Gotong royong
yang
membertakan orang
Tanya Jawab Bersama:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim
Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya,
mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya
assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
1434
Pertanyaan:
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Ya
Aba Ahmad hayyakalloh,
Ada
Ikhwah yang dia telah keluar dar markiz Bukhori Palembang Luqmaniyyun, dia
mengkabarkan ke ana kalau di markiz Bukhori setiap pekan ada gotong royong
dengan tujuan hasil uang dari gotong royong tersebut untuk kas markiz.
Rinciannya seperti ini: Para ikhwah di Markiz Bukhori dibebankan untuk gotong
royong, yang gotong royong tersebut di bagi menjadi beberapa kelompok yang
kelompok tersebut diketuai oleh seseorang yang telah ditunjuk pengurus. Misal
kelompok A mengerjakan borongan menebas kebun fulan B dengan borongan 000 ribu
perhektar, nanti uang hasil borongan tersebut diperuntukkan untuk kas pondok
dengan alasan untuk biaya pondok, mukafaah ustadz, janda, biaya berobat dan
sebagainya, akan tetapi kalau ikhwah yang ditunjuk gotong royong tersebut tidak
bisa ikut gotong royong, dia harus mencari ganti orang yang menggantikannya
untuk gotong royong. Dan orang tersebut di bayar upah karena menggantikannya.
Apakah
gotong royong seperti ini termasuk mengandung kebatilan? Jazakumullohu
Khairo.
Abu Ahmad Muhammad bin Salim menjawab:
وعليكم
السلام ورحمة الله وبركاته
بِسم الله
الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه،
وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ،
وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Di zaman
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) sudah dikenal dengan adanya gotong royong, adapun gotong
royong yang mereka (para hizbiyyun) terapkan itu maka sungguh terdapat unsur
pembebanan diri, dan syari'at kita melarang untuk membebankan diri, apalagi
"kalau ikhwah yang
ditunjuk gotong royong tersebut tidak bisa ikut gotong royong, dia harus
mencari ganti orang yang menggantikannya untuk gotong royong. Dan orang
tersebut di bayar upah karena menggantikannya" maka tentu ini suatu pembebanan yang mungkin
terwariskan dari para penjajah Jepang ketika mereka menjajah Tanah Air
Indonesia, ini jelas bertentangan dengan nilai-nilai ta'awun yang syar'iy, di
zaman Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ketika ada gotong royong maka prosesnya berjalan dengan
kemampuan dan keridhoan masing-masing, ketika ada gotong royong seperti pembebasan
Salman Al-Farisiy dari perbudakan maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
"
أَعِينُوا أَخَاكُمْ "
"Tolonglah saudara kalian!".
Salman
Al-Farisiy berkata:
"فَأَعَانُونِي
بِالنَّخْلِ: الرَّجُلُ بِثَلَاثِينَ وَدِيَّةً، وَالرَّجُلُ بِعِشْرِينَ،
وَالرَّجُلُ بِخَمْسَ عَشْرَةَ، وَالرَّجُلُ بِعَشْرٍ، يَعْنِي: الرَّجُلُ بِقَدْرِ
مَا عِنْدَهُ، حَتَّى اجْتَمَعَتْ لِي ثَلَاثُ مِائَةِ وَدِيَّة".
"Maka
mereka membantuku dengan (bibit-bibit pohon) korma, seseorang (membawa) tiga
puluh bibit, ada seorang pula (yang membawa) dua puluh bibit, ada seorang pula
yang (membawa) lima belas bibit, ada seorang (membawa) sepuluh bibit, ya'ni
seseorang (membawa) sesuai dengan kesanggupannya, sampai terkumpul untukku 300
(tiga ratus) bibit".
Demikian
gotong royong para shohabat, setelah itu tidak ada cerita bahwa Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) mengajak mereka untuk terus mengumpulkan bibit-bibit
supaya untuk pembebasan budak berikutnya.
Di zaman Rosululluh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan di zaman para shohabatnya
banyak para janda, banyak yang sakit dan lebih banyak para ustadz (pengajar)
namun mereka tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh para hizbiyyun itu, memang
persis dengan syaikhnya mereka Abdurrohman Al-Adniy, ke Fuyus sekan-akan tuan
takur, markaz mengadakan jual beli tanah sebagai usaha untuk pendapatan, dan
itu ditiru pula oleh para hizbiyyun semisal mereka yang di Palembang juga yang
di Banyutengah Gresik, Kholiful Hadi diberi dana oleh seseorang yang dermawan
untuk pembebasan tanah namun ternyata tanah tersebut diperjualbelikan kepada
ikhwah yang sudah berkeluarga, begitu pula di Ambon ada seseorang yang memiliki
tanah di kampung Kisar, para hizbiyyun yang bernaung di bawah yayasan Abu Bakr
Ash-Shiddiq kemudian menjual tanah tersebut ke ikhwah dengan harga yang lumayan
murah dalam permeternya namun ternyata tanah sengketa, memang benar-benar
hizbiyyun kali ini mata duit.
Tidak diragukan lagi bahwa pekerjaan para hizbiyyun begitu
pula markaznya para hizbiyyin itu bukan markaz ilmi'y akan tetapi markaz
tijariy.
Dari praktek mereka (para hizbiyyun di Palembang) itu nampak
jelas kalau mereka tidak ada ta'awun di atas kebaikan dan taqwa, terlihat kalau
mereka memiliki sifat egois yang tinggi, kalau mereka termasuk orang-orang
dermawan dan memiliki rasa ukhuwwah Islamiyyah maka tentu tidak perlu diadakan
gotong royong seperti itu, masing-masing mereka memiliki kebun sawit atau
karet, mereka bisa mengelolahnya, dan mereka bisa sisihkan sebagian kecil dari
hasil perkebunan mereka kepada yang berhak menerimanya, namun karena terlihat
mereka para hizbiyyin memang egois dan selalu berselisih serta berpecah belah,
sungguh benar perkataan Robb kami:
{بَأْسُهُمْ
بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّى ذَلِكَ
بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ} [الحشر: 14]
"Permusuhan
antara sesama mereka adalah sangat dahsyat. kamu mengira mereka itu bersatu,
sedang hati mereka berpecah belah, yang demikian itu karena sesungguhnya
mereka adalah kaum yang tidak mengerti". (Al-Hasyr:
14).
Kalau Ahlussunnah sejati yang
menjadi ustadz di tempat tersebut tentu sangat malu, bagaimana tidak?, lantaran
untuk membiayainya mengharuskan pekerjaan seperti itu.
Pertanyaan:
Apakah benar
bahwa seseorang bisa sesat lantaran diperbodoh oleh orang bodoh? Dan bagaimana
tipe atau ciri-ciri orang bodoh seperti itu?
Jawaban:
Tidak diragukan
lagi bahwa orang bodoh bisa menipu orang dengan kebodohannya, sudah sangat
banyak kami dapati masalah ini, ada orang dipuji sendiri oleh si bodoh, dia itu
pintar, dia itu hafal ini dan itu, dia itu begini dan begitu masya Alloh.
Orang yang
dipuji itu tidak sadar ternyata si bodoh sedang menyeretnya, terkadang diberi
sesuatu semisal uang, alat berkemunikasi dan terkadang diberi makan dan minum
serta dipuas-puaskan nafsunya, orang tersebut kemudian melemah, dia mengetahui
tentang keadaan sebenarnya pada si bodoh, dia akui bahwa si bodoh memang bodoh,
namun karena pertimbangan nafsunya dia pun merelakan dirinya dihinakan oleh si
bodoh, dia dijadikan sebagai juru bicara, dijadikan sebagai pengawal dan
pembela yang pada akhirnya sesat dan menyesatkan.
Apa yang
diperintahkan dan yang disarankan oleh si bodoh dia selalu jalani, disarankan
untuk membuka aibnya orang maka dia pun dengan semangat kenafsuan melakukannya,
disarankan untuk menyeret orang, melakukan ghibah, mencela, mencaci dan
mengambil haknya serta menzholimi orang maka dia dengan semangat kenafsuan
melakukannya.
Tidak hanya si
thulaib yang sudah diustadzkan yang telah ditipu oleh si bodoh namun
orang yang berilmu pun diusahakan untuk ditipu dengan berbagai macam cara namun
karena mereka (yang memiliki ilmu) mengetahui maksud dan perumpamaan yang
dilakukan oleh si bodoh maka mereka pun tidak tertipu:
{وَتِلْكَ
الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ}
[العنكبوت: 43]
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat
untuk manusia; dan tidaklah ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu".
(Al-'Ankabut: 43).
Adapun ciri-ciri dari orang-orang bodoh tersebut sangat jelas bagaikan
matahari di siang bolong, diantaranya:
·
Dia bodoh tapi menggambarkan dirinya
seakan-akan paling berilmu, jika dia melihat orang baik memiliki tulisan atau telah
terbit karya tulisnya maka dia pun mulai mencelanya, menggoblok-goblokkannya
dan menghinanya, dia tidak malu padahal dia sendiri dengan kebodohannya tidak
bisa menyusun tulisan lebih-lebih membuat karya tulis.
·
Bila bercerita selalu dusta, sebelum
berbicara dengan orang lain mesti dia akan membuat suatu pembukaan yang
menggambarkan kalau dirinya paling jujur padahal dia adalah paling pendusta,
tidak malu dia mengatakan: "Saya ini paling jujurnya manusia, makanya
orang senang sama saya", padahal kebalikannya yaitu paling dustanya
manusia dan orang-orang membencinya.
·
Suka mentazkiyah dirinya sendiri:
{فَلَا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى} [النجم: 32]
"Maka
janganlah kalian mentazkiyyah diri kalian hebat, Dialah (Alloh) yang paling
mengetahui tentang orang yang bertaqwa". (An-Najm: 32).
·
Suka untuk dipuji, dan merasa bangga bila
menyebutnya dia melakukan ini dan itu padahal dia tidak melakukannya:
{لَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا
بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 188].
"Janganlah kamu mengira tentang
orang-orang yang mereka bergembira terhadap apa-apa yang mereka kerjakan dan
mereka senang supaya dipuji tentang perbuatan yang tidak pernah mereka
kerjakan, maka janganlah kamu mengira bahwasanya mereka terbebas dari azab, dan
bagi mereka adalah azab yang pedih". (Ali Imron: 188).
·
Suka untuk diangkat-angkat namanya dan senang
dimuliakan, sampai banyak membuat manipulasi dan pemutar balikkan fakta
sehingga mampu mengelabui orang-orang.
·
Bila bercerita maka membuat orang merasa
kagum dengan ucapannya:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي
قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ} [البقرة: 204]
"Dan
di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh (atas kebenaran) isi hatinya, padahal
dia adalah penantang yang paling keras". (Al-Baqoroh: 204).
Pertanyaan:
Kapan
seseorang itu dikatakan sebagai ustadz? Karena kami dulu melihat di majalah
salafy yang ditulis sebagai ustadz hanya 2 (dua) orang, kami diberitau karena
gelar ustadz itu harus sudah mumpuni ilmunya, apa benar demikian? Dan di pihak
lain kami dengar pula bahwa gelar ustadz itu bid'ahnya orang IM, apa benar
demikian?
Jawaban:
Siapa pun kalau dia sudah bisa memberi faedah
ilmiyyah baik mengajar kaum muslimin maka dia layak dikatakan sebagai ustadz,
sekalipun dia mengajar anak-anak tentang membaca huruf-huruf hijaiyyah maka
layak baginya dikatakan sebagai ustadz, atau seseorang memberikan faedah ilmiyyah
dengan muhadhorah, kajian, ceramah, khutbah atau dengan menulis pada
artikel-artikel ilmiyyah yang manusia mengambil faedah darinya maka layak
baginya untuk menyandang gelar ustadz.
Adapun mengenai dibid'ahkan ini sangat tidak
benar, bagaimana mereka akan menganggap ini sebagai bid'ah sedang para ulama terdahulu
telah menggunakannya, di zaman Al-Imam Asy-Syafi'iy, juga di zaman Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah sudah menggunakan ungkapan ini?!! Dan Alhamdulillah
tentang permasalahan ini telah kami jawab pada tulisan kami yang lain.
Pertanyaan:
Ada orang-orang mengatakan bahwa ustadz
mengkritik atau menjarh ustadz-ustadz yang baik-baik, mereka contohkan tentang
Al-Ustadz Kholiful Hadi, bahwa dia itu akhlaknya sangat bagus, namun
orang-orang mengherankan ustadz kenapa selalu menjarhnya?
Jawaban:
Kholiful Hadi lagi, orang seperti dia ini keadaanya persis seperti apa
yang Alloh katakan:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ
يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي
قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ} [البقرة: 204]
"Dan
di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh (atas kebenaran) isi hatinya, padahal
dia adalah penantang yang paling keras". (Al-Baqoroh: 204).
Kalau dia (Kholiful Hadi) ini ingin berusaha menarik hati orang
supaya menyenanginya maka dia akan menampakan akhlak buatannya, orang pun kagum
dengannya padahal hakekatnya dia buas, berikut ini kami paparkan suatu cerita
tentang kejadian yang menunjukan tentang kebobrokan akhlaknya, Insya Alloh para
saksi masih pada hidup:
Ketika Kholiful Hadi mulai mendirikan pondok
pesantrennya di Banyutengah Gresik, dia sering memotivasi orang-orang untuk
gotong royong dengan bahasa "ini bukan pondokku ya ikhwah, tapi ini pondok
kita semua!", ini lagunya, ketika sudah dibangun masjid dan di depannya
ada sebuah gubuk dari bambu yang ketika itu di tempati oleh salah seorang muridnya asal Lombok yang bernama Nashr,
Kholif ini berkata: "Di tempatnya Nasr itu tidak mengapa untuk tempat
akhwat" ya'ni dia inginkan ma'hadnya menerima para wanita (semisal TN),
ketika ada seseorang datang dari Jombang dengan membawa adik prempuan maka
Kholif mempersilahkan prempuannya tinggal di gubuk tersebut. Ternyata prempuan
tadi terkena kiriman jin dari dukun, sampai tengah-tengah malam terkadang
teriak-teriak, Kholif kemudian memerintahkan murid-muridnya untuk meruqyah, sebelumnya
Nasr Al-Lombokiy ingin untuk menikahi wanita tersebut sebagai rasa kasihan
namun karena Kholif ini yang kerjanya suka menakut-nakuti maka Nasr pun
membatalkan, karena prempuan tersebut masih terus menderita kesurupan jin maka
ada seseorang berkata: "Prempuan itu tidak bisa disembuhkan kecuali dia
mati atau dukunnya yang mati", maka Kholif pun ketakutan, dia berkata:
"wah bahaya kalau gitu", dia pun kemudian membuat kesimpulan diusir
saja, dia berkata: "Kalau dibiarkan akan membahayakn pondok apalagi pondok
belum lama berdiri", kemudian dengan kelicikannya mulailah dia mengadakan
rapat rahasia, ketua santri ketika itu Zain Al-Makassariy dipanggil dan
beberapa kawan, hasil musyawarah gelapnya adalah diusir seorang tadi bersama
saudarinya yang kesurupan.
Dan proses pengusiran pun dilakukan secara
licik dan tak beretika, Zain Al-Makassariy pun dia manfaatkan, dia yang disuruh
untuk mengusir, maka Zain Al-Makassariy melaksanakan keputusan si Kholif tersebut.
Proses pengusiran tersebut membuat
orang-orang yang masih memiliki hati merasa bersedih dan kasihan, bagaimana
tidak, kedatangan kedua orang tersebut karena sebab terpengaruh dengan promosi
Kholif terhadap pondoknya, sampai para wanita pun bersedia diterima dengan di
tempatkan di gubuk, namun ternyata dengan mudahnya ditendang dari pondok karena
alasan membahayakan pondoknya, dari sini tampak jelas kalau Kholiful Hadi ini
tidak memiliki akhlak dan ukhuwwah syar'iyyah:
«لاَ يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»
"Tidak
sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai dia mencintai
saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". Diriwayatkan oleh
Al-Bukhoriy dan Muslim dari hadits Anas bin Malik.
Setelah pengusiran tersebut, terjadilah
kejadian baru, yaitu rasa kebencian Kholif terhadap beberapa muridnya, diantara
mereka adalah Luqman Al-Hakim dan Zain Al-Makassariy, bahkan lebih tampak
kebiadaban Kholiful Hadi ini, ketika dia sudah tidak menyukai Zain karena
terpengaruh dengan bujukan murid-muridnya yang lain, dia pun mencari sebab
bagaimana supaya Zain itu bisa ditendang dari pondoknya, maka pada suatu hari ada
seseorang muridnya asal Aceh memukul wajah Zain di dapur karena sebab ikan,
ketika Kholiful Hadi tahu, bukannya yang memukul itu diusir namun malahan dia
berkata: "Alhamdulillah dia dipukul, biar cepat pergi dari pondok
ini!".
Dan sangat tampak pada diri si Kholif ini
sifat kekanak-kanakan, ketika Abdussalam asal Makassar-Ternate meminta izin
untuk nikah di Sumatra dia pun tidak mengizinkan untuk pergi dan dia tidak
meridhoi untuk menikah dengan alasan masih kecil, padahal dia sendiri yang
membuka pelajaran "Kitabun Nikah" yang menjelaskannya dengan sangat
fulgar dan sangat porno, dengan sebab itu banyak yang tidak kuat mondok, ketika
Abdussalam minta izin maka dia tidak beri izin, ketika Abdussalam sudah akad
dan minta didoakan dia pun berkata kepada kawan-kawan Abdussalam: "Doakan
dia adapun saya tidak karena dia minta doa ke kalian".
Ketika Hisyam Porbolingga menasehatinya
dengan berkata: "Ustadz sekarang kok beda, dulu ketika di Lamongan zuhud
sekarang kok mewah-mewah" maka dia pun marah-marah sambil berkata:
"Saya dibilang tidak zuhud padahal saya ini paling zuhudnya orang,
lihat sepeda motorku itu karena pemberian, lihat rumahku….dan lihat…itu….",
maka pantas kalau Kholiful Hadi itu diruqyah dengan ayat ini:
{فَلَا تُزَكُّوا
أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى} [النجم: 32]
"Maka
janganlah kalian mentazkiyyah diri kalian hebat, Dialah (Alloh) yang paling
mengetahui tentang orang yang bertaqwa". (An-Najm: 32).
Adapun tentang si Kholif ini maka sudah cukup
keterangan-keterangan tentangnya, siapa yang masih tertipu maka biarkan dia
tertipu, yang penting penjelasan sudah sampai padanya:
{لِيَهْلِكَ مَنْ
هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ وَإِنَّ اللَّهَ
لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ}
"Supaya orang yang binasa
itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan supaya orang yang hidup itu
hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami'
(Maha mendengar) lagi Al-'Alim (Maha mengetahui)".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar