Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

PACARAN PASTI MERUSAK KEHORMATAN




PACARAN
PASTI MERUSAK KEHORMATAN



Tanya Jawab Bersama:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya




Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
http://assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434

Pertanyaan:
Ustadz saya ini berislam seperti ibu bapakku berislam, saya diberi kebebasan, saya pacaran ibu bapakku biarkan saja, karena keduanya juga dulu pacaran, begitu juga teman-temanku, semuanya pacaran, kami semua menganggap itu biasa-biasa saja, tapi ada seseorang dari temanku pacaran terus dia baca tulisan ustadz bahwa pacaran harom, lalu dia menangis karena pernah pacaran dan dia sadar bahwa itu adalah dosa, kemudian dia dilamar oleh seorang lelaki yang rajin beribadah dan taat, dia menerima dengan senang hati, begitu juga keluarganya merasa senang, dan terjadilah pernikahan, namun setelah berjalan kekeluargaannya yang indah dan islami, tiba-tiba muncul mantan pacarnya yang dulu, dia menuntut temanku tadi, dia becira kalau suaminya tidak berhak menikah dengannya karena dia yang pertama maju, dia bawakan buktinya berupa surat-surat cintanya, bahwa mereka ketika pacaran ada perjanjian setelah belajar baru nikah, laki-laki yang mengaku sebagai pacarnya tadi mencari pendukung sampai dia bawakan ucapan ustadznya, bahwa suami temanku tadi berdosa karena meminang pinangannya, sampai mantan pacar tadi ingin menggerakan teman-temannya untuk memukul suami temanku tadi, apa dibenar perbuatan demikian?.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya atas jawabannya!. Wassalam.   
Jawaban:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Pria tersebut tidak berhak untuk menggugat rumah tangga orang lain, bahkan dia telah salah besar dan bertumpuk-tumpuk dosanya, karena beberapa perkara:
Pertama: Dia salah dalam bersikap, dia mendatangi ustadznya yang bodoh, yang tidak bisa membedakan antara "meminang" dengan "menjalin pacaran", maka di sini kami akan sebutkan tentang perbedaan keduanya, sehingga pria dan ustadznya tersebut mengetahuinya.
Meminang tidak akan terjadi melainkan wanita ditemani mahromnya, seorang pria ingin menikahi wanita maka hendaknya dia mendatangi orang tua atau wali wanita tersebut, kemudian orang tua atau walinya menyampaikan kepada wanita tersebut, yang kemudian terjadilah kesepakatan diterima atau tidak?, jika diterima maka perkaranya kembali kepada keduanya (pria dan wanita) tersebut, kapan mereka akan mengadakan pernikahannya? Setelah belajar atau setelah mendapatkan pekerjaan?, ini yang namanya meminang.
Adapun menjalin pacaran maka jelas keharomannya, tidaklah seseorang menjalin pacaran melainkan dia pasti akan rusak kehormatannya dan kewibawaanya, baik dia ditertawai orang, diejek dan dipermainkan karena pacaran, lebih-lebih kalau dia sudah mengetahui haromnya pacaran lalu dia pacaran maka semakin jelek dan rusak namanya di hadapan manusia, atau Na'udzubillah keduanya (yang menjalin pacaran) akan terjatuh ke dalam kenistaan berupa zina atau ma'siat yang keji.
Adapun tindakan pria tersebut yaitu dengan menggerakan orang-orang untuk memukul suami orang tersebut maka sungguh dia telah berbuat kezholiman, orang yang menikahi wanita yang sudah dipinang oleh orang lain saja tidak boleh dilakukan tindak kezholiman kepadanya, kita ketahui dia berdosa karena menikahi wanita yang sedang dipinang oleh orang lain, namun tidak pantas untuk menzholiminya.
Dari Abdulloh bin ‘Abbassemoga Alloh meridhoinya- bahwasanya seseorang datang kepadanya, lalu berkata:
"إِنِّي خَطَبْتُ امْرَأَةً فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِي وَخَطَبَهَا غَيْرِي فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ فَغِرْتُ عَلَيْهَا فَقَتَلْتُهَا فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟ قَالَ أُمُّكَ حَيَّةٌ؟ قَالَ: لَا، قَالَ تُبْ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَتَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ، فَذَهَبْتُ فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ لِمَ سَأَلْتَهُ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ؟ فَقَالَ: (إِنِّي لَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَقْرَبَ إِلَى الله عز وجل من بر الوالدة".
"Sesungguhnya aku meminang seorang wanita lalu dia enggan untuk menikah denganku dan seseorang selainku meminangnya lalu dia menerima dan mau menikahinya maka aku pun cemburu padanya lalu aku membunuhnya, maka apakah ada taubat untukku? Beliau berkata: "Apakah ibumu masih hidup?". Dia berkata: "Tidak". Beliau berkata: "Bertaubatlah kepada Alloh (عَزَّوَجَلَّ) dan mendekatkanlah diri kepada-Nya semampumu". Lalu aku pergi dan aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbas: "Kenapa engkau bertanya kepadanya tentang kehidupan ibunya?", maka beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak mengetahui suatu amalan yang paling dekat kepada Alloh (عَزَّوَجَلَّ) dari pada berbuat baik kepada ibu". Diriwayatkan oleh Al-Bukhory di dalam “Al-Adabul Mufrod” dengan sanad shohih.
Demikian keadaannya, lalu bagaimana kiranya dia marah karena hanya dasar cemburu karena nafsu birahinya tidak tersalurkan maka tentu dia berada di atas dosa dan kehinaan serta kenistaan.
Kedua: Pria tadi telah terjatuh ke dalam dosa besar, yaitu dia membongkar aibnya sendiri, dan membongkar aibnya orang lain yang sudah bertaubat dari dosanya, dan dia menutupi aibnya namun pria jahat tersebut membongkarnya, maka pria tersebut telah terjatuh ke dalam dosa besar, nanti di akhirat dia akan dibongkar aib-aib dan kejelekan-kejelekannya serta Alloh menyusahkannya lantaran dia mempersusah orang lain, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ، وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً، فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ القِيَامَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ»
"Seorang muslim adalah saudara muslim (yang lainnya), dia tidak menzholiminya dan tidak membiarkannya (dalam kezholiman), barang siapa yang dia memenuhi kebutuhan saudaranya maka Alloh akan memenuhi kebutuhannya, dan barang siapa yang melepaskan kesusahan kepada seorang muslim maka Alloh melepaskan kesusahan dari kesusahan-kesusahannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Alloh menutup (aib)nya pada hari kiamat". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abdillah bin Umar, dan pada suatu riwayat di dalam "Shohih Muslim" dari hadits Abu Huroiroh, dan Muslim meriwayatkan pula dari hadits Abu Huroiroh dengan lafadz:
«لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا، إِلَّا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
"Tidaklah seorang hamba menutupi (aib) seorang (hamba yang lainnya) di dunia melainkan Alloh akan menutup (aib)nya pada hari kiamat".
Dengan demikian maka kami nasehatkan kepada pria tersebut untuk bertaubat kepada Alloh (تعالى) karena dia telah terjatuh ke dalam dosa dan kezholiman, Alloh (تعالى) berkata:
{فَمَنْ تَابَ مِنْ بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [المائدة: 39]
"Maka barang siapa bertaubat sesudah melakukan kezholiman dan melakukan perbaikan, maka sesungguhnya Alloh menerima taubatnya. Sesungguhnya Alloh adalah Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)". (Al-Maidah: 39).

Pertanyaan:
Ada seseorang pergi belajar di pondok pesantren, karena tekanan keluarganya maka dia pun pulang ke kampungnya, sampai di kampungnya dia disuruh untuk sekolah, dia pun sekolah, selama sekolah dia gaul lalu pacaran dengan wanita, kemudian dia gagal dari sekolah, akhirnya dia lari lagi ke pondok pesantren, apakah diterima taubatnya karena dia sudah tahu hukum pacaran namun pacaran juga?.
Jawaban:
Alloh (تعالى) senantiasa menerima taubat setiap hamba-Nya, selama nyawa belum sampai terputus atau selama matahari belum terbit dari Barat, Alloh (تعالى) berkata:
{وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى} [طه: 82]
"Dan sesungguhnya Aku adalah Al-Ghoffar (Yang Maha Pengampun) bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal sholih, kemudian tetap di jalan yang benar". (Thoha: 82).
Dan telah masyhur pada kisah pembunuh 100 (seratus jiwa) ketika dia bertanya kepada orang yang berilmu maka dijawab:
"وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ".
 "Dan siapa yang menghalangi antaranya dan antara taubat, pergilah kamu ke negri itu dan itu, karena sesungguhnya di negri tersebut terdapat sekelompok manusia yang mereka beribadah kepada Alloh, maka beribadahlah kamu kepada Alloh bersama mereka (beribadah juga kepada Alloh), dan janganlah kamu kembali ke negrimu karena negrimu adalah negri yang rusak". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa'id Al-Khudriy dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Semoga dengan perginya orang tersebut ke pondok pesantren menjadi sebab baginya untuk sadar dan semakin bertaubat kepada Alloh (تعالى) dengan sebenar-benar taubat.  

Pertanyaan:
Saya punya ustadz, dia pernah belajar di Yaman, dan dia berda'wah di daerahku di Jawa, dia tidak pacaran sama akhwat, namun orang yang melihatnya menganggap kalau dia sedang pacaran, seperti kalau dia mengisi pengajian, pas pulang dia ketemu sama akhwat yang ngaji sama dia, maka keduanya langsung ngobrol, pernah ada akhwat yang ikut pengajiannya, akhwat tadi datang dari tempat jauh dengan berkendaraan sepeda motor sendirian, ketika mau pulang bertemulah dengan ustadz tadi, ustadz bertanya kepadanya: "Dari mana kamu?", dia menyebutkan tempat tinggalnya yang jauh maka ustadz tadi bilang: "Kalau begitu kamu jalan di depanku pelan-pelan, saya di belakangmu", ustadz tadi mengikuti belangnya.
Apa boleh berbuat seperti ustadz tadi?, sebenarnya ustadz ini masih banyak kasusnya dengan para akhwat seperti telpon-telponan dan ngobrol-ngobrol namun hanya ini yang saya sebutkan sebagai sample, bisa sadarkah dia atau tidak dengan jawabanmu?
Jawaban:
Kami berlindung kepada Alloh (تعالى) dari perbuatan seperti yang dilakukan oleh ustadzmu tersebut, dengan perbuatannya itu membuat dia terfitnah, anggaplah dia tidak terfitnah akan tetapi akhwat tersebut yang akan terfitnah, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
"Tidaklah  aku  meninggalkan  setelahku  suatu fitnah yang lebih berbahaya atas para lelelaki dari pada wanita". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Usamah bin Zaid.
Bagaimana ustadz tersebut merasa aman dari fitnah, seorang shohabat yang mulia saja, yang beliau menjaga kehormatannya ketika mengantar Aisyah pada kejadian Ifk langsung beliau dituduh berbuat zina, Aisyah berkata:
"وَكَانَ صَفْوَانُ بْنُ الْمُعَطَّلِ السُّلَمِيُّ ثُمَّ الذَّكْوَانِيُّ قَدْ عَرَّسَ مِنْ وَرَاءِ الْجَيْشِ فَادَّلَجَ، فَأَصْبَحَ عِنْدَ مَنْزِلِي فَرَأَى سَوَادَ إِنْسَانٍ نَائِمٍ، فَأَتَانِي فَعَرَفَنِي حِينَ رَآنِي، وَقَدْ كَانَ يَرَانِي قَبْلَ أَنْ يُضْرَبَ الْحِجَابُ عَلَيَّ، فَاسْتَيْقَظْتُ بِاسْتِرْجَاعِهِ حِينَ عَرَفَنِي، فَخَمَّرْتُ وَجْهِي بِجِلْبَابِي، وَوَاللهِ مَا يُكَلِّمُنِي كَلِمَةً وَلَا سَمِعْتُ مِنْهُ كَلِمَةً غَيْرَ اسْتِرْجَاعِه".
"Dan dahulu Shofwan Ibnul Mu'aththol As-Sulamiy Adz-Dzakwaniy beranjak di belakang prajurit pada akhir malam, pada pagi harinya beliau sampai di tempat (beristrahat)ku, beliau melihat sosok manusia sedang tidur, lalu beliau mendatangiku, maka beliau mengenalku ketika beliau melihatku. Dan ketika beliau melihatku maka belum aku tutupkan hijab atasku, lalu aku bangun dengan kaget, maka aku tutupi wajahku dengan jilbabku, demi Alloh tidaklah dia mengajakku bicara dengan sekata pun dan tidak pula aku mendengarkan darinya sekata pun selain ucapan istirja' (إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ)". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dan ini adalah lafadz Muslim.
Maka hendaknya ustadz tersebut bertaubat kepada Alloh (تعالى) dengan sebenar-benar taubat dan memperbaiki keadaanya, karena perbuatannya sangat memalukan, kalau dia sebelum ke Yaman untuk belajar agama mungkin masih bisa dima'lumi karena masih bodoh, namun yang menjadi permasalahan sudah berilmu namun masih seperti itu, maka tidak lain itu karena hawa nafsu semata.

