Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

GOTONG ROYONG YANG MEMBERATKAN ORANG





Gotong royong
yang
membertakan orang


Tanya Jawab Bersama:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya


assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434

Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ya Aba Ahmad hayyakalloh
Ada Ikhwah yang dia telah keluar dar markiz Bukhori Palembang Luqmaniyyun, dia mengkabarkan ke ana kalau di markiz Bukhori setiap pekan ada gotong royong dengan tujuan hasil uang dari gotong royong tersebut untuk kas markiz. Rinciannya seperti ini: Para ikhwah di Markiz Bukhori dibebankan untuk gotong royong, yang gotong royong tersebut di bagi menjadi beberapa kelompok yang kelompok tersebut diketuai oleh seseorang yang telah ditunjuk pengurus. Misal kelompok A mengerjakan borongan menebas kebun fulan B dengan borongan 000 ribu perhektar, nanti uang hasil borongan tersebut diperuntukkan untuk kas pondok dengan alasan untuk biaya pondok, mukafaah ustadz, janda, biaya berobat dan sebagainya, akan tetapi kalau ikhwah yang ditunjuk gotong royong tersebut tidak bisa ikut gotong royong, dia harus mencari ganti orang yang menggantikannya untuk gotong royong. Dan orang tersebut di bayar upah karena menggantikannya.
Apakah gotong royong seperti ini termasuk mengandung kebatilan? Jazakumullohu Khairo.

Abu Ahmad Muhammad bin Salim menjawab:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Di zaman Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sudah dikenal dengan adanya gotong royong, adapun gotong royong yang mereka (para hizbiyyun) terapkan itu maka sungguh terdapat unsur pembebanan diri, dan syari'at kita melarang untuk membebankan diri, apalagi "kalau ikhwah yang ditunjuk gotong royong tersebut tidak bisa ikut gotong royong, dia harus mencari ganti orang yang menggantikannya untuk gotong royong. Dan orang tersebut di bayar upah karena menggantikannya" maka tentu ini suatu pembebanan yang mungkin terwariskan dari para penjajah Jepang ketika mereka menjajah Tanah Air Indonesia, ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai ta'awun yang syar'iy, di zaman Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ketika ada gotong royong maka prosesnya berjalan dengan kemampuan dan keridhoan masing-masing, ketika ada gotong royong seperti pembebasan Salman Al-Farisiy dari perbudakan maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:  
" أَعِينُوا أَخَاكُمْ "
"Tolonglah saudara kalian!".
Salman Al-Farisiy berkata:
"فَأَعَانُونِي بِالنَّخْلِ: الرَّجُلُ بِثَلَاثِينَ وَدِيَّةً، وَالرَّجُلُ بِعِشْرِينَ، وَالرَّجُلُ بِخَمْسَ عَشْرَةَ، وَالرَّجُلُ بِعَشْرٍ، يَعْنِي: الرَّجُلُ بِقَدْرِ مَا عِنْدَهُ، حَتَّى اجْتَمَعَتْ لِي ثَلَاثُ مِائَةِ وَدِيَّة".
"Maka mereka membantuku dengan (bibit-bibit pohon) korma, seseorang (membawa) tiga puluh bibit, ada seorang pula (yang membawa) dua puluh bibit, ada seorang pula yang (membawa) lima belas bibit, ada seorang (membawa) sepuluh bibit, ya'ni seseorang (membawa) sesuai dengan kesanggupannya, sampai terkumpul untukku 300 (tiga ratus) bibit".
Demikian gotong royong para shohabat, setelah itu tidak ada cerita bahwa Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengajak mereka untuk terus mengumpulkan bibit-bibit supaya untuk pembebasan budak berikutnya.
Di zaman Rosululluh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan di zaman para shohabatnya banyak para janda, banyak yang sakit dan lebih banyak para ustadz (pengajar) namun mereka tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh para hizbiyyun itu, memang persis dengan syaikhnya mereka Abdurrohman Al-Adniy, ke Fuyus sekan-akan tuan takur, markaz mengadakan jual beli tanah sebagai usaha untuk pendapatan, dan itu ditiru pula oleh para hizbiyyun semisal mereka yang di Palembang juga yang di Banyutengah Gresik, Kholiful Hadi diberi dana oleh seseorang yang dermawan untuk pembebasan tanah namun ternyata tanah tersebut diperjualbelikan kepada ikhwah yang sudah berkeluarga, begitu pula di Ambon ada seseorang yang memiliki tanah di kampung Kisar, para hizbiyyun yang bernaung di bawah yayasan Abu Bakr Ash-Shiddiq kemudian menjual tanah tersebut ke ikhwah dengan harga yang lumayan murah dalam permeternya namun ternyata tanah sengketa, memang benar-benar hizbiyyun kali ini mata duit.
Tidak diragukan lagi bahwa pekerjaan para hizbiyyun begitu pula markaznya para hizbiyyin itu bukan markaz ilmi'y akan tetapi markaz tijariy.
Dari praktek mereka (para hizbiyyun di Palembang) itu nampak jelas kalau mereka tidak ada ta'awun di atas kebaikan dan taqwa, terlihat kalau mereka memiliki sifat egois yang tinggi, kalau mereka termasuk orang-orang dermawan dan memiliki rasa ukhuwwah Islamiyyah maka tentu tidak perlu diadakan gotong royong seperti itu, masing-masing mereka memiliki kebun sawit atau karet, mereka bisa mengelolahnya, dan mereka bisa sisihkan sebagian kecil dari hasil perkebunan mereka kepada yang berhak menerimanya, namun karena terlihat mereka para hizbiyyin memang egois dan selalu berselisih serta berpecah belah, sungguh benar perkataan Robb kami:
{بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ} [الحشر: 14]
"Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat dahsyat. kamu mengira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah, yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti". (Al-Hasyr: 14).
Kalau Ahlussunnah sejati yang menjadi ustadz di tempat tersebut tentu sangat malu, bagaimana tidak?, lantaran untuk membiayainya mengharuskan pekerjaan seperti itu.

Pertanyaan:
Apakah benar bahwa seseorang bisa sesat lantaran diperbodoh oleh orang bodoh? Dan bagaimana tipe atau ciri-ciri orang bodoh seperti itu?

Jawaban:
Tidak diragukan lagi bahwa orang bodoh bisa menipu orang dengan kebodohannya, sudah sangat banyak kami dapati masalah ini, ada orang dipuji sendiri oleh si bodoh, dia itu pintar, dia itu hafal ini dan itu, dia itu begini dan begitu masya Alloh.
Orang yang dipuji itu tidak sadar ternyata si bodoh sedang menyeretnya, terkadang diberi sesuatu semisal uang, alat berkemunikasi dan terkadang diberi makan dan minum serta dipuas-puaskan nafsunya, orang tersebut kemudian melemah, dia mengetahui tentang keadaan sebenarnya pada si bodoh, dia akui bahwa si bodoh memang bodoh, namun karena pertimbangan nafsunya dia pun merelakan dirinya dihinakan oleh si bodoh, dia dijadikan sebagai juru bicara, dijadikan sebagai pengawal dan pembela yang pada akhirnya sesat dan menyesatkan.
Apa yang diperintahkan dan yang disarankan oleh si bodoh dia selalu jalani, disarankan untuk membuka aibnya orang maka dia pun dengan semangat kenafsuan melakukannya, disarankan untuk menyeret orang, melakukan ghibah, mencela, mencaci dan mengambil haknya serta menzholimi orang maka dia dengan semangat kenafsuan melakukannya.
Tidak hanya si thulaib yang sudah diustadzkan yang telah ditipu oleh si bodoh namun orang yang berilmu pun diusahakan untuk ditipu dengan berbagai macam cara namun karena mereka (yang memiliki ilmu) mengetahui maksud dan perumpamaan yang dilakukan oleh si bodoh maka mereka pun tidak tertipu:
{وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ} [العنكبوت: 43]
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tidaklah ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu". (Al-'Ankabut: 43).
Adapun ciri-ciri dari orang-orang bodoh tersebut sangat jelas bagaikan matahari di siang bolong, diantaranya:
·        Dia bodoh tapi menggambarkan dirinya seakan-akan paling berilmu, jika dia melihat orang baik memiliki tulisan atau telah terbit karya tulisnya maka dia pun mulai mencelanya, menggoblok-goblokkannya dan menghinanya, dia tidak malu padahal dia sendiri dengan kebodohannya tidak bisa menyusun tulisan lebih-lebih membuat karya tulis.
·        Bila bercerita selalu dusta, sebelum berbicara dengan orang lain mesti dia akan membuat suatu pembukaan yang menggambarkan kalau dirinya paling jujur padahal dia adalah paling pendusta, tidak malu dia mengatakan: "Saya ini paling jujurnya manusia, makanya orang senang sama saya", padahal kebalikannya yaitu paling dustanya manusia dan orang-orang membencinya.
·        Suka mentazkiyah dirinya sendiri:
{فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى} [النجم: 32]
"Maka janganlah kalian mentazkiyyah diri kalian hebat, Dialah (Alloh) yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa". (An-Najm: 32).
·        Suka untuk dipuji, dan merasa bangga bila menyebutnya dia melakukan ini dan itu padahal dia tidak melakukannya:
{لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 188].
"Janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang mereka bergembira terhadap apa-apa yang mereka kerjakan dan mereka senang supaya dipuji tentang perbuatan yang tidak pernah mereka kerjakan, maka janganlah kamu mengira bahwasanya mereka terbebas dari azab, dan bagi mereka adalah azab yang pedih". (Ali Imron: 188).
·        Suka untuk diangkat-angkat namanya dan senang dimuliakan, sampai banyak membuat manipulasi dan pemutar balikkan fakta sehingga mampu mengelabui orang-orang.
·        Bila bercerita maka membuat orang merasa kagum dengan ucapannya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ} [البقرة: 204]
"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penantang yang paling keras". (Al-Baqoroh: 204).

Pertanyaan:
Kapan seseorang itu dikatakan sebagai ustadz? Karena kami dulu melihat di majalah salafy yang ditulis sebagai ustadz hanya 2 (dua) orang, kami diberitau karena gelar ustadz itu harus sudah mumpuni ilmunya, apa benar demikian? Dan di pihak lain kami dengar pula bahwa gelar ustadz itu bid'ahnya orang IM, apa benar demikian?

Jawaban:
Siapa pun kalau dia sudah bisa memberi faedah ilmiyyah baik mengajar kaum muslimin maka dia layak dikatakan sebagai ustadz, sekalipun dia mengajar anak-anak tentang membaca huruf-huruf hijaiyyah maka layak baginya dikatakan sebagai ustadz, atau seseorang memberikan faedah ilmiyyah dengan muhadhorah, kajian, ceramah, khutbah atau dengan menulis pada artikel-artikel ilmiyyah yang manusia mengambil faedah darinya maka layak baginya untuk menyandang gelar ustadz.
Adapun mengenai dibid'ahkan ini sangat tidak benar, bagaimana mereka akan menganggap ini sebagai bid'ah sedang para ulama terdahulu telah menggunakannya, di zaman Al-Imam Asy-Syafi'iy, juga di zaman Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sudah menggunakan ungkapan ini?!! Dan Alhamdulillah tentang permasalahan ini telah kami jawab pada tulisan kami yang lain.

Pertanyaan:
Ada orang-orang mengatakan bahwa ustadz mengkritik atau menjarh ustadz-ustadz yang baik-baik, mereka contohkan tentang Al-Ustadz Kholiful Hadi, bahwa dia itu akhlaknya sangat bagus, namun orang-orang mengherankan ustadz kenapa selalu menjarhnya?

Jawaban:
Kholiful Hadi lagi, orang seperti dia ini keadaanya persis seperti apa yang Alloh katakan:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ} [البقرة: 204]
"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penantang yang paling keras". (Al-Baqoroh: 204).
Kalau dia (Kholiful Hadi) ini ingin berusaha menarik hati orang supaya menyenanginya maka dia akan menampakan akhlak buatannya, orang pun kagum dengannya padahal hakekatnya dia buas, berikut ini kami paparkan suatu cerita tentang kejadian yang menunjukan tentang kebobrokan akhlaknya, Insya Alloh para saksi masih pada hidup:
Ketika Kholiful Hadi mulai mendirikan pondok pesantrennya di Banyutengah Gresik, dia sering memotivasi orang-orang untuk gotong royong dengan bahasa "ini bukan pondokku ya ikhwah, tapi ini pondok kita semua!", ini lagunya, ketika sudah dibangun masjid dan di depannya ada sebuah gubuk dari bambu yang ketika itu di tempati oleh salah seorang  muridnya asal Lombok yang bernama Nashr, Kholif ini berkata: "Di tempatnya Nasr itu tidak mengapa untuk tempat akhwat" ya'ni dia inginkan ma'hadnya menerima para wanita (semisal TN), ketika ada seseorang datang dari Jombang dengan membawa adik prempuan maka Kholif mempersilahkan prempuannya tinggal di gubuk tersebut. Ternyata prempuan tadi terkena kiriman jin dari dukun, sampai tengah-tengah malam terkadang teriak-teriak, Kholif kemudian memerintahkan murid-muridnya untuk meruqyah, sebelumnya Nasr Al-Lombokiy ingin untuk menikahi wanita tersebut sebagai rasa kasihan namun karena Kholif ini yang kerjanya suka menakut-nakuti maka Nasr pun membatalkan, karena prempuan tersebut masih terus menderita kesurupan jin maka ada seseorang berkata: "Prempuan itu tidak bisa disembuhkan kecuali dia mati atau dukunnya yang mati", maka Kholif pun ketakutan, dia berkata: "wah bahaya kalau gitu", dia pun kemudian membuat kesimpulan diusir saja, dia berkata: "Kalau dibiarkan akan membahayakn pondok apalagi pondok belum lama berdiri", kemudian dengan kelicikannya mulailah dia mengadakan rapat rahasia, ketua santri ketika itu Zain Al-Makassariy dipanggil dan beberapa kawan, hasil musyawarah gelapnya adalah diusir seorang tadi bersama saudarinya yang kesurupan.
Dan proses pengusiran pun dilakukan secara licik dan tak beretika, Zain Al-Makassariy pun dia manfaatkan, dia yang disuruh untuk mengusir, maka Zain Al-Makassariy melaksanakan keputusan si Kholif tersebut.
Proses pengusiran tersebut membuat orang-orang yang masih memiliki hati merasa bersedih dan kasihan, bagaimana tidak, kedatangan kedua orang tersebut karena sebab terpengaruh dengan promosi Kholif terhadap pondoknya, sampai para wanita pun bersedia diterima dengan di tempatkan di gubuk, namun ternyata dengan mudahnya ditendang dari pondok karena alasan membahayakan pondoknya, dari sini tampak jelas kalau Kholiful Hadi ini tidak memiliki akhlak dan ukhuwwah syar'iyyah:
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»
"Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Anas bin Malik.
Setelah pengusiran tersebut, terjadilah kejadian baru, yaitu rasa kebencian Kholif terhadap beberapa muridnya, diantara mereka adalah Luqman Al-Hakim dan Zain Al-Makassariy, bahkan lebih tampak kebiadaban Kholiful Hadi ini, ketika dia sudah tidak menyukai Zain karena terpengaruh dengan bujukan murid-muridnya yang lain, dia pun mencari sebab bagaimana supaya Zain itu bisa ditendang dari pondoknya, maka pada suatu hari ada seseorang muridnya asal Aceh memukul wajah Zain di dapur karena sebab ikan, ketika Kholiful Hadi tahu, bukannya yang memukul itu diusir namun malahan dia berkata: "Alhamdulillah dia dipukul, biar cepat pergi dari pondok ini!".
Dan sangat tampak pada diri si Kholif ini sifat kekanak-kanakan, ketika Abdussalam asal Makassar-Ternate meminta izin untuk nikah di Sumatra dia pun tidak mengizinkan untuk pergi dan dia tidak meridhoi untuk menikah dengan alasan masih kecil, padahal dia sendiri yang membuka pelajaran "Kitabun Nikah" yang menjelaskannya dengan sangat fulgar dan sangat porno, dengan sebab itu banyak yang tidak kuat mondok, ketika Abdussalam minta izin maka dia tidak beri izin, ketika Abdussalam sudah akad dan minta didoakan dia pun berkata kepada kawan-kawan Abdussalam: "Doakan dia adapun saya tidak karena dia minta doa ke kalian".
Ketika Hisyam Porbolingga menasehatinya dengan berkata: "Ustadz sekarang kok beda, dulu ketika di Lamongan zuhud sekarang kok mewah-mewah" maka dia pun marah-marah sambil berkata: "Saya dibilang tidak zuhud padahal saya ini paling zuhudnya orang, lihat sepeda motorku itu karena pemberian, lihat rumahku….dan lihat…itu….", maka pantas kalau Kholiful Hadi itu diruqyah dengan ayat ini:
{فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى} [النجم: 32]
"Maka janganlah kalian mentazkiyyah diri kalian hebat, Dialah (Alloh) yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa". (An-Najm: 32).
Adapun tentang si Kholif ini maka sudah cukup keterangan-keterangan tentangnya, siapa yang masih tertipu maka biarkan dia tertipu, yang penting penjelasan sudah sampai padanya:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ}
"Supaya orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan supaya orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha mendengar) lagi Al-'Alim (Maha mengetahui)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar