عجائب أهل السنة ودار الحديث بدماج-صعدة
في قتال الرافضة
KEAJAIBAN-KEAJAIBAN AHLUSSUNNAH
DAN
DARUL HADITS DAMMAJ-SHO'DAH
DALAM
MEMERANGI ROFIDHAH
Ditulis
oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim
Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya,
mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya
KATA
PENGANTAR
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ.
أَمَّا بَعْدُ:
Tulisan ini
kami susun sebagai dzakhiroh (simpanan) yang Insya Alloh nantinya
akan mengingatkan kami tentang tarikh (sejarah) yang pernah terjadi di
Dammaj dan semoga
sebagai pengenang terhadap
apa yang kami lalui ketika di Darul Hadits Dammaj-Sho'dah-Yaman.
Kami
menyadari bahwa apa yang kami tulis ini tentu masih banyak kekurangan, di sana
ada yang menulis lebih lengkap dari tulisan ini, diantara mereka yang menulis
adalah:
ü
Asy-Syakh Abu Muhammad Abdul
Wahhab As-Syamiry –semoga Alloh meridhoinya- telah menulis jilid 1 dari tulisannya,
dan sudah diterbitkan oleh Maktabah Al-Falah/Darul Kunuz Dammaj dan untuk jilid
ke 2 sedang proses penulisan.
ü
Asy-Syaikh Abu Hatim Sa'id
bin Da'as Al-Yafi'y –semoga Alloh merohmatinya- dan Al-Akh Ziyad Al-Yamany –semoga
Alloh menjaganya-,
keduanya menulis tentang permasalahan yang berkaitan dengan harbus sadisah
(perang yang keenam), dan tulisan keduanya telah diterbitkan oleh Maktabah
Daril Hadits Dammaj.
ü
Al-Akh Ziyad Al-Yamaniy –semoga Alloh menjaganya- juga sedang proses penulisan tentang hishor
dan tragedi pertempuran di Dammaj dan di Kitaf, dan pernah kami serahkan ke beliau tentang
data-data para korban asal Indonesia dan Malaysia[1].
ü
Al-Akh Abu Hamzah Muhammad
bin Hasan As-Siwariy
–semoga Alloh menjaganya-, menulis permasalahan ini dan tulisannya telah diterbitkan oleh
Maktabah Al-Falah/Darul Kunuz Dammaj, dan buku termasuk rujukan kami dalam
penulisan ini.
ü
Al-Akh Husain
bin Ali Al-Kuhalaniy, menulis permasalahan mulai dari hishor hingga selesai hishor, dan tulisannya telah diterbitkan oleh
Darul Kunuz Dammaj.
UCAPAN SYUKUR (TERIMA KASIH)
Rosululloh
(صلى الله عليه وسلم)
berkata:
«لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
"Tidak bersyukur kepada Alloh siapa yang tidak bersyukur
kepada manusia". Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidziy dari Abu Huroiroh
dan Al-Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Huroiroh, Abu Sa'id
Al-Khudriy, Al-Asy'asiy bin Qois dan pada riwayat lain dari Abu
Said Al-Khudriy dengan lafadz:
«مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ».
"Siapa
yang tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ)".
Pada
kesempatan ini kami sampaikan ucapan syukur (terima kasih) kami kepada:
ü Pemerintah
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang mana mereka ikut berduka cita dengan
terbunuhnya 5 (lima) warga negara Indonesia di Dammaj, dan mereka –melalui
pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) yang berada di Shon'a-
telah membantu proses pengiriman barang-barang saudara-saudara kami (para
korban) ke kampung halaman masing-masing, juga bantuan pendanaan mereka
terhadap salah satu kawan kami yang terluka hingga pulang sampai ke kampung
halamannya, serta perhatian mereka terhadap para pelajar Indonesia yang ada di
Darul Hadits Dammaj semoga Alloh menjaga mereka dan membantu mereka dalam
menjalankan kebaikan-kebaikan.
ü Al-Walid
Al-Karim (Bapak yang Mulia) Abu Amin Nurdin Al-Amboniy beserta keluarganya dan
Al-Akh Al-Karim (Saudara yang Mulia) Hasyim Surabaya beserta keluarganya yang mana mereka telah banyak
membantu para penuntut ilmu yang tidak mampu semoga Alloh menjaga mereka dan
membalas mereka dengan kebaikan yang banyak.
ü Al-Akh
Al-'Aziz Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy As-Seramiy yang beliau adalah orang yang
pertama kali menyebarkan da'wah Ahlussunnah di Limboro semoga Alloh merohmatinya
dan menjaga putra-putrinya serta menjaga keluarga besar Salim Al-Limboriy
dan memberikan kemudahan kepada mereka dalam mendirikan pondok pesantren di
Limboro.
ü Al-Akh
Abu Yasmin Umar
beserta keluarganya semoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka dengan
kebaikan, yang mana mereka telah membantu dalam penyebaran da'wah
Ahlissunnah.
ü Kepada
siapa saja yang pernah berbuat baik kepada kami dan yang mencintai kami karena
Alloh (عَزَّ وَجَلَّ) semoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka dengan kebaikan yang
banyak.
وصلوات الله وسلامه على نبينا الكريم وعلى آله وأصحابه
أجمعين.
Ditulis
oleh:
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
Di
Darul Hadits Dammaj pada malam Senin 17
Jumadits Tsaniyah 1434 Hijriyyah
KEUTAMAAN DARUL HADITS
DAMMAJ
Darul Hadits Dammaj
merupakan tempat ilmu yang terbesar di dunia, yang diajarkan padanya berbagai
macam bidang ilmu syar’y.
Abu Asy-Syaikh Adnan Hafizhohulloh ketika menziarohi putranya (Asy-Syaikh
Adnan) di Dammaj maka Syaikhuna Yahya Hafizhohulloh mempersilahkannya
untuk menyampaikan nasehat, lalu beliau maju dan Syaikhuna turun dari kursinya
dan beliau duduk di kursi Syaikhuna lalu menyampaikan nasehat, diantara
nasehatnya: “Kalian wahai para penuntut ilmu di negri ini telah berada di
tempat, yang banyak dari umat manusia berangan-angan untuk ke negri ini dalam
rangka menuntut ilmu[2], sungguh negri (Darul Hadits) ini tidak ada yang
semisalnya di muka bumi ini, dan bersyukurlah kalian karena kalian berada di
atasnya. Sungguh telah terkumpul dua keutamaan bagi kalian; kalian bisa
menuntut ilmu di negri ini dan kalian bisa berjihad melawan Rofidhoh”. Dan
beliau ucapkan ini setelah hishor (pengepungan) Darul Hadits Dammaj.
Al-Ustadz Abu Mas’ud Lamongan
semoga Alloh menjaganya ketika di Dammaj berkata: “Dammaj ini adalah tempat
belajar yang paling baik, saya tidak mendapatkan yang lebih baik darinya”.
Sebagian orang-orang ‘Ajm
berkata: “Kami sudah keliling ke beberapa markaz ilmu namun kami tidak dapatkan
yang semisal Dammaj, kami sudah ke Mesir (Kairo), Saudi dan Pakistan bahkan
kami juga keliling di dalam negri Yaman seperti ke Fuyus, Ma’rib, Damar, Ma’bar
dan Hadromaut namun tidak kami dapatkan yang semisal Dammaj”.
PENUNTUT ILMU DI DARUL
HADITS DAMMAJ
Merupakan salah satu ayat
dari ayat-ayat Alloh (تعالى) adalah dijadikannya umat
manusia berqobilah-qobilah, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, serta
berbeda-beda bahasa.
Dari berbagai latar belakang
tersebut banyak pula dari manusia memiliki ciri khas dan perbedaan yang
beraneka ragam; ada dari mereka berwarna kulit hitam, ada yang berkulit putih,
dan ada pula yang diantara keduanya.
Semua itu memiliki maksud
yang mulia sebagaimana yang Alloh (تعالى) katakan:
{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ
أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)} [الحجرات: 13]
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari
seorang laki-laki dan seorang prempuan dan menjadikan kalian bersuku-suku dan
berkabilah-kabilah supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kalian di sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa
diantara kalian. Sesungguhnya Allah adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) lagi Al-Khobir
(Maha Mengenal)”. (Al-Hujurot: 13).
Pertanyaan:
Kami mendengar bahwa
orang yang akan belajar di Darul Hadits Dammaj memiliki persyaratan yaitu dia
harus Ahlussunnah atau mendapatkan rekomendasi dari Ahlussunnah yang dikenal di
negrinya, bagaimana dengan orang yang bukan Ahlussunnah atau dia masih awam
yang memiliki kemauan tinggi untuk belajar ke Dammaj?
Jawaban:
Syaikh kami
An-Nashihul Amin Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy –semoga Alloh
menjaganya- pernah menyebutkan
persyaratan tersebut dan Al-Akh Abu Hamzah Muhammad bin Hasan As-Siwariy –semoga
Alloh menjaganya- menyebutkan pula persyaratan tersebut sebagaimana di
dalam kitabnya “Hishoru Dammaj Karomatun wa Barokatun…” (hal. 10).
Kalau dia masih awam atau
berlatar belakang selain Ahlussunnah maka cukup baginya melakukan pendekatan
dengan Ahlussunnah yang ada di negaranya atau kalau dia sudah terlanjur
berangkat atau sedang berada di Yaman maka cukup baginya menghubungi warga
negaranya yang ada di Dammaj sehingga dengan itu dia diperkenalkan kepada Syaikhuna
Yahya, hal ini sebagaimana kami dapati di Dammaj, banyak orang-orang awam
berdatangan ke Dammaj bahkan orang-orang Badui (pedalaman), akan tetapi mereka
datang dengan Ahlussunnah, begitu pula kami dapati seseorang yang latar
belakangnya dari JT (Jama’ah Tabligh), dia berasal dari Shon’a, dia ketika ke
Dammaj pada bulan Sya’ban 1433 H. Dia terkadang menampakan kepribadiannya sebagai
seorang JT, pada suatu hari ketika kami sedang mengajari orang Yaman dengan
kitab “Al-Mumti’ Syarhu Al-Ajrumiyyah” dan “Al-Mabadiul Mufidah fit
Tauhid wal Fiqhi wal Aqidah” tiba-tiba dia datang dan minta izin untuk ikut
pelajaran kami, maka kami mempersilahkannya, pada pertemuan berikutnya dia
datang dengan membawa sebotol air dan meminta kami untuk membacakan sesuatu kemudian
kami tiupkan ke dalam botol tersebut supaya dia meminum (mengalap berkah)
darinya, orang-orang pun terheran-heran melihat prilakunya, setelah itu kami
bertanya-tanya tentang perihalnya dan dia menyebutkan latar belakangnya, bahwa
dia adalah JT dan dia bisa datang ke Dammaj karena ada temannya seorang Ahlussunnah
yang mengantarnya ke Dammaj.
Dan terkadang pula ada
orang-orang Badui (pedalaman) yang datang di Dammaj, mereka tinggal di sakan
(asrama), bila mas’ul (penangung jawab) asrama membuat peraturan
tata tertib asrama mereka selalu menyelisihi, sampai pernah di dapati di dalam sakan
sebotol aqua yang berisi air kencing, dan hal tersebut disampaikan kepada Syaikhuna
Yahya –semoga Alloh menjaganya- namun beliau dengan akhlaknya yang
terpuji, beliau tidak mengusirnya, beliau bersabar dan terus memberikan nasehat
yang indah dan pengarahan yang bagus, hal ini sebagaimana terjadi di zaman Nabi
(صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan Al-Imam Muslim di dalam “Ash-Shohihain”
dari hadits Anas bin Malik–semoga
Alloh meridhoinya-, beliau berkata:
"قَامَ
أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي المَسْجِدِ، فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ، فَقَالَ لَهُمُ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ
سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ
مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»".
“Seorang
Arob Badui (pedalaman) berdiri lalu kencing di dalam masjid, maka orang-orang
membentaknya, maka Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata kepada mereka: “Biarkan kalian dia itu (menyelesaikan
kencingnya) dan tuangkanlah oleh kalian atas kencingnya dengan setempat dari
air atau seember dari air, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan tidaklah kalian diutus untuk membuat kesulitan”. Dan hadits
ini adalah lafadznya Al-Bukhory dari hadits Abu Huroiroh –semoga Alloh
meridhoinya-.
Pertanyaan:
Apakah
benar bahwa pemerintah Indonesia meminta warga Indonesia yang ada di Dammaj
untuk meninggalkan Dammaj dan apakah benar bahwa pemerintah Indonesia kemudian
melarang warga Indonesia untuk belajar di Dammaj?
Jawaban:
Kami sangat bersyukur (berterima kasih) banyak kepada pemerintah
NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia) yang memiliki perhatian terhadap
warga negara Indonesia yang ada di luar negri, terkhusus yang ada di bumi
Dammaj, dan kami berdoa untuk mereka semoga Alloh memberi hidayah dan taufiq
kepada mereka serta menolong mereka dalam menjalankan kebaikan.
Ketika
terjadi hishor maka pemerintah Indonesia melalui pihak KBRI (kedutaan
besar Republik Indonesia) di Shon’a menghubungi para segenap warga Indonesia
yang ada di Dammaj untuk meninggalkan Dammaj, ada dari sebagian warga Indonesia
memenuhi permintaan tersebut dan pemerintah mendanai mereka hingga sampai ke
kampung halaman masing-masing, adapun kebanyakan dari warga Indonesia yang ada
di Dammaj meminta udzur (alasan) yang syar’iy, bahwa tidak
dibenarkan secara syar’iy (secara hukum Islam) seseorang meninggalkan
suatu tempat yang tempat tersebut terdapat peperangan, karena perbuatan
tersebut termasuk dari dosa besar, Alloh (تعالى) berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ
كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ (15) وَمَنْ يُوَلِّهِمْ
يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى
فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ (16) } [الأنفال: 15، 16]
“Wahai orang-orang yang
beriman, apabila kalian bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang
menyerang kalian, maka janganlah kalian membelakangi mereka (mundur).
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok
untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain,
maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh, dan
tempatnya adalah neraka Jahannam. dan sangat buruklah tempat kembalinya”. (Al-Anfal: 15-16).
Kami
sangat bergembira ketika pemerintah kami menerima udzur syar’iy
kami. Dan kami selalu mendoakan mereka agar Alloh memberi hidayah dan taufiq
serta menolong mereka dalam menjalankan kebaikan, karena ini adalah aqidah kami.
Termasuk
dari aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mendoakan kebaikan kepada
pemerintah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Alloh merohmatinya-
di dalam “Asy-Siyasah Asy-Syar’iyyah” (hal. 129) berkata:
"ولهذا كان السَّلَفُ كالفُضيل بن عياض وأحمد بن حنبل وغيرهما
يقولون: لو كان لنا دعوةٌ مجابةٌ لدعونا بها للسلطان"..
Dan oleh karena ini, dahulu
para salaf (pendahulu umat ini) seperti Al-Fudhoil bin ‘Iyadh dan Ahmad
bin Hanbal dan selain keduanya mereka berkata: “Kalaulah pada kami ada doa
yang terkabulkan maka sungguh kami gunakan untuk mendoakan sulthan
(pemerintah)”.
Al-Imam Al-Fudhoil bin ‘Iyadh –semoga Alloh berahmatinya- berkata sebagaimana dalam “Hilyatul
Auliya’” (8/91):
"لَوْ أَنَّ لِيَ دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا صَيَّرْتُهَا
إِلَّا فِي الْإِمَامِ قِيلَ لَهُ: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا أَبَا عَلِيٍّ؟ قَالَ:
مَتَى مَا صَيَّرْتُهَا فِي نَفْسِي لَمْ تُجْزِنِي وَمَتَى صَيَّرْتُهَا فِي
الْإِمَامِ فَصَلَاحُ الْإِمَامِ صَلَاحُ الْعِبَادِ وَالْبِلَادِ".
“Kalaulah sesungguhnya ada padaku satu doa yang mustajabah
(dikabulkan) maka aku tidak akan mengalihkan (ke yang lain) melainkan (aku
doakan) untuk pemerintah, dikatakan kepadanya: Bagaimana dengan itu wahai Abu
Ali? Beliau berkata: Kenapa saya tidak menggunakan doa tersebut untuk diriku
karena tidak mencukupiku dan kenapa saya menggunakannya untuk pemerintah karena
kebaikan pemerintah adalah kebaikan para hamba dan negara”.
Adapun
kalau pemerintah melarang untuk ke Dammaj secara terang-terangan maka kami
tidak mengetahui permasalahan ini, yang jelas kami sebagai Ahlussunnah memiliki
husnuzh zhon (berbaik sangka) kepada pemerintah kami, apalagi mereka
adalah termasuk dari kaum muslimin. Dan kami menasehatkan kepada mereka supaya
tidak berkeinginan untuk mencegah atau melarang warga Indonesia yang mau pergi
belajar di Dammaj, karena menghalangi atau melarang manusia dari kebaikan adalah
termasuk sebab dari sebab-sebab kebinasaan dan keruntuhan, coba kita ambil
pelajaran dari 2 (dua) negara adi daya (Persia dan Romawi), ketika Hiraklius (Kaisar)
dan Kisro' yang merupakan pemimpin dua negara tersebut melarang dan mencegah
siapa saja yang menyambut da'wah Islam dan bahkan mereka memerangi siapa saja
yang memeluk agama Islam maka Alloh (تعالى) menyegerakan keruntuhan kepada dua negara tersebut disebabkan
doanya Rosululloh (صلى الله عليه وسلم), sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy –semoga Alloh merahmatinya-
di dalam “Ash-Shohih” dari hadits Abdulloh bin Abbas –semoga Alloh
meridhoi keduanya- bahwasanya Rosululloh (صلى الله عليه وسلم)
mengutus dengan suratnya kepada seseorang dan memerintahkannya untuk
menyampaikannya kepada pembesar Al-Bahroin, lalu dia menyampaikannya ke Kisro',
maka tatkala dia membacanya dia pun menyobeknya, maka Nabi (صلى الله عليه
وسلم) mendoakan atas mereka:
«أَنْ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ».
“Supaya mereka disobek-sobek dengan berbagai sobekan”.
Berbeda
halnya dengan pemerintah Habasyah yang ketika itu dipimpin oleh Raja Najasyiy
–semoga Alloh meridhoinya-, beliau membukakan jalan bagi para shohabat
Nabi (صلى
الله عليه وسلم) yang hijroh di negrinya,
bahkan beliau melindunginya, yang kesudahan dari perbuatannya tersebut beliau
pun meraih dua kemuliaan; di dunia beliau sebagai raja dan beliau teranggap
sebagai salah satu dari para shohabat Nabi (صلى الله عليه وسلم),
diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy di dalam “Ash-Shohih” dari hadits Jabir
–semoga Alloh meridhoinya-, bahwa Nabi (صلى الله عليه وسلم)
berkata ketika An-Najasyiy meninggal dunia:
«مَاتَ اليَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ، فَقُومُوا فَصَلُّوا عَلَى
أَخِيكُمْ أَصْحَمَةَ»
“Pada hari ini telah
meninggal dunia seorang lelaki yang sholih. Maka berdirilah kalian lalu
sholatlah kalian atas saudara kalian Ashhamah”.
Maka
kami nasehatkan kepada pemerintah kami untuk memilih jalan sebagaimana yang
dilakukan oleh lelaki yang cerdas yang beliau adalah termasuk salah seorang
shahabat Nabi (صلى الله عليه وسلم) yang
nama beliau adalah Ashhamah dan gelar beliau adalah Raja Najasyiy –semoga
Alloh meridhoinya-.
UMAT MANUSIA DARI
BERBAGAI NEGARA TERDAPAT DI DARUL HADITS DAMMAJ
Sungguh Alloh (تعالى) telah
mengumpulkan manusia di Darul Hadits Dammaj dari berbagai negara, diantaranya
dari:
1.
Nusantara (Indonesia).
2.
Malaysia (Melayu).
3.
Singapura (Singapure).
4.
Australia.
5.
China.
6.
Amerika.
7.
Kanada.
8.
Belanda (Holand).
9.
Inggris (Britonia).
10.
Afrika.
11.
Tanzania.
12.
Libia.
13.
Al-Jazair.
14.
Prancis.
15.
Maghrib.
16.
Soumalia.
17.
Etopia.
18.
Sudan.
19.
Rusia.
20.
Afganistan.
21.
Pakistan
22.
Kazistan.
23.
India.
24.
Palestina.
25.
Yordan.
26.
Kuwait.
27.
Yaman.
28.
Dan lain-lain.
Pertanyaan:
Bagaimana
dengan penuntut ilmu yang dari selain Arob yang tidak bisa berbahasa Arob,
apakah dia harus belajar bahasa Arob dulu baru ke Dammaj ataukah dia langsung
ke Dammaj?
Jawaban:
Kalau dia sudah memiliki kesanggupan (dana) maka tidak
mengapa baginya untuk langsung datang ke Darul Hadits Dammaj, dari negara
manapun dia, karena di Dammaj terkadang ada dari orang-orang ‘Ajm
(selain Arob) membuka pelajaran khusus untuk orang ‘Ajm yaitu dengan
bahasa Inggris, jika dia memiliki kenalan dari negaranya maka dia belajar ilmu
bahasa Arob dengannya, atau dia langsung berteman dengan orang ‘Ajm yang
bukan dari negaranya karena mereka ketika berbahasa Arob, mereka menggunakan
bahasa Arob yang fasih (benar) dan dengan sebab ini dia akan terdorong
dengan cepat berbahasa Arob, atau dia langsung mencari teman dari orang Arob
yang bahasanya fasih hal ini sebagaimana yang Al-Akh Al-Mujahid
Sufyan Kinan asal Prancis –semoga Alloh merohmatinya-[3], beliau mantan tentara di Prancis dan datang di
Dammaj dalam keadaan tidak bisa berbahasa Arob sama sekali, akan tetapi karena
awal-awal datang beliau duduk di shoff awwal (samping mimbar) dan
berteman dengan orang Arob dan ‘Ajm yang berbahasa fasih beliau
pun dengan cepat bisa berbahasa Arob, dan beliau –semoga Alloh merahmatinya-
meninggal di gunung Barroqah pada malam Selasa tanggal 4 Muharrom 1433 H.
Dan diantara
keajaiban saudara kita ini semoga Alloh merohmatinya adalah ketika sudah
setahun lebih dimakamkan di pemakaman syuhada', kemudian semua kuburan di
pemakaman syuhada' dipindahkan ke pemakaman umum, maka didapatilah jenazahnya
beliau dalam keadaan utuh, pakaian tentara dan jeket semuanya utuh, wajahnya da
kulitnya jelas seakan-akan beliau baru saja tidur, sungguh benar perkataan Robb
kami:
{وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا
آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا
بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ
أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171) الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ
بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا
أَجْرٌ عَظِيمٌ (172) الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ
جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173)} [آل عمران: 169 - 173]
"Dan janganlah kamu
mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu
hidup disisi Robnya dengan mendapat rezqi. Mereka dalam keadaan gembira
disebabkan karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang
hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul
mereka, bahwa tidak ada kekhowatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan ni'mat dan karunia yang yang besar
dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.
(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Alloh dan Rosul-Nya sesudah mereka terluka,
bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertaqwa ada
pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul-Nya) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada
mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab:
"Cukuplah Alloh menjadi penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung".
(Ali
Imron: 169-173).
Pertanyaan:
Apakah
benar bahwa orang yang ke Dammaj tersibukan dengan banyaknya hirosah
(jaga) sehingga banyak yang tidak sempat belajar?.
Jawaban:
Siapa
saja yang mau ke Dammaj untuk menuntut ilmu maka hendaknya dia siap untuk
mengamalkan ilmunya, diantara ilmu yang patut untuk dia amalkan adalah ikut berjihad
di jalan Alloh yaitu memerangi orang-orang kafir Rofidhoh, dan sungguh telah
datang 4 (empat) orang saudara-saudara kami di Dammaj, dan ketika mereka sampai
mereka langsung miminta untuk jaga di gunung Barroqah, namun kami belum
memperkenankan, bagi mereka cukup untuk jaga di matras (pos) Indonesia
depan rumah Imam masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj Asy-Syaikh Ahmad
Al-Washobiy, sehingga mereka bisa mengikuti pelajaran-pelajaran, karena
telah kami atur bahwa pada waktu aman seperti sekarang ini boleh bagi 2 (dua)
orang; yang satu jaga dan yang satunya lagi mengikuti pelajaran umum dan boleh
pula mengikuti pelajaran khusus, dengan syarat yang satunya menetap di matras,
dan giliran jaga perputarannya lumayan panjang (sekitar sebulan).
Syaikhuna
Yahya –semoga Alloh menjaganya- selalu mewasiatkan untuk memperhatikan
waktu, di waktu hirosoh (jaga) diisi dengan muroja’ah
(mengulang-ngulang) membaca Al-Qur’an, yang satu membaca dan yang lain
mendengarkan bacaannya, begitu pula beliau mewasiatkan untuk mengambil jata
sholat lail (malam) bagi yang jaga malam.
Dan
tidaklah kami dapati dari orang-orang Indonesia yang tidak ingin jaga,
melainkan karena dia berpenyakit, baik dia berpenyakit pada badannya (dan ini
diberi udzur) atau berpenyakit dalam hatinya, bila mereka diberitahu untuk jaga
maka mereka beralasan: "Wah cepat sekali giliran jaganya, atau perkataan
mereka saya ingin menuntut ilmu saja lah, saya raji-rajib belajar
sajalah", dari ucapan seperti ini tampak jelas kalau mereka memang
berpenyakit dalam hatinya, tidaklah mereka memiliki teladan dalam masalah, di
zaman Rosululloh (صلى
الله عليه وسلم) para shohabat senang jihad dan jaga, sampai pada suatu hari
Rosululloh (صلى الله
عليه وسلم) memerintahkan Abu Huroiroh untuk jaga harta sedekah,
maka beliau jaga hingga berturut-turun tiga malam, dan ketika beliau sedang
jaga maka datanglah maling dari kalangan syaithon untuk mencuri sedekah
tersebut, tentang masalah ini telah kami sebutkan di dalam kitab kami "Irsyadul
Qoumi Biahkamin Naum" pada bab "Tarkun Naum min Ajlil Hirosah".
Pertanyaan:
Kami
mendengar banyak dari saudara-saudari kita salafiyyin mewasiatkan kepada
saudaranya yang ada di Dammaj untuk tidak mengikuti peperangan, cukup belajar
saja, dan bahkan ada yang pergi dari Dammaj mewasiatkan kepada saudaranya untuk
tidak mengikuti perang, apakah wasiat seperti itu dibolehkan secara syar’iy?
Jawaban:
Kalau
mereka menginginkan seperti itu, solusi tepat bagi mereka adalah mengangkat
kaki dari Dammaj, sehingga mereka lebih puas dalam memenuhi hawa nafsu mereka.
Asy-Syaikh
Muhammad bin Hadi Al-Madkholiy –semoga Alloh menjaganya- berkata –sebagaimana di dalam kitab “Hishoru
Dammaj….” (hal. 42): “Demi Alloh yang tidak ada sesembahan selain-Nya dan
tidak ada Robb selainnya, kalaulah aku di Yaman maka sungguh aku akan
berlagak/menjelajahi Yaman semuanya dalam keadaan mendorong mereka untuk
memerangi aliran (Rofidhoh) yang najis ini”.
Dengan
dorongan dan pengarahan seperti itu maka tidak heran kalau Abu Huroiroh
Al-Andunisiy dan beberapa kawannya Al-Andunisiyyun[4] ikut
bergabung dengan mujahidin Ahlussunnah menuju bumi Kitaf dan sesampainya di Kitaf
mereka terus bersama murobithin (para penjaga di perbatasan) hingga
selesai waktu hishor –semoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka
dengan kebaikan yang banyak-.
Orang
yang di luar Yaman saja sudah berangan-angan untuk ke Dammaj dalam rangka jihad
melawan Rofidhoh maka sungguh sangat memalukan kalau kemudian ada yang kabur
dari Dammaj dalam waktu jihad dan mewasiatkan untuk tidak ikut jihad!.
Beliau (Asy-Syaikh Al-Madkholiy) –semoga
Alloh menjaganya- juga berkata
sebaimana pada (hal. 43): “Bahwasanya sebagian manusia mengatakan: Sesungguhnya
da'wah kita adalah da'wah ta’lim (bimbingan/belajar), baik!, da'wah ta’lim
apa yang akan kamu inginkan? Sekarang datang waktu pengamalan, yang pernah kita
pelajari tentang jihad, wajib untuk dipraktekan sekarang, yang pernah kita
pelajari tentang memerangi musuh Alloh dan Rosul-Nya, wajib untuk dipraktekan
sekarang, para Imam Ahil Hadits dan Ahlussunnah wal Hadits
bukanlah mereka para pemalas, para Imam Ahlul Hadits mereka adalah Ahlul
Jihad, Al-Hafidz Abdul Ghoni Al-Maqdisiy dahulu dibacakan kepadanya
dan beliau di tempat jaga di perbatasan, dibacakan kepadanya berjuz-juz dan
beliau murobith (jaga di perbatasan) di negri Syam, semalam penuh beliau
jaga dan dibacakan kepadanya, bagaimana dikatakan: Da'wah kita adalah ta’lim
dan hadits, dan haddatsana (telah menceritakan kepada kami) dan akhbarona
(telah mengabarkan kepada kami)?! Siapa yang mengatakan ini maka dia tidak
mengetahui ma'na haddatsana dan akhbarona, dan tidak memahami ma'na
haddatsana dan akhbarona, kita membaca haddatsana dan akhbarona
untuk mengamalkannya”.
Bahkan
Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya- ketika terjadi
pertempuran sengit maka beliau keluar dengan memakai ja’bah (pakaian
tempat peluruh) dengan membawa senjata dan mengenakan pistol di pengikat
pinggangnya, hal yang sama dilakukan pula oleh Imam Masjid Ahlussunnah Dammaj
Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya-, akan tetapi hurros
(para penjaga) di sekitarnya meminta keduanya untuk tidak keluar karena masih
banyak saudara-saudara Ahlussunnah dan warga Dammaj yang siap menghadapi Rofidhoh.
Ini sebagai bantahan terhadap para hizbiyyin yang mereka mengatakan bahwa masyayikh
Darul Hadits Dammaj memanfaatkan atau memperalat para pemuda dan membuat mereka
tersia-siakan waktu mereka.
Tidak
hanya 2 (dua) syaikh tersebut yang bertekad untuk ikut langsung terjun di medan
tempur bahkan para masyayikh Dammaj ikut mengambil andil dan terjun langung di
medan tempur, dintara mereka:
1. Asy-Syaikh Abu Yahya Zakariya
Al-Yafi’iy –semoga Alloh menjaganya-, bahkan beliau dan kawan-kawan membangun matras (benteng/pos)
di gunung Barroqoh, yang matras tersebut kemudian dinamai dengan matras
Zakariya.
2. Asy-Syaikh Abu Abdillah Kamal
Al-Adniy –semoga Alloh menjaganya-, beliau sangat bersemangat jihad mulai dari harbus sadisah
(peperangan yang ke enam) sampai saat ini beliau terus bersemangat jaga.
Saudaraku Abu Zakariya Al-Andunisy –semoga Alloh menjaganya-
berkata: “Kami jaga di matras ‘Annan (samping barat Barroqoh) ternyata
ada Asy-Syaikh Kamal, beliau terus mendorong untuk aktif jaga, beliau
bertambah semangat ketika saudaranya Asy-Syaikh Al-Mujahid Abu Hatim Sa’id
bin Da’as Al-Yafi’iy –semoga Alloh merohmatinya- meninggal,
beliau menginginkan untuk mati syahid”.
3. Asy-Syaikh Abu Bilal Kholid Al-Hadromiy
–semoga Alloh menjaganya-,
bila kami hendak ke masjid untuk sholat sering kami mendapati beliau jaga di matras
belakang rumah Asy-Syaikh Yahya, biasanya tempat beliau jaga sering
disneper oleh penembak jitu Rofidhoh dari gunung Masyrohah.
4. Asy-Syaikh Adnan –semoga
Alloh menjaganya-, ketika terjadi
pelepasan tembakan pertama dari desa Nuqu’ maka pada malam harinya kami dan
beliau serta beberapa kawan mendatangi sertiap matras mulai dari khondaq
(parit) di Hadb sampai di Puskesmas untuk mereka tidak membalas melepaskan
tembakan ke arah Rofidhoh, karena mengikuti pesan Syaikhuna Yahya –semoga
Alloh menjaganya-, setelah itu beberapa hari kami ke gunung Barroqah
ternyata kami mendapati beliau jaga di Barroqoh.
5. Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul
Hamid Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya- juga demikian selalu aktif dalam jaga, lebih-lebih
penjagaan terhadap Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-.
6. Asy-Syaikh Abu Abdil 'Aziz Turkiy
Al-Abdainiy –semoga Alloh menjaganya- juga aktif dalam jaga, ketika kami belajar bersamanya kitab “Syarhu
‘Ilal At-Tirmidziy” setiap pekan beliau berkata: “Besok libur pelajaran
karena saya mau jaga".
7. Asy-Syaikh Abu Hamzah Muhammad
Al-Amudiy –semoga Alloh menjaganya-, beliau termasuk yang paling
semangat hirosah bahkan paling bersemangat dalam pembangunan matras.
8. Asy-Syaikh Sa’id bin Da’as
Al-Yafi’iy –semoga Alloh merahmatinya-, beliau paling bersemangat dalam berjihad ketika di Dammaj, sebelum
Rofidhoh memulai meng-hishor Dammaj, beliau keluar da'wah, ketika sudah
terjadi hishor beliau tidak bisa kembali ke Dammaj, kemudian beliau
bersama saudara-saudaranya Ahlussunnah berupaya membuka jalan dari Sa’awan
–Madinah Sakaniyah-Shon’a menuju Wailah-Kitaf, ketika jalan dari Shon’a menuju
Dammaj sudah dibuka dan hishor berhenti maka beliau kembali ke Dammaj,
beberapa bulan di Dammaj kemudian beliau keluar da'wah lagi, ketika mau kembali
ke Dammaj, di pertengahan jalan beliau diperangi oleh sekelompok Rofidhoh,
beliau bersama kawannya kemudian terbunuh –semoga Alloh merohmati keduanya
dan menjadikan keduanya sebagai para syuhada’-.
9. Asy-Syaikh Ahmad Mishbah –semoga
Alloh merohmatinya-, ketika
beliau mendengar bahwa Dammaj di-hishor maka beliau bergegas bergabung
dengan mujahidin Ahlussunnah yang bergerak dari Saawan-Madinah
Sakaniyyah-Shon’a menuju Wailah-Kitaf, sebelum beliau terbunuh di bumi Kitaf,
beliau berwasiat kepada saudaranya Asy-Syaikh Sa’id bin Da’as Al-Yafi’iy
untuk menyampaikan permohonan ma’afnya kepada Syaikhuna Yahya, maka Syaikhuna
Yahya memaafkan, mendoakan kebaikan dan rohmat untuk beliau.
10. Asy-Syaikh Muhib Adh-Dholi’y
–semoga Alloh menjaganya-, beliau
termasuk salah satu yang terjun langsung di medan jihad di Kitaf, beliau
berkata sebagaimana di dalam “Hishoru Dammaj…” (hal. 247): “Nukillah
oleh kalian dari kami, bahwasanya kami memerangi Khutsiyyin (Rofidhoh) dengan
kebanyakan senjata-senjata mereka”.
11. Asy-Syaikh Fathul Qodasiy –semoga
Alloh menjaganya-, beliau
termasuk salah satu pemberi motivasi dan pendorong mujahidin Ahlussunnah untuk
bergerak dari Saawan-Madinah Sakaniyyah-Shon’a menuju Wailah-Kitaf, dan
terkadang beliau ke masjid As-Sunnah Saawan-Madinah Sakaniyyah-Shon’a untuk
mengajar, karena beliau termasuk dari kholifah (pengganti) Asy-Syaikh
Abu Ibrohim Muhammad bin Mani’ Al-Ansiy, bila Asy-Syaikh Abu Ibrohim
Muhammad bin Mani’ Al-Ansiy –semoga Alloh menjaganya- berhalangan
hadir maka beliau yang duduk di kursinya memberi pengajaran kepada kaum
muslimin di sana.
Saudaraku
Sa’id bin Muhammad Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya- berkata:
“Kami berempat (Sa’id, Anas Al-Limboriy, Abu Hamzah As-Seramiy dan Uwais
Al-Maidaniy) ketika di masjid Asy-Syaikh Muhammad Mani’ kami
mengikuti pelajaran umum Asy-Syaikh Fathul Qodasiy”.
12. Begitu pula Asy-Syaikh Abu
Abdillah Thoriq Al-Ba’daniy, Asy-Syaikh Abdulloh Al-Khaulaniy, Asy-Syaikh Abdul
Wahhab Asy-Syamiriy, Asy-Syaikh Abdurrohman Asy-Syamiriy dan yang selain
mereka dari para masyayikh dan pengajar di Darul Hadits Dammaj aktif dalam jaga
dan jihad –semoga Alloh mejaga mereka semuanya-.
TERPENUHINYA KEBUTUHAN
PARA PENUNTUT ILMU DI DARUL HADITS DAMMAJ
Apila seseorang baru datang
di Darul Hadits Dammaj maka tentu akan terheran-heran bila melihat banyaknya hidangan
sarapan pagi, siang dan malam.
Bila seseorang mengkalkulasi
seberapa besar kira-kira mengeluarkan dana dalam sekali makan maka tentu dia
akan kerepotan mengkalkulasinya. Sungguh ketika terjadi hishor
(pemboikotan) terhadap Darul Hadits Dammaj didapati sangat banyak membutuhkan
dana untuk kebutuhan para penuntut ilmu, pada suatu hari di pertengahan hishor
Imam masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga
Alloh menjaganya- meminta beberapa orang Indonesia untuk membantu
menyembelih sapi di depan rumah beliau untuk makan siang para penuntut ilmu,
maka kami bertanya: Berapa harga setiap sapi yang dibeli tersebut? Dijawab:
Sekitar 800 $ (delapan ratus dolar), ini untuk kebutuhan makan siang, belum
ditambah yang lain-lainnya berupa nasi dan yang selainnya?! Belum lagi makan
pagi dan malam? Tentu dalam sehari menghabiskan dana yang sangat banyak, maka tentu
orang-orang akan bertanya-tanya dari mana pendapatannya? Karena Darul Hadits
Dammaj tidak memiliki jam'iyyah/muassasah (yayasan), tidak
memiliki tabungan (rekening BANK) dan tidak pula meminta-minta serta mengajukan
proposal minta-minta?! Maka jawabannya: Alloh (تعالى) berkata:
{وَمَنْ
يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا
يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ
بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)} [الطلاق: 2، 3]
“Barangsiapa bertaqwa kepada
Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezqi
dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Alloh niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya. Sesungguhnya Alloh
melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Alloh telah mengadakan
ketentuan bagi segala sesuatu”. (Ath-Tholaq: 2-3).
Dan Dia (تعالى) berkata:
{وَفِي
السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ } [الذاريات: 22]
“Dan di langit terdapat rezqi kalian dan terdapat (pula) apa
yang dijanjikan kepada kalian”. (Adz-Dzariyat: 22).
Merupakan suatu
keajaiban pula ketika banyak dari para penuntut ilmu datang ke Darul Hadits
Dammaj dengan tanpa memiliki apa-apa namun ketika sampai di Dammaj mereka
mendapatkan kecukupan dalam kebutuhan hidup dan belajar.
Salah seorang penuntut
ilmu asal Indonesia berkata:
"Aku datang di Dammaj dengan tiba-tiba, sampai aku tidak mempersiapkan
perbekalan, namun dengan pertolongan Alloh yang Ar-Rozzaq (Maha Pemberi
Rezqi) aku pun bisa menuntut ilmu dan bisa hidup di Darul Hadits Dammaj sampai
saat ini (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh-".
Saudaraku Abu Muhammad
Anas bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya- berkata:
"Dua hari lagi saya mau berangkat ke Dammaj dalam keadaan saya sakit dan
saya tidak memiliki persiapan berupa pakaian untuk musim dingin", maka
saudaranya di Dammaj berkata kepadanya: Tidak mengapa, berangkat saja insya
Alloh sampai di Dammaj kamu akan memperoleh kecukupan, kakakmu dulu ketika
ke Dammaj tidak membawa sedolar pun akan tetapi (الحمد
لله) -segala puji bagi Alloh- sekarang memperoleh kecukupan
hidup dan belajar".
Salah seorang asal Sudan –semoga
Alloh menjaganya- ketika jaga
bersama saudaraku Abu Zakariya Al-Andunisiy di matras ‘Annan (sebelah
barat Barroqoh) beliau berkata: “Saya sejak datang di Dammaj ini tidak memiliki
apa-apa, tidak memiliki rumah, tidak pula memiliki harta tapi (الحمد
لله) -segala puji bagi Alloh-, Alloh memberiku kemudahan
untuk menikah.
Demikian
itu bukan pada waktu hishor, bahkan pada waktu hishor pun para
penuntut ilmu di Darul Hadits Dammaj senantiasa masih memperoleh kecukupan dan
masih bisa hidup ditengah-tengah ujian yang besar.
Pertanyaan:
Kami sering mendengar bahwa banyak para penuntut
ilmu asal Indonesia yang tidak memiliki kemampuan dari segi materi namun mereka
bisa bertahan sampai bertahun-tahun di Dammaj, akan tetapi kami melihat pula banyak
para penuntut ilmu asal Indonesia berpergian meninggalkan Dammaj dalam keadaan
mereka memiliki kemampuan materi dan orang-orang tua mereka memberi dukungan
maksimal?
Jawaban:
Yang
bisa bertahan dalam menuntut ilmu di Dammaj waktu lama itu karena semata-mata pertolongan
Alloh (تعالى) kemudian dengan sebab kesabarannya dan pandainya dia memilih
teman.
Memang
termasuk perkara yang tidak dipungkiri kalau banyak dari penuntut ilmu
menginginkan untuk lama di Dammaj akan tetapi tiba-tiba mereka kembali ke
Nusantara, hal demikian itu karena ada sebab-sebabnya, diantara mereka:
ü Ada
yang ingin menikah.
ü Ada
yang terfitnah dengan fitnah hizbiyyah Abdurrohman Al-Adniy sehingga bergegas
pergi meninggalkan Dammaj, ada dari mereka pindah ke pondok pesantren hizbiyyin
semisal yang ada di Fuyus dan di Ma’bar.
ü Ada
yang salah pergaulan, Syaikh kami Yahya –semoga Alloh menjaganya-
ketika ada rombongan Indonesia datang dan beliau melihat ada anak-anak maka
beliau berwasiat kepada mas’ul (penanggung jawab)nya supaya anak
tersebut tidak berteman dengan orang kampung.
Memang suatu kenyataan ada sebagian orang-orang
kampung yang tidak memiliki perhatian
terhadap ilmu namun di sana ada juga yang sangat perhatian kepada ilmu,
dengan melihat keadaan seperti itu maka Syaikhuna Yahya menasehatkan
kalau berteman maka lihatlah kepada yang mencintai ilmu dan memiliki akhlak
yang terpuji, karena kalau seseorang bermudah-mudahan berteman dengan orang
kampung yang tidak memiliki perhatian kepada ilmu maka suatu saat dia akan
berbuat zholim bila kemauannya tidak dipenuhi, dan ini terjadi, sampai ada dari
mereka membuat tuduhan dusta, (الله المستعان) -hanya kepada Alloh
tempat meminta pertolongan-.
ü Ada
yang trauma karena dahsyatnya hishor dan pertempuran di Dammaj, sehingga
dia pun bergegas pulang dengan berbagai alasan, padahal sebelumnya dia
menegaskan akan pulang ke Indonesia masih lama namun karena tidak sabar dan
masih sangat trauma dengan ujian hishor dan perang maka dia pun bergegas
kabur dari Dammaj.
Pertanyaan:
Apakah orang yang kabur dari Dammaj semasa hishor
teranggap lari dari peperangan? Dan apakah dia tidak dibolehkan lagi untuk
kembali ke Dammaj?
Jawaban:
Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya- ketika pelajaran “Tafsir
Ibni Katsir” ketika sampai pada perkataan Alloh (تعالى):
{وَإِذْ
يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا
اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12) وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا
أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ
النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ
يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا (13) } [الأحزاب: 12 - 14]
“Dan
(ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang-orang yang berpenyakit dalam
hatinya berkata: "Alloh dan Rosul-Nya tidak menjanjikan kepada kami
melainkan tipu daya". Dan
(ingatlah) ketika segolongan diantara mereka berkata: "Wahai penduduk
Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagi kalian, maka kembalilah kalian".
Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan
berkata: "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)".
Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak
lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada
mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tidak akan
bertangguh untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat”. (Al-Ahzab: 12-14).
Kemudian
beliau (Syaikhuna) berkata: “Adapun yang pergi dari Dammaj ketika waktu hishor
maka mereka terjatuh dalam perbuatan al-kabair (dosa besar), begitu pula
yang lari setelahnya (pada waktu perang) maka mereka terjatuh dalam
al-kabair, dan mereka membutuhkan untuk bertaubat dengan sebenar-benar
taubat”.
Dan
pada pelajaran yang lain, beliau ditanya: Apakah orang yang kabur dari Dammaj ketika
hishor atau ketika perang tidak boleh lagi untuk kembali ke Dammaj?.
Beliau menjawab: “Tidak ada larangan bagi mereka untuk balik ke Dammaj, siapa
yang mau balik maka dipersilahkan!, tidak ada larangan bagi mereka untuk
kembali ke Dammaj”.
KESABARAN PARA PENUNTUT
ILMU DENGAN MINIMNYA KEBUTUHAN POKOK
Sebagian besar orang-orang
Indonesia sudah dikenal dari zaman Al-Imam Al-Wadi'iy –semoga Alloh
merohmatinya- suka memakan ceker (kaki-kaki) ayam, sebelum hishor
sebagian orang Yaman terkadang mentertawakan sebagian orang-orang Indonesia
yang memakan kaki-kaki ayam dan tidak hanya itu bahkan mereka merasa jijik
terhadap siapa saja yang memakan kaki-kaki ayam atau memakan usus ayam dan
trompet ayam serta yang lainnya, Syaikhuna Al-Mujahid Abu Abdirrozzaq Riyadh
Al-Udainiy –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Saya pernah
jaga dengan beberapa orang Indonesia, tiba-tiba saya diajak makan bersama
mereka ternyata yang dimakan adalah kaki-kaki ayam, (ususnya dan trompetnya
serta yang lainnya), sayapun ikut makan, tatkala saya pulang ke rumahku saya
kisahkan kepada istriku bahwa saya makan makanan tersebut maka istriku merasa
jijik dan tidak mau mendekatiku ketika itu".
DENGAN MAKANAN-MAKANAN
HANYA SEPERTI ITU (الحمد لله) TIDAK MEMBUAT PARA PENUNTUT ILMU PATAH SEMANGAT DARI BERJIHAD
BAHKAN JUSTRU MEREKA BERTAMBAH SEMANGAT DALAM BERJIHAD MEMERANGI KAUM KAFIR
ROFIDHOH
Demikian itu sebelum hishor
namun ketika hishor setiap orang membeli ayam baik dia orang Yaman atau
orang Asing (pendatang) maka semuanya mereka ambil melainkan bulu dan
kotorannya yang dibuang.
Seseorang Indonesia berkata: "Ketika waktu hishor saya
melihat Sholeh –semoga Alloh merohmatinya- dan Al-Ustadz Umair
Limboro –semoga Alloh menjaganya- mencari bayam di Wad'i lalu
keduanya memasaknya, padahal waktu selain hishor bayam-bayam tersebut sangat
jarang orang-orang mengambilnya".
Dengan makanan seperti itu
namun tidaklah membuat keduanya melemah dari mengikuti jihad, bahkan Sholih –semoga
Alloh merohmatinya- setelah itu bertekad untuk ikut jaga di gunung
Barroqoh. Seorang Indonesia berkata setelah kejadian itu: "Tadi
malam Khutsiy (Rofidhoh) menembaki Umair Limboro dengan haawon
(mortir), ketika beliau jaga di Barroqoh dan mortirnya jatuh di samping Umair
sekitar 2 (dua) meter dan beliau tidak apa-apa".
Abu Dujanah Muhammad
Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Alloh merohmatinya- berkata tentang saudaraku Umair setelah
kejadian itu: "Masya Alloh Umair baru saja sembuh langsung naik
lagi untuk jaga di Barroqoh".
Setelah kejadian itu, seorang
Indonesia berkata pula: "Sholih –semoga Alloh merohmatinya-
pertama kali naik jaga di Barroqoh dan terakhir kalinya, karena beliau langsung
terbunuh".
Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
wafat di gunung Barroqoh pada pertempuran 1 Muharrom 1433 H" dan dimakamkan
di pemakaman Syuhada'-Samping Pemukiman Penuntut Ilmu di Hadb-Darul Hadits
Dammaj pada 2 Muharrom 1433 H .
Begitu pula saudaraku Abu
Zakariya Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- berkata pada waktu hishor:
"Saya sudah duduk lama di tempat makan bersama orang-orang ternyata
pembagian roti halaqah-ku mendapatkan sisa, jadi kami mendapat
potongan-potongan roti kecil yang tidak mencukupi kami, kemudian saya pergi ke
orang tua (asal Hudaidah) yang biasa mengumpulkan potongan-potongan roti
(sebelum hishor) dan saya meminta untuk beli ternyata dia tidak
menginginkan untukku karena roti yang dia jemur itu sudah sangat berjamur dan
akan menjadi sebab sakit perut, dan orang tua tersebut memiliki sepotong roti
dari pondok maka beliau memberikannya kepadaku".
Dengan menjalankan sebab
yaitu hanya dengan memakan sepotong roti, beliau (Abu Zakariya Al-Jawy) –semoga
Alloh menjaganya- pada setiap malamnya mengajak kawan-kawan asal
Indonesia yang tidak memiliki senjata untuk mereka bersama-sama membuat khondaq
(parit) di Hadb.
Sebagian orang-orang
Indonesia berkata: "Pada suatu
malam (sehari sebelum tragedi 1 Muharrom 1433 H) Al-Akh Khodir Limboro
menyampaikan kepada kami bahwa Al-Akh Thoha Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya-
meminta bantu untuk membuat parit di lokasi perkampungan Alu Manna' dalam
keadaan kami lemas karena kurang makan, lalu kami dan Al-Akh Khodir
berangkat menuju lokasi, (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- ketika kami
sampai di lokasi, kami bekerja dengan penuh semangat, selama sejam bekerja
tiba-tiba datang 2 (dua) orang membawakan roti dan basolia dari Mazro'ah
(karena ketika itu tempat masak ma'had di tembak oleh Rofidhoh jadi pindah ke
Mazro'ah), kami pun makan jama'ah dan (الحمد لله) -segala
puji bagi Alloh- roti-roti dan basolia (sejenis kacang) tersebut Alloh
berkahi, sampai kami merasa kenyang dan masing-masing kami ketika pulang dengan
membawa roti masing-masing satu".
AKTIVITAS PARA PENUNTUT
ILMU KETIKA HISHOR
Sebelum hishor dan
ketika hishor para penuntut ilmu aktivitas mereka seperti biasanya,
yaitu pelajaran terus berjalan, baik pelajaran umum bersama Syaikhuna Yahya,
maupun pelajaran khusus bersama para masyayikh lainnya, hanya saja ketika hishor
kerja untuk membangun matras dan menggali khandaq (parit) ditingkatkan.
Kerja membangun matras
atau menggali khandaq terkadang digilir bagi tiap-tiap negara dan
terkadang relawan, hingga ada yang aktif setiap malam mengikuti kerja dan siang
harinya dia pergi ke masjid lantai bawa untuk me-muroja’ah dan menghafal
atau mengikuti pelajaran-pelajaran.
Saudaraku Abu Zakariya Al-Jawy
–semoga Alloh menjaganya- berkata: “Saya sering pusing-pusing
dan tidak bisa kepalaku kena angin, akan tetapi ketika hishor (الحمد
لله) -segala puji bagi Alloh- saya bisa mengikuti penggalian
khandaq (parit) di Hadb setiap malam”.
Kebanyakan yang aktif dalam
pembangunan matras dan penggalian khandaq pada siang harinya
mereka mampu menghadiri pelajaran bersama Syaikhuna Yahya dan me-muroja’ah
hafalan-hafalan dan pelajaran-pelajaran bahkan bisa melakukan ibadah-ibadah
sunnah seperti puasa dan mengunjungi orang sakit atau merawat orang sakit.
Kebanyakan para penuntut
ilmu bila sudah selesai mengikuti pelajaran maka mereka berlomba-lomba dalam ta’awun
(tolong menolong) membangun matras, sebagiannya lagi membuat jalan mobil
dari samping bomba air (dekat Mazro’ah) menuju puncak gunung Mazro’ah
dan puncak gunung Barroqah hingga sampai di depan masjid Barroqoh, semuanya
berjalan lancar dan terselesaikan dengan waktu yang sangat singkat (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh-.
Pertanyaan:
Selama hishor
kebutuhan pokok dan bahan bakar tidak
bisa masuk di Dammaj lalu saudara-saudari kita memasak dengan menggunakan apa?
Jawaban:
Ketika sudah tidak
didapati lagi gas untuk masak maka kayu bakar dan yang semisalnya
dijadikan sebagai bahan bakar, di tempat masak umum Darul Hadits pernah juga
kehabisan gas, sehingga beberapa kali masak menggunakan kayu bakar.
Di depan matras
Indonesia (depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy) terdapat sebuah
pohon bidara yang bercabang dua, satu cabang sudah mengering (mati) dan satunya
lagi masih hidup, para penuntut ilmu berbondong-bondong menebang cabang yang
sudah mengering tersebut, selama dua hari atau tiga hari tidak ada yang tersisa
dari batang yang kering tersebut, terkadang ada yang tidak mendapatkan kayu
maka mereka memasak dengan menggunakan kardus, lembaran-lembaran buku yang
tidak dibutuhkan atau bungkusan-bungkusan sabun, sampo dan semisalnya.
Perntanyaan:
Ketika waktu hishor
dan terjadi perang apakah semuanya ikut perang ataukah ada pembagian tugas
sesuai kemampuan?
Jawaban:
Sejak mulai adanya hishor
para penuntut ilmu dan masyarakat Dammaj sudah memiliki aktivitas sesuai
kemampuan masing-masing, ada yang jaga sambil mengisi waktu jaganya dengan
membangun matras atau menggali khondaq, dan adapula yang tidak
sanggup jaga akan tetapi dia mampu membangun matras, adapula yang tidak
mampu melakukan keduanya namun mereka menjadi petugas pengantar kebutuhan hurros
(para penjaga) dan kebutuhan para pekerja matras atau khondaq,
adapula yang tidak mampu melakukan semua itu namun mereka tidak diam saja atau
lari meninggalkan Dammaj akan tetapi mereka terus berdoa kepada Robbnya untuk
saudara-saudaranya.
Ketika terjadi
peperangan maka yang memiliki persenjataan mengambil posisi masing-masing,
mereka mengisi mataris (tempat-tempat jaga) yang perlu untuk diisi, para
pembuat matras atau penggali khondaq pun terus menjalankan
pekerjaan mereka, banyak dari para penjaga matras bila peperangan
berhenti sejenak maka mereka ikut membantu saudara-saudaranya membangun matras
dan khondaq, bahkan ada yang mampu merangkap banyak aktivitas; bisa ikut
perang, kerja membangun matras atau menggali khondaq, merawat
saudara yang terluka atau sakit.
Perntanyaan:
Bagaimana nasib para
orang tua yang lanjut usia, para wanita dan anak-anak serta yang tidak memiliki
kemampuan jasmani ketika tragedi 1 Muharrom 1433 H? dan apa aktivitas mereka
ketika itu?
Jawaban:
Ketika sudah meletus perang
1 Muharrom 1433 Hijriyyah yang dimulai sekitar jam 10 atau 11 menjelang Zhuhur maka
kebanyakan orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mendaki ke gunung
Barroqoh baik karena tidak memiliki senjata, karena sakit, karena orang tua
yang lanjut usia, anak-anak dan para wanita maka kebanyakan mereka masuk ke
dalam masjid lalu mereka duduk di dalamnya sambil mengadahkan tangan-tangan
mereka ke langit (berdoa kepada Alloh dengan penuh keikhlasan) sambil
meneteskan air mata.
Setelah sholat ashar,
Rofidhoh mulai melakukan penyerangan besar-besaran dengan senjata AK 47 dan qunbulah
(granat) terhadap mataris di Barroqoh dan saudara-saudara kami yang
berada di tempat tersebut sudah benar-benar membutuhkan bantuan pasukan dari
bawah akan tetapi karena Rofidhoh dari jarak jauh terus menembak jalan atau mataris
menuju ke Barroqoh maka kebanyakan saudara-saudara yang ada di sekitar masjid
Ahlussunnah menunggu waktu masuknya Maghrib sehingga para penembak jitu Rofidhoh
tidak melihat pergerakan ketika mendaki ke gunung Barroqoh, namun sebagian lagi
ketika mendengar bahwa di Barroqoh sudah benar-benar membutuhkan bantuan
pasukan, maka mereka langsung berlarian menuju Mazro’ah untuk mendaki ke gunung
Barroqah, ketika kami mendengar suara Al-Akh Hisyam Al-Malaiziy yang
berkata kepada Al-Akh Amin Al-Amboniy lewat HP bahwa di gunung Barroqoh
sudah sangat gawat kami pun bergegas ke ghurfah (kamar) untuk memakai
perlengkapan perang, sesampainya di kamar kami mendapati saudara kami Abu
Zakariya Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- berdoa dengan
khusyu’ sambil mengadahkan tangannya ke langit dan bercucuran air matanya yang
belum pernah kami melihatnya berdoa lebih baik dari pada waktu itu, demikian
pula setiap tempat yang kami lalui mesti mendengar lantunan doa dari para dhu’afa’
(orang-orang lemah), kami pun bertambah yakin pasti kemengan berada pada
pihak kami (Ahlussunnah), dengan sebab itu kami semakin bertambah kuat tawakkal
kami dan bertambah semangat (dalam keadaan perut kosong karena menahan lapar
yang sangat), dengan penuh keyakinan dan tawwakal yang tinggi kami mulai
melangkahkan kaki kami bersama kawan-kawan kami yang bernasib sama (menahan
lapar) berlari menuju Mazro’ah lalu mendaki ke gunung Barroqoh (والحمد لله) -segala puji bagi Alloh-
kami dan kebanyakan kawan-kawan kami berhasil mendaki sampai ke puncak gunung
Barroqoh:
{وَمَا
النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ} [آل عمران: 126]
“Dan kemenangan itu hanyalah (datangnya) dari Alloh yang Dia
adalah Al-'Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana)”. (Ali Imron: 126).
Sungguh
teringat masa-masa kecil, supaya bisa mampu berpuasa (menahan lapar hingga azan
maghrib) maka kami dibuatkan senjata mainan (tembak-tembak) yang terbuat dari
batang bambu kecil yang berpeluruh buah jambu kecil yang masih muda, sesudah
sholat ashar berkumpullah banyak teman-teman kecil di sekitar masjid lalu mulai
perang-perangan (tembak-tembakan), dengan mainan tersebut maka kami terlupakan
rasa lapar dan dahaga, ketika azan dikumandangkan bubarlah anak-anak yang
bermain, masing-masing berlarian menuju rumah masing-masing, ibadah puasa terselesaikan
dengan baik. Maka ketika terjadi tragedi 1 Muharrom 1433 Hijrriyyah, kami
tersenyum karena teringat masa kecil itu, menahan lapar dengan cara disibukan
dengan mainan (tembak-tembak), ketika 1 Muharrom 1433 Hijriyyah pun begitu,
lapar yang sangat terlupakan dengan sebab menjalankan ibadah yang mulia yaitu
jihad di jalan Alloh.
Ketika Rofidhoh
menembaki mataris (benteng-benteng/pos-pos) di Barroqoh dengan
senjata-senjata besar jarak jauh seperti mortir (haawun 120), meriam (midfa’
37) atau yang dinamakan dengan quuquu dan meriam (midfa’ 122)
serta senjata kaki tiga (rasysyasy 7/12) maka saudara-saudara
kami yang berada di Barroqoh terus mengintai sumber-sumber munculnya tembakan
Rofidhoh, sebagian saudara-saudara kami hanya bisa membalas tembakan Rofidhoh
dengan meng-qonash (menyeneper), bila sudah terlihat gerakan mereka maka
para penyeneper (penembak jitu) langsung melepaskan tembakan (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh-
banyak dari Rofidhoh berjatuhan.
Ketika
sudah selesai hishor Al-Akh Abdul Fattah Al-Khaulaniy –semoga
Alloh menjaganya- datang ke Dammaj, ketika berjumpa dengan kami,
beliau meminta udzur karena tidak bisa mengikuti pelajaran “At-Tuhfatus
Saniyyah” bersama kami, kami berkata: “Selama hishor tidak ada
pelajaran karena yang kami ajar semuanya pulang kampung dan ketika hishor
mereka tidak bisa kembali ke Dammaj”. Lalu beliau berkata: “Kenapa gigi depanmu
patah?”, kami berkata: “Kenang-kenangan jihad di bumi Dammaj, dahulu Nabi (صلى الله عليه وسلم) ketika perang Uhud juga
mendapatkan ujian”. Kemudian beliau berkata: “Pada perang kali ini memang
Rofidhoh benar-benar mengalami kekalahan yang bertumpuk-tumpuk, korban
(mayat-mayat) mereka sangat banyak, mobil-mobil keluar masuk RS (rumah sakit)
Sho’dah mengangkut mayat-mayat dan para luka-luka Rofidhoh”.
Pertanyaan:
Apakah
benar bahwa ketika perang seseorang tidak bisa keluar dari mataris
(pos-pos/benteng-bentengnya), lalu bagaimana dengan pelaksanaan sholat mereka?
Jawaban:
Bagaimana
pun dahsyatnya suatu pertempuran namun bila waktu sholat sudah masuk maka wajib
untuk menegakannya, Alloh (تعالى)
berkata:
{فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا } [النساء: 103]
“Maka tegakanlah oleh kalian sholat itu (sebagaimana biasanya).
Sesungguhnya sholot itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman”. (An-Nisa’: 103).
Ayat
ini adalah bersifat umum, bagaimana pun keadaannya bila sudah masuk waktu
sholat maka dituntut untuk melaksanakannya, walaupun di waktu peperangan yang
dahsyat, Alloh (تعالى) berkata:
{وَإِذَا
كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ
مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ
وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ
وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ
تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ
مَيْلَةً وَاحِدَةً وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ
أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ
اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا} [النساء: 102]
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (para shahabat
mu) lalu kamu hendak menegakan sholat bersama-sama mereka maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (sholat) bersamamu dan menyandang
senjata-senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang sholat besertamu) sujud
(telah menyempurnakan serakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu
(untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum
sholat, lalu sholatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan
menyandang senjata mereka. Orang-orang kafir ingin supaya kalain lengah
terhadap senjata kalian dan harta benda kalian, lalu mereka menyerbu kalian
dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atas kalian meletakkan senjata-senjata
kalian, jika kalian mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kalian
sakit; dan siap siagalah kalian. Sesungguhnya Alloh telah menyediakan azab yang
menghinakan bagi orang-orang kafir itu”. (An-Nisa’: 102).
Ayat
tersebut termasuk dalil tentang wajibnya sholat berjama’ah, namun kewajiban
berjama’ah ini akan gugur bagi yang memiliki udzur syar’iy, sebagaiman
yang terjadi pada kami atau saudara-saudara kami ketika jaga di tengah-tengah
dahsyatnya peperangan, Al-Akh Abu Haidar Al-Ansy Al-Andunisy –semoga
Alloh merohmatinya- berkata:
“Tembakan-tembakan banyak berdatangan membuat kami tidak bisa keluar dari matras”.
Dengan
keadaan seperti itu maka saudara-saudara kami tidak bisa mendatangkan air
wudhu, melainkan hanya bisa bertayammum, begitu pula untuk pelaksaan sholat
berjama’ah sangat tidak memungkinkan, seseorang bercerita kepada kami: “Abu
Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangy –semoga Alloh merohmatinya- beberapa
hari sebelum wafatnya naik ke Barroqoh untuk jaga, karena banyaknya serangan haawun
(mortir) dan qonash (sneper) beliau sholat dalam keadaan duduk,
karena kalau sholat dengan berdiri tentu akan ditembak oleh Rofidhoh, ketika
beliau sedang duduk sholat, tiba-tiba datang haawun dan jatuh di tempat
yang dekat dengan beliau maka beliau langsung tiarap dalam keadaan masih sholat, setelah meledak haawun-nya
beliau pun bangkit menyelesaikan sholatnya dengan cara duduk”.
Demikianlah
pelaksanaan sholat disesuaikan dengan kemampuan, Alloh (تعالى) berkata:
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ
اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا } [الطلاق: 7]
“Alloh
tidak akan membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan apa yang diberikan-Nya,
Alloh akan menjadikan setelah kesulitan kemudahan”. (Ath-Tholaq: 7).
Dan Alloh (تعالى) juga
berkata:
{لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا } [البقرة: 286]
“Alloh
tidak membebani suatu jiwa melainkan sesuai kemampuannya”. (Al-Baqoroh: 286).
Dan Alloh (تعالى) juga
berkata:
{فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ }
[النساء: 103]
“Dan berdzikirlah kalian kepada Alloh baik dalam keadaan
berdiri, dan duduk dan di atas berbaring”. (An-Nisa’: 103).
HIKMAH DI BALIK
PERTEMPURAN DI BULAN MUHARROM 1433 HIJRIYYAH
Alloh (تعالى) tidaklah menentukan sesuatu
keputusan melainkan di balik keputusan tersebut terdapat kebaikan yang banyak.
Sungguh apa yang Dia
tentukan kepada para Ahlussunnah berupa terjadinya peperangan di Darul Hadits
Dammaj (khususnya pada bulan Muharrom 1433 H) adalah memiliki kebaikan dan
hikmah yang sangat banyak, diantara kebaikan dan hikmah tersebut adalah:
ü Ahlussunnah yang ada di Dammaj
khususnya semakin menyadari bahwa apa yang terjadi di Dammaj adalah ujian dalam
perjalanan menuju negri akhirat, memang demikianlah keadaan para pengikut Nabi
sebagaimana yang Alloh (تعالى) katakan di
dalam Al-Qur’an:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ
مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ
اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ } [البقرة: 214]
“Apakah
kalian mengira bahwa kalian akan masuk Jannah (surga)? padahal belum datang
kepada kalian (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian?
mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam ujian) sehingga berkatalah seorang Rosul dan orang-orang yang
beriman bersamanya: "Kapan datang pertolongan Alloh?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Alloh itu sangat dekat”. (Al-Baqoroh: 214).
ü Semakin bertambah yakin
bahwasanya Alloh (تعالى) memberi
kemengan yang nyata dan jelas kepada Ahlussunnah ketika terjadi pertempuran di
bulan Muharrom 1433 H., diantara bukti-bukti kemenangan tersebut adalah
ditancapkan rasa ngantuk kepada kebanyakan para mujahid Ahlussunnah ketika
sedang terjadi pertempuran dan diturunkannya air hujan dari langit yang bukan
pada waktu musimnya, Alloh (تعالى) berkata:
{وَمَا
جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا
النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (10) إِذْ
يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ
مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ
عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ (11) } [الأنفال: 10 - 12]
“Dan
Alloh tidak menjadikannya, melainkan sebagai kabar gembira dan supaya hati
kalian menjadi tentram karenanya, dan kemenangan itu (datangnya) hanya dari
sisi Alloh. Sesungguhnya Alloh adalah Al-'Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha
Bijaksana).
(Ingatlah)! ketika Alloh menjadikan kalian mengantuk sebagai suatu penentram
dari-Nya, dan Alloh menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan
kalian dengan hujan itu dan menghilangkan dari kalian gangguan-gangguan
syaithon dan untuk menguatkan hati kalian dan memperkokoh dengannya pijakan
kaki ( kalian)”. (Al-Anfal: 10-11).
Alloh (تعالى) juga memberi bantuan dengan
mengutus bala tentaranya untuk membantu hamba-hamba-Nya yang sholih dalam
memerangi orang-orang kafir, kapan pun dan di mana pun bila Dia menghendaki maka
bala tentara-Nya akan berdatangan:
{فَأَرْسَلْنَا
عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ
آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ } [الأعراف:
133]
“Maka
Kami kirimkan kepada mereka angin (topan), belalang, kutu, katak dan darah
sebagai tanda yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka
adalah kaum yang berdosa”. (Al-A’rof: 133).
Dan semua ini telah terjadi di Dammaj, terkhusus ketika tragedi 1
Muharrom 1433 Hijriyyah, burung-burung merpati beramai-ramai berdatangan
menempati lokasi-lokasi mataris, bila serangan haawunaat
(mortir-mortir) mendarat burung-burung yang indah dan gagah pemberani tersebut
berterbangan, bila haawunaat sudah mendarat dan meledak, burung-burung
tersebut kembali lagi ke tempat mereka yang semula (sebagaimana dipersaksikan
oleh orang-orang terpercaya, diantara mereka Asy-Syaikh Abu Yahya Zakariya
Al-Yafi’iy dan kami mendengarkan pula dari salah seorang kawan kami yang
menyaksikan itu).
Dengan keberadaan burung-burung tersebut orang yang
mencermati mengambil pelajaran yaitu bila burung-burung itu mulai berterbangan
maka itu adalah tanda bahwa haawunaat akan mendarat, begitu pula bala
tentara yang berupa burung-burung (selain merpati) dan binatang-binatang serta
yang lainnya. Al-Akh Zakariya Al-Jazairiy –semoga Alloh menjaganya-
berkata sebagaimana di dalam “Hishoru Dammaj…” (hal. 246): “Sesungguhnya
pada hari hujum (penyerangan) ke Kitaf pada 16 Muharrom 1433 Hijriyyah,
kami menyerang, kami melihat burung-burung bersama kami di atas kami dan belum
pernah kami melihat pada hari-hari yang telah lewat, maka tatkala kami
melakukan penyerangan kami melihat burung-burung di atas kami, dan maju bersama
kami".
Salah satu penyebab kemarahan besar Rofidhoh
terhadap Ahlussunnah yang di Dammaj sehingga terjadi peperangan besar-besaran
adalah karena sebab mereka mendapatkan tembakan yang sangat dahsyat yang
menghantam lokasi mereka, mereka mengira bahwa yang menembak itu adalah
Ahlussunnah yang ada di Dammaj, dan mereka yang berada di tempat sekitar itu
juga mengira itu datangnya dari Dammaj, sedangkan di Dammaj mengingkari itu,
karena di Dammaj tidak memiliki senjata sebesar itu daya ledaknya, warga Dammaj
ditanya oleh saudara-saudaranya diluar Dammaj: Apakah benar di Dammaj
melepaskan tembakan dengan menggunakan senjata paling besar yang berkekuatan
luar biasa? Tidak seorang pun yang ditanya mengiyakan, karena memang kenyataan
tidak demikian, terus dari mana datangnya? Maka sungguh benar perkataan Alloh (تعالى):
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ
جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ
اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ
أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ
الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ
الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا (11) } [الأحزاب: 9 - 12]
“Wahai
orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni'mat Alloh (yang telah dikurniakan)
kepada kalian ketika datang kepada kalian tentara-tentara, lalu Kami kirimkan
kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kalian melihatnya. Dan
Alloh adalah Al-Bashir (Maha Melihat) tentang apa yang kalan kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang
kepada kalian dari atas dan dari bawah kalian, dan ketika tidak tetap lagi
penglihatan (kalian) dan hati kalian naik menyesak sampai ke tenggorokan dan
kalian menyangka terhadap Alloh dengan bermacam-macam persangkaan. Disitulah
diuji orang-orang yang beriman dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang
sangat”. (Al-Ahzab:
9-12).
Tidak hanya itu, bahkan ketika tragedi besar-besaran
1 Muharrom 1433 Hijriyyah banyak “senjata makan tuan”, yaitu mereka (kaum kafir
Rofidhoh) yang di bagian timur Barroqoh menembak Barroqoh dengan senjata berat
semisal mortir (haawun 120),
meriam (midfa’ 37) atau yang dinamakan dengan quuquu dan meriam
(midfa’ 122) serta senjata kaki tiga (rasysyasy 7/12) ternyata ada yang nyasar,
terkadang melebihi sehingga mengenai kawan-kawan mereka sendiri yang berada di
arah barat Barroqoh, begitu pula Rofidhoh yang ada di gunung Jamimah melepaskan
tembakan senjata besar ke arah puncak Barroqoh terkadang melebihi yang pada
akhirnya mengenai kawan-kawan mereka yang berada di Masyrohah, siapakah kiranya
yang mengalihkan atau menyasarkan semua tembakan itu?:
{وَمَا
يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ}
[المدثر: 31]
“Dan tidak ada yang mengetahui
bala tentara Robbmu melainkan Dia sendiri. Dan dia itu tidak lain hanyalah
peringatan bagi manusia”. (Al-Muddatsir: 31).
Mujahidin Ahlussunnah hanya dengan menggunakan bunduq
(senjata AK 47),
senapan dan qunbulah (granat) akan tetapi banyak korban Rofidhoh yang
rusak bangkai-bangkai mereka, seakan-akan terkena bom yang dijatuhkan dari
pesawat terbang, kira-kira siapa yang membinasakan mereka dengan kehinaan
seperti itu?:
{فَلَمْ
تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ
وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا
إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (17) ذَلِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ مُوهِنُ كَيْدِ
الْكَافِرِينَ (18)} [الأنفال: 17، 18]
“Maka
(yang sebenarnya) bukanlah kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allohlah
yang membunuh mereka, dan bukan kalian (pula) yang melempar ketika kalian
melempar, akan tetapi Alloh-lah yang melempar. (Alloh berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang yang
beriman, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha
mendengar) lagi Al-'Alim (Maha mengetahui). Itulah (keutamaan Alloh yang
dilimpahkan kepada kalian), dan sesungguhnya Alloh melemahkan tipu daya
orang-orang yang kafir”. (Al-Anfal: 17-18).
Pertanyaan:
Kami mendengar bahwa ada seseorang berkata:
Bahwasanya Amin Ambon ketika melakukan penyerangan pada pertengahan
Muharrom 1433 Hijriyyah beliau tidak mengetahui medan (perang), apakah itu
benar?.
Jawaban:
Itu
hanyalah sandiwara yang dikarang-karang oleh si pembuat cerita, Al-Akh Abu
Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Alloh merohmatinya- pernah bercerita kepada kami bahwa beliau pada
awal-awal di Dammaj salah bergaul dan salah memilih kawan, sampai ada
kawan-kawannya yang la’ab (suka main) mengajaknya jalan-jalan dan
rekreasi di gunung-gunung sekitar Dammaj.
Dari
sini kita ketahui bahwasanya beliau sudah tahu tentang lokasi gunung-gunung di
sekitar Dammaj, lebih-lebih di gunung Masyrohah yang merupakan tempat yang
terdekat dekat masjid Ahlussunnah Dammaj, lagi pula proses hujum (penyerangan)
yang Amin dan kawan-kawannya telah diatur sedemikian rapinya akan tetapi Alloh
yang Al-Hakim (Maha Bijaksana) menghendaki lain –yang kami menganggap
itu adalah kebaikan-.
Berikut kisah penyerangan Amin
dan kawan-kawan:
Beberapa kawan-kawan kami
mengisahkan kepada kami diantara mereka adalah seorang dari Habasyah dan juga
kami pernah mendengarkan dari komandan penyerangan ketika itu:
Ketika sudah ada rencana
penyerangan maka saudara-saudara (termasuk Amin dan Adam –semoga
Alloh merohmati keduanya-) langsung mendaftar dan proses pendaftaran
secara sembunyi-sembunyi, setelah itu komandan penyerangan mengatur strategi
dan membagi pasukan menjadi dua bagian; satu pasukan menyerang ke matras ‘Annan
dan satu lagi ke Masyrohah, adapun yang menyerang ke Masyrohah diantara mereka
adalah Amin Al-Amboniy, Mubarroq Al-Libiy, Haidar Ar-Rusiy.
Sebelum melakukan penyerangan maka komandan penyerangan yang mau menyerangan ke
Masyrohah memberitahukan komandan yang mau menyerang ke matras ‘Annan
bahwa pemberian peringatan dimulainya dengan tembakan ke angkasa sebanyak tiga
kali. Ketika pasukan sudah bergerak ternyata rahasia penyerangan sudah
terbocorkan, sehingga ketika Amin Al-Amboniy dan kawan-kawannya baru
mendaki ke gunung Masyrohah, yang mereka mengambil dari arah bagian belakang matras
Rofidhoh tiba-tiba Rofidhoh yang ada di Masyrohah menembak ke angkasa tiga
kali, maka pasukan yang mau menyerang ke matras ‘Annan ketika mendengar
tiga tembakan tersebut mereka langsung maju menyerang dan berhasil menguasai matras
‘Annan.
Adapun Amin Al-Amboniy
dan kawan-kawan mereka sudah terjebak, maka terjadilah saling tembak menembak,
akan tetapi karena Rofidhoh sudah bersiap-siap dari sebelumnya maka tentu
mereka lebih cepat mendahului, sampai Rofidhoh pemegang rosysyasy
(senjata besar kaki tiga) melepaskan tembakan membabi buta, direntet habis-habisan
pelurunya, padahal yang dia tembak hanya Amin Al-Amboniy dan Mubaroq
Al-Libiy, keduanya pun terbunuh –semoga Alloh merohmati keduanya dan
menjadikan keduanya termasuk para syuhada-.
Penyerangan ke Masyrohah dan ke matras ‘Annan
ini (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- kemenangan ada pada pihak yang
menyerang, Abu Ismail Al-Wadi’iy –semoga Alloh menjaganya-
berkata sebagaimana dalam “Hishoru Dammaj…” (hal. 222): “Telah
mengabarkan kepadaku salah seorang kerabatku bahwasanya Khutsiyyin (Rofidhoh)
pada hari (diserangnya) Masyrohah mereka membawa 4 (empat) mobil yang penuh
dengan korban (terbunuh)”. Dia juga berkata: “Aku melewati nuqtah (pos
jaga Rofidhoh) maka aku melihat salah seorang Khutsiy yang sudah tua menangis,
aku berkata: Ada apa denganmu? Dia berkata: “Terbunuh beberapa orang dari
kerbat-kerabatku”.
Pertanyaan:
Kami mendengar bahwa ada seseorang juga berkata:
“Apa mereka yang melakukan penyerangan itu tidak berniat mau balik (mundur) ke matras
Barroqoh yang pada akhirnya mereka terbunuh seperti itu?”.
Catatan: Dengan perkataan itu orang-orang yang
dangkal pemahamannya pun mengira bahwa mereka sama halnya bunuh diri!.
Jawaban:
Yang melakukan penyerangan di Masyrohah dan yang bisa
mundur mundur, diantara yang bisa mundur adalah Haidar Ar-Rusiy –semoga
Alloh merohmatinya- dan komandan penyerangnya, keduanya mundur dan
selamat sampai di masjid Ahlussunnah Dammaj.
Begitu pula yang di matras ‘Annan, ada salah
seorang yang bisa mundur (setelah beliau sadar dari pingsannya karena luka pada
pahanya), lalu bergabung dengan saudara-saudaranya
yang di matras di Barroqoh (dan ini sehari setelah penyerangan), adapun
yang lainnya tidak bisa mundur karena sudah terjebak (terkepung), mereka
sebelumnya ketika awal penyerangan berhasil menguasai matras ‘Annan dan
mereka tidak langsung mundur karena sudah mendengar tiga tembakan di Masyrohah
dan mereka mengira bahwa saudara-saudara mereka yang menyerang Masyrohah sudah
berhasil menguasai dan menduduki Masyrohah akhirnya yang tersisa dari mereka
pun bertahan di matras ‘Annan hingga sampai menjelang zhuhur, kemudian
setelah itu Rofidhoh menghujani matras ‘Annan dengan senjata-senjata
berat, yang pada akhirnya saudara-saudara Ahlussunnah yang tersisa di matras
‘Annan terbunuh semuanya –semoga Alloh merohmati mereka dan menjadikan
mereka sebagai para syuhada’-.
Pertanyaan:
Ada orang-orang membicarakanmu
tentang perjuanganmu dalam jihad ini, lebih-lebih tentang da'wahmu, diantara
mereka ada yang mencelamu karena sebab jarh (kritikan)mu terhadap para
pengacau da'wah dan ada pula dari yang lainnya mencelamu dari sisi ilmu dan lainnya,
maka apa tanggapanmu terhadap mereka itu?
Jawaban:
Rosululloh (صلى الله عليه وسلم)
berkata:
«لَا يزالُ
طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»
“Akan
senantiasa ada sekelompok dari umatku di atas kebenaran, yang mereka tertolong,
tidaklah memudhoratkan mereka orang yang menyelisihi mereka, sampai datang
keputusan Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud –semoga
Alloh merohmatinya- dari hadits Tsauban –semoga Alloh meridhoinya-.
Al-Imam Al-Bukhory juga meriyatkannya dari hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah
dengan lafadz:
«لاَ يَزَالُ
طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ
ظَاهِرُونَ»
“Akan senantiasa ada sekelompok
dari umatku, yang mereka (di atas) kemenangan, sampai datang kepada mereka
keputusan Alloh dan mereka (di atas) kemenangan”.
Kami selalu berdoa dan berharap kepada Alloh supaya menjadikan kami
termasuk dari sekelompok umatnya tersebut.
Biarkan orang yang berbicara itu berbicara! Dan
biarkan orang yang mencela itu mencela! (والحمد لله) -dan
segala puji bagi Alloh-, kami masih berada di sisi para ulama’, kami masih
memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan menambal segala sesuatu yang dikira
sebagai kecacatan atau aib, adapun para komentator dan para pencela itu –kalau
mereka adalah keluaran dari Dammaj- maka kami sudah tahu tentang mereka ketika
di Dammaj, kami tahu pergaulan mereka, dan kami tahu sampai dimana kemampuan
mereka. Bukanlah suatu prestasi terbaik dan bukan pula sebagai kesuksesan bila
memiliki banyak pengikut namun para pengikut tersebut ternyata menjadi musuh
dalam selimut, sungguh telah berlalu seseorang yang paling banyak pengikutnya
namun ternyata para pengikut itu menjadi bumerang baginya dan dia pun akhirnya
hina dan rendah:
{قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ
بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26]
“Katakanlah:
"Ya Alloh, Ya (مَالِكَ) Yang Memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki, di Tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau
atas segala sesuatu adalah Al-Qodir (Maha Menguasai)”. (Ali Imron: 26).
Adapun perjuangan kami dalam berjihad ini (الحمد لله) -segala
puji bagi Alloh- kami di atas al-haq (kebenaran), kami berjihad di
atas keterangan yang jelas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan kami berjalan di
atas bimbingan dan pengarahan para ‘ulama, tidak hanya itu bahkan kami bersama-sama
dengan para ulama dalam satu barisan ketika berlagak di medan jihad:
{وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ
إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ
يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (83) فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ
يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ
تَنْكِيلًا (84)} [النساء: 83، 84]
“Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
maa mereka langsung menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rosul
dan ulil Amri (para ‘ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan mampu) mengetahuinya dari mereka (Rosul dan ulil
Amri) itu. Kalau bukanlah karena keutamaan dan rahmat-Nya atas kalian, maka
sungguh kalian akan mengikuti syaithon, kecuali sebagian kecil saja (diantara
kalian). Maka berperanglah kalian di jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani
melainkan dengan kewajibanmu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang yang
beriman (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan orang-orang
yang kafir itu. Allah sangat besar kekuatan dan sangat keras siksaan-(Nya)”. (An-Nisa’: 83-84).
Pertanyaan:
Kalau di tanah air Indonesia muncul para pemberontak
memerangi pemerintah muslim atau ada dari negara lain menyerang tanah
air, apakah warga Indonesia yang ada di Dammaj siap kembali ke Indonesia
membantu pemerintahnya?
Jawaban:
Kalau pemerintah Indonesa membutuhkan kami dan kami
memiliki biaya perjalanan dari Dammaj ke Indonesia maka tentu kami akan
bersegera memenuhi permintaan mereka, kami akan berjihad bersama mereka dalam
menghadapi para pemberontak tersebut, karena merupakan prinsip dan aqidah kami
adalah berjihad bersama pemerintah muslim, sebagaimana yang dikatakan
oleh pendahulu-pendahulu kami yang sholih:
"الحَجُّ
وَالجِهَادُ مَاضِيَانِ مَعَ أُولي الأمْرِ مِنَ المُسْلِمِينَ، بَرِّهمْ
وَفاجِرِهِمْ، إلى قيَامِ السَّاعَةِ".
“Haji
dan jihad berjalan bersama pemerintah dari kaum muslimin, (pemerintah) yang
baik dan yang kejam hingga hari kiamat”.
Asy-Syaikh Ar-Rojihiy –semoga
Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Syarhuth Thohawiyyah”
(hal. 290): “Dan ini juga termasuk dari landasan-landasan Ahlussunnah dan
(termasuk dari) aqidah mereka, dan dia adalah berjalannya haji dan jihad
bersama pemerintah muslim, sama saja dia itu baik atau jahat. Ini adalah termasuk
landasan-landasan Ahlussunnah sebagai bentuk penyelisihan terhadap ahlu
bid’ah (pembuat perkara-perkara baru dalam agama) baik yang dari kalangan
Rowafidh (jamak dari rofidhoh), Khowarij dan Mu’tazilah, karena
sesungguhnya mereka tidak berpendapat haji dan tidak pula jihad bersama
penguasa yang baik dan jahat, karena Khowarij berpendapat tentang pemimpin yang
jahat wajib untuk memeranginya dan melengserkannya serta mengeluarkannya dari
kepemimpinan karena sesungguhnya dia telah kafir. Demikian pula Mu’tazilah
mereka berpendapat bahwasanya dia telah keluar dari keimanan dan masuk ke dalam
kekafiran. Dan Rowafidh tidak melihat adanya kepemimpinan melainkan dari yang
pemimpin yang ma’shum (terjaga dari dosa) dan Ahlussunnah menyelisihi
mereka, dan mereka (Ahlussunnah) berpendapat tentang haji dan jihad bersama
pemerintah yang baik atau yang jahat”, -selesai-.
DAFTAR RUJUKAN
1.
Al-Qur’anul
Kariim.
2. Shohihul
Bukhory/Al-Imam
Muhammad Al-Bukhory/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
3. Shohihu
Muslimin/Al-Imam
Muslim bin Hajjaj/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
4. Sunan
Abi Dawud/Al-Imam
Abu Dawud/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
5. Syarhuth
Thohawiyyah/Asy-Syaikh
Ar-Rozihy/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
6. Hishooru Dammaaj Karoomaatun wa Barokaatun wa ‘Ibarun
wa ‘Izhoot/Abu Hamzah Muhammad bin Hasan As-Siwary/Maktabah
Al-Falaah-Daarul Kunuuz Dammaj-Yaman/1433 H.
7. Lammud Duril Manshur/Abu Furoihan Jamal
bin Furoihan Al-Haritsy/Maktabah Al-Hadyi Al-Muhammady Kairo/1429 H.
8. Irsyadul Qaumi Biahkamin Naumi/Abul
Abbas Khodir bin Salim Al-Andunisy/Maktabah Al-Falaah-Daarul Kunuuz
Dammaj-Yaman/1433 H.
1. Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin
Nurdin Al-Amboniy Rohimahulloh.
2. Abul Jauhar Adam bin Ahmad
Al-Bandawiy Rohimahulloh.
3. Abu Kholifah Abdul Ghofur
Al-Lumajangiy Rohimahulloh.
4. Abu Haidar As-Sumathriy Rohimahulloh.
5. Sholih As-Sumathriy Rohimahulloh.
6. Hisyam Al-Malayziy Rohimahulloh.
Dan tentang mereka semua
telah kami sebutkan dalam beberapa tulisan kami.
Dan diantara keajaiban
mereka adalah ketika kuburan di pemakaman syuhada' sudah setahun lebih,
kemudian dipindahkan ke pemakaman umum Dammaj karena ada udzur syar'iy maka
didapatilah jenazah-jenazah mereka masih seperti ketika awal mereka dikubur
dulu, Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إنَّ
اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ»
"Sesungguhnya Alloh telah
mengharomkan bagi tanah untuk memakan tubuh-tubuh para Nabi". Diriwayatkan
oleh Ibnu Majah dan An-Nasa'iy dari Aus bin Aus.
Ibnu Abdil Barr Rohimahulloh memperkecualikan dengan para
syuhada', beliau berkata:
"وَحَسْبُك
مَا جَاءَ فِي شُهَدَاءِ أُحُدٍ وَغَيْرِهِمْ".
"Cukup bagimu dengan para syuhada'
Uhud dan yang selain mereka (karena jenazah mereka masih utuh seperti awal
dikuburkan)". Dan beliau juga meyebutkan tentang kisah Jabir bin
Abdilloh semoga Alloh meridhoinya yang memindahkan kuburan bapaknya
maka didapatilah bapaknya masih utuh seperti keadaan awal dikuburnya".
[2] Tidak hanya para penuntut ilmu, namun para da'i
gelandangan semisal Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy dan jaringannya berambisi
untuk menguasai Dammaj, sampai dia dan kawan-kawannya berupaya menghasut warga
Dammaj untuk melengserkan Syaikhuna dari kursinya supaya mereka mengangkat
pengganti, kasian sekali mereka itu!.
Akhir-akhir ini dia
(Al-Washobiy) berkata lagi: "Masjid kami adalah masjid mereka (Ahlussunnah
yang bersama Syaikhuna) dan masjid mereka adalah masjid kami", kasihan
nampak kalau dia sangat kebingungan!.
Ditambah lagi ucapan
ngawurnya: "Kami ingin Dammaj kembali seperti zaman Asy-Syaikh
Muqbil".
Mereka sudah
berpura-pura buta dan tuli, padahal dari sejak Syaikhuna mengganti posisi
As-Syaikh Al-Wadi'iy keadaan tidak berubah, Syaikhuna berjalan sebagaimana yang
dijalani oleh Asy-Syaikh Al-Wadi'iy, namun kemudian muncul mereka para pengacau
melakukan makar, Abdurrohman Al-Adaniy beserta jaringannya beramai-ramai
membuat makar, kemudian Al-Washobiy dan jaringannya mendukung mereka dan
berupaya untuk melengserkan Syaikhuna, mereka menjadikan da'wah ini seakan-akan
kursi kepresidenan, irhal! irhal! (lengser, lengser).
[3] Sudah merupakan kebiasaan
beliau adalah senang lari-lari pagi (olah raga), terkhusus pada hari Jum'at
pagi, beliau berolahraga dengan memakai pakaian tentara Yaman, namun dia
memanjangkannya jadi semisal dengan ghomis, dia memakai lengkap sepatu dan
celana tentara yang sudah dia leberkan jadi semisal sirwal, juga membawa
senjatanya.
Ketika beliau sedang lari-lari, maka setiap orang yang
berjumpa dengannya selalu menyerunya "Wahai 'askar!", bila
seruan tersebut beliau dengar maka beliau langsung berkata: "La taqul
'askar, laakin qul Mujahid!", jangan kamu berkata: "Tentara",
akan tetapi berkatalah: "Mujahid".
[4] Tentang mereka ini,
kami belum pernah berjumpa dengan mereka, ada beberapa orang menyampaikan
kepada kami bahwa mereka dari Ma'rib, dan belajar di sana, ada pula yang
menyatakan bahwa mereka dari Shon'a, kami bersyukur kepada mereka –semoga
Alloh membalas mereka dengan kebaikan- dan kami berdoa untuk mereka -semoga
Alloh menunjuki mereka kepada kebenaran-.
Bismillah,
BalasHapusBarakallahufikum, bisakah dikirimkan kepada ana tulisan ini dalam bentuk pdf.
email ana: tasnedi@gmail.com
Jazakallahkhair