Pertanyaan:
Apa boleh memberi ta'lim di tempat-tempat kuliahan? Karena kami melihat banyak dari ustadz-ustadz yang termasuk teman-temannya Luqman Ba'abduh semarak mengadakan pengajian-pengajian di kampus-kampus, padahal itu tempat pacaran.
Mereka beralasan bahwa boleh menda'wahi mereka sebagaimana para Nabi menda'wahi pelaku ma'siat.
Jawaban:
Alasan mereka itu adalah alasan yang batil, tidak ada yang melandasi mereka dalam berucap melainkan hanya hawa nafsu semata.
Benar para Nabi menda'wahi para pelaku ma'siat namun mereka tidak terjun atau cemplung dalam kema'siatan, adapun para ustadz yang kamu sebutkan justru mengorbankan diri-diri mereka dalam ikhtilath atau memandang para wanita yang berlogo "you can see", mereka mengenakan pakaian yang serba mini dan serba tipis, lalu para ustadz itu berpapasan dengan mereka ketika menuju masjid kampus atau ketika masuk ke lokasi kampus.
Kami khawatir mereka itu akan berbuat seperti Mubarok Ba Mu'allim, awalnya hanya sekedar mengisi pengajian di kampus-kampus, tidak lama kemudian mencoba masuk menjadi mahasiswa berjenggot lagi bercelana di atas mata kaki, dengan tanpa malu dia duduk satu ruangan dengan Laila dan Fulanah di kampus IAIN Surabaya, mana kewibawaannya sebagai da'i?, bagaimana dia dan kawan-kawannya dahulu mengingkari kemungkaran dan mentahdzir umat manusia dari fitnah wanita namun ternyata mereka sekarang mencoba-coba cemplung:
«يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ»
"Didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka keluarlah usus (atau sesuatu dari isi) perutnya, dia berputar padanya sebagaimana berputarnya keledai pada tali pengikatnya, maka penduduk neraka berkumpul kepadanya, mereka berkata: Wahai Fulan ada apa denganmu? Bukankah dahulu kamu memerintahkan kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran? Dia pun berkata: "Tentu, dahulu aku memerintahkan kepada kebaikan namun aku tidak melakukan (kebaikan itu), dan aku melarang dari kemungkaran namun aku melakukannya". Diriwayatkan oleh Muslim dari Usamah bin Zaid dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) .
Para Nabi dahulu mereka hanya menda'wahi umat dan mereka tidak tertipu dengan umatnya, mereka tidak diseret oleh umatnya untuk berma'siat, adapun da'i-da'i hizbiyyun itu maka mereka diseret ke dalam kema'siatan.
Sebagian mereka beralasan bahwa kalau tanpa adanya da'wah di kampus-kampus maka para mahasiswa tidak akan sampai da'wah kepada mereka, kita katakan bahwa alasan ini adalah alasan murahan, para mahasiswa mengenal internet, mereka juga bisa membaca dan bisa bertanya, dan sungguh betapa banyak mahasiswa mendapat hidayah dengan sebab berkunjung ke situs-situs Ahlissunnah.
Maka kami nasehatkan kepada mereka para da'i tersebut kalau ingin menjadi da'i benaran maka janganlah bermain-main dengan syari'at ini, jangan sampai nanti di akhirat lisan-lisan mereka hangus, Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«ليلة أسري بي رأيت قوما تقرض ألسنتهم بمقاريض من نار - أو قال: من حديد - قلت: من هؤلاء يا جبريل؟ قال: خطباء من أمتك». 
“Ketika aku di-isra (dinaikan ke langit) aku melihat suatu kaum di parut lidah-lidah mereka dengan parutan dari api –atau dia berkata-: “Parutan dari besi” Maka aku bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab: Para khotib dari umatmu”. Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas bin Malik.
Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat bagi kami dan bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan dan kebenaran.  
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar