Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

KEAJAIBAN-KEAJAIBAN AHLUSSUNNAH




عجائب أهل السنة ودار الحديث بدماج-صعدة
في قتال الرافضة
KEAJAIBAN-KEAJAIBAN AHLUSSUNNAH
DAN
DARUL HADITS DAMMAJ-SHO'DAH
DALAM
MEMERANGI ROFIDHAH


Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya



http://assaabiquunalawwaluun.blogspot.com

pdf

Down Pdf nya disini !


KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ.
أَمَّا بَعْدُ:
Tulisan ini kami susun sebagai dzakhiroh (simpanan) yang Insya Alloh nantinya akan mengingatkan kami tentang tarikh (sejarah) yang pernah terjadi di Dammaj dan semoga sebagai pengenang terhadap apa yang kami lalui ketika di Darul Hadits Dammaj-Sho'dah-Yaman.
Kami menyadari bahwa apa yang kami tulis ini tentu masih banyak kekurangan, di sana ada yang menulis lebih lengkap dari tulisan ini, diantara mereka yang menulis adalah:
ü  Asy-Syakh Abu Muhammad Abdul Wahhab As-Syamiry –semoga Alloh meridhoinya- telah menulis jilid 1 dari tulisannya, dan sudah diterbitkan oleh Maktabah Al-Falah/Darul Kunuz Dammaj dan untuk jilid ke 2 sedang proses penulisan.
ü  Asy-Syaikh Abu Hatim Sa'id bin Da'as Al-Yafi'y –semoga Alloh merohmatinya- dan Al-Akh Ziyad Al-Yamany –semoga Alloh menjaganya-, keduanya menulis tentang permasalahan yang berkaitan dengan harbus sadisah (perang yang keenam), dan tulisan keduanya telah diterbitkan oleh Maktabah Daril Hadits Dammaj.
ü  Al-Akh Ziyad Al-Yamaniy –semoga Alloh menjaganya- juga sedang proses penulisan tentang hishor dan tragedi pertempuran di Dammaj dan di Kitaf, dan pernah kami serahkan ke beliau tentang data-data para korban asal Indonesia dan Malaysia[1].
ü  Al-Akh Abu Hamzah Muhammad bin Hasan As-Siwariy –semoga Alloh menjaganya-, menulis permasalahan ini dan tulisannya telah diterbitkan oleh Maktabah Al-Falah/Darul Kunuz Dammaj, dan buku termasuk rujukan kami dalam penulisan ini.
ü  Al-Akh Husain bin Ali Al-Kuhalaniy, menulis permasalahan mulai dari hishor hingga selesai hishor, dan tulisannya telah diterbitkan oleh Darul Kunuz Dammaj.



UCAPAN SYUKUR (TERIMA KASIH)

Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata:
«لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
"Tidak bersyukur kepada Alloh siapa yang tidak bersyukur kepada manusia". Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidziy dari Abu Huroiroh dan Al-Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Huroiroh, Abu Sa'id Al-Khudriy, Al-Asy'asiy bin Qois dan pada riwayat lain dari Abu Said Al-Khudriy dengan lafadz:
«مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ».
"Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia maka dia tidak bersyukur kepada Alloh (عَزَّ وَجَلَّ)".
Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan syukur (terima kasih) kami kepada:
ü Pemerintah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang mana mereka ikut berduka cita dengan terbunuhnya 5 (lima) warga negara Indonesia di Dammaj, dan mereka –melalui pihak KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) yang berada di Shon'a- telah membantu proses pengiriman barang-barang saudara-saudara kami (para korban) ke kampung halaman masing-masing, juga bantuan pendanaan mereka terhadap salah satu kawan kami yang terluka hingga pulang sampai ke kampung halamannya, serta perhatian mereka terhadap para pelajar Indonesia yang ada di Darul Hadits Dammaj semoga Alloh menjaga mereka dan membantu mereka dalam menjalankan kebaikan-kebaikan. 
ü Al-Walid Al-Karim (Bapak yang Mulia) Abu Amin Nurdin Al-Amboniy beserta keluarganya dan Al-Akh Al-Karim (Saudara yang Mulia) Hasyim Surabaya beserta keluarganya yang mana mereka telah banyak membantu para penuntut ilmu yang tidak mampu semoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka dengan kebaikan yang banyak.
ü Al-Akh Al-'Aziz Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy As-Seramiy yang beliau adalah orang yang pertama kali menyebarkan da'wah Ahlussunnah di Limboro semoga Alloh merohmatinya dan menjaga putra-putrinya serta menjaga keluarga besar Salim Al-Limboriy dan memberikan kemudahan kepada mereka dalam mendirikan pondok pesantren di Limboro.
ü Al-Akh Abu Yasmin Umar beserta keluarganya semoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka dengan kebaikan, yang mana mereka telah membantu dalam penyebaran da'wah Ahlissunnah.
ü Kepada siapa saja yang pernah berbuat baik kepada kami dan yang mencintai kami karena Alloh (عَزَّ وَجَلَّ) semoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka dengan kebaikan yang banyak. 
وصلوات الله وسلامه على نبينا الكريم وعلى آله وأصحابه أجمعين.
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
Di Darul Hadits Dammaj pada malam Senin  17 Jumadits Tsaniyah 1434 Hijriyyah



KEUTAMAAN DARUL HADITS DAMMAJ

Darul Hadits Dammaj merupakan tempat ilmu yang terbesar di dunia, yang diajarkan padanya berbagai macam bidang ilmu syar’y.
Abu Asy-Syaikh Adnan Hafizhohulloh ketika menziarohi putranya (Asy-Syaikh Adnan) di Dammaj maka Syaikhuna Yahya Hafizhohulloh mempersilahkannya untuk menyampaikan nasehat, lalu beliau maju dan Syaikhuna turun dari kursinya dan beliau duduk di kursi Syaikhuna lalu menyampaikan nasehat, diantara nasehatnya: “Kalian wahai para penuntut ilmu di negri ini telah berada di tempat, yang banyak dari umat manusia berangan-angan untuk ke negri ini dalam rangka menuntut ilmu[2], sungguh negri (Darul Hadits) ini tidak ada yang semisalnya di muka bumi ini, dan bersyukurlah kalian karena kalian berada di atasnya. Sungguh telah terkumpul dua keutamaan bagi kalian; kalian bisa menuntut ilmu di negri ini dan kalian bisa berjihad melawan Rofidhoh”. Dan beliau ucapkan ini setelah hishor (pengepungan) Darul Hadits Dammaj.
Al-Ustadz Abu Mas’ud Lamongan semoga Alloh menjaganya ketika di Dammaj berkata: “Dammaj ini adalah tempat belajar yang paling baik, saya tidak mendapatkan yang lebih baik darinya”.
Sebagian orang-orang ‘Ajm berkata: “Kami sudah keliling ke beberapa markaz ilmu namun kami tidak dapatkan yang semisal Dammaj, kami sudah ke Mesir (Kairo), Saudi dan Pakistan bahkan kami juga keliling di dalam negri Yaman seperti ke Fuyus, Ma’rib, Damar, Ma’bar dan Hadromaut namun tidak kami dapatkan yang semisal Dammaj”.



PENUNTUT ILMU DI DARUL HADITS DAMMAJ

Merupakan salah satu ayat dari ayat-ayat Alloh (تعالى) adalah dijadikannya umat manusia berqobilah-qobilah, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, serta berbeda-beda bahasa.
Dari berbagai latar belakang tersebut banyak pula dari manusia memiliki ciri khas dan perbedaan yang beraneka ragam; ada dari mereka berwarna kulit hitam, ada yang berkulit putih, dan ada pula yang diantara keduanya.
Semua itu memiliki maksud yang mulia sebagaimana yang Alloh (تعالى) katakan:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)} [الحجرات: 13]
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang prempuan dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berkabilah-kabilah supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Alloh adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) lagi Al-Khobir (Maha Mengenal)”. (Al-Hujurot: 13).

Pertanyaan:
Kami mendengar bahwa orang yang akan belajar di Darul Hadits Dammaj memiliki persyaratan yaitu dia harus Ahlussunnah atau mendapatkan rekomendasi dari Ahlussunnah yang dikenal di negrinya, bagaimana dengan orang yang bukan Ahlussunnah atau dia masih awam yang memiliki kemauan tinggi untuk belajar ke Dammaj?

Jawaban:
Syaikh kami An-Nashihul Amin Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya- pernah menyebutkan persyaratan tersebut dan Al-Akh Abu Hamzah Muhammad bin Hasan As-Siwariy –semoga Alloh menjaganya- menyebutkan pula persyaratan tersebut sebagaimana di dalam kitabnya “Hishoru Dammaj Karomatun wa Barokatun…” (hal. 10).
Kalau dia masih awam atau berlatar belakang selain Ahlussunnah maka cukup baginya melakukan pendekatan dengan Ahlussunnah yang ada di negaranya atau kalau dia sudah terlanjur berangkat atau sedang berada di Yaman maka cukup baginya menghubungi warga negaranya yang ada di Dammaj sehingga dengan itu dia diperkenalkan kepada Syaikhuna Yahya, hal ini sebagaimana kami dapati di Dammaj, banyak orang-orang awam berdatangan ke Dammaj bahkan orang-orang Badui (pedalaman), akan tetapi mereka datang dengan Ahlussunnah, begitu pula kami dapati seseorang yang latar belakangnya dari JT (Jama’ah Tabligh), dia berasal dari Shon’a, dia ketika ke Dammaj pada bulan Sya’ban 1433 H. Dia terkadang menampakan kepribadiannya sebagai seorang JT, pada suatu hari ketika kami sedang mengajari orang Yaman dengan kitab “Al-Mumti’ Syarhu Al-Ajrumiyyah” dan “Al-Mabadiul Mufidah fit Tauhid wal Fiqhi wal Aqidah” tiba-tiba dia datang dan minta izin untuk ikut pelajaran kami, maka kami mempersilahkannya, pada pertemuan berikutnya dia datang dengan membawa sebotol air dan meminta kami untuk membacakan sesuatu kemudian kami tiupkan ke dalam botol tersebut supaya dia meminum (mengalap berkah) darinya, orang-orang pun terheran-heran melihat prilakunya, setelah itu kami bertanya-tanya tentang perihalnya dan dia menyebutkan latar belakangnya, bahwa dia adalah JT dan dia bisa datang ke Dammaj karena ada temannya seorang Ahlussunnah yang mengantarnya ke Dammaj.   
Dan terkadang pula ada orang-orang Badui (pedalaman) yang datang di Dammaj, mereka tinggal di sakan (asrama), bila mas’ul (penangung jawab) asrama membuat peraturan tata tertib asrama mereka selalu menyelisihi, sampai pernah di dapati di dalam sakan sebotol aqua yang berisi air kencing, dan hal tersebut disampaikan kepada Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya- namun beliau dengan akhlaknya yang terpuji, beliau tidak mengusirnya, beliau bersabar dan terus memberikan nasehat yang indah dan pengarahan yang bagus, hal ini sebagaimana terjadi di zaman Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan Al-Imam Muslim di dalam “Ash-Shohihain” dari hadits Anas bin Malik–semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata:
"قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي المَسْجِدِ، فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»".
“Seorang Arob Badui (pedalaman) berdiri lalu kencing di dalam masjid, maka orang-orang membentaknya, maka Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata kepada mereka: “Biarkan kalian dia itu (menyelesaikan kencingnya) dan tuangkanlah oleh kalian atas kencingnya dengan setempat dari air atau seember dari air, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidaklah kalian diutus untuk membuat kesulitan”. Dan hadits ini adalah lafadznya Al-Bukhory dari hadits Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-.

Pertanyaan:
Apakah benar bahwa pemerintah Indonesia meminta warga Indonesia yang ada di Dammaj untuk meninggalkan Dammaj dan apakah benar bahwa pemerintah Indonesia kemudian melarang warga Indonesia untuk belajar di Dammaj?

Jawaban:
        Kami sangat bersyukur (berterima kasih) banyak kepada pemerintah NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia) yang memiliki perhatian terhadap warga negara Indonesia yang ada di luar negri, terkhusus yang ada di bumi Dammaj, dan kami berdoa untuk mereka semoga Alloh memberi hidayah dan taufiq kepada mereka serta menolong mereka dalam menjalankan kebaikan.
Ketika terjadi hishor maka pemerintah Indonesia melalui pihak KBRI (kedutaan besar Republik Indonesia) di Shon’a menghubungi para segenap warga Indonesia yang ada di Dammaj untuk meninggalkan Dammaj, ada dari sebagian warga Indonesia memenuhi permintaan tersebut dan pemerintah mendanai mereka hingga sampai ke kampung halaman masing-masing, adapun kebanyakan dari warga Indonesia yang ada di Dammaj meminta udzur (alasan) yang syar’iy, bahwa tidak dibenarkan secara syar’iy (secara hukum Islam) seseorang meninggalkan suatu tempat yang tempat tersebut terdapat peperangan, karena perbuatan tersebut termasuk dari dosa besar, Alloh (تعالى) berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ (15) وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (16) } [الأنفال: 15، 16]
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerang kalian, maka janganlah kalian membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh, dan tempatnya adalah neraka Jahannam. dan sangat buruklah tempat kembalinya”. (Al-Anfal: 15-16).
Kami sangat bergembira ketika pemerintah kami menerima udzur syar’iy kami. Dan kami selalu mendoakan mereka agar Alloh memberi hidayah dan taufiq serta menolong mereka dalam menjalankan kebaikan, karena ini adalah aqidah kami.
Termasuk dari aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah adalah mendoakan kebaikan kepada pemerintah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Alloh merohmatinya- di dalam “Asy-Siyasah Asy-Syar’iyyah” (hal. 129) berkata:
"ولهذا كان السَّلَفُ كالفُضيل بن عياض وأحمد بن حنبل وغيرهما يقولون: لو كان لنا دعوةٌ مجابةٌ لدعونا بها للسلطان"..
Dan oleh karena ini, dahulu para salaf (pendahulu umat ini) seperti Al-Fudhoil bin ‘Iyadh dan Ahmad bin Hanbal dan selain keduanya mereka berkata: “Kalaulah pada kami ada doa yang terkabulkan maka sungguh kami gunakan untuk mendoakan sulthan (pemerintah)”.
Al-Imam Al-Fudhoil bin ‘Iyadh –semoga Alloh berahmatinya- berkata sebagaimana dalam “Hilyatul Auliya’” (8/91):
"لَوْ أَنَّ لِيَ دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً مَا صَيَّرْتُهَا إِلَّا فِي الْإِمَامِ قِيلَ لَهُ: وَكَيْفَ ذَلِكَ يَا أَبَا عَلِيٍّ؟ قَالَ: مَتَى مَا صَيَّرْتُهَا فِي نَفْسِي لَمْ تُجْزِنِي وَمَتَى صَيَّرْتُهَا فِي الْإِمَامِ فَصَلَاحُ الْإِمَامِ صَلَاحُ الْعِبَادِ وَالْبِلَادِ".
“Kalaulah sesungguhnya ada padaku satu doa yang mustajabah (dikabulkan) maka aku tidak akan mengalihkan (ke yang lain) melainkan (aku doakan) untuk pemerintah, dikatakan kepadanya: Bagaimana dengan itu wahai Abu Ali? Beliau berkata: Kenapa saya tidak menggunakan doa tersebut untuk diriku karena tidak mencukupiku dan kenapa saya menggunakannya untuk pemerintah karena kebaikan pemerintah adalah kebaikan para hamba dan negara”.
Adapun kalau pemerintah melarang untuk ke Dammaj secara terang-terangan maka kami tidak mengetahui permasalahan ini, yang jelas kami sebagai Ahlussunnah memiliki husnuzh zhon (berbaik sangka) kepada pemerintah kami, apalagi mereka adalah termasuk dari kaum muslimin. Dan kami menasehatkan kepada mereka supaya tidak berkeinginan untuk mencegah atau melarang warga Indonesia yang mau pergi belajar di Dammaj, karena menghalangi atau melarang manusia dari kebaikan adalah termasuk sebab dari sebab-sebab kebinasaan dan keruntuhan, coba kita ambil pelajaran dari 2 (dua) negara adi daya (Persia dan Romawi), ketika Hiraklius (Kaisar) dan Kisro' yang merupakan pemimpin dua negara tersebut melarang dan mencegah siapa saja yang menyambut da'wah Islam dan bahkan mereka memerangi siapa saja yang memeluk agama Islam maka Alloh (تعالى) menyegerakan keruntuhan kepada dua negara tersebut disebabkan doanya Rosululloh (صلى الله عليه وسلم), sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy –semoga Alloh merahmatinya- di dalam “Ash-Shohih” dari hadits Abdulloh bin Abbas –semoga Alloh meridhoi keduanya- bahwasanya Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) mengutus dengan suratnya kepada seseorang dan memerintahkannya untuk menyampaikannya kepada pembesar Al-Bahroin, lalu dia menyampaikannya ke Kisro', maka tatkala dia membacanya dia pun menyobeknya, maka Nabi (صلى الله عليه وسلم) mendoakan atas mereka:
«أَنْ يُمَزَّقُوا كُلَّ مُمَزَّقٍ».
“Supaya mereka disobek-sobek dengan berbagai sobekan”.
Berbeda halnya dengan pemerintah Habasyah yang ketika itu dipimpin oleh Raja Najasyiy –semoga Alloh meridhoinya-, beliau membukakan jalan bagi para shohabat Nabi (صلى الله عليه وسلم) yang hijroh di negrinya, bahkan beliau melindunginya, yang kesudahan dari perbuatannya tersebut beliau pun meraih dua kemuliaan; di dunia beliau sebagai raja dan beliau teranggap sebagai salah satu dari para shohabat Nabi (صلى الله عليه وسلم), diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy di dalam “Ash-Shohih” dari hadits Jabir –semoga Alloh meridhoinya-, bahwa Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata ketika An-Najasyiy meninggal dunia:
«مَاتَ اليَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ، فَقُومُوا فَصَلُّوا عَلَى أَخِيكُمْ أَصْحَمَةَ»
Pada hari ini telah meninggal dunia seorang lelaki yang sholih. Maka berdirilah kalian lalu sholatlah kalian atas saudara kalian Ashhamah”.
Maka kami nasehatkan kepada pemerintah kami untuk memilih jalan sebagaimana yang dilakukan oleh lelaki yang cerdas yang beliau adalah termasuk salah seorang shahabat Nabi (صلى الله عليه وسلم) yang nama beliau adalah Ashhamah dan gelar beliau adalah Raja Najasyiy –semoga Alloh meridhoinya-.  


UMAT MANUSIA DARI BERBAGAI NEGARA TERDAPAT DI DARUL HADITS DAMMAJ

Sungguh Alloh (تعالى) telah mengumpulkan manusia di Darul Hadits Dammaj dari berbagai negara, diantaranya dari:
1.     Nusantara (Indonesia).
2.     Malaysia (Melayu).
3.     Singapura (Singapure).
4.     Australia.
5.     China.
6.     Amerika.
7.     Kanada.
8.     Belanda (Holand).
9.     Inggris (Britonia).
10.                    Afrika.
11.                    Tanzania.
12.                    Libia.
13.                    Al-Jazair.
14.                    Prancis.
15.                    Maghrib.
16.                    Soumalia.
17.                    Etopia.
18.                    Sudan.
19.                    Rusia.
20.                    Afganistan.
21.                    Pakistan
22.                    Kazistan.
23.                    India.
24.                    Palestina.
25.                    Yordan.
26.                    Kuwait.
27.                    Yaman.
28.                    Dan lain-lain.
Pertanyaan:
Bagaimana dengan penuntut ilmu yang dari selain Arob yang tidak bisa berbahasa Arob, apakah dia harus belajar bahasa Arob dulu baru ke Dammaj ataukah dia langsung ke Dammaj?

Jawaban:
        Kalau dia sudah memiliki kesanggupan (dana) maka tidak mengapa baginya untuk langsung datang ke Darul Hadits Dammaj, dari negara manapun dia, karena di Dammaj terkadang ada dari orang-orang ‘Ajm (selain Arob) membuka pelajaran khusus untuk orang ‘Ajm yaitu dengan bahasa Inggris, jika dia memiliki kenalan dari negaranya maka dia belajar ilmu bahasa Arob dengannya, atau dia langsung berteman dengan orang ‘Ajm yang bukan dari negaranya karena mereka ketika berbahasa Arob, mereka menggunakan bahasa Arob yang fasih (benar) dan dengan sebab ini dia akan terdorong dengan cepat berbahasa Arob, atau dia langsung mencari teman dari orang Arob yang bahasanya fasih hal ini sebagaimana yang Al-Akh Al-Mujahid Sufyan Kinan asal Prancis –semoga Alloh merohmatinya-[3], beliau mantan tentara di Prancis dan datang di Dammaj dalam keadaan tidak bisa berbahasa Arob sama sekali, akan tetapi karena awal-awal datang beliau duduk di shoff awwal (samping mimbar) dan berteman dengan orang Arob dan ‘Ajm yang berbahasa fasih beliau pun dengan cepat bisa berbahasa Arob, dan beliau –semoga Alloh merahmatinya- meninggal di gunung Barroqah pada malam Selasa tanggal 4 Muharrom 1433 H.
Dan diantara keajaiban saudara kita ini semoga Alloh merohmatinya adalah ketika sudah setahun lebih dimakamkan di pemakaman syuhada', kemudian semua kuburan di pemakaman syuhada' dipindahkan ke pemakaman umum, maka didapatilah jenazahnya beliau dalam keadaan utuh, pakaian tentara dan jeket semuanya utuh, wajahnya da kulitnya jelas seakan-akan beliau baru saja tidur, sungguh benar perkataan Robb kami:
{وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171) الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ (172) الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173)} [آل عمران: 169 - 173]
"Dan janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Alloh itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Robnya dengan mendapat rezqi. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhowatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan ni'mat dan karunia yang yang besar dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Alloh dan Rosul-Nya sesudah mereka terluka, bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertaqwa ada pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul-Nya) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Alloh menjadi penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung". (Ali Imron: 169-173).

Pertanyaan:
Apakah benar bahwa orang yang ke Dammaj tersibukan dengan banyaknya hirosah (jaga) sehingga banyak yang tidak sempat belajar?.

Jawaban:
Siapa saja yang mau ke Dammaj untuk menuntut ilmu maka hendaknya dia siap untuk mengamalkan ilmunya, diantara ilmu yang patut untuk dia amalkan adalah ikut berjihad di jalan Alloh yaitu memerangi orang-orang kafir Rofidhoh, dan sungguh telah datang 4 (empat) orang saudara-saudara kami di Dammaj, dan ketika mereka sampai mereka langsung miminta untuk jaga di gunung Barroqah, namun kami belum memperkenankan, bagi mereka cukup untuk jaga di matras (pos) Indonesia depan rumah Imam masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy, sehingga mereka bisa mengikuti pelajaran-pelajaran, karena telah kami atur bahwa pada waktu aman seperti sekarang ini boleh bagi 2 (dua) orang; yang satu jaga dan yang satunya lagi mengikuti pelajaran umum dan boleh pula mengikuti pelajaran khusus, dengan syarat yang satunya menetap di matras, dan giliran jaga perputarannya lumayan panjang (sekitar sebulan).
Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya- selalu mewasiatkan untuk memperhatikan waktu, di waktu hirosoh (jaga) diisi dengan muroja’ah (mengulang-ngulang) membaca Al-Qur’an, yang satu membaca dan yang lain mendengarkan bacaannya, begitu pula beliau mewasiatkan untuk mengambil jata sholat lail (malam) bagi yang jaga malam.
Dan tidaklah kami dapati dari orang-orang Indonesia yang tidak ingin jaga, melainkan karena dia berpenyakit, baik dia berpenyakit pada badannya (dan ini diberi udzur) atau berpenyakit dalam hatinya, bila mereka diberitahu untuk jaga maka mereka beralasan: "Wah cepat sekali giliran jaganya, atau perkataan mereka saya ingin menuntut ilmu saja lah, saya raji-rajib belajar sajalah", dari ucapan seperti ini tampak jelas kalau mereka memang berpenyakit dalam hatinya, tidaklah mereka memiliki teladan dalam masalah, di zaman Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) para shohabat senang jihad dan jaga, sampai pada suatu hari Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) memerintahkan Abu Huroiroh untuk jaga harta sedekah, maka beliau jaga hingga berturut-turun tiga malam, dan ketika beliau sedang jaga maka datanglah maling dari kalangan syaithon untuk mencuri sedekah tersebut, tentang masalah ini telah kami sebutkan di dalam kitab kami "Irsyadul Qoumi Biahkamin Naum" pada bab "Tarkun Naum min Ajlil Hirosah".

Pertanyaan:
Kami mendengar banyak dari saudara-saudari kita salafiyyin mewasiatkan kepada saudaranya yang ada di Dammaj untuk tidak mengikuti peperangan, cukup belajar saja, dan bahkan ada yang pergi dari Dammaj mewasiatkan kepada saudaranya untuk tidak mengikuti perang, apakah wasiat seperti itu dibolehkan secara syar’iy?

Jawaban:
Kalau mereka menginginkan seperti itu, solusi tepat bagi mereka adalah mengangkat kaki dari Dammaj, sehingga mereka lebih puas dalam memenuhi hawa nafsu mereka.
Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkholiy –semoga Alloh menjaganya- berkata –sebagaimana di dalam kitab “Hishoru Dammaj….” (hal. 42): “Demi Alloh yang tidak ada sesembahan selain-Nya dan tidak ada Robb selainnya, kalaulah aku di Yaman maka sungguh aku akan berlagak/menjelajahi Yaman semuanya dalam keadaan mendorong mereka untuk memerangi aliran (Rofidhoh) yang najis ini”.
Dengan dorongan dan pengarahan seperti itu maka tidak heran kalau Abu Huroiroh Al-Andunisiy dan beberapa kawannya Al-Andunisiyyun[4] ikut bergabung dengan mujahidin Ahlussunnah menuju bumi Kitaf dan sesampainya di Kitaf mereka terus bersama murobithin (para penjaga di perbatasan) hingga selesai waktu hishorsemoga Alloh menjaga mereka dan membalas mereka dengan kebaikan yang banyak-.
Orang yang di luar Yaman saja sudah berangan-angan untuk ke Dammaj dalam rangka jihad melawan Rofidhoh maka sungguh sangat memalukan kalau kemudian ada yang kabur dari Dammaj dalam waktu jihad dan mewasiatkan untuk tidak ikut jihad!.
 Beliau (Asy-Syaikh Al-Madkholiy) –semoga Alloh menjaganya- juga berkata sebaimana pada (hal. 43): “Bahwasanya sebagian manusia mengatakan: Sesungguhnya da'wah kita adalah da'wah ta’lim (bimbingan/belajar), baik!, da'wah ta’lim apa yang akan kamu inginkan? Sekarang datang waktu pengamalan, yang pernah kita pelajari tentang jihad, wajib untuk dipraktekan sekarang, yang pernah kita pelajari tentang memerangi musuh Alloh dan Rosul-Nya, wajib untuk dipraktekan sekarang, para Imam Ahil Hadits dan Ahlussunnah wal Hadits bukanlah mereka para pemalas, para Imam Ahlul Hadits mereka adalah Ahlul Jihad, Al-Hafidz Abdul Ghoni Al-Maqdisiy dahulu dibacakan kepadanya dan beliau di tempat jaga di perbatasan, dibacakan kepadanya berjuz-juz dan beliau murobith (jaga di perbatasan) di negri Syam, semalam penuh beliau jaga dan dibacakan kepadanya, bagaimana dikatakan: Da'wah kita adalah ta’lim dan hadits, dan haddatsana (telah menceritakan kepada kami) dan akhbarona (telah mengabarkan kepada kami)?! Siapa yang mengatakan ini maka dia tidak mengetahui ma'na haddatsana dan akhbarona, dan tidak memahami ma'na haddatsana dan akhbarona, kita membaca haddatsana dan akhbarona untuk mengamalkannya”.   
Bahkan Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya- ketika terjadi pertempuran sengit maka beliau keluar dengan memakai ja’bah (pakaian tempat peluruh) dengan membawa senjata dan mengenakan pistol di pengikat pinggangnya, hal yang sama dilakukan pula oleh Imam Masjid Ahlussunnah Dammaj Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya-, akan tetapi hurros (para penjaga) di sekitarnya meminta keduanya untuk tidak keluar karena masih banyak saudara-saudara Ahlussunnah dan warga Dammaj yang siap menghadapi Rofidhoh. Ini sebagai bantahan terhadap para hizbiyyin yang mereka mengatakan bahwa masyayikh Darul Hadits Dammaj memanfaatkan atau memperalat para pemuda dan membuat mereka tersia-siakan waktu mereka.
Tidak hanya 2 (dua) syaikh tersebut yang bertekad untuk ikut langsung terjun di medan tempur bahkan para masyayikh Dammaj ikut mengambil andil dan terjun langung di medan tempur, dintara mereka:
1.  Asy-Syaikh Abu Yahya Zakariya Al-Yafi’iy –semoga Alloh menjaganya-, bahkan beliau dan kawan-kawan membangun matras (benteng/pos) di gunung Barroqoh, yang matras tersebut kemudian dinamai dengan matras Zakariya.
2.  Asy-Syaikh Abu Abdillah Kamal Al-Adniy –semoga Alloh menjaganya-, beliau sangat bersemangat jihad mulai dari harbus sadisah (peperangan yang ke enam) sampai saat ini beliau terus bersemangat jaga. Saudaraku Abu Zakariya Al-Andunisy –semoga Alloh menjaganya- berkata: “Kami jaga di matras ‘Annan (samping barat Barroqoh) ternyata ada Asy-Syaikh Kamal, beliau terus mendorong untuk aktif jaga, beliau bertambah semangat ketika saudaranya Asy-Syaikh Al-Mujahid Abu Hatim Sa’id bin Da’as Al-Yafi’iy –semoga Alloh merohmatinya- meninggal, beliau menginginkan untuk mati syahid”.
3.  Asy-Syaikh Abu Bilal Kholid Al-Hadromiy –semoga Alloh menjaganya-, bila kami hendak ke masjid untuk sholat sering kami mendapati beliau jaga di matras belakang rumah Asy-Syaikh Yahya, biasanya tempat beliau jaga sering disneper oleh penembak jitu Rofidhoh dari gunung Masyrohah.
4.  Asy-Syaikh Adnan –semoga Alloh menjaganya-, ketika terjadi pelepasan tembakan pertama dari desa Nuqu’ maka pada malam harinya kami dan beliau serta beberapa kawan mendatangi sertiap matras mulai dari khondaq (parit) di Hadb sampai di Puskesmas untuk mereka tidak membalas melepaskan tembakan ke arah Rofidhoh, karena mengikuti pesan Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-, setelah itu beberapa hari kami ke gunung Barroqah ternyata kami mendapati beliau jaga di Barroqoh.
5.  Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya- juga demikian selalu aktif dalam jaga, lebih-lebih penjagaan terhadap Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-.
6.  Asy-Syaikh Abu Abdil 'Aziz Turkiy Al-Abdainiy –semoga Alloh menjaganya- juga aktif dalam jaga, ketika kami belajar bersamanya kitab “Syarhu ‘Ilal At-Tirmidziy” setiap pekan beliau berkata: “Besok libur pelajaran karena saya mau jaga".
7.  Asy-Syaikh Abu Hamzah Muhammad Al-Amudiy –semoga Alloh menjaganya-, beliau termasuk yang paling semangat hirosah bahkan paling bersemangat dalam pembangunan matras.
8.  Asy-Syaikh Sa’id bin Da’as Al-Yafi’iy –semoga Alloh merahmatinya-, beliau paling bersemangat dalam berjihad ketika di Dammaj, sebelum Rofidhoh memulai meng-hishor Dammaj, beliau keluar da'wah, ketika sudah terjadi hishor beliau tidak bisa kembali ke Dammaj, kemudian beliau bersama saudara-saudaranya Ahlussunnah berupaya membuka jalan dari Sa’awan –Madinah Sakaniyah-Shon’a menuju Wailah-Kitaf, ketika jalan dari Shon’a menuju Dammaj sudah dibuka dan hishor berhenti maka beliau kembali ke Dammaj, beberapa bulan di Dammaj kemudian beliau keluar da'wah lagi, ketika mau kembali ke Dammaj, di pertengahan jalan beliau diperangi oleh sekelompok Rofidhoh, beliau bersama kawannya kemudian terbunuh –semoga Alloh merohmati keduanya dan menjadikan keduanya sebagai para syuhada’-.
9.  Asy-Syaikh Ahmad Mishbah –semoga Alloh merohmatinya-, ketika beliau mendengar bahwa Dammaj di-hishor maka beliau bergegas bergabung dengan mujahidin Ahlussunnah yang bergerak dari Saawan-Madinah Sakaniyyah-Shon’a menuju Wailah-Kitaf, sebelum beliau terbunuh di bumi Kitaf, beliau berwasiat kepada saudaranya Asy-Syaikh Sa’id bin Da’as Al-Yafi’iy untuk menyampaikan permohonan ma’afnya kepada Syaikhuna Yahya, maka Syaikhuna Yahya memaafkan, mendoakan kebaikan dan rohmat untuk beliau.
10.  Asy-Syaikh Muhib Adh-Dholi’y –semoga Alloh menjaganya-, beliau termasuk salah satu yang terjun langsung di medan jihad di Kitaf, beliau berkata sebagaimana di dalam “Hishoru Dammaj…” (hal. 247): “Nukillah oleh kalian dari kami, bahwasanya kami memerangi Khutsiyyin (Rofidhoh) dengan kebanyakan senjata-senjata mereka”.
11.  Asy-Syaikh Fathul Qodasiy –semoga Alloh menjaganya-, beliau termasuk salah satu pemberi motivasi dan pendorong mujahidin Ahlussunnah untuk bergerak dari Saawan-Madinah Sakaniyyah-Shon’a menuju Wailah-Kitaf, dan terkadang beliau ke masjid As-Sunnah Saawan-Madinah Sakaniyyah-Shon’a untuk mengajar, karena beliau termasuk dari kholifah (pengganti) Asy-Syaikh Abu Ibrohim Muhammad bin Mani’ Al-Ansiy, bila Asy-Syaikh Abu Ibrohim Muhammad bin Mani’ Al-Ansiy –semoga Alloh menjaganya- berhalangan hadir maka beliau yang duduk di kursinya memberi pengajaran kepada kaum muslimin di sana.
Saudaraku Sa’id bin Muhammad Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya- berkata: “Kami berempat (Sa’id, Anas Al-Limboriy, Abu Hamzah As-Seramiy dan Uwais Al-Maidaniy) ketika di masjid Asy-Syaikh Muhammad Mani’ kami mengikuti pelajaran umum Asy-Syaikh Fathul Qodasiy”.
12.  Begitu pula Asy-Syaikh Abu Abdillah Thoriq Al-Ba’daniy, Asy-Syaikh Abdulloh Al-Khaulaniy, Asy-Syaikh Abdul Wahhab Asy-Syamiriy, Asy-Syaikh Abdurrohman Asy-Syamiriy dan yang selain mereka dari para masyayikh dan pengajar di Darul Hadits Dammaj aktif dalam jaga dan jihad –semoga Alloh mejaga mereka semuanya-.

TERPENUHINYA KEBUTUHAN PARA PENUNTUT ILMU DI DARUL HADITS DAMMAJ

Apila seseorang baru datang di Darul Hadits Dammaj maka tentu akan terheran-heran bila melihat banyaknya hidangan sarapan pagi, siang dan malam.
Bila seseorang mengkalkulasi seberapa besar kira-kira mengeluarkan dana dalam sekali makan maka tentu dia akan kerepotan mengkalkulasinya. Sungguh ketika terjadi hishor (pemboikotan) terhadap Darul Hadits Dammaj didapati sangat banyak membutuhkan dana untuk kebutuhan para penuntut ilmu, pada suatu hari di pertengahan hishor Imam masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya- meminta beberapa orang Indonesia untuk membantu menyembelih sapi di depan rumah beliau untuk makan siang para penuntut ilmu, maka kami bertanya: Berapa harga setiap sapi yang dibeli tersebut? Dijawab: Sekitar 800 $ (delapan ratus dolar), ini untuk kebutuhan makan siang, belum ditambah yang lain-lainnya berupa nasi dan yang selainnya?! Belum lagi makan pagi dan malam? Tentu dalam sehari menghabiskan dana yang sangat banyak, maka tentu orang-orang akan bertanya-tanya dari mana pendapatannya? Karena Darul Hadits Dammaj tidak memiliki jam'iyyah/muassasah (yayasan), tidak memiliki tabungan (rekening BANK) dan tidak pula meminta-minta serta mengajukan proposal minta-minta?! Maka jawabannya: Alloh (تعالى) berkata:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)} [الطلاق: 2، 3]
“Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezqi dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Allah akan mencukupkan (kebutuhan)nya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi segala sesuatu”. (Ath-Tholaq: 2-3).
Dan Dia (تعالى) berkata:
{وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ } [الذاريات: 22]
“Dan di langit terdapat rezqi kalian dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepada kalian”. (Adz-Dzariyat: 22).
Merupakan suatu keajaiban pula ketika banyak dari para penuntut ilmu datang ke Darul Hadits Dammaj dengan tanpa memiliki apa-apa namun ketika sampai di Dammaj mereka mendapatkan kecukupan dalam kebutuhan hidup dan belajar.
Salah seorang penuntut ilmu asal Indonesia berkata: "Aku datang di Dammaj dengan tiba-tiba, sampai aku tidak mempersiapkan perbekalan, namun dengan pertolongan Alloh yang Ar-Rozzaq (Maha Pemberi Rezqi) aku pun bisa menuntut ilmu dan bisa hidup di Darul Hadits Dammaj sampai saat ini (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh-".
Saudaraku Abu Muhammad Anas bin Salim Al-Limbory –semoga Alloh menjaganya- berkata: "Dua hari lagi saya mau berangkat ke Dammaj dalam keadaan saya sakit dan saya tidak memiliki persiapan berupa pakaian untuk musim dingin", maka saudaranya di Dammaj berkata kepadanya: Tidak mengapa, berangkat saja insya Alloh sampai di Dammaj kamu akan memperoleh kecukupan, kakakmu dulu ketika ke Dammaj tidak membawa sedolar pun akan tetapi (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- sekarang memperoleh kecukupan hidup dan belajar".  
Salah seorang asal Sudan –semoga Alloh menjaganya- ketika jaga bersama saudaraku Abu Zakariya Al-Andunisiy di matras ‘Annan (sebelah barat Barroqoh) beliau berkata: “Saya sejak datang di Dammaj ini tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki rumah, tidak pula memiliki harta tapi (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh-, Alloh memberiku kemudahan untuk menikah.
Demikian itu bukan pada waktu hishor, bahkan pada waktu hishor pun para penuntut ilmu di Darul Hadits Dammaj senantiasa masih memperoleh kecukupan dan masih bisa hidup ditengah-tengah ujian yang besar.

Pertanyaan:
Kami sering mendengar bahwa banyak para penuntut ilmu asal Indonesia yang tidak memiliki kemampuan dari segi materi namun mereka bisa bertahan sampai bertahun-tahun di Dammaj, akan tetapi kami melihat pula banyak para penuntut ilmu asal Indonesia berpergian meninggalkan Dammaj dalam keadaan mereka memiliki kemampuan materi dan orang-orang tua mereka memberi dukungan maksimal?

Jawaban:
Yang bisa bertahan dalam menuntut ilmu di Dammaj waktu lama itu karena semata-mata pertolongan Alloh (تعالى) kemudian dengan sebab kesabarannya dan pandainya dia memilih teman.
Memang termasuk perkara yang tidak dipungkiri kalau banyak dari penuntut ilmu menginginkan untuk lama di Dammaj akan tetapi tiba-tiba mereka kembali ke Nusantara, hal demikian itu karena ada sebab-sebabnya, diantara mereka:
ü Ada yang ingin menikah.
ü Ada yang terfitnah dengan fitnah hizbiyyah Abdurrohman Al-Adniy sehingga bergegas pergi meninggalkan Dammaj, ada dari mereka pindah ke pondok pesantren hizbiyyin semisal yang ada di Fuyus dan di Ma’bar.
ü Ada yang salah pergaulan, Syaikh kami Yahya –semoga Alloh menjaganya- ketika ada rombongan Indonesia datang dan beliau melihat ada anak-anak maka beliau berwasiat kepada mas’ul (penanggung jawab)nya supaya anak tersebut tidak berteman dengan orang kampung.
Memang suatu kenyataan ada sebagian orang-orang kampung yang tidak memiliki perhatian  terhadap ilmu namun di sana ada juga yang sangat perhatian kepada ilmu, dengan melihat keadaan seperti itu maka Syaikhuna Yahya menasehatkan kalau berteman maka lihatlah kepada yang mencintai ilmu dan memiliki akhlak yang terpuji, karena kalau seseorang bermudah-mudahan berteman dengan orang kampung yang tidak memiliki perhatian kepada ilmu maka suatu saat dia akan berbuat zholim bila kemauannya tidak dipenuhi, dan ini terjadi, sampai ada dari mereka membuat tuduhan dusta, (الله المستعان) -hanya kepada Alloh tempat meminta pertolongan-.
ü Ada yang trauma karena dahsyatnya hishor dan pertempuran di Dammaj, sehingga dia pun bergegas pulang dengan berbagai alasan, padahal sebelumnya dia menegaskan akan pulang ke Indonesia masih lama namun karena tidak sabar dan masih sangat trauma dengan ujian hishor dan perang maka dia pun bergegas kabur dari Dammaj.

Pertanyaan:
          Apakah orang yang kabur dari Dammaj semasa hishor teranggap lari dari peperangan? Dan apakah dia tidak dibolehkan lagi untuk kembali ke Dammaj?

Jawaban:
Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya- ketika pelajaran “Tafsir Ibni Katsir” ketika sampai pada perkataan Alloh (تعالى):
{وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا (12) وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا (13) } [الأحزاب: 12 - 14]
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafiq dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Alloh dan Rosul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya". Dan (ingatlah) ketika segolongan diantara mereka berkata: "Wahai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagi kalian, maka kembalilah kalian". Dan sebagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata: "Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)". Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari. Kalau (Yatsrib) diserang dari segala penjuru, kemudian diminta kepada mereka supaya murtad, niscaya mereka mengerjakannya; dan mereka tidak akan bertangguh untuk murtad itu melainkan dalam waktu yang singkat”. (Al-Ahzab: 12-14).
Kemudian beliau (Syaikhuna) berkata: “Adapun yang pergi dari Dammaj ketika waktu hishor maka mereka terjatuh dalam perbuatan al-kabair (dosa besar), begitu pula yang lari setelahnya (pada waktu perang) maka mereka terjatuh dalam al-kabair, dan mereka membutuhkan untuk bertaubat dengan sebenar-benar taubat”.
Dan pada pelajaran yang lain, beliau ditanya: Apakah orang yang kabur dari Dammaj ketika hishor atau ketika perang tidak boleh lagi untuk kembali ke Dammaj?. Beliau menjawab: “Tidak ada larangan bagi mereka untuk balik ke Dammaj, siapa yang mau balik maka dipersilahkan!, tidak ada larangan bagi mereka untuk kembali ke Dammaj”.


KESABARAN PARA PENUNTUT ILMU DENGAN MINIMNYA KEBUTUHAN POKOK

Sebagian besar orang-orang Indonesia sudah dikenal dari zaman Al-Imam Al-Wadi'iy –semoga Alloh merohmatinya- suka memakan ceker (kaki-kaki) ayam, sebelum hishor sebagian orang Yaman terkadang mentertawakan sebagian orang-orang Indonesia yang memakan kaki-kaki ayam dan tidak hanya itu bahkan mereka merasa jijik terhadap siapa saja yang memakan kaki-kaki ayam atau memakan usus ayam dan trompet ayam serta yang lainnya, Syaikhuna Al-Mujahid Abu Abdirrozzaq Riyadh Al-Udainiy –semoga Alloh merohmatinya- berkata: "Saya pernah jaga dengan beberapa orang Indonesia, tiba-tiba saya diajak makan bersama mereka ternyata yang dimakan adalah kaki-kaki ayam, (ususnya dan trompetnya serta yang lainnya), sayapun ikut makan, tatkala saya pulang ke rumahku saya kisahkan kepada istriku bahwa saya makan makanan tersebut maka istriku merasa jijik dan tidak mau mendekatiku ketika itu".

DENGAN MAKANAN-MAKANAN HANYA SEPERTI ITU (الحمد لله) TIDAK MEMBUAT PARA PENUNTUT ILMU PATAH SEMANGAT DARI BERJIHAD BAHKAN JUSTRU MEREKA BERTAMBAH SEMANGAT DALAM BERJIHAD MEMERANGI KAUM KAFIR ROFIDHOH

Demikian itu sebelum hishor namun ketika hishor setiap orang membeli ayam baik dia orang Yaman atau orang Asing (pendatang) maka semuanya mereka ambil melainkan bulu dan kotorannya yang dibuang.
Seseorang Indonesia berkata: "Ketika waktu hishor saya melihat Sholeh –semoga Alloh merohmatinya- dan Al-Ustadz Umair Limboro –semoga Alloh menjaganya- mencari bayam di Wad'i lalu keduanya memasaknya, padahal waktu selain hishor bayam-bayam tersebut sangat jarang orang-orang mengambilnya".
Dengan makanan seperti itu namun tidaklah membuat keduanya melemah dari mengikuti jihad, bahkan Sholih –semoga Alloh merohmatinya- setelah itu bertekad untuk ikut jaga di gunung Barroqoh. Seorang Indonesia berkata setelah kejadian itu: "Tadi malam Khutsiy (Rofidhoh) menembaki Umair Limboro dengan haawon (mortir), ketika beliau jaga di Barroqoh dan mortirnya jatuh di samping Umair sekitar 2 (dua) meter dan beliau tidak apa-apa".
Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Alloh merohmatinya- berkata tentang saudaraku Umair setelah kejadian itu: "Masya Alloh Umair baru saja sembuh langsung naik lagi untuk jaga di Barroqoh".
Setelah kejadian itu, seorang Indonesia berkata pula: "Sholih –semoga Alloh merohmatinya- pertama kali naik jaga di Barroqoh dan terakhir kalinya, karena beliau langsung terbunuh".
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- wafat di gunung Barroqoh pada pertempuran 1 Muharrom 1433 H" dan dimakamkan di pemakaman Syuhada'-Samping Pemukiman Penuntut Ilmu di Hadb-Darul Hadits Dammaj pada 2 Muharrom 1433 H .
Begitu pula saudaraku Abu Zakariya Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- berkata pada waktu hishor: "Saya sudah duduk lama di tempat makan bersama orang-orang ternyata pembagian roti halaqah-ku mendapatkan sisa, jadi kami mendapat potongan-potongan roti kecil yang tidak mencukupi kami, kemudian saya pergi ke orang tua (asal Hudaidah) yang biasa mengumpulkan potongan-potongan roti (sebelum hishor) dan saya meminta untuk beli ternyata dia tidak menginginkan untukku karena roti yang dia jemur itu sudah sangat berjamur dan akan menjadi sebab sakit perut, dan orang tua tersebut memiliki sepotong roti dari pondok maka beliau memberikannya kepadaku".  
Dengan menjalankan sebab yaitu hanya dengan memakan sepotong roti, beliau (Abu Zakariya Al-Jawy) –semoga Alloh menjaganya- pada setiap malamnya mengajak kawan-kawan asal Indonesia yang tidak memiliki senjata untuk mereka bersama-sama membuat khondaq (parit) di Hadb.
Sebagian orang-orang Indonesia berkata: "Pada suatu malam (sehari sebelum tragedi 1 Muharrom 1433 H) Al-Akh Khodir Limboro menyampaikan kepada kami bahwa Al-Akh Thoha Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya- meminta bantu untuk membuat parit di lokasi perkampungan Alu Manna' dalam keadaan kami lemas karena kurang makan, lalu kami dan Al-Akh Khodir berangkat menuju lokasi, (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- ketika kami sampai di lokasi, kami bekerja dengan penuh semangat, selama sejam bekerja tiba-tiba datang 2 (dua) orang membawakan roti dan basolia dari Mazro'ah (karena ketika itu tempat masak ma'had di tembak oleh Rofidhoh jadi pindah ke Mazro'ah), kami pun makan jama'ah dan (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- roti-roti dan basolia (sejenis kacang) tersebut Alloh berkahi, sampai kami merasa kenyang dan masing-masing kami ketika pulang dengan membawa roti masing-masing satu".

AKTIVITAS PARA PENUNTUT ILMU KETIKA HISHOR

Sebelum hishor dan ketika hishor para penuntut ilmu aktivitas mereka seperti biasanya, yaitu pelajaran terus berjalan, baik pelajaran umum bersama Syaikhuna Yahya, maupun pelajaran khusus bersama para masyayikh lainnya, hanya saja ketika hishor kerja untuk membangun matras dan menggali khandaq (parit) ditingkatkan.
Kerja membangun matras atau menggali khandaq terkadang digilir bagi tiap-tiap negara dan terkadang relawan, hingga ada yang aktif setiap malam mengikuti kerja dan siang harinya dia pergi ke masjid lantai bawa untuk me-muroja’ah dan menghafal atau mengikuti pelajaran-pelajaran.
Saudaraku Abu Zakariya Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- berkata: “Saya sering pusing-pusing dan tidak bisa kepalaku kena angin, akan tetapi ketika hishor (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- saya bisa mengikuti penggalian khandaq (parit) di Hadb setiap malam”.
Kebanyakan yang aktif dalam pembangunan matras dan penggalian khandaq pada siang harinya mereka mampu menghadiri pelajaran bersama Syaikhuna Yahya dan me-muroja’ah hafalan-hafalan dan pelajaran-pelajaran bahkan bisa melakukan ibadah-ibadah sunnah seperti puasa dan mengunjungi orang sakit atau merawat orang sakit.
Kebanyakan para penuntut ilmu bila sudah selesai mengikuti pelajaran maka mereka berlomba-lomba dalam ta’awun (tolong menolong) membangun matras, sebagiannya lagi membuat jalan mobil dari samping bomba air (dekat Mazro’ah) menuju puncak gunung Mazro’ah dan puncak gunung Barroqah hingga sampai di depan masjid Barroqoh, semuanya berjalan lancar dan terselesaikan dengan waktu yang sangat singkat (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh-.

Pertanyaan:
Selama hishor kebutuhan  pokok dan bahan bakar tidak bisa masuk di Dammaj lalu saudara-saudari kita memasak dengan menggunakan apa?

Jawaban:
Ketika sudah tidak didapati lagi gas untuk masak maka kayu bakar dan yang semisalnya dijadikan sebagai bahan bakar, di tempat masak umum Darul Hadits pernah juga kehabisan gas, sehingga beberapa kali masak menggunakan kayu bakar.
Di depan matras Indonesia (depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy) terdapat sebuah pohon bidara yang bercabang dua, satu cabang sudah mengering (mati) dan satunya lagi masih hidup, para penuntut ilmu berbondong-bondong menebang cabang yang sudah mengering tersebut, selama dua hari atau tiga hari tidak ada yang tersisa dari batang yang kering tersebut, terkadang ada yang tidak mendapatkan kayu maka mereka memasak dengan menggunakan kardus, lembaran-lembaran buku yang tidak dibutuhkan atau bungkusan-bungkusan sabun, sampo dan semisalnya.  

Perntanyaan:
Ketika waktu hishor dan terjadi perang apakah semuanya ikut perang ataukah ada pembagian tugas sesuai kemampuan?

Jawaban:
Sejak mulai adanya hishor para penuntut ilmu dan masyarakat Dammaj sudah memiliki aktivitas sesuai kemampuan masing-masing, ada yang jaga sambil mengisi waktu jaganya dengan membangun matras atau menggali khondaq, dan adapula yang tidak sanggup jaga akan tetapi dia mampu membangun matras, adapula yang tidak mampu melakukan keduanya namun mereka menjadi petugas pengantar kebutuhan hurros (para penjaga) dan kebutuhan para pekerja matras atau khondaq, adapula yang tidak mampu melakukan semua itu namun mereka tidak diam saja atau lari meninggalkan Dammaj akan tetapi mereka terus berdoa kepada Robbnya untuk saudara-saudaranya.
Ketika terjadi peperangan maka yang memiliki persenjataan mengambil posisi masing-masing, mereka mengisi mataris (tempat-tempat jaga) yang perlu untuk diisi, para pembuat matras atau penggali khondaq pun terus menjalankan pekerjaan mereka, banyak dari para penjaga matras bila peperangan berhenti sejenak maka mereka ikut membantu saudara-saudaranya membangun matras dan khondaq, bahkan ada yang mampu merangkap banyak aktivitas; bisa ikut perang, kerja membangun matras atau menggali khondaq, merawat saudara yang terluka atau sakit.  

Perntanyaan:
Bagaimana nasib para orang tua yang lanjut usia, para wanita dan anak-anak serta yang tidak memiliki kemampuan jasmani ketika tragedi 1 Muharrom 1433 H? dan apa aktivitas mereka ketika itu?

Jawaban:
Ketika sudah meletus perang 1 Muharrom 1433 Hijriyyah yang dimulai sekitar jam 10 atau 11 menjelang Zhuhur maka kebanyakan orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk mendaki ke gunung Barroqoh baik karena tidak memiliki senjata, karena sakit, karena orang tua yang lanjut usia, anak-anak dan para wanita maka kebanyakan mereka masuk ke dalam masjid lalu mereka duduk di dalamnya sambil mengadahkan tangan-tangan mereka ke langit (berdoa kepada Alloh dengan penuh keikhlasan) sambil meneteskan air mata.
Setelah sholat ashar, Rofidhoh mulai melakukan penyerangan besar-besaran dengan senjata AK 47 dan qunbulah (granat) terhadap mataris di Barroqoh dan saudara-saudara kami yang berada di tempat tersebut sudah benar-benar membutuhkan bantuan pasukan dari bawah akan tetapi karena Rofidhoh dari jarak jauh terus menembak jalan atau mataris menuju ke Barroqoh maka kebanyakan saudara-saudara yang ada di sekitar masjid Ahlussunnah menunggu waktu masuknya Maghrib sehingga para penembak jitu Rofidhoh tidak melihat pergerakan ketika mendaki ke gunung Barroqoh, namun sebagian lagi ketika mendengar bahwa di Barroqoh sudah benar-benar membutuhkan bantuan pasukan, maka mereka langsung berlarian menuju Mazro’ah untuk mendaki ke gunung Barroqah, ketika kami mendengar suara Al-Akh Hisyam Al-Malaiziy yang berkata kepada Al-Akh Amin Al-Amboniy lewat HP bahwa di gunung Barroqoh sudah sangat gawat kami pun bergegas ke ghurfah (kamar) untuk memakai perlengkapan perang, sesampainya di kamar kami mendapati saudara kami Abu Zakariya Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- berdoa dengan khusyu’ sambil mengadahkan tangannya ke langit dan bercucuran air matanya yang belum pernah kami melihatnya berdoa lebih baik dari pada waktu itu, demikian pula setiap tempat yang kami lalui mesti mendengar lantunan doa dari para dhu’afa’ (orang-orang lemah), kami pun bertambah yakin pasti kemengan berada pada pihak kami (Ahlussunnah), dengan sebab itu kami semakin bertambah kuat tawakkal kami dan bertambah semangat (dalam keadaan perut kosong karena menahan lapar yang sangat), dengan penuh keyakinan dan tawwakal yang tinggi kami mulai melangkahkan kaki kami bersama kawan-kawan kami yang bernasib sama (menahan lapar) berlari menuju Mazro’ah lalu mendaki ke gunung Barroqoh (والحمد لله) -segala puji bagi Alloh- kami dan kebanyakan kawan-kawan kami berhasil mendaki sampai ke puncak gunung Barroqoh:
{وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ} [آل عمران: 126]
“Dan kemenangan itu hanyalah (datangnya) dari Alloh yang Dia adalah Al-'Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana)”. (Ali Imron: 126).
Sungguh teringat masa-masa kecil, supaya bisa mampu berpuasa (menahan lapar hingga azan maghrib) maka kami dibuatkan senjata mainan (tembak-tembak) yang terbuat dari batang bambu kecil yang berpeluruh buah jambu kecil yang masih muda, sesudah sholat ashar berkumpullah banyak teman-teman kecil di sekitar masjid lalu mulai perang-perangan (tembak-tembakan), dengan mainan tersebut maka kami terlupakan rasa lapar dan dahaga, ketika azan dikumandangkan bubarlah anak-anak yang bermain, masing-masing berlarian menuju rumah masing-masing, ibadah puasa terselesaikan dengan baik. Maka ketika terjadi tragedi 1 Muharrom 1433 Hijrriyyah, kami tersenyum karena teringat masa kecil itu, menahan lapar dengan cara disibukan dengan mainan (tembak-tembak), ketika 1 Muharrom 1433 Hijriyyah pun begitu, lapar yang sangat terlupakan dengan sebab menjalankan ibadah yang mulia yaitu jihad di jalan Alloh.
Ketika Rofidhoh menembaki mataris (benteng-benteng/pos-pos) di Barroqoh dengan senjata-senjata besar jarak jauh seperti mortir (haawun 120), meriam (midfa’ 37) atau yang dinamakan dengan quuquu dan meriam (midfa’ 122) serta senjata kaki tiga (rasysyasy 7/12) maka saudara-saudara kami yang berada di Barroqoh terus mengintai sumber-sumber munculnya tembakan Rofidhoh, sebagian saudara-saudara kami hanya bisa membalas tembakan Rofidhoh dengan meng-qonash (menyeneper), bila sudah terlihat gerakan mereka maka para penyeneper (penembak jitu) langsung melepaskan tembakan (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- banyak dari Rofidhoh berjatuhan.
Ketika sudah selesai hishor Al-Akh Abdul Fattah Al-Khaulaniy –semoga Alloh menjaganya­- datang ke Dammaj, ketika berjumpa dengan kami, beliau meminta udzur karena tidak bisa mengikuti pelajaran “At-Tuhfatus Saniyyah” bersama kami, kami berkata: “Selama hishor tidak ada pelajaran karena yang kami ajar semuanya pulang kampung dan ketika hishor mereka tidak bisa kembali ke Dammaj”. Lalu beliau berkata: “Kenapa gigi depanmu patah?”, kami berkata: “Kenang-kenangan jihad di bumi Dammaj, dahulu Nabi (صلى الله عليه وسلم) ketika perang Uhud juga mendapatkan ujian”. Kemudian beliau berkata: “Pada perang kali ini memang Rofidhoh benar-benar mengalami kekalahan yang bertumpuk-tumpuk, korban (mayat-mayat) mereka sangat banyak, mobil-mobil keluar masuk RS (rumah sakit) Sho’dah mengangkut mayat-mayat dan para luka-luka Rofidhoh”. 

Pertanyaan:
Apakah benar bahwa ketika perang seseorang tidak bisa keluar dari mataris (pos-pos/benteng-bentengnya), lalu bagaimana dengan pelaksanaan sholat mereka?

Jawaban:
Bagaimana pun dahsyatnya suatu pertempuran namun bila waktu sholat sudah masuk maka wajib untuk menegakannya, Alloh (تعالى) berkata:
{فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا } [النساء: 103]
“Maka tegakanlah oleh kalian sholat itu (sebagaimana biasanya). Sesungguhnya sholot itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (An-Nisa’: 103).
Ayat ini adalah bersifat umum, bagaimana pun keadaannya bila sudah masuk waktu sholat maka dituntut untuk melaksanakannya, walaupun di waktu peperangan yang dahsyat, Alloh (تعالى) berkata:
{وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُوا فَلْيَكُونُوا مِنْ وَرَائِكُمْ وَلْتَأْتِ طَائِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّوا فَلْيُصَلُّوا مَعَكَ وَلْيَأْخُذُوا حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً وَاحِدَةً وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ وَخُذُوا حِذْرَكُمْ إِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا} [النساء: 102]
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (para shahabat mu) lalu kamu hendak menegakan sholat bersama-sama mereka maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (sholat) bersamamu dan menyandang senjata-senjata mereka, kemudian apabila mereka (yang sholat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum sholat, lalu sholatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata mereka. Orang-orang kafir ingin supaya kalain lengah terhadap senjata kalian dan harta benda kalian, lalu mereka menyerbu kalian dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atas kalian meletakkan senjata-senjata kalian, jika kalian mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kalian sakit; dan siap siagalah kalian. Sesungguhnya Alloh telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu”. (An-Nisa’: 102).
Ayat tersebut termasuk dalil tentang wajibnya sholat berjama’ah, namun kewajiban berjama’ah ini akan gugur bagi yang memiliki udzur syar’iy, sebagaiman yang terjadi pada kami atau saudara-saudara kami ketika jaga di tengah-tengah dahsyatnya peperangan, Al-Akh Abu Haidar Al-Ansy Al-Andunisy –semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Tembakan-tembakan banyak berdatangan membuat kami tidak bisa keluar dari matras”.
Dengan keadaan seperti itu maka saudara-saudara kami tidak bisa mendatangkan air wudhu, melainkan hanya bisa bertayammum, begitu pula untuk pelaksaan sholat berjama’ah sangat tidak memungkinkan, seseorang bercerita kepada kami: “Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangy –semoga Alloh merohmatinya- beberapa hari sebelum wafatnya naik ke Barroqoh untuk jaga, karena banyaknya serangan haawun (mortir) dan qonash (sneper) beliau sholat dalam keadaan duduk, karena kalau sholat dengan berdiri tentu akan ditembak oleh Rofidhoh, ketika beliau sedang duduk sholat, tiba-tiba datang haawun dan jatuh di tempat yang dekat dengan beliau maka beliau langsung tiarap dalam  keadaan masih sholat, setelah meledak haawun-nya beliau pun bangkit menyelesaikan sholatnya dengan cara duduk”.
Demikianlah pelaksanaan sholat disesuaikan dengan kemampuan, Alloh (تعالى) berkata:
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا } [الطلاق: 7]
“Alloh tidak akan membebani suatu jiwa melainkan sesuai dengan apa yang diberikan-Nya, Alloh akan menjadikan setelah kesulitan kemudahan”. (Ath-Tholaq: 7).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا } [البقرة: 286]
“Alloh tidak membebani suatu jiwa melainkan sesuai kemampuannya”. (Al-Baqoroh: 286).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ } [النساء: 103]
“Dan berdzikirlah kalian kepada Alloh baik dalam keadaan berdiri, dan duduk dan di atas berbaring”. (An-Nisa’: 103).

HIKMAH DI BALIK PERTEMPURAN DI BULAN MUHARROM 1433 HIJRIYYAH

Alloh (تعالى) tidaklah menentukan sesuatu keputusan melainkan di balik keputusan tersebut terdapat kebaikan yang banyak.
Sungguh apa yang Dia tentukan kepada para Ahlussunnah berupa terjadinya peperangan di Darul Hadits Dammaj (khususnya pada bulan Muharrom 1433 H) adalah memiliki kebaikan dan hikmah yang sangat banyak, diantara kebaikan dan hikmah tersebut adalah:
ü Ahlussunnah yang ada di Dammaj khususnya semakin menyadari bahwa apa yang terjadi di Dammaj adalah ujian dalam perjalanan menuju negri akhirat, memang demikianlah keadaan para pengikut Nabi sebagaimana yang Alloh (تعالى) katakan di dalam Al-Qur’an:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ } [البقرة: 214]
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk Jannah (surga)? padahal belum datang kepada kalian (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam ujian) sehingga berkatalah seorang Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Kapan datang pertolongan Alloh?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu sangat dekat”. (Al-Baqoroh: 214).
ü Semakin bertambah yakin bahwasanya Alloh (تعالى) memberi kemengan yang nyata dan jelas kepada Ahlussunnah ketika terjadi pertempuran di bulan Muharrom 1433 H., diantara bukti-bukti kemenangan tersebut adalah ditancapkan rasa ngantuk kepada kebanyakan para mujahid Ahlussunnah ketika sedang terjadi pertempuran dan diturunkannya air hujan dari langit yang bukan pada waktu musimnya, Alloh (تعالى) berkata: 
{وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى وَلِتَطْمَئِنَّ بِهِ قُلُوبُكُمْ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (10) إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ وَيُذْهِبَ عَنْكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الْأَقْدَامَ (11) } [الأنفال: 10 - 12]
“Dan Alloh tidak menjadikannya, melainkan sebagai kabar gembira dan supaya hati kalian menjadi tentram karenanya, dan kemenangan itu (datangnya) hanya dari sisi Alloh. Sesungguhnya Alloh adalah Al-'Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana). (Ingatlah)! ketika Alloh menjadikan kalian mengantuk sebagai suatu penentram dari-Nya, dan Alloh menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan kalian dengan hujan itu dan menghilangkan dari kalian gangguan-gangguan syaithon dan untuk menguatkan hati kalian dan memperkokoh dengannya pijakan kaki ( kalian)”. (Al-Anfal: 10-11).
Alloh (تعالى) juga memberi bantuan dengan mengutus bala tentaranya untuk membantu hamba-hamba-Nya yang sholih dalam memerangi orang-orang kafir, kapan pun dan di mana pun bila Dia menghendaki maka bala tentara-Nya akan berdatangan:
{فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ } [الأعراف: 133]
“Maka Kami kirimkan kepada mereka angin (topan), belalang, kutu, katak dan darah sebagai tanda yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa”. (Al-A’rof: 133).
Dan semua ini telah terjadi di Dammaj, terkhusus ketika tragedi 1 Muharrom 1433 Hijriyyah, burung-burung merpati beramai-ramai berdatangan menempati lokasi-lokasi mataris, bila serangan haawunaat (mortir-mortir) mendarat burung-burung yang indah dan gagah pemberani tersebut berterbangan, bila haawunaat sudah mendarat dan meledak, burung-burung tersebut kembali lagi ke tempat mereka yang semula (sebagaimana dipersaksikan oleh orang-orang terpercaya, diantara mereka Asy-Syaikh Abu Yahya Zakariya Al-Yafi’iy dan kami mendengarkan pula dari salah seorang kawan kami yang menyaksikan itu).
Dengan keberadaan burung-burung tersebut orang yang mencermati mengambil pelajaran yaitu bila burung-burung itu mulai berterbangan maka itu adalah tanda bahwa haawunaat akan mendarat, begitu pula bala tentara yang berupa burung-burung (selain merpati) dan binatang-binatang serta yang lainnya. Al-Akh Zakariya Al-Jazairiy –semoga Alloh menjaganya- berkata sebagaimana di dalam “Hishoru Dammaj…” (hal. 246): “Sesungguhnya pada hari hujum (penyerangan) ke Kitaf pada 16 Muharrom 1433 Hijriyyah, kami menyerang, kami melihat burung-burung bersama kami di atas kami dan belum pernah kami melihat pada hari-hari yang telah lewat, maka tatkala kami melakukan penyerangan kami melihat burung-burung di atas kami, dan maju bersama kami".
Salah satu penyebab kemarahan besar Rofidhoh terhadap Ahlussunnah yang di Dammaj sehingga terjadi peperangan besar-besaran adalah karena sebab mereka mendapatkan tembakan yang sangat dahsyat yang menghantam lokasi mereka, mereka mengira bahwa yang menembak itu adalah Ahlussunnah yang ada di Dammaj, dan mereka yang berada di tempat sekitar itu juga mengira itu datangnya dari Dammaj, sedangkan di Dammaj mengingkari itu, karena di Dammaj tidak memiliki senjata sebesar itu daya ledaknya, warga Dammaj ditanya oleh saudara-saudaranya diluar Dammaj: Apakah benar di Dammaj melepaskan tembakan dengan menggunakan senjata paling besar yang berkekuatan luar biasa? Tidak seorang pun yang ditanya mengiyakan, karena memang kenyataan tidak demikian, terus dari mana datangnya? Maka sungguh benar perkataan Alloh (تعالى):
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا (11) } [الأحزاب: 9 - 12]
“Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah akan ni'mat Alloh (yang telah dikurniakan) kepada kalian ketika datang kepada kalian tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kalian melihatnya. Dan Alloh adalah Al-Bashir (Maha Melihat) tentang apa yang kalan kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepada kalian dari atas dan dari bawah kalian, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (kalian) dan hati kalian naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kalian menyangka terhadap Alloh dengan bermacam-macam persangkaan. Disitulah diuji orang-orang yang beriman dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat”. (Al-Ahzab: 9-12).
Tidak hanya itu, bahkan ketika tragedi besar-besaran 1 Muharrom 1433 Hijriyyah banyak “senjata makan tuan”, yaitu mereka (kaum kafir Rofidhoh) yang di bagian timur Barroqoh menembak Barroqoh dengan senjata berat semisal mortir (haawun 120), meriam (midfa’ 37) atau yang dinamakan dengan quuquu dan meriam (midfa’ 122) serta senjata kaki tiga (rasysyasy 7/12) ternyata ada yang nyasar, terkadang melebihi sehingga mengenai kawan-kawan mereka sendiri yang berada di arah barat Barroqoh, begitu pula Rofidhoh yang ada di gunung Jamimah melepaskan tembakan senjata besar ke arah puncak Barroqoh terkadang melebihi yang pada akhirnya mengenai kawan-kawan mereka yang berada di Masyrohah, siapakah kiranya yang mengalihkan atau menyasarkan semua tembakan itu?:
{وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ} [المدثر: 31]
“Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Robbmu melainkan Dia sendiri. Dan dia itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia”. (Al-Muddatsir: 31).
Mujahidin Ahlussunnah hanya dengan menggunakan bunduq (senjata AK 47), senapan dan qunbulah (granat) akan tetapi banyak korban Rofidhoh yang rusak bangkai-bangkai mereka, seakan-akan terkena bom yang dijatuhkan dari pesawat terbang, kira-kira siapa yang membinasakan mereka dengan kehinaan seperti itu?:
{فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (17) ذَلِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ مُوهِنُ كَيْدِ الْكَافِرِينَ (18)} [الأنفال: 17، 18]
“Maka (yang sebenarnya) bukanlah kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allohlah yang membunuh mereka, dan bukan kalian (pula) yang melempar ketika kalian melempar, akan tetapi Alloh-lah yang melempar. (Alloh berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang yang beriman, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha mendengar) lagi Al-'Alim (Maha mengetahui). Itulah (keutamaan Alloh yang dilimpahkan kepada kalian), dan sesungguhnya Alloh melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir”. (Al-Anfal: 17-18).

Pertanyaan:
Kami mendengar bahwa ada seseorang berkata: Bahwasanya Amin Ambon ketika melakukan penyerangan pada pertengahan Muharrom 1433 Hijriyyah beliau tidak mengetahui medan (perang), apakah itu benar?.

Jawaban:
Itu hanyalah sandiwara yang dikarang-karang oleh si pembuat cerita, Al-Akh Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Alloh merohmatinya- pernah bercerita kepada kami bahwa beliau pada awal-awal di Dammaj salah bergaul dan salah memilih kawan, sampai ada kawan-kawannya yang la’ab (suka main) mengajaknya jalan-jalan dan rekreasi di gunung-gunung sekitar Dammaj.
Dari sini kita ketahui bahwasanya beliau sudah tahu tentang lokasi gunung-gunung di sekitar Dammaj, lebih-lebih di gunung Masyrohah yang merupakan tempat yang terdekat dekat masjid Ahlussunnah Dammaj, lagi pula proses hujum (penyerangan) yang Amin dan kawan-kawannya telah diatur sedemikian rapinya akan tetapi Alloh yang Al-Hakim (Maha Bijaksana) menghendaki lain –yang kami menganggap itu adalah kebaikan-.
Berikut kisah penyerangan Amin dan kawan-kawan:
Beberapa kawan-kawan kami mengisahkan kepada kami diantara mereka adalah seorang dari Habasyah dan juga kami pernah mendengarkan dari komandan penyerangan ketika itu:
Ketika sudah ada rencana penyerangan maka saudara-saudara (termasuk Amin dan Adam –semoga Alloh merohmati keduanya-) langsung mendaftar dan proses pendaftaran secara sembunyi-sembunyi, setelah itu komandan penyerangan mengatur strategi dan membagi pasukan menjadi dua bagian; satu pasukan menyerang ke matras ‘Annan dan satu lagi ke Masyrohah, adapun yang menyerang ke Masyrohah diantara mereka adalah Amin Al-Amboniy, Mubarroq Al-Libiy, Haidar Ar-Rusiy. Sebelum melakukan penyerangan maka komandan penyerangan yang mau menyerangan ke Masyrohah memberitahukan komandan yang mau menyerang ke matras ‘Annan bahwa pemberian peringatan dimulainya dengan tembakan ke angkasa sebanyak tiga kali. Ketika pasukan sudah bergerak ternyata rahasia penyerangan sudah terbocorkan, sehingga ketika Amin Al-Amboniy dan kawan-kawannya baru mendaki ke gunung Masyrohah, yang mereka mengambil dari arah bagian belakang matras Rofidhoh tiba-tiba Rofidhoh yang ada di Masyrohah menembak ke angkasa tiga kali, maka pasukan yang mau menyerang ke matras ‘Annan ketika mendengar tiga tembakan tersebut mereka langsung maju menyerang dan berhasil menguasai matras ‘Annan.
Adapun Amin Al-Amboniy dan kawan-kawan mereka sudah terjebak, maka terjadilah saling tembak menembak, akan tetapi karena Rofidhoh sudah bersiap-siap dari sebelumnya maka tentu mereka lebih cepat mendahului, sampai Rofidhoh pemegang rosysyasy (senjata besar kaki tiga) melepaskan tembakan membabi buta, direntet habis-habisan pelurunya, padahal yang dia tembak hanya Amin Al-Amboniy dan Mubaroq Al-Libiy, keduanya pun terbunuh –semoga Alloh merohmati keduanya dan menjadikan keduanya termasuk para syuhada-.   
Penyerangan ke Masyrohah dan ke matras ‘Annan ini (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- kemenangan ada pada pihak yang menyerang, Abu Ismail Al-Wadi’iy –semoga Alloh menjaganya- berkata sebagaimana dalam “Hishoru Dammaj…” (hal. 222): “Telah mengabarkan kepadaku salah seorang kerabatku bahwasanya Khutsiyyin (Rofidhoh) pada hari (diserangnya) Masyrohah mereka membawa 4 (empat) mobil yang penuh dengan korban (terbunuh)”. Dia juga berkata: “Aku melewati nuqtah (pos jaga Rofidhoh) maka aku melihat salah seorang Khutsiy yang sudah tua menangis, aku berkata: Ada apa denganmu? Dia berkata: “Terbunuh beberapa orang dari kerbat-kerabatku”.

Pertanyaan:
Kami mendengar bahwa ada seseorang juga berkata: “Apa mereka yang melakukan penyerangan itu tidak berniat mau balik (mundur) ke matras Barroqoh yang pada akhirnya mereka terbunuh seperti itu?”.
Catatan: Dengan perkataan itu orang-orang yang dangkal pemahamannya pun mengira bahwa mereka sama halnya bunuh diri!.

Jawaban:
Yang melakukan penyerangan di Masyrohah dan yang bisa mundur mundur, diantara yang bisa mundur adalah Haidar Ar-Rusiy –semoga Alloh merohmatinya- dan komandan penyerangnya, keduanya mundur dan selamat sampai di masjid Ahlussunnah Dammaj.
Begitu pula yang di matras ‘Annan, ada salah seorang yang bisa mundur (setelah beliau sadar dari pingsannya karena luka pada pahanya),  lalu bergabung dengan saudara-saudaranya yang di matras di Barroqoh (dan ini sehari setelah penyerangan), adapun yang lainnya tidak bisa mundur karena sudah terjebak (terkepung), mereka sebelumnya ketika awal penyerangan berhasil menguasai matras ‘Annan dan mereka tidak langsung mundur karena sudah mendengar tiga tembakan di Masyrohah dan mereka mengira bahwa saudara-saudara mereka yang menyerang Masyrohah sudah berhasil menguasai dan menduduki Masyrohah akhirnya yang tersisa dari mereka pun bertahan di matras ‘Annan hingga sampai menjelang zhuhur, kemudian setelah itu Rofidhoh menghujani matras ‘Annan dengan senjata-senjata berat, yang pada akhirnya saudara-saudara Ahlussunnah yang tersisa di matras ‘Annan terbunuh semuanya –semoga Alloh merohmati mereka dan menjadikan mereka sebagai para syuhada’-.

Pertanyaan:
           Ada orang-orang membicarakanmu tentang perjuanganmu dalam jihad ini, lebih-lebih tentang da'wahmu, diantara mereka ada yang mencelamu karena sebab jarh­ (kritikan)mu terhadap para pengacau da'wah dan ada pula dari yang lainnya mencelamu dari sisi ilmu dan lainnya, maka apa tanggapanmu terhadap mereka itu?

Jawaban:
Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata:
«لَا يزالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku di atas kebenaran, yang mereka tertolong, tidaklah memudhoratkan mereka orang yang menyelisihi mereka, sampai datang keputusan Alloh (عَزَّ وَجَلَّ)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud –semoga Alloh merohmatinya- dari hadits Tsauban –semoga Alloh meridhoinya-. Al-Imam Al-Bukhory juga meriyatkannya dari hadits Al-Mughiroh bin Syu’bah dengan lafadz:
«لاَ يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ»
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku, yang mereka (di atas) kemenangan, sampai datang kepada mereka keputusan Alloh dan mereka (di atas) kemenangan”.
Kami selalu berdoa dan berharap kepada Alloh supaya menjadikan kami termasuk dari sekelompok umatnya tersebut.
Biarkan orang yang berbicara itu berbicara! Dan biarkan orang yang mencela itu mencela! (والحمد لله) -dan segala puji bagi Alloh-, kami masih berada di sisi para ulama’, kami masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki dan menambal segala sesuatu yang dikira sebagai kecacatan atau aib, adapun para komentator dan para pencela itu –kalau mereka adalah keluaran dari Dammaj- maka kami sudah tahu tentang mereka ketika di Dammaj, kami tahu pergaulan mereka, dan kami tahu sampai dimana kemampuan mereka. Bukanlah suatu prestasi terbaik dan bukan pula sebagai kesuksesan bila memiliki banyak pengikut namun para pengikut tersebut ternyata menjadi musuh dalam selimut, sungguh telah berlalu seseorang yang paling banyak pengikutnya namun ternyata para pengikut itu menjadi bumerang baginya dan dia pun akhirnya hina dan rendah:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26]
“Katakanlah: "Ya Alloh, Ya (مَالِكَ) Yang Memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, di Tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu adalah Al-Qodir (Maha Menguasai)”. (Ali Imron: 26).
Adapun perjuangan kami dalam berjihad ini (الحمد لله) -segala puji bagi Alloh- kami di atas al-haq (kebenaran), kami berjihad di atas keterangan yang jelas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan kami berjalan di atas bimbingan dan pengarahan para ‘ulama, tidak hanya itu bahkan kami bersama-sama dengan para ulama dalam satu barisan ketika berlagak di medan jihad:
{وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا (83) فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنْكِيلًا (84)} [النساء: 83، 84]
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, maa mereka langsung menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rosul dan ulil Amri (para ‘ulama) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan mampu) mengetahuinya dari mereka (Rosul dan ulil Amri) itu. Kalau bukanlah karena keutamaan dan rahmat-Nya atas kalian, maka sungguh kalian akan mengikuti syaithon, kecuali sebagian kecil saja (diantara kalian). Maka berperanglah kalian di jalan Alloh, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajibanmu sendiri. Kobarkanlah semangat orang-orang yang beriman (untuk berperang). Mudah-mudahan Alloh menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah sangat besar kekuatan dan sangat keras siksaan-(Nya)”. (An-Nisa’: 83-84).

Pertanyaan:
Kalau di tanah air Indonesia muncul para pemberontak memerangi pemerintah muslim atau ada dari negara lain menyerang tanah air, apakah warga Indonesia yang ada di Dammaj siap kembali ke Indonesia membantu pemerintahnya?

Jawaban:
Kalau pemerintah Indonesa membutuhkan kami dan kami memiliki biaya perjalanan dari Dammaj ke Indonesia maka tentu kami akan bersegera memenuhi permintaan mereka, kami akan berjihad bersama mereka dalam menghadapi para pemberontak tersebut, karena merupakan prinsip dan aqidah kami adalah berjihad bersama pemerintah muslim, sebagaimana yang dikatakan oleh pendahulu-pendahulu kami yang sholih:
"الحَجُّ وَالجِهَادُ مَاضِيَانِ مَعَ أُولي الأمْرِ مِنَ المُسْلِمِينَ، بَرِّهمْ وَفاجِرِهِمْ، إلى قيَامِ السَّاعَةِ".
“Haji dan jihad berjalan bersama pemerintah dari kaum muslimin, (pemerintah) yang baik dan yang kejam hingga hari kiamat”.
Asy-Syaikh Ar-Rojihiy –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Syarhuth Thohawiyyah” (hal. 290): “Dan ini juga termasuk dari landasan-landasan Ahlussunnah dan (termasuk dari) aqidah mereka, dan dia adalah berjalannya haji dan jihad bersama pemerintah muslim, sama saja dia itu baik atau jahat. Ini adalah termasuk landasan-landasan Ahlussunnah sebagai bentuk penyelisihan terhadap ahlu bid’ah (pembuat perkara-perkara baru dalam agama) baik yang dari kalangan Rowafidh (jamak dari rofidhoh), Khowarij dan Mu’tazilah, karena sesungguhnya mereka tidak berpendapat haji dan tidak pula jihad bersama penguasa yang baik dan jahat, karena Khowarij berpendapat tentang pemimpin yang jahat wajib untuk memeranginya dan melengserkannya serta mengeluarkannya dari kepemimpinan karena sesungguhnya dia telah kafir. Demikian pula Mu’tazilah mereka berpendapat bahwasanya dia telah keluar dari keimanan dan masuk ke dalam kekafiran. Dan Rowafidh tidak melihat adanya kepemimpinan melainkan dari yang pemimpin yang ma’shum (terjaga dari dosa) dan Ahlussunnah menyelisihi mereka, dan mereka (Ahlussunnah) berpendapat tentang haji dan jihad bersama pemerintah yang baik atau yang jahat”, -selesai-.   





DAFTAR RUJUKAN

1.       Al-Qur’anul Kariim.
2.       Shohihul Bukhory/Al-Imam Muhammad Al-Bukhory/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
3.       Shohihu Muslimin/Al-Imam Muslim bin Hajjaj/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
4.       Sunan Abi Dawud/Al-Imam Abu Dawud/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
5.       Syarhuth Thohawiyyah/Asy-Syaikh Ar-Rozihy/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
6.       Hishooru Dammaaj Karoomaatun wa Barokaatun wa ‘Ibarun wa ‘Izhoot/Abu Hamzah Muhammad bin Hasan As-Siwary/Maktabah Al-Falaah-Daarul Kunuuz Dammaj-Yaman/1433 H.
7.       Lammud Duril Manshur/Abu Furoihan Jamal bin Furoihan Al-Haritsy/Maktabah Al-Hadyi Al-Muhammady Kairo/1429 H.
8.       Irsyadul Qaumi Biahkamin Naumi/Abul Abbas Khodir bin Salim Al-Andunisy/Maktabah Al-Falaah-Daarul Kunuuz Dammaj-Yaman/1433 H.




[1]  Yang mereka tersebut adalah:
1.      Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy Rohimahulloh.
2.      Abul Jauhar Adam bin Ahmad Al-Bandawiy Rohimahulloh.
3.      Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangiy Rohimahulloh.
4.      Abu Haidar As-Sumathriy Rohimahulloh.
5.      Sholih As-Sumathriy Rohimahulloh.
6.      Hisyam Al-Malayziy Rohimahulloh.
Dan tentang mereka semua telah kami sebutkan dalam beberapa tulisan kami.
Dan diantara keajaiban mereka adalah ketika kuburan di pemakaman syuhada' sudah setahun lebih, kemudian dipindahkan ke pemakaman umum Dammaj karena ada udzur syar'iy maka didapatilah jenazah-jenazah mereka masih seperti ketika awal mereka dikubur dulu, Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ»
"Sesungguhnya Alloh telah mengharomkan bagi tanah untuk memakan tubuh-tubuh para Nabi". Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan An-Nasa'iy dari Aus bin Aus.
Ibnu Abdil Barr Rohimahulloh memperkecualikan dengan para syuhada', beliau berkata:
"وَحَسْبُك مَا جَاءَ فِي شُهَدَاءِ أُحُدٍ وَغَيْرِهِمْ".
"Cukup bagimu dengan para syuhada' Uhud dan yang selain mereka (karena jenazah mereka masih utuh seperti awal dikuburkan)". Dan beliau juga meyebutkan tentang kisah Jabir bin Abdilloh semoga Alloh meridhoinya yang memindahkan kuburan bapaknya maka didapatilah bapaknya masih utuh seperti keadaan awal dikuburnya".
[2] Tidak hanya para penuntut ilmu, namun para da'i gelandangan semisal Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy dan jaringannya berambisi untuk menguasai Dammaj, sampai dia dan kawan-kawannya berupaya menghasut warga Dammaj untuk melengserkan Syaikhuna dari kursinya supaya mereka mengangkat pengganti, kasian sekali mereka itu!.
Akhir-akhir ini dia (Al-Washobiy) berkata lagi: "Masjid kami adalah masjid mereka (Ahlussunnah yang bersama Syaikhuna) dan masjid mereka adalah masjid kami", kasihan nampak  kalau dia sangat kebingungan!.
Ditambah lagi ucapan ngawurnya: "Kami ingin Dammaj kembali seperti zaman Asy-Syaikh Muqbil".
Mereka sudah berpura-pura buta dan tuli, padahal dari sejak Syaikhuna mengganti posisi As-Syaikh Al-Wadi'iy keadaan tidak berubah, Syaikhuna berjalan sebagaimana yang dijalani oleh Asy-Syaikh Al-Wadi'iy, namun kemudian muncul mereka para pengacau melakukan makar, Abdurrohman Al-Adaniy beserta jaringannya beramai-ramai membuat makar, kemudian Al-Washobiy dan jaringannya mendukung mereka dan berupaya untuk melengserkan Syaikhuna, mereka menjadikan da'wah ini seakan-akan kursi kepresidenan, irhal! irhal! (lengser, lengser).
[3]  Sudah merupakan kebiasaan beliau adalah senang lari-lari pagi (olah raga), terkhusus pada hari Jum'at pagi, beliau berolahraga dengan memakai pakaian tentara Yaman, namun dia memanjangkannya jadi semisal dengan ghomis, dia memakai lengkap sepatu dan celana tentara yang sudah dia leberkan jadi semisal sirwal, juga membawa senjatanya.
Ketika beliau sedang lari-lari, maka setiap orang yang berjumpa dengannya selalu menyerunya "Wahai 'askar!", bila seruan tersebut beliau dengar maka beliau langsung berkata: "La taqul 'askar, laakin qul Mujahid!", jangan kamu berkata: "Tentara", akan tetapi berkatalah: "Mujahid".
[4] Tentang mereka ini, kami belum pernah berjumpa dengan mereka, ada beberapa orang menyampaikan kepada kami bahwa mereka dari Ma'rib, dan belajar di sana, ada pula yang menyatakan bahwa mereka dari Shon'a, kami bersyukur kepada mereka –semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan- dan kami berdoa untuk mereka -semoga Alloh menunjuki mereka kepada kebenaran-

1 komentar:

  1. Bismillah,

    Barakallahufikum, bisakah dikirimkan kepada ana tulisan ini dalam bentuk pdf.
    email ana: tasnedi@gmail.com

    Jazakallahkhair

    BalasHapus