oleh Syaikh kami Yahya –semoga Allah menjaganya-).
[10] Dan yang berkaitan dengan jenazah mereka maka
keadaannya seperti semula, bahkan setahun lebih kemudian, kuburan mereka
dipindahkan dari pemakaman Syuhada' ke pemakaman umum didapatilah jenazah-jenazah
mereka masih utuh seperti pada hari yang baru mereka dimakamkan, lihat tulisan
kami yang berjudul: "Mengingkari Kemungkaran dengan Membuat Kerusakan,
disertai dengan tanya jawab seputar hukum-hukum Islam, fakta dan realita yang
terjadi seputar jihad di Darul Hadits Dammaj".
[11] Beliau berasal dari negara Libia, sebelum ke
Dammaj beliau di Libia menjabat sebagai komandan tentara kemudian beliau
meninggalkan pangkat dan jabatannya demi untuk memperbaiki diri dan agamanya,
beliau memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, ketika aman beliau
mengisi waktu-waktunya dengan beribadah, beliau selalu duduk di samping kami
pada shaf awwal (barisan pertama) pada shalat berjama'ah di masjid Darul Hadits
Dammaj, beliau giat dan semangat menghafal Al-Qur'an dan kitab-kitab matan,
pernah beliau menyetor hafalan Al-Qur'an dan matan ilmu tajwid kepada kami,
ketika beliau menikah beliau mengundang kami dan mengundang kawan-kawan kami
yang senantiasa duduk di shaf awwal, sekitar beberapa bulan beliau menikah
dengan putri Yamaniyyah beliau pun menghadap ke Robbnya –semoga Allah
merahmatinya-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar