المبادئ
المفيدة
في
التوحيد والفقه والعقيدة
DASAR-DASAR YANG
BERFAEDAH
TENTANG
TAUHID, FIQIH DAN
AQIDAH
Penulis:
الشيخ الفقيه العلامة المحدث
أبي عبد الرحمن يحيى بن علي الحجوري
حفظه الله
ASY-SYAIKH AL-FAQIH AL-'ALLAMAH AL-MUHADDITS
Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy
Semoga Alloh menjaganya
Penerjemah:
محمد الأمين بن نور الدين الأمبوني
رحِمه الله
Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy
Semoga Alloh merohmatinya
وأبي أحمد بن سليم اللّمبوري
عفا الله عنه
Dan Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya
http://assaabiquunalawwaluuna.blogspot.com
Maktabah Daril Hadits DAMMAJ
1434
PENGANTAR CETAKAN KEDUA
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد لله حمدا كثيرا مباركا فيه كما
يحب ربنا ويرضى, وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
Dengan tersebar
luasnya terjemahan kitab “المَبَادِئُ
المُفِيْدَةُ” telah banyak
sampai kepada kami saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca yang terhormat.
Sebagai insan manusia
yang tentu tak luput dari salah, lupa dan keliru, setelah kami memeriksa
kembali kitab terjemahan tersebut ternyata benar terdapat ketidak sempurnaan,
baik itu yang berkaitan dengan salah pengetikan atau yang berkaitan dengan
beberapa kekurangan dalam terjemahan, hal tersebut sebagai bentuk dari
pembenaran terhadap perkataan orang-orang cerdas yang mereka memiliki akal
pikiran yang jernih bahwa tidak ada satu pun kitab yang selamat dari kesalahan
kecuali Kitabulloh, yang mana Alloh (تعالى)
telah mengatakannya di dalam Al-Qur’an sebagaimana dalam surat An-Nisa’ ayat
82:
﴿أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ
اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا﴾.
“Apakah mereka tidak merenungi
Al-Qur’an, kalaulah Al-Qur’an itu bukan dari sisi Alloh tentulah mereka akan
mendapati di dalamnya banyak pertentangan”.
Pada kesempatan
ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada
segenap para pembaca yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun terhadap kitab
terjemahan ini semoga Alloh senantiasa memberikan hidayah kepada kami dan
mereka semua.
Al-Mabadiul Mufidah fil Tauhiid wal Fiqhi wal ‘Aqidah
Aku sampaikan pada terjemahan ini dengan
bahasa yang pas
dan mudah
Aku dan Muhammad Al-Amin menerjemahkan
dengan penuh amanah
Ada kesalahan langsung kami luruskan dan
mengakuinya itu adalah salah
Awal kali dalam menterjemahkan tentu tak
luput dari keliru dan salah
Ambil pelajaran dari situ maka jangan
kita berbuat gegabah
Aku memohon kepada Alloh semoga urusan
kami dibuat mudah
Apa yang kami kerjakan ini semoga Alloh
beri pahala dan upah
Aku memohon ampun kepada Alloh karena
sering berbuat salah
Aku minta maaf kepada pembaca kalau ada
dan pernah berbuat salah
Adapun para hizbiyyin
maka mereka itu sukanya bikin amarah
Anak muslim yang baik tentu ingat
perkataan Nabi untuk tidak marah
Apabila saudaranya ada salah dia
ingatkan dengan sopan dan rahmah
Apabila hizbiyyun mau ikuti sunnah dan
terima nasehat tentu dapat hidayah
Al-Mabadiul Mufidah mereka
terjemahkan karena dunia yang rendah
Akhirnya sampai di sini kami sampaikan
sebagai isi muqaddimah
Abu Ahmad dan Muhammad Al-Amin yang bermanhaj Ahlus Sunnah
Akhir Dzulqo’dah mereka selesaikan
koreksian dengan beri muqoddimah
PENGANTAR PENERJEMAH
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا وأشهد أن محمدا عبده
ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما مزيدا.
أما بعد:
Tulisan
ini merupakan terjemahan dari kitab "Al-Mabadiul Mufiidah fiit
Tauhid wal Fiqhi wal 'Aqidah" yang ditulis oleh Syaikh kami yang
mulia Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy semoga Alloh menjaganya
yang kami beri judul terjemahannya "DASAR-DASAR YANG
BERFAEDAH TENTANG TAUHID, FIQIH DAN AQIDAH" serta kami beri
beberapa keterangan, yang kami lihat perlu untuk diberi keterangan tambahan
yaitu pada catatan diantara dua kurung [……] baik pada terjemahan atau
pada catatan kaki.
Pada pagi hari setelah terbitnya matahari,
tepatnya pada hari Sabtu 14 Rabiul Awwal 1431 H., kami menemui Syaikh kami An-Nashih
Al-Amiin Abu Abdirrohman Yahya Al-Hajuriy semoga Alloh menaganya di
masjid As-Sunnah Darul Hadits Dammaj, setelah selesai beliau melaksanakan sholat
dua rakaat, kami langsung mengemukakan maksud kami, dan kami meminta izin untuk
menerjemahkan kitabnya "Al-Mabadiul Mufiidah fiit Tauhid wal Fiqhi
wal 'Aqidah" ke dalam bahasa Indonesia dan Asy-Syaikh pun
menyambut dengan baik. Kami mengatakan bahwa pada terjemahan yang sedang kami
kerjakan: Apakah boleh kami beri catatan yang kira-kira perlu untuk kami beri
beberapa catatan (keterangan)? Maka Asy-syaikh menjawab: Boleh menambahkan
beberapa catatan sebatas yang kamu mampui!. Kemudian Asy-Syaikh mendoakan kami:
Semoga Alloh (memperbagus) hidupmu!
Ketika kami sudah hampir menyelesaikan
terjemahan ini tiba-tiba ada saudara kami Rozif As-Singapuriy Semoga Alloh
menjaganya datang dari Singapura ke Darul Hadits Dammaj untuk menuntut ilmu
dengan membawa terjemahan kitab
"Al-Mabadiul Mufiidah fiit Tauhid wal Fiqhi wal 'Aqidah"
yang dierbitkan oleh penerbit hizbiyyah [Maktabah
Al-Ghuroba'-Solo-Indonesia/Cetakan ketiga/2008 H] yang beliau beli ketika di
Batam-Indonesia, lalu beliau meminjamkan kepada kami untuk membacanya Semoga
Alloh membalasnya dengan keaikan, kemudian ada beberapa kawan kami meminta
kami untuk membantah kesalahan-kesalahan yang ada pada terjemahan tersebut bila
ada kesalahannya, maka kami katakan: tidak perlu, lagi pula kami tidak punya
waktu untuk membaca secara tuntas terjemahan tersebut, namun secara tidak
disengaja terbaca pada kami satu hadits, yaitu hadits Shofwan bin 'Assal semoga
Alloh meridhoinya pada (hal. 92-93):
".....وَلَكِنْ
مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ".
Yang para penerjemah
menerjemahkan dengan:“…….akan tetapi beliau memerintahkan untuk melepaskan
khuf kami dikarenakan buang air besar, kencing, dan tidur”. Yang
seharusnya:
".....وَلَكِنْ
مِنْ غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ".
“….akan tetapi BAB (buang air besar), kencing, dan tidur
[beliau صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak
memerintahkan kami untuk melepasnya]”. Kami menterjemahkan seperti ini karena kami memiliki
dasar hukum dan penyangga yang menguatkan kebenarannya yaitu hadits dari Abu
Hazim, beliau berkata:
"رَأَيْت سَهْلَ
بْنَ سَعْدٍ يَبُولُ بَوْلَ الشَّيْخِ الْكَبِيرِ يَكَاد أَنْ يَسْبِقَهُ قَائِمًا،
ثُمَّ تَوَضَّأَ، وَمَسَحَ عَلَى خُفَّيْهِ، فَقُلْت: أَلَا تَنْزِعُ هَذَا؟ فَقَالَ:
لَا، "رَأَيْت خَيْرًا مِنِّي وَمِنْك يَفْعَلُ هَذَا، وَرَأَيْت رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ"".
"Aku
melihat Sahl bin Sa'd kencing seperti kencingnya orang tua, hampir-hampir
kencingnya mendahuluinya sedang dia masih dalam keadaan berdiri, kemudian dia
berwudhu, dan mengusap di atas kedua khuf-[1]nya, maka aku katakan:
Sebaiknya engkau lepas saja (khuf-mu) ini? Maka beliau menjawab: Tidak
(perlu). Aku melihat orang yang paling baik dariku dan darimu melakukan
seperti yang aku lakukan ini, aku melihat Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) melakukannya". [Lihat "Ash-Shohihul
Musnad" (Juz. 1/Hal. 396, no. 476)].
Pada hadits tersebut
sangatlah jelas bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) dan Sahl bin Sa'd semoga Alloh
meridhoinya tidak melepas sama sekali khuf-nya ketika kencing.
Begitu pula ketika BAB (buang air besar) sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dalam "Shohih Keduanya, Bab
Al-Mashi 'alal Khuffain" dari Al-Mughiroh bin Syu'bah dari Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
"أَنَّهُ خَرَجَ
لِحَاجَتِهِ فَاتَّبَعَهُ الْمُغِيرَةُ بِإِدَاوَةٍ فِيهَا مَاءٌ، فَصَبَّ عَلَيْهِ
حِينَ فَرَغَ مِنْ حَاجَتِهِ، فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ"
"Bahwasanya
beliau keluar untuk menunaikan hajatnya (BAB) maka Al-Mughiroh mengikutinya
dengan membawakan seember air, lalu menuangkan kepadanya ketika telah selesai
membuang hajatnya, maka beliau berwudhu' dan mengusap di atas dua khuf-nya".
Maka cukuplah ini sebagai
keterangan yang menghujjah atas mereka para penerjemah dan penerbit Al-Ghuroba':
﴿لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ
عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ﴾ [الأنفال: 42]
"Supaya
orang yang binasa itu binasa dengan keterangan yang jelas dan supaya orang yang
hidup itu hidup dengan keterangan yang
jelas [pula]".
(Al-Anfal: 42).
Awalnya kami tidak berkeinginan untuk menjelaskan atau membantah
kesalahan tersebut, namun karena ini berkaitan dengan kelancangan mereka dalam
menetapkan dan meniadakan hukum syari'at yang tentunya ini adalah kesalahan
yang sangat fatal maka mengharuskan kami untuk menjelaskannya, hal ini sebagai
bentuk pengamalan terhadap perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ﴾ [النحل: 44]
"Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan". (An-Nahl: 44). Dan
sebagai hujjah atas mereka [para penerjemah dan penerbit]nya, Alloh (تعالى) berkata:
﴿وَلَا تَقُولُوا لِمَا
تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى
اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُون﴾ [النحل: 116].
"Dan janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang
disebut-sebut oleh lidah kalian dengan dusta "Ini halal dan ini
haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Alloh mereka tidak akan
beruntung".
(An-Nahl: 116). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولًا﴾ [الإسراء: 36]
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggung jawabannya". (Al-Isra': 36).
Begitu pula pada terjemahan dan
cetakan yang sama (hal. 78) terulis: Al-Hizbiyyah (berpartai-partai)…..
dari sini akan muncul anggapan dari para pembaca yang kebanyakan mereka adalah
orang awam, bahwa hizbiyyah itu hanya sebatas partai-partai, yang mereka fahami
partai politik atau perkumpulan tersendiri dalam demokrasi. Maka tentu ini
adalah suatu pembatasan, yang sebaiknya menurut Syaikhuna (penulis) semoga
Alloh menjaganya dibiarkan saja [tanpa diberi keterangan dalam kurung
seperti itu]. Apakah mereka membuat keterangan dalam kurung seperti itu untuk
mengalihkan para pembaca bahwa hizbiyyah itu hanya sebatas berpartai
(partai-partai)? Ataukah karena mereka merasa pada diri mereka ada ciri-ciri
dan sifat-sifat hizbiyyah maka mereka mau mengalihkannya kepada partai-partai
supaya mereka tidak tertuduh? Cukuplah perkataan Alloh (تعالى) untuk
mereka:
﴿وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً
أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا﴾ [النساء: 112]
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau dosa,
kemudian dituduhkannya kepada orang yang tidak tahu menahu (tidak bersalah),
maka sesungguhnya dia telah berbuat suatu kebohongan dan dosa yang nyata". (An-Nisa': 112).
Padahal hizbiyyah itu sendiri adalah
suatu perkara yang mudah untuk difahami oleh orang yang sekalipun baru mengenal
manhaj Ahlussunnah Ash-Shohihah, sungguh bagus apa yang didefenisikan oleh
Syaikh kami Abu Abdillah Muhammad bin 'Ali bin Hizam semoga Alloh menjaganya
tentang defenisi hizbiyyah dalam bukunya "Munkaraat Syaai'ah"
(hal. 31), beliau berkata: "Hizbiyyah maknanya adalah perkumpulan suatu
kelompok dari kalangan manusia di atas suatu pemikiran yang menyelisihi
petunjuk Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),
mereka menjalin hubungan baik karena pemikiran tersebut dan bermusuhan karena
pemikiran tersebut [pula], maka berubahlah hubungan baik mereka dan sifat
berlepas diri mereka menjadi sempit"[2].
Dengan
demikian, maka sangatlah lucu dan aneh serta menyelisihi realita yang ada kalau
kemudian muncul para hizbiyyin semisal Muhammad Afifudin bin Husnunnuri
As-Sidawiy, Muhammad As-Sarbiniy, Asykariy dan Ayip Safruddin serta kawan-kawan
mereka yang memperingatkan umat dari membaca buku-buku yang diterjemahkan oleh
orang-orang yang mereka anggap sebagai sururiy atau hizbiy namun hakekatnya
merekalah hizbiyyun yang sesungguhnya, maka secara tidak mereka sadari
peringatan mereka menghujjah atas mereka sendiri. Begitu pula tidak kalah
canggihnya si orator jahil, sang ruwaibidhah[3] moder'n yang bernama Luqman bin
Muhammad Ba'abduh yang mengkampanyekan misinya untuk membantah buku-buku yang
diterbitkan oleh pustaka Al-Kautsar Jakarta. Namun sayang, ternyata
permasalahan yang paling besar seperti peniadaan dan penetapan hukum seperti
ini mereka lalaikan dengan tanpa adanya koreksian yang padahal sudah tercetak
berulang-ulang, maka jawablah pertanyaan ini wahai para hizbiyyin yang hina:
﴿مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
(36) أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ (37) إِنَّ لَكُمْ فِيهِ لَمَا تَخَيَّرُونَ
(38) أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِنَّ لَكُمْ
لَمَا تَحْكُمُونَ (39) سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذَلِكَ زَعِيمٌ (40) أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ
فَلْيَأْتُوا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ (41)﴾ [القلم: 36-41].
"Atau adakah kalian (berbuat demikian): Bagaimanakah kalian
mengambil keputusan (dalam menghukumi)? atau adakah kalian mempunyai sebuah
kitab tersendiri (yang diturunkan oleh Alloh) yang kalian membacanya?; bahwa di
dalamnya kalian benar-benar boleh memilih apa yang kalian sukai untuk kalian.
Atau apakah kalian memperoleh janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami,
yang tetap berlaku sampai hari kiamat; Sesungguhnya kalian benar-benar dapat
mengambil keputusan (sekehendak kalian)? Tanyakanlah kepada mereka:
"Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan
(hukum) yang diambil itu?" Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu?
Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka adalah
orang-orang yang benar".
(Al-Qalam: 36-41).
UCAPAN TERIMA KASIH
Dan sebagai peringatan pula: teringat dengan
perkataan Alloh (تعالى):
﴿لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾ [إبراهيم: 7]
"Jika kalian bersyukur, maka sungguh pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), Maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim: 7). Dan juga hadits yang diriwayatkan
oleh Abu Huroiroh dari Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«لاَ
يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
"Tidak bersyukur
kepada Alloh siapa yang tidak bersyukur kepada manusia". (HR.
At-Tirmidzi, no. 2081) dan beliau berkata: Ini adalah hadits hasan shohih)[4].
Maka beranjak dari sini kami sampaikan ucapan syukur dan terima kasih kami
kapada:
-
Syaikh kami penasehat yang
terpercaya Al-'Allamah Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy yang
telah menulis kitab ini dan senantiasanya beliau dalam membimbing, mengajar dan
menasehati kami, begitu pula para masyaikh kami yang ada di Darul Hadits Dammaj
semoga Alloh (تعالى) menjaga kami dan mereka semuanya,
begitu pula Syaikh kami Abu Abdir Rozzaq Riyadh Al-'Udainiy yang telah
mengajariku ilmu nahwu dan memberikan kepada kami banyak faidah dan nasehat semoga
Alloh mengampuninya dan memasukannya ke dalam golongan para syuhada'[5].
-
Ibuku tercinta [Aiyah bintu
Al-Khotib Hadiyinah] yang telah mengasuhku, membimbingku dan mencurahkan
kebaikan dan kasih sayangnya kepadaku…..semoga Alloh merohmatinya dan
memberinya kenikmatan di dalam kuburnya serta memasukannya ke dalam Jannah-Nya,
begitu pula Bapakku dan saudara-saudariku yang tercinta di manapun mereka
berada semoga Alloh menjaga kami dan mereka serta selalu menunjuki kami dan
mereka untuk senantiasa di atas al-haq hingga berkesudahan yang baik (khusnul
khotimah).
-
Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin
Nurdin Al-Amboniy (selaku penerjemah kitab ini, yang kemudian kami sempurnakan
terjemahannya) yang baik hati, penyabar dan siap menerima tantangan dan
bersedia mengahadapi hambatan dalam menuntut ilmu semoga Alloh merohmatinya,
begitu pula kedua orang tuanya yang telah banyak membantu kami semoga Alloh
menjaga dan memberikan berkah kepada kami dan kepada mereka[6].
-
Dan kawan-kawan kami dan siapa
saja yang berbuat baik kepada kami, yang mendoakan kebaikan kepada kami yang
tidak bisa kami sebutkan satu persatu nama-nama mereka semoga Alloh menjaga
kami dan menjaga mereka semua dan memberi balasan kebaikan yang banyak.
وصلى
الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه. والحمد لله رب العالمين.
Ditulis oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim
Al-Limboriy di Darul Hadits Dammaj-Yaman pada akhir Rabiul Awwal 1430 H.
المبادئ
المفيدة في التوحيد والفقه والعقيدة
بسم
الله الرحمن الرحيم
"Dengan
nama Alloh yang (الرحمن) Maha Pengasih lagi (الرحيم) Maha Penyayang"
PENDAHULUAN
Puji syukur kepada Alloh dengan pujian yang
banyak dan baik serta berberkah pada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhaq disembah kecuali Alloh satu-satunya, tidak ada sekutu
bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba-Nya sekaligus Rosul-Nya.
Kemudian sesudah itu:
Alloh (تعالى) berkata:
﴿أَمْ
كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ
مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ
وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ﴾ [البقرة: 133].
"Apakah kalian hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda)
kematian, ketika beliau berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang akan kalian
sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Robbmu
dan Robb bapak-bapakmu, Ibrohim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) إِلَهًا وَاحِدًا (Sesembahan
Yang Maha Satu) dan kami berserah diri hanya kepada-Nya". (Al-Baqaroh: 133).
Dan telah shohih sebuah hadits dari
Ibnu 'Abbas semoga Alloh meridhoinya, beliau berkata: Aku berboncengan
bersama Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) pada
suatu hari, lalu Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«يَا
غُلامُ إِنِّي مُعَلِّمُكُ كَلِمَاتٍ فَاحْفَظْهُنَّ, احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظِ
اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ, وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ, وَإِذَا اسْتَعَنْتَ
فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ, وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ
لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ, جَفَّتِ الأَقْلامُ وَطُوِيَتِ
الصُّحُفُ».
“Wahai ghulam (anak
remaja), bahwasanya aku ingin mengajarimu dengan beberapa kalimat: Jagalah Alloh
niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Alloh niscaya kamu akan mendapati-Nya di
hadapanmu. Jika kamu meminta maka mintalah kepada Alloh dan bila kamu meminta
pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Alloh. Dan ketahuilah! bahwasanya,
walaupun umat ini bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu dengan sesuatu maka
tidaklah bisa mereka memberimu manfaat kecuali dengan sesuatu yang Alloh telah
menulis (menetapkan)nya bagimu. Dan kalaulah mereka semuanya bersatu untuk
memberikan madhorat dengan sesuatu
kepadamu maka niscaya mereka tidak akan sanggup memberi madharat
kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Alloh menulis (menetapkan)nya
kepadamu, telah diangkat pena-pena dan telah ditutup lembaran-lembaran"[7].
Ayat dan hadits
tersebut, serta dalil yang semisal itu merupakan asas di dalam memberi
bimbingan untuk anak-anak dan ini adalah kalimat yang mencakup tauhid kepada
Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ), bimbingan tentang
beribadah kepada-Nya, penjagaan batasan hukum-hukum-Nya, bertawakal kepada-Nya,
beriman kepada taqdir (ketetapan)-Nya yang baik dan yang buruk, maka pengarahan
semacam itu merupakan pendidikan yang benar. Diharapkan bagi siapa yang tumbuh
di atas dasar pendidikan seperti itu, dia termasuk dari sebaik-baik hamba dari
hamba-hamba Alloh. Dari apa-apa yang mendorongku menulis untuk anak-anak
(putra-putri)ku –aku memohon kepada Alloh untuk memperbaiki keadaan mereka dan
memperbaiki keadaan perantara mereka- Ini adalah kalimat yang ringkas dalam
pelajaran tentang TAUHID, AQIDAH dan FIQIH, yang isinya penuh
dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Aku mengharap dari Alloh (عَزَّ وَجَلَّ) agar dapat memberikan manfaat kepada
anak-anak (putra-putri) semuanya dengan tulisan ini serta suluruh anak-anak
kaum muslimin.
Ditulis oleh Abu Abdirrohman Yahya Al-Hajuriy
pada bulan Rojab tahun 1425 (seribu empat ratus dua puluh lima) Hijriyah
An-Nabawiyyah, shalawat dan salam kepadanya.
بسم
الله الرحمن الرحيم
1.
Jika dikatakan kepadamu:
Siapa yang menciptakanmu? Maka kamu katakan: Yang menciptakanku adalah Alloh,
dan Dia yang telah menciptakan semua makhluk-makhluk, dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تعالى):
﴿اللَّهُ
خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ﴾
[الزمر: 62].
"Alloh yang menciptakan segala sesuatu". (Az-Zumar: 62)[8].
2.
Jika dikatakan kepadamu: Siapa Robbmu? Maka
kamu katakan: Alloh Robbku dan Robb segala sesuatu, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿قُلْ
أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ﴾ [الأنعام: 164].
"Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Robb selain Alloh,
padahal Dia adalah Robb segala sesuatu?". (Al-An'am: 164). Dan
perkataan-Nya (تعالى):
﴿الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾ [الفاتحة: 2].
"Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam". (Al-Fatihah: 2)[9].
3. Jika dikatakan kepadamu: Untuk apa Alloh
menciptakanmu? Maka kamu katakan: Alloh menciptakan kami untuk beribadah
kepada-Nya, dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تعالى):
﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذاريات:
56].
"Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku". (Adz-Dzariyat:
56).
4. Jika dikatakan kepadamu: Apa agamamu? Maka
kamu katakan: Agamaku adalah Islam yang haq (benar), dan dalilnya
adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ﴾ [آل عمران: 19].
"Sesungguhnya agama (yang
diridhai) di sisi Alloh hanyalah Islam". (Ali Imron: 19). Dan
perkataan-Nya (تعالى):
﴿هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَق﴾ [التوبة:
33].
"Dialah yang telah mengutus
Rosul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar".
(At-Taubah: 33).
﴿وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ [آل عمران: 85].
"Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Ali
Imron: 85)[10].
5. Jika dikatakan kepadamu: Siapa nabimu? Maka
kamu katakan: Nabiku dan nabi semua umat ini, dia adalah Muhammad (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ), dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ
اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّين﴾ [الأحزاب: 40].
"Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi
dia adalah Rosululloh dan penutup nabi-nabi". (Al-Ahzab: 40). Dan
perkataan-Nya (تعالى):
﴿هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو
عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ
كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِين﴾ [الجمعة: 2].
"Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata". (Al-Jum'ah: 2). Dan
perkataan-Nya (تعالى):
﴿فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون﴾ [الأعراف:
158].
"Maka
berimanlah kalian kepada Alloh dan Rosul-Nya, nabi yang ummi yang beriman
kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia,
supaya kalian mendapat petunjuk". (Al-A'rof: 158). (Lihat pertanyaan no. 8).
6. Jika dikatakan kepadamu: Apa permulaan yang wajib diketahui oleh
seorang hamba? Maka kamu katakan: Mempelajari tauhid (mengesakan) Alloh (عَزَّ وَجَلَّ),
dan dalilnya adalah hadits
Ibnu 'Abbas semoga Alloh meridhoi keduanya, beliau berkata: Tatkala Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, maka Beliau (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata kepadanya:
«إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ
أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى».
"Sesungguhnya engkau akan
mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlil kitab, maka hendaklah engkau memulai
mendakwahi mereka agar mentauhidkan Alloh (تعالى)". (Muttafaqun 'Alaih[11] dan ini adalah lafazh
Al-Imam Al-Bukhoriy[12]).
7. Jika dikatakan kepadamu: Apa makna لا إله إلا الله? Maka kamu katakan: Maknanya adalah tidak ada sesembahan yang
berhaq disembah kecuali Alloh, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ﴾ [محمد: 19].
"Ketahuilah bahwa tidak ada
sesembahan yang berhaq disembah kecuali Alloh". (Muhammad: 19).
Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقّ﴾ [الحج: 6].
"Yang
demikian itu, karena sesungguhnya Alloh, Dialah (sesembahan) yang haq (untuk
disembah)".
(Al-Hajj: 62).
8. Jika dikatakan kepadamu: Apa makna محمد رسول الله? Maka kamu katakan: Maknanya bahwasanya beliau adalah utusan
Alloh kepada manusia seluruhnya, baik dari kalangan jin[13] ataupun dari kalangan
manusia, dan dalilnya adalah
perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾ [سبأ: 28].
"Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui". (Saba': 28). Dan dari Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً».
"…..Aku diutus kepada para
makhluk seluruhnya" (HR. Muslim[14])
Dan wajib bagi kita semua untuk
mentaatinya, membenarkannya dan menjauhi apa saja yang beliau larang, dan
dalilnya adalah
perkataan Alloh (تعالى):
﴿قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ﴾ [النور: 54].
"Katakanlah:
"Taatlah kalian kepada Alloh dan taatlah kepada Rosul". (An-Nuur: 54). Dan
perkataan-Nya (تعالى):
﴿هَذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ﴾ [يس: 52].
"Inilah
yang dijanjikan oleh الرَّحْمَنُ
(Yang Maha
Pengasih) dan benarlah Rosul-rosul(Nya)". (Yaasiin: 52). Dan
dari Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya, beliau berkata: Berkata Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْه فَاجْتَنِبُوهُ، وَ مَا أَمَرْتُكُمْ بِه فَأْتُوا
مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ».
"Apa saja yang aku larang
untuk kalian maka wajib bagi kalian untuk menjauhinya, dan apa saja yang aku
perintahkan kepada kalian maka laksakanlah semampu kalian". (Muttafaqun
'Alaih[15]).
9. Jika dikatakan kepadamu: Apa haq Alloh atas
hamba-Nya? Maka kamu katakan: Haq Alloh atas hamba-Nya yaitu mereka beribadah
kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan
dalilnya adalah hadits
Mu'adz bin Jabal bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«حَقَّ اللَّهِ عَلَى
الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى
اللَّهِ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا».
"Haq Alloh atas seorang
hamba yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan mereka tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun. Dan haq hamba atas Alloh yaitu Alloh tidak akan
mengazab siapa saja yang tidak berbuat syirik (menyekutukan)-Nya". (Muttafaqun
'Alaih[16]).
10. Jika dikatakan kepadamu: Apa itu syirik? Maka kamu katakan: Syirik
adalah beribadah kepada selain Alloh, apa saja yang dianggap sebagai ibadah
kepada Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ) kemudian memalingkannya
kepada selain Alloh maka dia adalah syirik, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا﴾ [النساء: 36].
"Beribadahlah
kepada Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun".
11. Jika dikatakan kepadamu: Apa hukum menggambar makhluk bernyawa? Maka
kamu katakan: Menggambar makhluk bernyawa termasuk dari dosa-dosa besar, dan
dalilnya adalah hadits
Ibnu Mas'ud semoga Alloh meridhoinya, bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
الْمُصَوِّرُونَ».
"Sesungguhnya orang yang
paling pedih siksaannya pada hari kiamat adalah tukang gambar (makhluk
bernyawa)" (Muttafaqun 'Alaih[17]).
Dan dalam hadits Juhaifah semoga
Alloh meridhoinya, beliau berkata:
{نَهَى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ، وَثَمَنِ
الدَّمِ.... وَلَعَنَ الْمُصَوِّرَ}.
"Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) melarang dari harga (jual beli)
anjing, dan harga (jual beli) darah….. dan telah melaknat para pembuat gambar
(makhluk bernyawa)". (HR. Al-Bukhariy[18]).
12.
Jika dikatakan
kepadamu: Apa hubungan antara gambar makhluk bernyawa dengan syirik? Maka kamu
katakan: Sesungguhnya menggambar makhluk bernyawa menyebabkan orang yang
menggambar menyaingi (Alloh) dan berbuat
syirik kepada Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ) dalam hal tersebut, dan
dalilnya adalah hadits
Aisyah semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُضَاهُونَ
بِخَلْقِ اللَّهِ».
"Orang yang paling pedih
azabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang menyaingi ciptaan Alloh".
(Muttafaqun 'Alaih[19]). Dan hadits Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: Alloh (تعالى)
berkata:
«وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِى.... ».
"Siapa yang lebih zhalim
dari pada orang yang mencoba-coba membuat ciptaan seperti ciptaan-Ku?...."
(Muttafaqun 'Alaih[20]).
13.
Jika dikatakan
kepadamu: Apa pengertian Ibadah? Maka kamu katakan: Ibadah adalah suatu nama
yang mencakup seluruh apa-apa yang Alloh mencintainya dan meridhainya[21], dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ
الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ﴾ [الزمر: 7].
"Jika
kalian kafir maka sesungguhnya Alloh tidak membutuhkan kalian dan Dia tidak
meridhai kekafiran bagi hamba-hamba-Nya; dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia
meridhai bagi kalian kesyukuran kalian itu". (Az-Zumar: 7).
14. Jika dikatakan kepadamu: Dimana Alloh? Maka
kamu katakan: Alloh di atas langit, beristiwa' di atas 'Arsy-Nya, dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تعالى):
﴿أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ
فَإِذَا هِيَ تَمُورُ﴾ [الملك: 16].
"Apakah
kalian merasa aman terhadap Alloh yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan
menjungkir balikkan bumi bersama kalian, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu
bergoncang?". (Al-Mulk:
16). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى﴾ [طه: 5].
"
الرَّحْمَنُ
(Yang Maha
Pengasih) beristiwa' di atas 'Arsy". (Thaahaa: 5). Dan
hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ
الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ
لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ».
"Robb kita (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) turun setiap malam ke langit dunia, tatkala 1/3
(sepertiga) akhir malam Dia berkata: Barang siapa yang berdoa kepada-Ku maka
Aku akan mengabulkannya, dan barang siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan
memberinya, dan barang siapa berirtighfar kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya". (Muttafaqun 'Alaih[22]). Dan turun keberadaannya
dari atas [ke bawah][23].
15. Jika dikatakan kepadamu: Apakah Alloh bersama
kita? Maka kamu katakan: Alloh (عَزَّ وَجَلَّ)
bersama kita dengan ilmu-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ﴾ [الحديد: 4] .
"Dan Dia bersama kalian
dimana pun kalian berada". (Al-Hadiid: 4). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿وَهُوَ اللَّهُ فِي السَّمَاوَاتِ وَفِي الْأَرْضِ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ
وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُونَ﴾ [الأنعام: 3].
"Dan
Dialah Alloh (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa
yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian tampakkan dan Dia mengetahui (pula)
apa yang kalian usahakan". (Al-An'am: 3). Berkata Ibnu Katsir: Yang dimaksud
bahwasanya Alloh mengetahui segala sesuatu yang di langit dan di bumi dari yang
rahasia dan yang tampak".
16. Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian Islam?
Maka kamu katakan: Islam adalah berserah diri kepada Alloh dengan tauhid dan
tunduk kepada-Nya dengan ketaatan dan membersihkan diri dari syirik, dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تعالى):
﴿فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ﴾
[الحج: 34].
"Maka
sesembahan kalian adalah إِلَهٌ وَاحِدٌ (sesembahan yang satu), karena itu berserah dirilah kalian
kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk (kepada
Alloh)".
(Al-Hajj: 34). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾ [آل عمران: 102].
"Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh dengan sebenar-benar taqwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan
berislam".
(Ali Imron: 102).
17. Apabila
dikatakan kepadamu: Apakah agama Islam telah sempurna, ataukah masih
membutuhkan penyempurnaan? Maka kamu katakan: Islam adalah agama yang telah
sempurna, dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تعالى):
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي
وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا﴾ [المائدة: 3].
"Pada
hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Aku
cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agama bagi
kalian".
(Al-Maidah: 3).
18.
Jika dikatakan
kepadamu: Dari mana seorang muslim mengambil (mempelajari) agamanya? Maka kamu
katakan: Seorang muslim mempelajari agamanya dari Al-Qur'an dan As-Sunnah
dengan pemahaman Salafush Sholih, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى
عَلَيْهِمْ﴾ [العنكبوت: 51].
"Dan apakah tidak cukup bagi
mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) sedang
yang dibacakan kepada mereka?". (Al-'Ankabut: 51). Dan
perkataan-Nya (تعالى):
﴿فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ
إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ﴾ [النساء: 59].
"Jika
kalian berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Alloh (Al-Quran)
dan Rosul (As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari
akhir".
(An-Nisa': 59). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ
عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)﴾ [الفاتحة: 6،
7].
"Tunjukilah
kepada kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka; bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat". (Al-Fatihah: 6-7). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى
وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ
وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴾ [النساء: 115].
"Dan
barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, maka Kami biarkan dia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali". (An-Nisa': 115). Dan
lihat hadits yang setelah ini [no. 19].
19. Jika
dikatakan kepadamu: Apakah aqidahmu? Maka kamu katakan: Aqidahku adalah sunniy,
salafiy[24], dan dalilnya adalah hadits Irbadh bin Sariyah semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ
تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ
الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ».
"Maka wajib bagi kalian
untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah al-khulafa'ur rasyidin (pemimpin
yang terbimbing)[25] yang diberi petunjuk dan
berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah kuat-kuat sunnah tersebut dengan gigi
geraham[26], dan waspadalah dari perkara
baru [yang di ada-adakan dalam agama]. Maka sesungguhnya semua perkara baru itu
adalah bid'ah dan setiap kebid'ahan adalah sesat". (HR. Abu Dawud[27] dan selainnya) dan ini
adalah hadits hasan.
20. Jika dikatakan kepadamu: Siapakah awal rasul
(yang diutus) kepada penduduk bumi dan siapa yang terakhir dari mereka? Maka
kamu katakan: Yang pertama dari mereka diutus sebagai rasul adalah Nuh 'Alaihis
Salam, dan yang terakhir dari mereka adalah nabi yang paling utama yaitu
Nabi kita Muhammad (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),
dengan diutusnya beliau adalah sebagai tanda kecil yang pertama (tentang) hari
kiamat dan wajib bagi kita untuk mengimani para rasul itu semuanya, dan
dalilnya adalah hadits
Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata tentang ahli mahsyar
(orang-orang yang bekumpul di padang mahsyar) pada hari kiamat:
«فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ
إِلَى أَهْلِ الأَرْضِ ، وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا».
"Lalu mereka datang kepada
Nuh dan mereka berkata: Wahai Nuh engkau adalah rasul yang pertama yang diutus
kepada penduduk bumi dan Alloh telah menamaimu dengan hamba yang
bersyukur" (Muttafaqun 'Alaih[28]). Dan dalil bahwasanya akhir
dari mereka (para nabi dan rasul) itu adalah Muhammad (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ
اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ﴾ [الأحزاب: 40].
"Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kalian, tetapi
beliau adalah Rosululloh dan penutup
para nabi".
(Al-Ahzab: 40). Dan hadits Tsauban semoga Alloh meridhoinya
bahwasanya Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ لاَ نَبِىَّ بَعْدِى».
"Dan aku adalah penutup para
nabi dan tidak ada nabi setelahku". (HR. Muslim).
Dan dalil bahwasanya beliau adalah
nabi yang paling utama adalah hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya
bahwa Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«أَنَا سَيِّدُ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَة».
"Aku adalah tuan (pemimpin)
manusia pada hari kiamat". (Muttafaqun 'Alaih[29]). Dan dalil bahwasanya
beliau adalah tanda pertama tentang hari kiamat adalah hadits Sahl bin Sa'd semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ». وَضَمَّ السَّبَّابَةَ
وَالْوُسْطَى.
"Aku diutus dan (datangnya)
hari kiamat seperti dua ini". Dengan mengisyaratkan kedua jarinya. (Muttafaqun
'Alaih[30]). Dan wajib bagi kita untuk
mengimani mereka (para nabi dan rasul) itu semua dan barang siapa mengingkari
salah seorang dari mereka maka sungguh dia telah mengingkari mereka semua,
dengan dalil perkataan Alloh (تعالى):
﴿آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ
كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ
أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ﴾ [البقرة: 285].
"Rosul
telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Robbnya, demikian
pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Alloh,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rosul-rosul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seorangpun (dengan yang
lain) dari rosul-rosul-Nya". (Al-Baqarah: 285). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ
يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ
بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا (150) أُولَئِكَ هُمُ
الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا (151)﴾ [النساء:150،
151].
"Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Alloh dan rosul-rosul-Nya, dan bermaksud
membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Alloh dan rosul-rosul-Nya, dengan
mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap
sebagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil
jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)". Merekalah
orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan". (An-Nisa': 150-151[31]).
21. Jika dikatakan kepadamu: Apa yang didakwahkan
oleh para rosul kepada segenap manusia? Maka kamu katakan: Mereka menda'wahkan
untuk beribadah hanya kepada Alloh saja dan tidak membuat tandingan-tandingan
(syirik) dengan-Nya, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ﴾ [النحل: 36]
"Dan
sungguhnya Kami telah mengutus Rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah thaghut[32]". (An-Nahl: 36).
22. Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian tauhid
yang para rasul mendakwahkannya? Maka kamu katakan: Tauhid adalah mengesakan
Alloh dalam beribadah, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا﴾ [النساء: 36].
"Dan
sembahlah Alloh dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun".
(An-Nisa': 36). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ﴾.
"Katakanlah:
"Dia-lah Alloh adalah أَحَدٌ
(Maha
Satu)".
[(Al-Ikhlash: 1)].
23.
Jika dikatakan
kepadamu: Berapa macam tauhid kepada Alloh (عَزَّ وَجَلَّ)?
Maka kamu katakan: Tiga macam:
Pertama: Tauhid Ar-Rububiyyah[33].
Kedua: Tauhid Al-Uluhiyyah[34].
Ketiga:
Tauhid Al-Asma' wa Shifat[35].
Dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تعالى):
﴿بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾.
﴿رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ
لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا﴾ [مريم: 65].
"Robb langit dan bumi dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah
kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)?!".
(Maryam: 65). Pada dua ayat tersebut terdapat padanya pembagian tiga
tauhid tersebut.
24. Jika dikatakan kepadamu: Apakah kebaikan yang
paling besar[37] dan apakah kejelekan yang
paling besar? Maka kamu katakan: Yang paling besarnya kebaikan adalah tauhid
kepada Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ) dan yang paling besarnya
kejelekan adalah syirik kepada Alloh (عَزَّ وَجَلَّ),
dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تعالى):
﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ﴾ [النساء: 48].
"Sesungguhnya
Alloh tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Alloh, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (An-Nisa': 48[38]). Dan perkataan-Nya (تعالى):
﴿فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ (100) وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ (101) فَلَوْ
أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (102)﴾ [الشعراء: 100-102].
"Maka
kami tidak mempunyai pemberi syafa'at seorangpun, dan tidak pula mempunyai
teman yang akrab (paling dekat), maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi
(ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman". (Asy-Syu'ara': 100-102).
Dari Anas bin Malik semoga Alloh
meridhoinya, beliau berkata: Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«شَفَاعَتِى لأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِى».
"Syafa'atku
untuk pelaku dosa besar dari kalangan umatku (yang bertauhid)". (HR. Ahmad[39]) dan ini adalah hadits shohih.
Ini menunjukan bahwa orang yang paling berbahagia dengan
syafa'at Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) adalah mereka para pelaku dosa
besar dari kalangan kaum muslimin, dan tidak ada syafa'at untuk orang musyrik.
Dari Jabir bin 'Abdillah semoga
Alloh meridhoi keduanya beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ
مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ».
"Barang siapa yang mati dan
dia tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk Jannah (Surga). Dan
barang siapa yang menyekutukan Alloh dengan sesuatu apapun maka dia masuk
neraka". (HR. Muslim[40]).
25. Jika dikatakan kepadamu: Ada berapa tingkatan
agama? Maka kamu katakan: Agama memiliki tiga tingkatan yaitu: Islam, Iman dan
Ihsan, dan dalilnya adalah hadits
hadits 'Umar bin Al-Khoththob semoga Alloh meridhoinya dalam "Shahih
Muslim" (no. 8), pada hadits tersebut bahwa Jibril عليه السلام bertanya kepada Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tentang Islam, kemudian Iman dan kemudian Ihsan.
26. Jika
dikatakan kepadamu: Berapa rukun Islam? Maka kamu katakan: Rukun Islam ada 5
(lima), dan dalilnya adalah hadits
Abdulloh bin 'Umar semoga Alloh meridhoi keduanya bahwa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ،
وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ».
"Islam
dibangun di atas 5 (lima)[41] perkara, yaitu: Persaksian
bahwa tidak ada sesembahan yang berhaq untuk disembah kecuali Alloh dan bahwa
Muhammad adalah utusan Alloh, menegakan shalat, menunaikan zakat, haji, dan
puasa Romadhan". (Muttafaqun
'Alaih[42]).
27.
Jika dikatakan
kepadamu: Apa itu iman? Maka kamu katakan: Iman adalah pengucapan dengan lisan,
keyakinan dengan qalbu (hati), dan pengamalan dengan anggota tubuh. Dan iman
itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan, dalil
bahwasanya iman itu pengucapan dengan lisan dan pengamalan dengan anggota
tubuh adalah hadis Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا
قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ».
"Iman itu ada 70 (tujuh puluh)
atau 60 (eman puluh) tingkatan, tingkatan yang paling tertinggi adalah
perkataan: Tidak ada sesembahan yang berhaq kecuali Alloh dan yang paling
rendahnya adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu adalah bagian dari
iman". (Muttafaqun 'Alaihi[43]).
Dalil bahwasanya iman adalah
keyakinan dengan qalbu (hati) adalah hadits Umar yang telah lewat pada
"Rukun Iman" (no. 25)[44] dan perkataan Alloh (تعالى):
﴿وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين﴾ [المائدة:
23].
"Dan
hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman".
(Al-Maidah: 23).
Dan dari
hadits Anas bin Malik semoga Alloh meridhoinya dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«آيَةُ الإِيمَانِ
حُبُّ الأَنْصَارِ، وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الأَنْصَارِ».
"Alamat
keimanan adalah mencintai orang Anshar dan alamat kemunafiqan dan benci (para
shahabat) Anshar". (Muttafaqun 'Alaihi[45]).
Dan dalil
bahwasanya iman bertambah dengan ketaatan adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ
آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ﴾ [الأنفال: 2].
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah jika disebut nama Alloh gemeterlah
hati-hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka. Dan kepada Robbnya mereka bertawakal". (Al-Anfaal: 2). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ
السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ﴾
[الفتح: 4].
"Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan di dalam hati-hati orang yang beriman, supaya
iman mereka bertambah di samping keimanan (yang ada) pada mereka".(Al-Fath: 4). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَيَزْدَادَ الَّذِينَ
آَمَنُوا إِيمَانًا﴾ [المدثر: 31].
"Dan
orang-orang yang beriman bertambah keimanannya". (Al-Mudatsir: 31).
Dan
dalil bahwasanya keimanan berkurang dengan maksiat adalah dalil-dalil yang
menunjukan bertambahnya keimanan, karena sesungguhnya keimanan sebelum
bertambah maka sebelum itu dalam keadaan berkurang, berkata Al-Imam Al-Bukhoriy
dalam "Kitabul Iman" dalam "Shohihnya" (Bab:
33): Jika meninggalkan sesuatu dari keimanan maka dia berkurang.
Dan
hadits tingkatan keimanan yang baru saja kami sebutkan, dan hadits Abu Sa'id
Al-Khudriy bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ
مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ».
"Barang
siapa di antara kalian melihat kemungkaran maka hendaklah dia merubahnya dengan
tangannya, dan apabila dia tidak mampu maka dengan lisannya dan bila tidak
mampu maka dengan qalbu (hati)nya, dan yang demikian itu yang selemah-lemahnya
keimanan". (HR. Muslim[46]). Pad hadits ini menunjukan
bahwa mengingkari kemungkaran adalah termasuk dari keimanan.
28. Jika dikatakan kepadamu: Ada berapa rukun
iman? Maka kamu katakan: Rukun iman ada 6 (enam) dan dalilnya adalah hadits Umar bin Khoththob
dalam "Shohih Muslim" bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) ditanya oleh Jibril عليه السلام tentang
iman maka beliau menjawab:
«أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ
خَيْرِهِ وَشَرِّهِ».
"Engkau
beriman kepada Alloh, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Rosul-rosul-Nya dan
hari akhir serta beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Berkata Jibril
(عليه
السلام): Engkau benar". (HR. Al-Bukhariy dan Muslim[47] dari Abu Huroiroh).
29. Jika dikatakan kepadamu: Apa pengertian ihsan
antara seorang hamba dengan Robbnya? Maka kamu katakan: Ihsan adalah engkau
beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya meskipun engkau tidak
melihat-Nya maka yakinlah bahwasanya Dia melihatmu, sebagaimana hadist Umar bin
Al-Khoththob dalam "Shohih Muslim" (no. 8).
30. Jika
dikatakan kepadamu: Apa hukum mencela Alloh, mencela Rasul-Nya dan mencaci maki
agamanya atau mengolok-olok? Maka kamu katakan: Perbuatan ini adalah perbuatan kufur
akbar (perbuatan kekafiran yang paling besar), barang siapa yang sengaja
maka dia telah keluar dari agama Islam, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿قُلْ أَبِاللَّهِ
وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ
بَعْدَ إِيمَانِكُمْ﴾ [التوبة: 65، 66].
"Katakanlah
(wahai Muhammad): Apakah terhadap Alloh, Ayat-ayat-Nya dan Rosul-rosul-Nya
kalian mengolok-olok. Dan tidak ada udzur (alasan) bagi kalian, kalian telah
kafir setelah keimanan kalian"[48]. (Al-Maidah: 65-66).
31. Jika
dikatakan kepadamu: Apa balasan bagi orang-orang yang beriman dan apa balasan
bagi orang-orang yang kafir pada hari kiamat nanti? Maka kamu katakan: Balasan
bagi orang-orang beriman adalah Jannah (Surga) di puncak yang paling
tinggi, dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)﴾
[البينة: 7-8].
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Robb mereka adalah syurga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Alloh ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada-Nya. Yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Robbnya". (Al-Bayyinah: 7-8).
Dan
balasan bagi orang-orang yang kafir adalah neraka yang paling dangkal, dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿وَالَّذِينَ كَفَرُوا
لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لَا يُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ
مِنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ﴾ [فاطر: 36]
"Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. mereka
tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka
azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir". (Fathir: 36).
Dan
dalil bahwa balasan bagi orang-orang beriman adalah Jannah (Surga) di
puncak yang paling tinggi adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً
أُخْرَى (13) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (14) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (15)﴾
[النجم: 13-15].
"Dan
sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat
tinggal".
(An-Najm: 13-15).
Dan
dalil bahwa balasan bagi orang-orang yang kafir adalah neraka yang paling
dangkal, dan dalilnya adalah
hadits Baro' bahwa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata dalam satu riwayat yang diriwayatkan langsung dari
Robbnya (عَزَّ
وَجَلَّ):
«اكْتُبُوا كِتَابَهُ
فِى سِجِّينٍ فِى الأَرْضِ السُّفْلَى».
"Tulislah
kalian catatan hamba-Ku di Sijjin di bagian bumi yang paling bawah".
(Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam "Al-Musnad" dan ini
adalah hadits shohih[49]).
Dan kita
tidak memastikan bagi seseorang dia masuk jannah (surga) atau masuk naar
(neraka) kecuali telah dipastikan oleh dalil, dengan perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَلَا تَقْفُ مَا
لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ﴾ [الإسراء: 36].
"Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu (pengetahuan
tentangnya)".
(Al-Isra': 36).
32. Apabila dikatakan kepadamu: Berapakah jumlah
negri (tempat tinggal manusia)? Maka
kamu katakan: Jumlah alam ada 3 (tiga):
Pertama: Alam dunia yang fana (tidak kekal), dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَمَا الْحَيَاةُ
الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ﴾ [آل عمران: 185].
"Dan
kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Ali Imron: 185).
Kedua:
Alam Barzakh (kubur), dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَمِنْ وَرَائِهِمْ
بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ﴾ [المؤمنون: 100].
"Dan
di hadapan mereka ada barzakh (kubur) sampai hari mereka dibangkitkan". (Al-Mu'minun: 100).
Ketiga:
Alam Qaraar (akhirat), dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى)
dalam mengkhabarkan tentang orang yang beriman dari keluarga Fir'aun[50]:
﴿يَا قَوْمِ إِنَّمَا
هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ﴾
[غافر: 39] .
"Hai
kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya
akhirat Itulah negeri yang kekal". (Ghafir: 39).
33. Jika dikatakan kepadamu: Tempat apakah yang
pertama kali di lewati di akhirat? Maka kamu katakan: Tempat yang pertama kali
dilewati di akhirat adalah kubur, dan dalilnya adalah hadits Utsman bin 'Affan semoga
Alloh meridhoinya, bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ
مَنَازِلِ الآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ
يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ».
"Sesungguhny
kubur adalah awal tempat di akhirat,
apabila selamat darinya maka yang setelahnya akan mudah. Dan bila tidak selamat
darinya maka setelahnya akan lebih parah (azabnya) dari sebelumnya". (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi,
Ibnu Majah dan Ahmad[51]. Dan ini adalah hadits
hasan).
34.
Apabila dikatakan
kepadamu: Apa keyakinanmu tentang azab kubur dan kenikmatannya? Maka kamu katakan: Aku berkeyakinan
bahwasanya azab kubur dan kenikmatannya adalah benar bagi siapa yang
melewatinya, dan dalilnya adalah hadits
'Aisyah semoga Alloh meridhoinya bahwasanya dia bertanya kepada Rosululloh
(صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tentang azab kubur maka Rosululloh
(صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengatakan:
«عَذَابُ الْقَبْرِ
حَقٌّ».
"Azab
kubur adalah haq (benar adanya)" (Muttafaqun 'Alaih[52]). Dan ini adalah lafadz
Al-Imam Al-Bukhariy. Dan dari 'Aisyah bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) meminta perlindungan (kepada Alloh)
dari fitnah dan azab kubur, dan berlindung dari fitnah Al-Masih Dajjal (Muttafaqun
'Alaih[53]).
Pada
dalil tersebut penetapan adanya azab kubur, fitnah kubur, dan adanya fitnah
Dajjal yang besar.
Dan
dalil tentang adanya kenikmatan kubur adalah hadits Al-Baro' yaitu:
«وأَما المِؤمن
فيقال: أَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوا لَهُ بَاباً إِلَى الْجَنَّةِ,
فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ».
"Dan
adapun orang-orang yang beriman maka dikatakan kepada mereka: Pakaikanlah
kepadanya pakaian dari surga, bukakanlah kepadanya pintu ke surga dan datangkan
kepadanya minyak wangi dan wewangian (yang harum) serta luaskan baginya
kuburnya sejauh mata memandang". (HR. Al-Imam Ahmad dalam "Musnad[54]" dan ini adalah hadits
shahih).
35. Jika dikatakan kepadamu: Apa keyakinanmu
tentang hari kebangkitan, hari perhitungan dan hari mengambil kitab (catatan
amal)? Maka kamu katakan: Aku berkeyakinan bahwasanya itu adalah haq (benar
adanya), dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿زَعَمَ الَّذِينَ
كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ
بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ﴾ [التغابن: 7].
"Orang-orang
yang kafir menyangka bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan.
Katakanlah: "Memang, demi Robbku, benar-benar kalian akan dibangkitkan,
kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang
demikian itu adalah mudah bagi Alloh". (At-Taghabun: 7). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ
يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ (7) مُهْطِعِينَ إِلَى
الدَّاعِ يَقُولُ الْكَافِرُونَ هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ﴾ [القمر: 7، 8].
"Maka
berpalinglah kamu dari mereka, (ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru
(malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan),
sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan
mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru
itu. Orang-orang kafir berkata: "Ini adalah hari yang sulit". (Al-Qomar: 6-8). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ
كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ
إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا (9) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ
(10) فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12)﴾ [الإنشقاق: 7-12].
"Adapun
orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka Dia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah,dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang
sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya
dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku" dan dia akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (Al-Insyiqaq: 7-12).
Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ
أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ
كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا (71) وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ
فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا (72)﴾ [الإسراء: 71، 72].
"(Ingatlah)
suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa
yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca
kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun. Dan barangsiapa yang buta
(hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula)
dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)". (Al-Isra': 71-72).
36. Jika
dikatakan kepadamu: Apakah orang-orang yang beriman melihat Robb mereka pada
hari kiamat? Maka kamu katakan: Iya, mereka melihat Robb mereka pada hari
kiamat di padang mahsyar dan di surga, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ
نَاضِرَةٌ (22) إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23)﴾ [القيامة: 22، 23]
"Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, kepada Robbnyalah mereka
melihat".
(Al-Qayyimah: 22-23).
Dan di dalam "Shohihain"[55] dari hadits Jarir bin
'Abdillah semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ
رَبَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ».
"Sesungguhnya
kalian akan melihat Robb kalian pada hari kiamat". Dan diriwayatkan
oleh Al-Imam Muslim [(no. 467)] dari jalur Hammad bin Salamah, dari
Tsabit, dari Abdirrohman bin Abi Laila, dari Shuhaib semoga Alloh
meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِذَا دَخَلَ أَهْلُ
الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ؟
فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا
مِنَ النَّارِ؟ قَالَ: فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ
مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ».
"Jika
penduduk Jannah (surga) masuk ke dalam Jannah maka Alloh ( تبارك وتَعَالَى)
berkata: "Maukah kalian Aku tambahkan sesuatu?" Mereka berkata:
Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukan
kami ke dalam Jannah dan menyelamatkan kami dari neraka? Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata: "Maka
dibukalah hijab (wajah Alloh), maka tidaklah diberikan kepada mereka yang
paling mereka cintai yaitu melihat wajah Robb mereka (عَزَّ وَجَلَّ)"[56].
Dan orang kafir mereka tidak melihat wajah Alloh
(عَزَّ
وَجَلَّ) pada hari kiamat dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿كَلَّا إِنَّهُمْ
عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ﴾ [المطففين: 15].
"Sekali-kali
tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat)
Robb mereka".
(Al-Muthaffiffin: 15).
37.
Jika dikatakan kepadamu: Apa keyakinanmu tentang
Al-Qur'an Al-Karim yang di mushaf? Maka kamu katakan: Aku berkeyakinan bahwa
Al-Qur'an adalah Kalamulloh (perkataan Alloh) (عَزَّ وَجَلَّ),
dan dia bukan makhluk dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ﴾ [التوبة:
6].
"Dan
jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu,
Maka lindungilah dia supaya dia sempat mendengar perkataan Alloh". (Al-Maidah: 6).
38.
Jika dikatakan kepadamu: Apakah Al-Qur'an bahasa Arob
ataukah bahasa selain Arob? Maka kamu katakan: Al-Qur'an adalah bahasa Arob dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿إِنَّا جَعَلْنَاهُ
قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾ [الزخرف: 3].
"Sesungguhnya
Kami menjadikan Al-Quran dalam bahasa Arob supaya kamu memahami(nya)". (Az-Zuhruf: 3). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ
الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ (194) بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ
مُبِينٍ (195)﴾ [الشعراء: 193-195].
"Dia
dibawa turun oleh الرُّوحُ الْأَمِينُ (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah
seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arob yang
jelas".
(Asy-Syu'ara: 193-195).
39. Jika
dikatakan kepadamu: Apakah Alloh memiliki nama-nama dan sifat-sifat? Maka kamu
katakan: Iya, Alloh memiliki nama-nama dan sifat-sifat sesuai dengan
keagungan-Nya dan dalilnya adalah
perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا﴾ [الأعراف: 180]
"Dan
Alloh memiliki الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَى (nama-nama yang indah) dan
berdoalah kalian dengannya". (Al-A'rof: 180). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَلِلَّهِ الْمَثَلُ
الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾ [النحل: 60]
"Dan
Alloh mempunyai sifat Al-A'laa; dan Dia-lah الْعَزِيزُ (Maha
Perkasa) lagi الْحَكِيمُ (Maha Bijaksana)". (An-Nahl: 60). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُوًا أَحَدٌ (4)﴾ [الإخلاص: 1-4].
"Katakanlah:
"Dia-lah Alloh, أَحَدٌ
(Maha
Satu). Alloh adalah الصَّمَدُ (Maha
Bergantung segala sesuatu). Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya". (Al-Ikhlash: 1-4). Dan
dalam "Shohihain" dari hadits 'Aisyah bahwa ada seseorang
berkata: (Bahwasanya surat Al-Ikhlas adalah sifat الرحمن Maha Pengasih) maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) membenarkan yang demikian itu[57].
Dan nama-nama (عَزَّ وَجَلَّ)
tidaklah terbatasi dengan jumlah bilangan dengan yang kita ketahui, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«لاَ أُحْصِى ثَنَاءً
عَلَيْكَ...».
40.
Jika kamu dikatakan: Apakah ada satu pun selain Alloh
yang mengetahui ilmu ghoib? Maka kamu katakan: Tidak ada satu pun (dari
makhluk) yang mengetahui ilmu ghoib kecuali Alloh, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَمَا كَانَ اللَّهُ
لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ﴾ [آل عمران: 179].
"Dan
Alloh sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kalian perkara-perkara yang
ghoib".
(Ali Imran: 179). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ
لِلَّهِ﴾ [يونس: 20].
"Maka
katakanlah: "Sesungguhnya yang ghoib itu kepunyaan Alloh". (Yunus:
40). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ
الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُو﴾ [الأنعام: 59].
"Dan
pada sisi Alloh-lah kunci-kunci semua yang ghoib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia".
(Al-An'am: 59).
41. Jika
dikatakan kepadamu: Kapan hari kiamat akan terjadi? Maka kamu katakan: Perkara
hari kiamat adalah termasuk dari perkara-perkara ghoib yang tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Alloh, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ
عِلْمُ السَّاعَةِ﴾ [لقمان: 34].
"Sesungguhnya
Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat". (Luqman: 34). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿إِلَيْهِ يُرَدُّ
عِلْمُ السَّاعَةِ﴾ [فصلت: 47].
"Kepada-Nyalah
dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat". (Fushilat: 47). Dan
perkataan-Nya Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«وَلاَ يَعْلَمُ مَتَى
تَقُومُ السَّاعَةُ إِلاَّ اللَّهُ».
"Tidak
ada yang mengetahui kapan hari kiamat akan terjadi kecuali Alloh". (HR. Al-Bukhariy dari
hadits Ibnu 'Umar semoga Alloh meridhoi keduanya [60]).
42. Jika
dikatakan kepadamu: Berapa syarat-syarat diterimanya amalan? Maka kamu katakan:
Diterimanya amal ada tiga syarat:
Pertama: Berislam (muslim), orang kafir,
Alloh tidak menerima amalannya, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَقَدِمْنَا إِلَى
مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا [الفرقان: 23].
"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan". (Al-Furqan: 23). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِين﴾ [المائدة: 27].
"Sesungguhnya Alloh hanya menerima (amalan) dari
orang-orang yang bertaqwa". (Al-Maidah: 27).
Kedua: Ikhlash, dan
dalilnya adalah:
﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ﴾ [البينة: 4، 5].
"Dan tidaklah mereka diperintah kecuali supaya menyembah
Alloh dengan mengiklaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama". (Al-Bayyinah: 5). Dan
dalam hadits Qudsiy dari Abu Huroiroh bahwa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ
فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ».
"Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) berkata: Aku tidak butuh dengan sekutu (tandingan) dari
kesyirikan. Barang siapa yang mengerjakan suatu amalan dan dia berbuat syirik
padanya dengan-Ku maka Aku tinggalkan dia dengan kesyirikannya". (HR. Muslim[61]).
Ketiga: Mutaba'ah (Mengikuti petunjuk Rosululloh
(صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)), dan dalilnya adalah hadits Ummul Mu'minin 'Aisyah
semoga Alloh meridhoinya, bahwasa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ».
"Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang bukan dari
perkara (agama) kami maka amalan tersebut tertolak". (HR. Muslim[62]).
43.
Jika dikatakan kepadamu: Berapa macam tawassul
(permohonan kepada Alloh) yang disyari'atkan? Maka kamu katakan: Ada tiga
macam:
Pertama: Permohonan
dengan menggunakan nama-nama Alloh dan sifat-sifat-Nya, dan dalilnya
adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ
الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا﴾ [الأعراف: 180].
"Hanya milik Alloh الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى (nama-nama yang indah), maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu". (Al-A'rof: 180). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ
فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِين﴾ [النمل: 19].
"Dan masukkanlah aku dengan rohmat-Mu ke dalam golongan
hamba-hamba-Mu yang sholih". (An-Naml: 19).
Kedua: Permohonan
seseorang kepada Alloh dengan dengan
amalan sholih, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿الَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنَا إِنَّنَا آَمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾
[آل عمران: 16].
"(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Robb kami,
sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan
lindungilah kami dari siksa neraka". (Ali Imron: 16). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿رَبَّنَا آمَنَّا
بِمَا أَنْزَلْتَ وَاتَّبَعْنَا الرَّسُولَ فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ﴾ [آل
عمران: 53].
"Ya Robb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah
Engkau turunkan dan telah kami ikuti rosul, karena itu masukanlah kami ke dalam
golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Alloh)". (Ali Imran: 53).
Dan diantara
dalil dari As-Sunnah adalah hadits tentang tiga orang yang tertutup oleh batu
besar, sehingga mereka terkurung dalam gua, maka mereka pun bertawasul dengan
setiap amalan sholeh mereka (Muttafaqun 'Alaih).
Ketiga: Permohonan dengan doa orang sholih, dan dalilnya
adalah hadits Anas bin
Malik semoga Alloh meridhoinya, beliau berkata:
"بينما رسول الله -صلى الله عليه وعلى آله وسلم- يخطب إذ جاءه
رجل فقال: يا رسول الله قحط المطر، فادع الله أن يسقينا، فدعا فمطرنا".
"Ketika
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sedang berkhutbah tiba-tiba datang
seseorang lalu berkata: Wahai Rosululloh hujan sudah lama belum turun, mohon
agar Rosululloh berdoa kepada Alloh agar merunkan hujan kepada kami, maka
beliau pun berdoa kepada Alloh kemudian Alloh menurunkan hujan[63].
44. Jika dikatakan kepadamu: Apakah dalam agama
ada bid'ah hasanah (bid'ah yang bagus)? Maka kamu katakan: Semua bid'ah
adalah sesat dan dalilnya adalah hadits
Al-Irbadh yang telah disebutkan pada nomor (19), pada hadits tersebut:
((كل
بدعة ضلالة)).
"Semua bid'ah adalah sesat". Dan hadits Jabir bin
'Abdillah semoga Alloh meridhoi keduanya, sesungguhnya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) apabila berkhutbah….. beliau
mengatakan:
«أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ
الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ».
"Kemudian
dari pada itu, Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah perkataan Alloh (تَعَالَى),
dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ). Dan sejelek-jelek perkara
adalah yang diada-adakan, dan setiap bid'ah adalah sesat". (HR.
Muslim). Dan dari Abu Sa'id Al-Khudriy semoga Alloh meridhoinya
bahwasanya Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: "Aku menunggu
kalian di atas telagaku, barang siapa mendatanginya maka meminum (air)nya, dan
barang siapa meminumnya maka tidak akan haus selama-lamanya, sungguh akan
mendatangiku suatu kaum yang akau mengenal mereka dan mereka mengenalku,
kemudian dihalangi antaraku dengan mereka. Lalu aku mengatakan: Sesungguhnya
mereka termasuk dari (umat)ku. Maka dikatakan kepadaku: Sesungguhnya kamu tidak
mengetahui apa yang mereka rubah (dari agama ini) setelahmu. Maka aku katakan:
jauhkan siapa saja yang melalukan itu setelahku". (Muttafaqun
'Alaih).
45. Jika dikatakan kepadamu: Siapakah
sejelek-jelek makhluk yang wajib bagi kita untuk membenci mereka? Maka kamu
katakan: Mereka adalah Yahudi dan Nasrani serta orang-orang musyrik dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ﴾ [البينة: 6].
"Sesungguhnya
orang-orang yang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan
masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk".
(Al-Bayyinah: 6). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿لا
تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ
حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ﴾
[المجادلة: 22].
"Tidaklah
kamu akan mendapati suatu kaum yang beriman pada Alloh dan hari akhirat, saling
berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya". (Al-Mujadilah: 22).
46. Jika dikatakan kepadamu: Apa itu demokrasi?
Maka kamu katakan: Dia adalah hukum yang berlandaskan atas kekuasaan rakyat
[dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat] yang bukan berlandaskan Kitab
(Al-Qur'an) dan bukan pula dengan Sunnah (Al-Hadits).
47. Jika
dikatakan kepadamu: Apa hukum demokrasi? Maka kamu katakan: Demokrasi adalah syirik
akbar (syirik yang paling terbesar) dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿إِنِ الْحُكْمُ
إِلَّا لِلَّهِ﴾ [يوسف: 40].
"Sesungguhnya
hukum itu hanyalah kepunyaan Alloh". (Yusuf: 40). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَلا يُشْرِكُ فِي
حُكْمِهِ أَحَداً﴾ [الكهف: 26].
"Dan
Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan". (Al-Kahfi:
26).
48.
Jika dikatakan kepadamu: Apa hakikat dari intikhobat (pemilu)? Maka kamu
katakan: Pemilu adalah termasuk dari bagian ketentuan-ketentuan (aturan-aturan)
demokrasi yang bertentangan dengan syari'at Alloh yang benar. Dan pemilu
termasuk salah satu bentuk penyerupaan terhadap orang-orang kafir, dan
menyerupai mereka adalah tidak boleh. Dan di dalam pemilu itu terdapat
kerusakan yang banyak dan tidak ada manfaat serta tidak ada faidahnya untuk
kaum muslimin, diantara kerusakannya yang paling menonjol adalah penyamaan
al-haq (kebenaran) dan kebatilan, penyamaan orang-orang yang baik dengan
orang yang jelek (batil) dengan melihat suara terbanyak (voting),
menyempitkan al-wala wal bara (prinsip loyalitas dan berlepas diri),
memecah bela persatuan kaum muslimin, menebarkan benih-benih permusuhan,
kebencian, berkelompok-kelompok dan menebarkan faham fanatik (fanasisme)
diantara mereka, kecurangan, penipuan, tipu daya, menyia-nyiakan waktu dan
harta, menghancurkan kewibawaan wanita dan meruntuhkan kepercayaan terhadap
ilmu-ilmu syari'at dan ahli ilmu.
49.
Jika dikatakan kepadamu: Apa hukum hizbiyyah (berkelompok-kelompok)?
Maka kamu katakan: Hizbiyyah adalah haram, kecuali Hizbulloh (kelompoknya
Alloh) dan dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿وَلا
تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ * مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا
شِيَعاً كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ﴾ [الروم: 31-32].
"Dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Alloh, yaitu
orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
kelompok, tiap-tiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada pada kelompok
mereka".
(Ar-Rum: 31-32). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُوا﴾ [آل عمران: 103].
"Dan
berpegang teguhlah kalian kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kalian
bercerai berai".
(Ali Imran: 103). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿إِنَّ
هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ﴾ [الأنبياء: 92].
"Sesungguhnya
(agama tauhid) ini adalah agama kalian; dia adalah agama yang satu dan aku
adalah Robbmu, maka sembahlah Aku". (Al-Anbiya': 92). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿أَلا
إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ [المجادلة: 22].
"Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya Hizbulloh itu adalah golongan yang beruntung". (Al-Mujadilah: 22).
Dan dari Abdulloh bin 'Amr Ibnul 'Ash semoga Alloh meridhoi keduanya
baliau bekata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
((.....وَتَفْتَرِقُ
أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً
(أي فرقة) واحدة)). قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِى».
"Dan
akan berpecah belah umatku menjadi 73 (tuju puluh tiga) millah semuanya masuk
nereka kecuali 1 (satu) millah (yaitu kelompok). Para shohabat berkata: Siapa
satu kelompok itu wahai Rosululloh? Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata: Yaitu golongan yang
menempuh di atas (metode)ku dan para shohabatku berada di atasnya". (HR.
At-Tirmidzi (5/26) dan hadits ini memiliki penguat dari hadits Mu'awiyyah semoga
Alloh meridhoinya yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4597) dan Ahmad
(4/102). Dan pada hadits ini pula terdapat penguat dari hadits lain. Maka
hadits ini adalah hasan.
Dan perkataannya:
«كُلُّهُا فِى النَّارِ».
"Semuanya
dalam neraka" padanya
terdapat penjelasan tentang perihal ahli ahwa (para pengekor hawa nafsu)
dan celaannya mereka.
50. Jika dikatakan kepadamu: Siapakah kelompok-kelompok
yang paling sesat yang mengklaim (mengaku) Islam? Maka kamu katakan: Mereka
adalah al-bathiniyyah[64], ar-rofidhoh[65], jahmiyyah[66] dan sufi yang ekstrim
(melampui batas)[67].
مبادئ الفقه
Dasar-Dasar
Fiqih
Dari Abu Umamah Al-Bahiliy semoga
Alloh meridhoinya, beliau berkata: Aku mendengar Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkhutbah ketika haji wada',
beliau berkata:
«اتَّقُوا
اللَّهَ ، وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ ، وَصُومُوا شَهْرَكُمْ ، وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ
، وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ ، تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ»
"Bertaqwalah
kalian kepada Alloh, sholat lima waktulah kalian, berpuasa Ramadhanlah kalian,
tunaikanlah zakat harta-harta kalian dan taatilah oleh kalian pemimpin kalian,
maka dengan itu Robb kalian akan memasukan kalian ke Jannah". [(HR. Al-Hakim, Ibnu
Hibban dan At-Tirmidzi, dan beliau berkata: Ini adalah hadits hasan
shohih)].
51.
Setiap ibadah harus disertai dengan niat, dan niat tempatnya di dalam hati, dan
dalilnya adalah Umar
bin Al-Khoththob semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
((إِنَّمَا الأَعْمَالُ
بِالنِّيَّةِ)).
"Hanyalah
amalan itu tergantung pada niatnya". (Muttafaqun 'Alaih).
52. Melafadzkan niat adalah
bid'ah, dan dalilnya adalah
hadits 'Aisyah semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا
لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ».
"Barang siapa membuat-buat perkara dalam urusan (agama) kami ini yang bukan
bagian darinya maka dia tertolak". (Muttafaqun 'Alaih).
53. Jika dikatakan kepadamu:
Apakah bid'ah itu? Maka kamu katakan: Bid'ah adalah apa-apa yang diada-adakan
setelah wafatnya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dengan tujuan beribadah, dan tidak ada padanya dalil dari
Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dari As-Sunnah (Al-Hadits).
54. Alloh menciptakan air
dalam keadaan suci yang dapat mensucikan
najis dan hadats, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَأَنْزَلْنَا
مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوراً﴾
[الفرقان: 48].
"Dan
Kami turunkan dari langit air yang suci". (Al-Furqan: 48). Dan
perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَيُنَزِّلُ
عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ﴾ [الأنفال: 11].
"Dan
diturunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan kalian dengan hujan
itu". (Al-Anfal:
11).
55. Apa yang diucapkan bagi orang yang hendak masuk
tempat buang air (WC)? Dari Anas bin Malik semoga Alloh meridhoinya,
beliau berkata: Adalah Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) apabila hendak masuk WC, beliau berkata:
«اللَّهُمَّ إِنِّى
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ».
"Ya
Alloh aku berlindung kepada-Mu dari syaithon laki-laki dan syaithon perempuan".
(Muttafaqun 'Alaih).
56. Diantara adab-adab buang
hajat:
Dari Salman Al-Farisiy semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya beliau pernah dikatakan kepadanya oleh seorang
Yahudi: Nabi kalian telah mengajarkan kepada kalian segala sesuatu hingga
permasalahan buang hajat! Salman berkata: Memang (iya), beliau melarang kami
menghadap kiblat ketika buang hajat, ketika kencing atau istinja'
(bersuci setelah buang hajat) dengan tangan kanan serta beristinja dengan batu
kurang dari tiga buah. (HR. Muslim).
57. Tidak sah seseorang sholat
kecuali dengan wudhu', dan dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya,
bahwa Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«لاَ
تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ».
"Tidak akan diterima sholat seorang yang berhadats
sampai dia berwudhu'". (Muttafaqun 'Alaih). Dan dari Ibnu 'Umar
semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ».
"Tidak diterima sholat dengan tanpa bersuci". (HR.
Muslim).
58. Anggota-anggota wudhu': Wajah; termasuk di
dalamnya al-madhmadhah (berkumur-kumur)
dan al-istinsyaq (memasukan air ke dalam lubang hidung). Kedua
tangan; keduanya dibasuh sampai ke siku. Kepala; diusap dengan
sekali usapan. Kedua kaki; keduanya dibasuh sampai ke kedua mata kaki, dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ
وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ
إِلَى الْكَعْبَيْنِ﴾ [المائدة:6].
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak menegakan
sholat, maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan
sapulah kepala kalian dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata
kaki".
(Al-Maidah: 6).
Dan dalilnya pula adalah
hadits Abdulloh bin 'Amr semoga Alloh meridhoi kedunya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«وَيْلٌ
لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ».
"Kecelakaanlah bagi tumit-tumit (yang tidak terbahasi oleh
air wudhu) dari siksa neraka". (Muttafaqun 'Alaih).
59. Mendahulukan anggota wudhu yang kanan ketika berwudhu,
memperpanjang al-ghurrah dan at-tahjil[68], dan dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mencuci tangannya yang kanan sampai lengan bagian yang atas,
dan mencuci lengan kiri sampai lengan
bagian atas, kemudian mengusap kepalanya, dilanjutkan mencuci kaki kanannya
hingga ke betis kemudian mencuci kaki kiri hingga ke betis, kemudian beliau
mengatakan:
«أَنْتُمُ الْغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ إِسْبَاغِ
الْوُضُوءِ».
"Kalian
adalah orang-orang yang bersinar putih pada anggota wudhu kalian pada hari
kiamat disebabkan kalian menyempurnakan wudhu". (HR. Muslim). Dan
telah shahih dalam "Sunan Abu Dawud" dari hadits Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِذَا
لَبِسْتُمْ وَإِذَا تَوَضَّأْتُمْ فَابْدَءُوا بِأَيَامِنِكُمْ».
"Jika
kalian memakai sesuatu dan kalian berwudhu maka memulailah dengan yang
kanan".
60. Sifat Wudhu Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) yang paling baik: Bahwasanya beliau membasuh tangannya tiga
kali, kemudian madhmadh (berkumur-kumur), istinsyaq (memasukan
air ke dalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkannya kembali) beliau
melakukannya (dengan menggabungkan antara madhmadh, istinsyaq dan
istinsyar dengan sekali cidukan tangan sebanyak tiga kali), kemudian
membasuh wajah tiga kali dan membasuh kedua tangan sampai siku tiga kali dan
meneruskannya hingga lengan atas. Kemudian mengusap kepala bukan dengar air
sisa yang ada di tangan beliau –satu kali- memulai dari kepala bagian depan
menuju ke belakang hingga tengkuk kemudian mengembalikannya ke tempat pertama
mengusap. Kemudian mencuci kedua kakinya tiga kali sampai kedua mata kaki dan
meneruskannya sampai pada betis. Tata cara wudhu seperti itu telah shohih dari
hadits Utsman semoga Alloh meridhoinya (Muttafaqun 'Alaih) dan
pada hadits tersebut terdapat tambahan-tambahan penguat dari hadits-hadits lain
tentang keshohihannya.
Dan disunnahkan untuk bersiwak (membersihkan gigi dan
mulut dengan siwak) sebelum shalat[69], dan dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ
عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ».
"Kalaulah
tidak memberatkan umatku niscaya aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak
setiap kali hendak sholat". (Muttafaqun 'Alaih).
61. Barang siapa memakai khuf (sepatu) atau kaos
kaki maka disyari'atkan baginya untuk mengusap di atas keduanya, apabila dia
dalam keadaan mukim (menetap/tidak bepergian), diperbolehkan mengusapnya sehari
semalam, dan jika dia dalam keadaan safar maka boleh baginya mengusap selama
tiga hari tiga malam, dengan dalil hadits Abu Bakroh semoga Alloh
meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) memberikan keringanan bagi musafir (orang yang
berpergian) apabila berhadats dan ingin berwudhu dan dia menggunakan khuf-nya
maka diperbolehkan baginya mengusap khuf-nya selama tiga hari tiga malam
dan bagi yang mukim hanya sehari semalam. (HR. Ibnu Majah, dan ini
adalah hadits hasan, pada hadits ini terdapat penguat-penguat yang
menjadikannya shohih).
Dan mengusap pada bagian atas khuf dan
dalilnya adalah hadits
Ali bin Abi Tholib semoga Alloh meridhoinya beliau berkata[70]:
"وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَمْسَحُ
عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ".
"Dan
sungguh saya telah melihat Rosulalloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengusap atas kedua khuf-nya". (HR. Abu Dawud
dan hadits ini adalah shohih).
62. Apabila telah masuk waktu
sholat dan kamu tidak mendapatkan air maka bertayamumlah! Dan dalilnya
adalah perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿فَلَمْ تَجِدُوا
مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ
مِنْهُ﴾ [المائدة:6].
"Bila kalian tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
kalian dengan tanah yang baik (bersih); usaplah muka kalian dan tangan kalian
dengan tanah tersebut".(Al-Maidah:
6). Ash-Sha'id adalah tanah/bumi (debu), dengan dalil hadits
Huzaifah bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَجُعِلَتْ
لَنَا الأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدًا وَجُعِلَتْ تُرْبَتُهَا لَنَا طَهُورًا إِذَا لَمْ
نَجِدِ الْمَاءَ».
"Dijadikan bumi untuk kita sebagai tempat sholat (masjid)
dan dijadikan tanahnya untuk kita sebagai pensuci apabila kita tidak
mendapatkan air". (HR.
Muslim) [71].
63. Jika kamu telah selesai berwudhu maka ucapkanlah:
«أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ».
"Tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Alloh
dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya", dan dalilnya adalah hadits Umar bin Al-Khoththob semoga
Alloh meridhoinya beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
((ما
منكم من أحد يتوضأ، فيسبغ الوضوء، ثم يقول أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ
الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاء)).
"Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu kemudian
menyempurnakan wudhunya dan mengucapkan: "Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya" melainkan akan dibukakan baginya 8 (delapan) pintu-pintu
Jannah dan dia masuk dari pintu mana saja yang dia inginkan". (HR. Muslim).
64. Pembatal-pembatal wudhu:
Pertama: Keluar sesuatu dari qubul
(kemaluan) dan dubur, dan dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya:
«لاَ
تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ».
"Tidak diterima sholat seseorang yang berhadats sampai dia
berwudhu".
(Muttafaqun 'Alaih).
Kedua dan Ketiga: Tidur lelap dan junub,
dan dalilnya adalah hadits
Shofwan bin ‘Assal semoga Alloh meridhoinya beliau berkata:
«كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا إِذَا كُنَّا سَفْرًا أَنْ لاَ نَنْزِعَ
خِفَافَنَا ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ إِلاَّ مِنْ جَنَابَةٍ وَلَكِنْ مِنْ
غَائِطٍ وَبَوْلٍ وَنَوْمٍ».
“Dahulu Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) memerintahkan kami apabila kami dalam keadaan safar untuk
tidak kami lepas khuf kami selama tiga hari tiga malam kecuali junub
(jenabah), akan tetapi BAB (buang air besar), kencing, dan tidur (beliau tidak
memerintahkan kami untuk melepasnya)”. (HR. At-Tirmidziy, dan ini adalah
hadits hasan).
Dan tidurnya para Nabi tidaklah membatalkan wudhu mereka, dan
dalilnya adalah hadits
Anas bin Malik semoga Alloh meridhoinya yang diriwayatkan oleh Al-Imam
Al-Bukhoriy dalam “Shohihnya” bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«الأَنْبِيَاءُ
تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلاَ تَنَامُ قُلُوبُهُم».
“Para Nabi tidur hanya pada mata-mata mereka dan tidak tidur
hati-hati”.
Dan ini adalah kekhususan bagi mereka عليهم الصلاة وسلم.
Keempat: Menyentuh kemaluan, dan dalilnya
adalah hadits Busyroh
binti Shofwan semoga Alloh
meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ
مَسَّ ذَكَرَهُ فَلاَ يُصَلِّ حَتَّى يَتَوَضَّأَ».
“Barang siapa menyentuh kemaluannya maka tidak boleh dia
melakukan shalat sampai dia berwudhu’. (HR. At-Tirmidziy, dan ini adalah hadits hasan. Hadits ini shohih dengan adanya penguat-penguat yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan selainnya dari hadits ‘Abdulloh bin
‘Amr semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«أيما
رجل مس ذكره فليتوضأ، وأيما امرأة مست فرجها فلتتوضأ».
"Laki-laki mana saja yang menyentuh kemaluannya, maka
hendaklah berwudhu, dan wanita mana saja yang menyentuh kemaluannya maka
hendaklah berwudhu".
Kelima: Makan daging onta, dan dalilnya
adalah hadits Jabir bin
Samuroh semoga Alloh meridhoinya bahwasanya ada seseorang bertanya
kepada Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
"أنتوضأ
من لحوم الإبل؟ قال: «نعم»".
Apakah kita harus berwudhu
karena memakan daging onta? Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab: "Iya". (HR. Muslim).
Keenam: Murtad (kafir/keluar dari
agama Islam), dan ini adalah pembatal wudhu dan pembatal keislaman, dan
dalilnya adalah perkataan
Alloh (تَعَالَى):
﴿وَمَنْ
يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ﴾ [المائدة:5].
"Barangsiapa
yang kafir sesudah beriman maka batallah amalannya". (Al-Maidah: 5).
Ketujuh: Hilang akal disebabkan gila, pingsan,
mabuk, dan apa saja yang serupa dengannya semisal obat-obatan yang menyebabkan
hilangnya akal. Telah sepakat para ulama bahwa wudhu batal disebabkan hal-hal
tersebut.
65. Wajib bagi seorang muslim menegakan sholat lima waktu
sehari semalam, dan dalilnya adalah hadits Tholhah bin 'Ubaidillah semoga Alloh
meridhoinya bahwasanya ada seorang Arob Badui (orang pegunungan/pedalaman)
bertanya kepada Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tentang Islam, maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«خَمْسُ صَلَوَاتٍ
فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ».
"Shalat
lima waktu sehari semalam". (Muttafaqun 'Alaih).
Jika dikatakan: Berapa rakaat dalam shalat lima waktu?
Maka kamu katakan: Semuanya ada 17 (tujuh belas rokaat), zhuhur 4 (empat) rokaat,
'ashr 4 (rokaat), magrib 3 (tiga rokaat), isya' 4 (empat rokaat) dan shubuh 2
(dua) rokaat, dan ketika safar di-qashar (diringkas) shalat zhuhur,
ashar dan 'isya' [masing-masing] menjadi dua rokaat maka berubalah menjadi 11
(sebelas) rokaat.
66. Setiap sholat harus dikumandangkan adzan padanya pada
waktu (yang telah ditentukan)nya, dan dalilnya adalah hadits Malik bin Al-Huwairits
semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«فَإِذَا حَضَرَتِ
الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ ».
"Jika
telah masuk waktu sholat maka adzanlah salah seorang diantara kalian dan
hendaklah menjadi imam adalah orang besar (orang yang tertua) kalian". (Muttafaqun 'Alaih).
67.
Barang siapa yang mendengar adzan maka hendaklah dia mengucapkan seperti yang
diucapkan oleh mu'adzin (orang yang adzan), dan dalilnya adalah hadits Abu Sa'id Al-Khudriy semoga
Alloh meridhoinya, bahwa Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِذَا سَمِعْتُمُ
النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ ما يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ».
"Apabila
kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh
muadzin".
(Muttafaqun 'Alaih).
68. Apabila kamu hendak menegakkan sholat maka
menghadaplah ke kiblat (Ka'bah), dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿فَلَنُوَلِّيَنَّكَ
قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا
كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ﴾ [البقرة:144].
"Maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kalian berada, palingkanlah muka
kalian ke arahnya".
(Al-Baqarah: 144).
69. Mengangkat kedua tangan ketika sholat terdapat pada 4
(empat) tempat, dan dalilnya adalah hadits Abdulloh bin Umar semoga Alloh meridhoi
keduanya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika memulai sholat beliau bertakbir dan mengakat kedua
tangannya hingga sejajar dengan pundaknya, jika hendak ruku' maka beliau
mengangkat kedua tangannya, jika beliau mengucapkan:
«سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ».
Beliau mengangkat kedua tangannya (dan jika
beliau berdiri dari rokaat kedua maka beliau mengangkat kedua tangannya, dan
terus menerus Ibnu Umar mengerjakan yang demikian itu. (Muttafaqun 'Alaih),
Adapun mengangkat kedua tangan jika berdiri dari rokaat kedua diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhoriy sendirian).
70. Meletakan tangan kanan di atas tangan kiri dalam sholat,
dan dalilnya adalah hadits
Sahl bin Sa'ad, beliau berkata:
«كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ
أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ اليَدَ الْيُمْنَى عَلَى اليَدَ الْيُسْرَى فِى الصَّلاَةِ».
"Dahulu
orang-orang diperintahkan supaya meletakan tangan kakan di atas tangan kiri
dalam sholat". Dan hadits tersebut terangkat derajatnya sampai kepada Nabi
(صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
71. Doa yang paling shohih yang berkaitan dengan istiftah
(pembukaan sholat) setelah takbiratul ihram (takbir pertama),
sebagaimana yang ada pada hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya,
beliau berkata: Adalah Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika telah bertakbir dalam sholat beliau berdiam sejenak
sebelum membaca (Al-Fatihah), maka ditanyakan tentang apa yang beliau ucapkan:
Maka beliau berkata: "Aku mengucapkan:
«اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالْبَرَدِ».
"Ya
Alloh jauhkanlah antara aku dengan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Alloh bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku
sebagaimana bersihnya pakaian putih dari noda (kotoran). Ya Alloh bersihkanlah
aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan es". (Muttafaqun 'Alaih).
72. Sebelum membaca Al-Fatihah ber-tawa'udz
(memohon perlindungan) kepada Alloh dari syaithon yang terkutuk dan membaca Basmallah
(menyebut nama Alloh) dengan suara pelan, dan dalilnya adalah [perkataan Alloh (تَعَالَى)]:
﴿فَإِذَا
قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ﴾ [النحل:98].
"Jika
kamu hendak membaca Al-Qur'an maka mintalah perlindungan kepada Alloh dari
godaan syaithan yang terkutuk". (An-Nahl: 98). Dan
dari Anas bin Malik semoga Alloh meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ), Abu Bakr dan Umar semoga Alloh
meridhoi keduanya mereka semuanya memulai sholat dengan membaca:
((الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ)).
"Segala
puji bagi Alloh Rabb semesta alam". (Muttafaqun 'Alaih). Dan dalam suatu riwayat:
Mereka semuanya tidak mengeraskan bacaan:
((بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ)).
"Dengan
nama Alloh الرَّحْمَنِ (Maha Pengasih) lagi الرَّحِيمِ (Maha
Penyayang)".
(HR. Ahmad: 3/179, dan An-Nasa'i: 2/531, dengan sanad shohih).
73. Setelah membaca tawa'udz dan basmalah
bacalah Al-Fatihah, dan dalilnya adalah hadits 'Ubadah Ibnush Shomit bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«لاَ صَلاَةَ لِمَنْ
لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ».
"Tidak
ada sholat bagi siapa saja yang tidak membaca pembukaan Al-Qur'an
(Al-Fatihah)". (Muttafaqun
'Alaih).
74. Ta'min (Mengucapkaan Amin yang maknanya: Ya
Alloh kabulkanlah), dan dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya,
beliau mengatakan: Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِذَا قَالَ الإِمَامُ
(غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ) فَقُولُوا آمِينَ».
"Jika
imam telah mengucapkan:
﴿غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
وَلاَ الضَّالِّينَ﴾
"Maka
kalian katakan: Ya Alloh kabulkanlah!". Dan dari hadits Aisyah semoga Alloh meridhoinya dari
Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) beliau
berkata:
«مَا حَسَدَتْكُمُ
الْيَهُودُ عَلَى شَىْءٍ مَا حَسَدَتْكُمْ عَلَى السَّلاَمِ وَالتَّأْمِينِ».
"Tidaklah
orang-orang Yahudi hasad kepada kalian atas sesuatu sebagaimana hasadnya mereka
kepada kalian atas ucapan salam dan ucapan Amin". (HR. Ibnu Majah
dengan sanad hasan).
75. Sholat dengan
thuma'ninah (tenang dan khusyu'), dan dalilnya adalah hadits Abu Huroiroh, bahwa
Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
mengajar seorang shahabat yang jelek sholatnya dan beliau mengatakan:
«إِذَا قُمْتَ إِلَى
الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ، ثُمَّ
ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ
اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا،
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا».
"Jika
kamu hendak sholat maka bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu
dari Al-Qur'an, kemudian ruku'lah sampai posisimu tenang (thuma'ninah) dalam
ruku', kemudian bangkitlah dari ruku' (i'tidal) sampai posisimu benar-benar
berdiri tegak, kemudian sujudlah sampai kamu tenang dalam sujud. Kemudian
kerjakan yang demikian itu pada setiap shalatmu". (Muttafaqun 'Alaih).
76. Turun ketika sujud dengan bertumpu pada kedua tangan,
dan dalilnya adalah hadits
Al-Baro' bin 'Azib semoga Alloh meridhoinya beliau berkata: Adalah Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika
telah mengucapkan:
«سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ».
Tidak ada seorang pun dari
kami yang membungkukkan punggungnya sampai Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) sujud, kemudian kami sujud
setelahnya". (Muttafaqun 'Alaih). Dan membungkukkan punggung akan
terjadi ketika turun sujud dengan bertumpu pada dua tangan.
77.
Dzikir-dzikir ruku' dan sujud: Dari Huzaifah semoga Alloh meridhoinya
bahwa Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
membaca dalam ruku'nya:
«سُبْحَانَ رَبِّىَ
الْعَظِيمِ».
"Maha
Suci Robbku الْعَظِيمِ (Maha
Agung)".
Dan dalam sujudnya:
«سُبْحَانَ رَبِّىَ
الأَعْلَى».
"Maha
Suci Robbku الأَعْلَى (Maha
Tinggi) ".
(HR. Muslim, no. 772). Dan jumlah tasbih paling sedikitnya dalam
ruku' adalah tiga kali tasbih, telah ada yang demikian itu pada sebuah
hadits dari Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dengan
banyak periwayatannya.
Dan hendaknya dalam ruku'
memperbanyak dzikir dan hendaknya dalam sujud
memperbanyak do'a, dan dalilnya adalah hadits Ibnu 'Abbas semoga Alloh meridhoinya bahwa
Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«فَأَمَّا الرُّكُوعُ
فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِى الدُّعَاءِ
فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ».
"Adapun
ketika ruku' maka agungkanlah Robb kalian (عَزَّ وَجَلَّ),
dan adapun ketika sujud maka bersunguh-sungguhlah kalian dalam berdo'a
dikarenakan lebih cepat untuk dikabulkan bagi kalian (doa kalian)". (HR. Muslim).
78.
Yang dibaca oleh Imam dan munfarid (orang yang sholat sendirian) setelah
bangkit dari ruku', dari Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya, beliau
berkata: Adalah Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika berdiri untuk melakukan sholat, beliau bertakbir ketika
berdiri, kemudian bertakbir ketika hendak ruku', kemudian mengucapkan ketika beliau berdiri (dari
ruku'):
«سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ».
"Alloh
mendengar orang yang memuji-Nya". Ketika mengangkat punggungnya dari ruku' kemudian
berkata:
«رَبَّنَا ولَكَ الْحَمْدُ».
"Wahai
Robb kami hanya untuk-Mulah segala pujian"…..Al-Hadits (Muttafaqun
'Alaih). Pada hadits ini terdapat perintah untuk takbiratul intiqal
[takbir ketika berpindah dari gerakan satu ke gerakan lainnya].
79. Tasyahud dalam sholat, dan yang paling shohih tentang
bentuk bacaan tasyahud adalah hadits Abdulloh bin Mas'ud semoga Alloh
meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: Jika salah seorang diantara kalian telah duduk dalam
sholat maka hendaklah mengucapkan:
«التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ
وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ
اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ
، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ».
"Segala
penghormatan hanya untuk Alloh, sholawat dan segala kebaikan salam atasmu wahai
Nabi beserta rahmat Alloh dan
berkah-Nya. Semoga salam untuk kami dan hamba-hamba Alloh yang sholih. Aku
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya". (Muttafaqun 'Alaih).
80. Sifat (tata cara) duduk dalam sholat dan memberi
isyarat (jari telunjuk) ketika tasyahud, sebagaimana dalam hadits Abdulloh
Ibnuz Zubair semoga Alloh meridhoi keduanya beliau berkata:
"كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى
فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ
السَّبَّابَة".
"Adalah
Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika
duduk dalam sholat maka beliau meletakan tangannya kanannya di atas paha
kanannya dan meletakan tangan kirinya di atas paha kirinya dan memberi isyarat
dengan jari telunjuknya". (HR. Muslim).
81. Mengucapkan sholawat atas Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) setelah tasyahud, dan
dalilnya adalah hadits
Fudholah bin 'Ubaid semoga Alloh meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«إذا صلى
أحدكم فليبدأ بتحميد ربه سبحانه وتعالى، والثناء عليه، ثم يصلي على النبي -صلى
الله عليه وعلى آله وسلم-، ثم يدعوا بعد بما شاء».
"Jika
salah seorang diantara kalian sholat maka memulailah dengan memuji Robbnya (سبحانه وتعالى) dan memberi sanjungan kepada-Nya kemudian bersholawat
kepada Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ), kemudian berdo'a sesuai dengan
apa yang dia inginkan". (HR. Abu Dawud, dan ini adalah hadits
shohih).
Dan
termasuk yang paling bagusnya bentuk lafadz sholawat atas Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) adalah yang ada pada hadits Abu Mas'ud Al-Badriy semoga Alloh
meridhoinya bahwa Basyir bin Sa'd berkata kepada Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ): "Alloh memerintahkan kepada
kami untuk bersholawat kepadamu wahai Rosululloh, lalu bagaimana caranya kami
bersholawat kepadamu? Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ): "Kalian ucapkan:
«اللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ».
"Ya
Alloh, limpahkanlah sholawat atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana
Engkau telah melimpahkan sholawat kepada keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah
berkah atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkan
berkah kepada keluarga Ibrohim, sesungguhnya Engkau adalah حَمِيدٌ (Maha
Terpuji) dan مَجِيدٌ (Maha
Mulia)".
(HR. Muslim).
82. Doa sebelum salam kemudian dzikir setelahnya, dari
Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya, beliau berkata: Berkata Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«إِذَا
فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الآخِرِ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ
مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
وَمِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ».
"Jika
salah seorang dari kalian telah selesai dari tasyahud yang terakhir maka
hendaklah ber-tawa'udz (berlindung) kepada Alloh dari 4 (empat) perkara:
Berlindung dari fitnah neraka jahannam, dari azab kubur dan dari fitnah
kehidupan serta fitnah kematian dan berlindung dari kejelekan al-masih
Ad-Dajjal".
(HR. Muslim, no. 588). Dan dari Mu'adz bin Jabal semoga Alloh
meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) memegang tangannya dan berkata:
«يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ
إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ». فَقَالَ «أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ
تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ
وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ».
"Wahai
Mu'adz sesungguhnya aku menyenangimu, aku ingin memberimu wasiat wahai Mu'adz
agar jangan sekali-kali kamu meninggalkan pada penghujung setiap shalat ucapan:
«اللَّهُمَّ أَعِنِّى
عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ».
"Ya
Alloh tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu dan mensyukuri (ni'mat)-Mu dan
memperbaiki ibadahku kepada-Mu". Ini adalah hadits shahih.
82.
Diantara dzikir-dzikir tidur dan bangun tidur: Dari Huzaifah semoga Alloh
meridhoinya beliau berkata: Adalah Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) jika ingin tidur beliau
mengucapkan:
«بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ
أَمُوتُ وَأَحْيَا».
"Dengan
nama-Mu ya Alloh aku mati dan aku hidup". Dan jika bangun dari tidurnya beliau berkata:
«الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ».
"Segala
puji bagi Alloh yang telah menghidupkan kami setelah mematikan (menidurkan)
kami dan hanya kepada-Nya-lah kami dibangkitkan". (HR. Al-Bukhariy).
84. Membaca “basmalah” ketika akan makan, dan
dalilnya adalah hadits
Umar bin Abi Salamah bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata kepadanya:
«يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ».
"Wahai
anak (remaja) sebutlah nama Alloh dan makanlah dengan tangan kananmu serta
makanlah dari yang dekat denganmu". Maka sentiasa aku makan seperti itu. (Muttafaqun
'Alaih).
85. Mengganggu tetangga dan kaum muslimin adalah harom, dan
dalilnya adalah hadits
Ibnu 'Amr semoga Alloh meridhoi keduanya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«الْمُسْلِمُ مَنْ
سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ».
"Seorang
muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari kejelekan lisannya dan
gangguan tangannya".
(Muttafaqun 'Alaih).
86. Jika kamu berkeinginan untuk masuk rumah maka minta
izinlah sebelum kamu masuk, dan dalilnya adalah perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتاً غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى
تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا﴾ [النور:27].
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah
kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya". (An-Nuur: 27).
Dan dari seorang shohabat Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata kepada seorang
pembantunya:
«اخْرُجْ إِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِئْذَانَ
فَقُلْ لَهُ قُلِ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَأَدْخُلُ».
"Keluarlah
kepada orang ini dan ajarkanlah kepadanya tata cara meminta izin, katakan
kepadanya: Ucapkanlah: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ (keselamatan atas kalian), bolehkah aku masuk?!". Dan dari Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«....أَفْشُوا السَّلاَمَ
بَيْنَكُمْ».
"Tebarkan
salam diantara kalian".
(HR. Muslim).
87. Wajib bagi kalian untuk jujur, karena kejujuran itu
menunjuki (mengantarkan) kepada Jannah (surga), dan dalilnya
adalah hadits Ibnu
Mas'ud semoga Alloh meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ
الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا، وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ،
وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ».
"Sesungguhnya
kejujuran mengantarkan ke Jannah, dan kebaikan mengantarkan ke Jannah dan dusta
mengantarkan kepada kejahatan, dan sungguh kejahatan mengantarkan ke
neraka".
(Muttafaqun 'Alaih).
88. Wajib bagimu untuk berbakti kepada kedua orang tua,
dan sungguh Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ) telah memerintahkan hal yang
demikian itu, Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَقَضَى رَبُّكَ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً﴾ [الإسراء:23].
"Dan
Robbmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya". (Al-Isra': 23).
89. Menjauhi perbuatan menyerupai orang-orang kafir,
karena sesungguhnya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah berkata:
«مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ».
"Barang
siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk dari mereka". (HR. Ahmad dan
selainnya dari hadits Ibnu 'Umar dan hadits ini hasan).
90. Hendaklah kamu memperbanyak dzikir (mengingat)
Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ), dengan dzikir-dzikir yang
telah pasti (keshahihannya) dengan dalil yang ada, karena hal itu termasuk dari
sebab-sebab keberuntungan di dunia dan di akhirat, Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَاذْكُرُوا
اللَّهَ كَثِيراً لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴾ [الجمعة:10].
"Dan
ingatlah Alloh sebanyak-banyaknya supaya kalian beruntung". (Al-Jum'ah: 10). Dan
dari Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya beliau berkata: Berkata Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ،
حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ، سُبْحَانَ اللَّهِ
وَبِحَمْدِهِ».
"Dua
kalimat yang sangat ringan di lisan dan sangat berat di mizan (timbangan) yang
dicintai oleh الرَّحْمَنِ (Maha Pengasih): Maha Suci Alloh الْعَظِيمِ (Maha
Agung) dan Maha Suci Alloh dengan segala pujian-Nya"[72]. (Muttafaqun 'Alaih).
91. Penutup majelis: Dari 'Aisyah semoga Alloh
meridhoinya bahwa Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika duduk dalam suatu majelis atau shalat maka beliau
mengucapkan beberapa kalimat, maka Aisyah bertanya kepadanya tentang
kalimat-kalimat tersebut, lalu Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengatakan:
«إِنْ تَكَلَّمَ بِخَيْرٍ
كَانَ طَابِعًا عَلَيْهِنَّ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنْ تَكَلَّمَ بِغَيْرِ ذَلِكَ
كَانَ كَفَّارَةً لَهُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ».
"Apabila
kamu berbicara dengan pembicaraan yang baik maka pembicaraanmu tersebut adalah
stempel (cap) sampai hari kiamat, dan jika kamu berkata dengan perkataan selain
demikian itu maka itu sebagai kaffarah (tebusan)nya: "Maha Suci Engkau ya
Alloh, dan dengan memuji-Mu yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Engkau, aku ber-istighfar (memohon ampun) kepada Alloh dan aku
bertaubat kepada-Nya". (HR.
Ahmad, dan ini adalah hadits shohih).
ذكر
أسماء الله الحسنى بأدلتها
Menyebut Nama-nama Alloh Yang
Indah dengan diserta Dalil-dalilnya
Dari Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya dari
Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),
beliau berkata:
«إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً
وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ إِنَّهُ
وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ».
"Sesungguhnya
Alloh memiliki 99 (sembilan puluh sembilan) nama, 100 (seratus) kurang satu,
barang siapa menghafal [dan menjaganya] maka akan masuk jannah, dan
sesungguhnya Alloh الْوِتْرَ
(Yang
Maha Ganjil/Satu) dan dia menyukai الْوِتْرَ (yang
ganjil)".
(HR. Al-Bukhariy, no. 6410 dan Muslim, no. 2677 dan ini adalah
lafadz beliau).
1. اللَّهُ, 2. إِلَهَ, 3. الْحَيُّ (Yang
Maha Hidup), 4. الْقَيُّوم (Yang
Maha Terus Menerus), Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوم﴾ [البقرة: 255]
"Alloh,
tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan الْحَيُّ lagi
الْقَيُّوم". (Al-Baqarah:
255).
5. الرَّبّ (Yang Maha
Menciptakan/Mengatur), 6. الرَّحْمَنِ
(Yang Maha
Pengasih), 7. الرَّحِيمِ
(Yang Maha Penyayang), Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3)﴾ [الفاتحة: 2، 3]
"Segala
puji bagi Alloh الرَّبّ semesta alam, الرَّحْمَنِ lagi الرَّحِيمِ
". (Al-Fatihah: 2-3). Dan
dari Ibnu 'Abbas semoga Alloh meridhoinya beliau berkata: Berkata Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«فَأَمَّا الرُّكُوعُ
فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبّ عز وجل».
"…Adapun
ruku' maka agungkanlah kalian pada ruku' tersebut الرَّبّ عز وجل".
(HR. Muslim, no. 479).
8. الْمَلِكُ (Yang Maha Berkuasa), 9. الْقُدُّوسُ (Yang Maha Suci), 10. السَّلَامُ (Yang Maha Sejahtera), 11. الْمُؤْمِنُ (Yang Maha Memberi keamanaan), 12. الْمُهَيْمِنُ (Yang Maha Memelihara), 13. الْجَبَّارُ (Yang Maha Perkasa), 14. الْمُتَكَبِّرُ (Yang Maha Besar/Kuasa), 15. الْخَالِقُ (Yang Maha Pencipta), 16. الْبَارِئُ (Yang Maha Mengadakan), 17. الْمُصَوِّرُ (Yang Maha Membentuk Rupa), 18. الْعَزِيزُ (Yang
Maha Perkasa), 19. الْحَكِيمُ (Yang Maha Bijaksana), Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ (22) هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ
الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ
الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا
فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24)﴾ [الحشر: 22-24].
"Dialah Alloh yang tidak ada sesembahan selain Dia, yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah الرَّحْمَنُ lagi الرَّحِيمُ. Dialah Alloh
yang tidak ada sesembahan selain Dia, الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ
الْمُتَكَبِّرُ, Maha suci
Alloh dari apa yang mereka persekutukan. Dialah الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ, yang mempunyai nama-nama yang Indah. bertasbih kepadanya apa
yang di langit dan bumi. dan Dialah الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ". (Al-Hasyr:
22-24).
20. الْأَوَّلُ (Yang
Maha Awal), 21. الآَخِرُ (Yang
Maha Akhir) , 22. الظَّاهِرُ (Yang Maha Tampak), 23. الْبَاطِنُ (Yang Maha Tersenbunyi), 24. العَلِيمٌ (Yang Maha
Mengetahui), Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآَخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ﴾ [الحديد: 3]
"Dia adakah الْأَوَّلُ , الْآَخِرُ, الظَّاهِرُ, الْبَاطِن; dan Dia adalah العَلِيمٌ terhadap segala sesuatu". (Al-Hadiid:
3).
25. الْغَفُورُ (Yang
Maha Pengampun), 26. الْوَدُودُ (Yang Maha Pengasih), 27.
الْمَجِيدُ (Yang Maha Mulia), Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ (14) ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ
(15)﴾ [البروج: 14،
15]
"Dia-lah الْغَفُورُ lagi
الْوَدُودُ, yang mempunyai 'Arsy الْمَجِيدُ". (Al-Buruuj:
14-15).
28. الرَّزَّاقُ (Yang Maha
Memberi Rezki), 29. الْقُوَّةِ (Yang
Maha Kuat), 30. الْقُوَّةِ (Yang Maha Kokoh), Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِين﴾ [الذاريات: 58]
"Sesungguhnya Alloh Dialah الرَّزَّاقُ, pemilik لْقُوَّةِ lagi الْمَتِين". (Adz-Dzariyat:
58). Dan Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ﴾ [الشورى: 19]
"Dialah الْقَوِيُّ lagi الْعَزِيزُ". (Asy-Syuro'o:
19).
31. الخَيْرُ (Yang Maha
Baik) , 32. الحَافِظُ (Yang Maha Menjaga), 33. الحَفِيظُ (Yang Maha
Menjaga). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ﴾ [يوسف: 64]
"Maka Alloh adalah الخَيْرُ lagi الحَافِظُ dan adalah أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (Paling Maha Penyanyang)". (Yusuf:
64). Dan perkataan (تَعَالَى):
﴿إِنَّ رَبِّي عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيظٌ﴾ [هود: 57]
"Sesungguhnya Robbku adalah الحَفِيظُ". (Hud:
87).
34. العَالِمُ (Yang Maha
Berilmu), 35. الْكَبِيرُ (Yang Maha Besar), 36. الْمُتَعَالِ (Yang Maha Tinggi). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْكَبِيرُ الْمُتَعَالِ﴾ [الرعد: 9]
"Dia adalah العَالِمُ terhadap semua yang ghoib dan
yang nampak; الْكَبِيرُ lagi الْمُتَعَالِ". (Ar-Ro'd:
9).
37. المَلِيكُ (Yang Maha
Berkuasa), 38. المَلِكُ (Yang Maha Menguasai), 39. المُقْتَدِرُ (Yang Maha
Mampu). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿فِي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيكٍ مُقْتَدِرٍ﴾ [القمر: 55]
"Di tempat yang disenangi di sisi المَلِيكُ lagi المُقْتَدِرُ". (Al-Qamar: 55).
40. الأَحَدُ (Yang Maha
Satu), 41. الصَّمَدُ (Yang Maha bergantung segala sesuatu kepada-Nya) . Alloh
(تَعَالَى) berkata:
﴿قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2)﴾ [الإخلاص: 1، 2]
"Katakanlah: "Dia-lah Alloh adalah
الأَحَدُ, Alloh adalah الصَّمَدُ". (Al-Ikhlash:
1-2). Dan dari Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya,
dari Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) beliau berkata:
«قال الله عز وجل: ..... وَأَنَا الأَحَدُ الصَّمَدُ لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لِى كُفْأً أَحَدٌ».
"Alloh (عَزَّ وَجَلَّ) berkata:…. Dan Aku الأَحَدُ lagi الصَّمَدُ, tidak
beranak dan tidak pula diperanakan dan tidak ada sesuatupun yang setara
(dengan-Ku)". (HR. Al-Bukhariy, no. 4979).
42. الْوَاحِدُ (Yang Maha
Satu), 43. الْقَهَّارُ (Yang Maha Perkasa). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ﴾ [الرعد: 16]
"Dia-lah الْوَاحِدُ lagi الْقَهَّارُ". (Ar-Ra'd: 16).
44. الْوَلِيُّ (Yang Maha
Melindungi), 45. الْحَمِيدُ (Yang Maha Terpuji). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ﴾ [الشورى: 28]
"Dan Dia-lah adalah الْوَلِيُّ lagi الْحَمِيدُ". (Asy-Syuuraa:
28).
46. الْمَوْلَى (Yang Maha
Pelindung), 47. النَّصِيرُ (Yang Maha Penolong). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ﴾ [الحج: 78]
"Maka Dia adalah sebaik-baik الْمَوْلَى dan sebaik-
baik النَّصِيرُ". (Al-Hajj: 78).
- الرَّقِيبُ (Yang Maha Mengawasi), 49. الشَهِيدُ (Yang Maha Menyaksikan). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ
وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ﴾ [المائدة: 117]
"Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau adalah الرَّقِيبُ atas
mereka. Dan Engkau adalah الشَهِيدُ atas segala sesuatu". (Al-Maidah:
117).
50. السَّمِيعُ (Yang Maha
Mendengar), 51. الْبَصِير (Yang Maha Melihat). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير﴾ [غافر: 20]
"Sesungguhnya Dia-lah السَّمِيعُ lagi الْبَصِير". (Ghaafir:
20).
52. الْحَقُّ (Yang Maha Benar), 53. الْمُبِينُ (Yang Maha Jelas). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ
هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ﴾ [النور: 25]
"Dan mereka mengetahui bahwa Alloh-lah الْحَقُّ lagi الْمُبِينُ".
(An-Nuur: 25).
54. اللَّطِيفُ (Yang Maha Lembut), 55. الْخَبِيرُ (Yang
Maha Mengetahui). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ
وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴾
[الملك: 14]
"Apakah Alloh yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang
kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia-lah اللَّطِيفُ lagi
الْخَبِيرُ".
(Al-Mulk: 14).
56. القَرِيبُ (Yang Maha Dekat), 57. المُجِيبُ (Yang
Maha Mengabulkan). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ
مُجِيبٌ﴾ [هود: 61]
"Sesungguhnya Robbku القَرِيبُ lagi المُجِيبُ
". (Huud: 61).
58. الْكَرِيمُ (Yang Maha Dermawan/Memberi), 59. الْأَكْرَمُ (Yang Maha Mulia). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ
مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ﴾ [الإنفطار: 6]
"Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Robbmu الْكَرِيمِ".
(Al-Infithor: 6). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ﴾ [العلق: 3]
"Bacalah, dan Robbmulah الْأَكْرَمُ". (Al-'Alaq:
3).
60. الْعَلِيُّ (Yang Maha Tinggi), 61. الْعَظِيمُ
(Yang Maha
Agung/Besar). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا
وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ﴾
[البقرة: 255]
"Dan Alloh tidak merasa berat memelihara keduanya, dan
Dia-lah الْعَلِيُّ lagi الْعَظِيمُ".
(Al-Baqaroh: 255).
62. الحَسْبُ (Maha
Mencukupi), 63. الْوَكِيلُ (Maha
Memberi Kecukupan), Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿فَزَادَهُمْ إِيمَانًا
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ [آل عمران: 173]
"Maka bertambahlah keimanan mereka dan mereka menjawab:
"Alloh-lah الحَسْبُ bagi Kami dan Alloh-lah الْوَكِيلُ".
(Ali Imran: 173).
64. الشَكُورُ (Yang Maha Membalas Kebaikan), 65. الحَلِيمُ (Yang Maha Penyantun). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَاللَّهُ شَكُورٌ حَلِيمٌ﴾ [التغابن: 17]
"Dan Alloh adalah الشَكُورُ lagi الحَلِيمُ". (At-Taghobun: 17).
66. الْبَرُّ (Yang
Maha Baik). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ
الرَّحِيمُ﴾ [الطور: 28]
"Sesungguhnya Dia adalah الْبَرُّ lagi الرَّحِيمُ". (Ath-Thuur: 28).
67. الشَاكِرُ (Yang Maha Mensyukuri). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا
عَلِيمًا﴾ [النساء: 147]
"Dan Alloh adalah الشَاكِرُ lagi العَلِيمُ". (An-Nisa': 147).
68. الْوَهَّابِ (Yang Maha Pemberi). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ
رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ﴾ [ص: 9]
"Atau Apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat
Robbmu الْعَزِيزِ lagi الْوَهَّابِ". (Shaad:
9).
69. الْقَاهِرُ (Yang Maha Kuasa). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ
عِبَادِهِ﴾ [الأنعام: 18]
"Dan Dia-lah الْقَاهِرُ atas semua hamba-hamba-Nya". (Al-An'am: 18).
70. الْغَفَّارُ (Yang
Maha Pengampun). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ﴾ [ص: 66]
"Robb langit-langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya الْعَزِيزُ lagi الْغَفَّارُ".
(Shaad: 66).
71. التَّوَّابُ (Yang Maha Penerima Taubat/Pengampun). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ
رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ﴾ [البقرة: 37]
"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Robbnya, maka
Alloh menerima taubatnya. Sesungguhnya Alloh التَّوَّابُ lagi الرَّحِيمُ".
(Al-Baqarah: 37).
72. الْفَتَّاحُ (Yang Maha Memberi Keputusan). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَهُوَ الْفَتَّاحُ الْعَلِيمُ﴾ [سبأ: 26]
"Dan Dia-lah الْعَلِيمُ lagi الْعَلِيمُ".
(Saba': 26).
73. الرَءُوفُ (Yang Maha Penyantun). Alloh (تَعَالَى)
bekata:
﴿وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ [النور: 20]
"Dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Alloh dan rahmat-Nya
kepada kamu semua, dan sungguh Alloh adalah الرَءُوفُ lagi الرَّحِيمُ".
(An-Nuur: 20).
74. النُورُ (Yang Maha Menerangi/Bersinar). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ﴾ [النور: 35]
"Alloh-lah النُورُ langit
dan bumi".
(An-Nuur: 35).
75. المُقِيتُ (Yang Maha Kuasa). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَكَانَ اللَّهُ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ مُقِيتًا﴾ [النساء: 85]
"dan Alloh-lah المُقِيتُ atas
segala sesuatu".
(An-Nisa': 85).
76. الوَاسِعُ (Yang Maha Luas). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴾ [البقرة: 247]
"Dan Alloh adalah الوَاسِعُ lagi الْعَلِيمُ".
(Al-Baqaroh: 247).
77. الْوَارِثُ (Yang Maha Mewariskan/Memberikan). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَنَحْنُ الْوَارِثُونَ﴾ [الحجر: 23]
"Dan Kami-lah الْوَارِثُ".
(Al-Hijr: 23).
78. الْأَعْلَى (Yang Maha Tinggi). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ
الْأَعْلَى﴾ [الأعلى: 1]
"Sucikanlah nama Robbmu الْأَعْلَى".
(Al-A'la: 1).
79. المُحِيطُ (Yang
Maha Meliputi). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿أَلَا إِنَّهُ بِكُلِّ
شَيْءٍ مُحِيطٌ﴾ [فصلت: 54]
"Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia adalah المُحِيطُ".
(Fushshilat: 54).
80. العَلَّامُ (Yang Maha Mengetahui). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ﴾ [التوبة: 78]
"Tidaklah mereka tahu bahwasanya Alloh mengetahui rahasia
dan bisikan mereka, dan bahwasanya Alloh-lah العَلَّامُ segala yang ghaib". (At-Taubah: 78).
81. الْمُسْتَعَانُ (Yang Maha Menolong). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَرَبُّنَا الرَّحْمَنُ
الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ﴾ [الأنبياء: 112]
"Dan Robb kami-lah الرَّحْمَنُ lagi الْمُسْتَعَانُ terhadap apa yang kalian katakan".(Al-Anbiya': 112).
82. الهَادِي (Maha Memberi Petunjuk/Hidayah). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ
الَّذِينَ آَمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ﴾ [الحج: 54]
"Dan sesungguhnya Alloh adalah الهَادِي bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus". (Al-Hajj: 54).
83. النَّاصِرُ (Yang Maha Menolong). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ
وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ﴾
[آل عمران: 150]
"Tetapi (ikutilah Alloh), Allohlah Pelindung kalian, dan
Dia adalah sebaik-baik النَّاصِرُ". (Ali Imraan: 150).
84. الْخَلَّاقُ (Yang Maha Pencipta). Alloh (تَعَالَى) berkata:
﴿إِنَّ رَبَّكَ هُوَ الْخَلَّاقُ
الْعَلِيمُ﴾ [الحجر: 86]
"Sesungguhnya Robbmu, Dia-lah الْخَلَّاقُ lagi الْعَلِيمُ".
(Al-Hijr: 86).
85. العَفُوُّ (Yang Maha Memaafkan). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَفُوًّا قَدِيرًا﴾ [النساء: 149]
"Maka Sesungguhnya Alloh adalah العَفُوُّ lagi القَدِيرُ". (An-Nisa': 149).
86. الْحَاكِمُ (Yang Maha Bijkasana). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَاتَّبِعْ مَا يُوحَى
إِلَيْكَ وَاصْبِرْ حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ﴾ [يونس: 109]
"Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah
hingga Alloh memberi keputusan dan Dia adalah الْحَاكِمُ".
(Yunus: 109).
87. الْغَنِيُّ (Yang Maha Kaya). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَرَبُّكَ الْغَنِيُّ
ذُو الرَّحْمَةِ﴾ [الأنعام: 133]
"Dan Robbmu الْغَنِيُّ lagi memiliki kasih sayang". (Al-An'am: 133).
88. الكَفِيلُ (Yang Maha Mencukupi/Menyaksikan). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ
عَلَيْكُمْ كَفِيلًا﴾ [النحل: 91]
"Dan sungguh kalian telah menjadikan Alloh atas kalian
sebagai الكَفِيلُ". (An-Nahl:
91).
Dan Al-Imam Al-Bukhoriy semoga
Alloh merahmatinya telah meriwayatkan dengan tanpa sanad pada Kitab “Al-Hawalat”,
setelah hadits (no. 2291) dan Al-Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad [yang
bersambung sampai kepada Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)] (Juz 2/Hal. 348) dari Abu Huroiroh semoga Alloh
meridhoinya dari Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bahwasanya beliau menyebutkan seseorang dari Bani Isroil:
.....قال:
وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلاً».
…..Berkata: Cukuplah bagi Alloh الكَفِيلُ".
Dan ini adalah hadits shohih.
89. الحَيِىُّ (Yang Maha Malu), 90. السِتِّيرُ (Maha
Menutupi). Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي
مِنَ الْحَقِّ﴾ [الأحزاب: 53]
"Dan Alloh tidak malu (menerangkan) yang benar". (Al-Ahzab: 53). Dan
dari Ya'la bin Umayyah, beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِىٌّ سِتِّيرٌ».
"Sesungguhnya Alloh (عَزَّ وَجَلَّ)
adalah الحَيِىُّ lagi السِتِّيرُ".
(HR. Abu Dawud (no. 4012), Ahmad (4/224) dan An-Nasiy
(406)), dan ini adalah hadits shohih.
91. الْمُسَعِّرُ (Yang Menahan), 92. الْقَابِضُ
(Yang Maha
Menggenggam), 93. الْبَاسِطُ (Yang Maha Membentangkan), 94. الرَّازِقُ (Yang Maha Memberi Rezki), dari Anas bin Malik semoga Alloh
meridhoinya, beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّى لأَرْجُو أَنْ
أَلْقَى رَبِّى وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يَطْلُبُنِى بِمَظْلَمَةٍ فِى دَمٍ وَلاَ
مَالٍ».
"Sesungguhnya Alloh adalah الْمُسَعِّرُ, الْقَابِضُ, الْبَاسِطُ, الرَّازِقُ. Dan aku berharap berjumpa dengan Robbku dan tidak seorang pun
dari kalian menuntutku tentang kezholiman penumpahan darah dan pengambilan
harta".
Ini adalah hadits shohih (HR. Abu Dawud, no. 3450, dan selainnya).
95. الْمُقَدِّمُ, 96. الْمُؤَخِّرُ, 97. القَدِيرُ, dari Abu Musa, dari Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), beliau berkata:
«.....أَنْتَ
الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ»
"Engkau الْمُقَدِّمُ, Engkau الْمُؤَخِّرُ, dan Engkau atas segala sesuatu القَدِيرُ".
(HR. Al-Bukhariy, no. 6398 dan Muslim, no. 2719).
98. السُبُّوحُ (Yang
Maha Suci), dari Aisyah semoga Alloh meridhoinya, bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«سُبُّوحٌ
قُدُّوسٌ....».
" السُبُّوحُlagi القُدُّوسُ…".
(HR. Muslim, no. 487).
99. الرِّفْقُ (Yang Maha Lemah Lembut), dari Aisyah semoga Alloh
meridhoinya, bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِى الأَمْرِ كُلِّهِ».
"Ya Aisyah, sesungguhnya Alloh adalah الرِّفْقُ, Dia mencintai kelembutan pada semua perkara…". (HR. Al-Bukhoriy, no.
6927 dan Muslim, no. 2597).
100. الطيّبُ (Yang Maha Bagus), dari Abu Huroiroh semoga Alloh
meridhoinya, beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«أيُّها
الناس إنَّ الله طيّبٌ لا يَقْبَلُ إلا طيّباً ...».
"Wahai manusia, sesungguhnya Alloh
adalah الطيّبُ, tidaklah Dia menerima kecuali yang baik-baik….". (HR. Muslim, no.
1015).
101. الْحَكَمُ (Yang Maha Adil/Bijaksana), dari Abu Syuroih Hani' bin Yazid semoga
Alloh meridhoinya, beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الْحَكَمُ وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ».
"Sesungguhnya
Alloh adalah الْحَكَمُ, dan kepadanya keputusan (hukum)….". (HR. Abu Dawud, no.
4955, An-Nasaiy, no. 5387, dan ini adalah hadits shohih.
102. الشَّافِى (Yang Maha Menyembuhkan), dari Aisyah semoga Alloh
meridhoinya, bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika sakit maka beliau berkata:
«أَذْهِبِ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ وَأَنْتَ الشَّافِى... ».
"Hilangkanlah
derita (sakit) Robb manusia, sembuhkanlah aku, Engkau الشَّافِى ….". (HR. Al-Bukhariy, no.
5675 dan Muslim, no. 2191).
103. الْمُعْطِى (Yang Maha Memberi), dari Mu'awiyyah semoga Alloh
meridhoinya, beliau berkata: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«....
وَاللَّهُ الْمُعْطِى وَأَنَا الْقَاسِم....».
"…..Alloh
الْمُعْطِى dan aku Al-Qosim". (HR. Al-Bukhariy, no. 3116 dan Muslim, no.
1037) dan ini adalah lafadz Al-Bukhoriy.
104. الوِترُ (Yang Maha Ganjil/Satu), dengan dalil hadits yang telah
disebutkan pada awal nama-nama (Alloh) ini.
105. الطَّبِيبُ (Yang Maha Menyebuhkan), dari Abu Rimtsah, beliau berkata:
Berkata Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«....اللَّهُ الطَّبِيبُ...».
"…..Alloh
adalah الطَّبِيبُ ".
(HR. Abu
Dawud, no. 4206, dan Ahmad: 4/163), dan ini adalah hadits shohih.
106. الجَمِيل (Yang Maha Indah/Bagus), dari Abdulloh bin Mas'ud semoga
Alloh meridhoinya, dari Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), beliau berkata:
«إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ
وَغَمْطُ النَّاسِ».
"Sesungguhnya
Alloh adalah الجَمِيل, Dia mencintai kebagusan". (HR. Muslim, no. 91).
107. المَنَّان (Yang Maha Memberi Kebaikan/Nikmat), dari Anas bin Malik semoga
Alloh meridhoinya, beliau berkata: Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) mendengar seseorang berkata: Ya
Alloh sesungguhnya aku memohon kepadamu bahwa bagi-Mu pujian, tidak ada
sesembahan yang berhaq disembah kecuali Engkau, tidak ada sekutu bagi-Mu, المَنَّان…. Maka Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«لَقَدْ دَعَا اللَّهَ بِاسْمِهِ الأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ
اسْتَجَابَ».
"Sungguh
benar-benar dia telah meminta kepada Alloh dengan nama-Nya الأَعْظَمِ (Yang Agung) yang jika diminta dengannya maka diberi, dan jika
memohon dengannya maka dikabulkan". (HR. Ibnu Majah, no. 3858), dan ini adalah hadits
hasan.
108. السَّيِّدُ (Yang Maha Tertinggi/Memimpin), dari Abdulloh Ibnusy-Syikhkhir,
beliau berkata: Kami berkata: Ya Rosululloh engkau sayyid kami, maka Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«السَّيِّدُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى».
" السَّيِّدُadalah Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى)". (HR. Abu Dawud, no.
4806) dan ini adalah hadits shohih.
109. الدَّيَّانُ (Yang Maha Bijkasana/Perkasa), berkata Al-Imam Al-Bukhoriy semoga
Alloh merahmatinya (dalam "Kitab Tauhid"), Bab (32) dan
disebutkan dari Jabir, dari Abdulloh bin Unais, beliau berkata: Aku mendengar Rosululloh
(صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«يحشرالله العباد فَيُنَادِيهم بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مَنْ بَعُدَ كَمَا
يَسْمَعُهُ مَنْ قَرُبَ أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الدَّيَّانُ.....».
"Alloh
mengumpulkan hamba-hamba (Nya), lalu diserulah mereka dengan seruan yang dapat
didengar oleh orang yang jauh sebagaimana seruan tersebut didengar oleh orang
dekat: Aku Al-Malik, Aku adalah الدَّيَّانُ…".
Sanad hadits ini disambung oleh Al-Imam Ahmad dalam "Musnadnya"
(3/495), dan hadits ini hasan, dan sungguh telah ditetapkan (dishohihkan) nama
ini oleh Al-Imam Ibnu Qoyyim dalam "An-Nuuniyyah"[73].
[1]
[Khuf adalah sejenis alas
kaki seperti sepatu dan kaos kaki atau yang semisalnya, adapun sandal maka dia tida
termasuk].
[2] [Adapun tentang pengertian hizbiyyah
dan ciri-ciri atau rukun-rukunnya telah kami sebutkan dalam tulisan kami "Mereka
Adalah Hizbiyyun"].
[3] [Ruwaibidhoh adalah orang
dungu atau orang fasiq kelas rendah yang berbicara tentang urusan orang banyak].
[4] [Dua dalil tersebut sebagai hujjah atas
hizbiyyin yang mereka mencetak dan menyebarkan terjemahan kitab ini, sampai
dicetak berkali-kali, yang kemudian nikmat tersebut mereka kufuri dan kemudian
mencetak buku yang mencela dan menghina penulisnya, maka semoga Alloh tidak
memberkahi mereka].
[5] [Beliau adalah salah
seorang murid senior Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin, beliau memiliki kitab
(karya tulis) dengan judul "Tuhfatul Qariy Binazhmi Rijalil Bukhariy"
dan memiliki banyak "Qasidah" (sya'r-sya'ir). Semasa hidupnya
beliau adalah termasuk salah satu pengajar Ilmu Nahwu di Markaz Darul Hadits Dammaj. Semoga Alloh
merahmatinya].
[6] [Tulisan ini kami kerjakan membutuhkan waktu
yang cukup lama, mengingat keterbatasan alat untuk mengetik tulisan ini dan
begitu pula banyaknya kesibukan di Darul Hadits mulai dari ibadah, dars
(belajar), muraja'ah (mengulang-ngulang pelajaan atau hafalan) dan aktivitas
da'wah lainnya, dan ditambah lagi dengan adanya jihad melawan para hizbiyyin
dengan lisan dan tulisan, yang kemudian ditambah lagi dengan adanya jihad yang
Ahlussunnah bersama penguasanya (pemerintah Yaman) memerangi musuh-musuh Islam
dari kalangan para Pemberontak-Teroris-Rofidhah yang termasuk seutama-utamanya
jihad di jalan Alloh, mulai dari kesibukan membantu membuat matras
(benteng/posko), khandak (parit) dan menjaga di beberapa tempat di Darul Hadits
Dammaj, namun segala puji dan syukur hanya untuk Alloh yang telah memberikan
nikmat dan memudahkan kami menjalani aktivitas dan amal ibadah kami, semoga Alloh
mencatatnya sebagai amal sholih dan semoga Alloh membalas amalan kami dengan
Jannah-Nya:
﴿يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ﴾ [آل عمران: 171]
"Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang
yang besar dari Alloh, dan bahwa Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang beriman". (Ali Imron: 171). Dan Alloh (تَعَالَى)
berkata:
﴿وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا
إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ
الْمُحْسِنِين﴾ [التوبة: 120]
"….dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh,
melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal sholih.
Sesungguhnya Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat
baik". (At-Taubah:
120). Dan Alloh (تَعَالَى)
mengisahkan tentang perkatan Nabi-Nya Yusuf (عليه السلام):
﴿قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا إِنَّهُ
مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ﴾ [يوسف: 90]
"Sesungguhnya Alloh telah melimpahkan karunia-Nya kepada
kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertaqwa dan bersabar, maka sungguh
Alloh tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik".
(Yusuf: 90)].
[7] [Berkata Al-Imam
At-Tirmidziy: Ini adalah hadits hasan shohih. Berkata Al-Imam Al-Wadi'iy semoga
Alloh merahmatinya: Ini adalah hadits shohih, yang terangkat derajatnya
dengan hadits selainnya. (Lihat "Ash-Shohihul Musnad" (Juz 1,
hal. 558)).
[9] [dan (Yunus: 10, Az-Zumar: 75,
Ghofir: 65)].
[10] Islam
adalah jalan yang lurus, dengan dalil hadits An-Nawwas bin Sam'an semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: .......الصراط الإسلام........"Jalan
Islam"…… yang diriwayatkan oleh
Al-Imam Ahmad (Juz. 3/hal. 182), dan dia adalah hadits shohih. Barang
siapa yang kokoh di jalan tersebut maka Alloh akan mengokohkannya -Insya Alloh-
ketika melewati jembatan yang dipajang di atas jahannam, dan dalilnya adalah
perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا
وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ
اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا (72)﴾ [مريم:71، 72].
"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan
mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Robbmu adalah suatu kemestian yang sudah
ditetapkan". (Maryam: 71). Dan hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ):
«......وَتُرْسَلُ الأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ
فَتَقُومَانِ جَنَبَتَىِ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالاً فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ
كَالْبَرْقِ....ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ وَشَدِّ
الرِّجَالِ تَجْرِى بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ.... حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ
الْعِبَاد... وَفِى حَافَتَىِ الصِّرَاطِ كَلاَلِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ
بِأَخْذِ مَنْ أُمِرَتْ بِهِ فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ وَمَكْدُوسٌ فِى النَّار».
"….dan diutus al-amanah dan ar-rahim keduanya tegak di
dua sisi jalan (jembatan) yang kanan dan kiri, maka akan lewat orang diantara
kalian (yang kecepatannya) seperti kilat…. Kemudian ada (yang kecepatanya)
seperti angin yang lewat…. Kemudian ada (yang kecepatannya) seperti burung yang
lewat dan ada seperti orang yang berlari kencang, yang melewati jembatan
tersebut sesuai dengan amalan mereka….. hingga melemah amal-amalan seorang
hamba…. Dan di emper-emper jembatan terdapat besi-besi yang tajam (kail)
diperintahkan untuk mengambil siapa yang diperintahkan untuk diambil, ada yang
terkena (cedera) namun selamat (melewatinya) dan ada yang terjerumus langsung
ke dalam neraka ". [(HR. Muslim, no. 195)].
Dan
diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy [dalam "Shohihnya" (no.
7439)] dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy semoga Alloh meridhoinya bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«....يُؤْتَى
بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَىْ جَهَنَّمَ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
وَمَا الْجَسْرُ قَالَ «مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ
وَكَلاَلِيبُ.... فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ وَمَكْدُوسٌ فِى نَارِ
جَهَنَّمَ».
"Didatangkan
pada al-jasru maka di pajang di antara punggung jahannam" Kami
bertanya: Wahai Rosululloh: Apa itu al-jasru? Beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) menjawab: "Tempat
yang licin yang menggelincirkan, padanya besi-besi tajam (yang bengkok/kail)….ada yang langsung
selamat (ketika melewatinya), ada yang terkena (cedera) tapi selamat
(melewatinya) dan ada yang langsung terjerumus ke dalam neraka jahannam".
[Berkata
Al-Imam Ibnu Atsir dalam "An-Nihaayah fii Ghoribil Hadits wal Atsar"
(hal. 797): المكَرْدَس adalah
orang yang dikumpulkan kedua tangan dan kedua kakinya dan didilemparkan ke
tempatnya].
[11] [Muttafaqun 'alaih adalah keterangan
tentang suatu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan Al-Imam
Muslim (dari shahabat yang sama), sebagaimana disebutkan dalam "Asy-Syarhul
Mukhatshor 'ala Bulughul Marom" (Juz 1/hal. 4)].
[13] Jin dikatakan pula sebagai manusia,
sebagaimana dalam "Shohih Al-Bukhoriy" (no. 4714), berkata
Ibnu Mas'ud semoga
Alloh meridhoinya:
Adalah manusia dari kalangan manusia beribadah kepada manusia dari kalangan
jin. Jin masuk Islam dan mereka berpegang teguh dengan agama mereka.
[21] [Ini adalah
pengertian ibadah yang paling bagus, sebagaimana yang dikemukakan oleh para
ulama', dan pengertian ini dikemukakan oleh Syaikhul Islam Abul 'Abbas Ahmad
bin Abdul Halim bin Taimiyyah semoga Alloh merahmatinya sebagaimana
dalam kitabnya "Al-'Ubudiyyah" (Juz 1/hal. 3).
[23] [Dalil-dalil tersebut adalah sebagai bantahan
terhadap orang yang berkeyakinan bahwa Alloh ada di mana-mana, atau keyakinan
lain bahwa Alloh ada di dalam hati setiap hamba. Ada suatu kisah di Darul
Hadits Dammaj ketika ada seorang penuntut ilmu dari China datang ke Dammaj
untuk menuntut ilmu, maka ketika pada pelajaran umum (antara Maghrib dan Isya')
Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin bertanya kepada saudara kita tersebut:
Dimana Alloh? Beliau pun dengan cepat menjawab: Alloh ada di hatiku , sambil
memberi isyarat ke dadanya!. Kemudian Syaikhuna dengan kelemah-lembutannya
langsung memberinya pengarahan dan mengatakan kepada salah seorang pengajar untuk
mengajari saudara kita tersebut dengan kitab "Al-Mabadi'ul Mufiidah"
ini, والحمد
لله (segala puji bagi Alloh) saudara kita tersebut kemudian faham
tentang "Aqidah Islamiyyah" yang benar].
[24] [Sunniy-Salafiy atau
disebut pula Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah orang yang beramal dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah dan berpegang teguh dengannya. (Lihat Al-Wajiz:
Juz 1/Hal. 29)].
[25] [Mereka adalah Abu Bakr As-Shiddiq, Umar Ibnul
Khoththob, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib].
[26] [yaitu suatu
ungkapan supaya benar-benar berpegang teguh dengannya (lihat "Jami'ul
'Ulum wal Hikam" (Juz 28 hal. 23)].
[27] [(no. 4609), Ibnu Majah (no. 44 dan 45), Ahmad
(no. 17606, 17608, 17609) dan At-Tirmidzi (no. 2891) beliau berkata: Hadits ini
adalah hadits hasan shohih].
﴿وَاتَّقُوا النَّارَ
الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ﴾ [آل عمران: 131].
"Dan
peliharalah diri kalian dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang
kafir". (Ali Imron: 31). Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿وَسَارِعُوا إِلَى
مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ﴾ [آل عمران: 133].
"Dan
bersegeralah kalian kepada ampunan dari Robb kalian dan kepada Surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertaqwa". (Ali Imron: 133). Ini adalah dalil bahwa Jannah
(Surga) dan Nar (Neraka) keduanya telah ada sekarang.
[32] [Berkata Al-Imam
Ibnul Qoyyim semoga Alloh merahmatinya: Ath-Thoghut sangat banyak dan
pemimpin (pentolan)nya ada 5 (lima): Iblis semoga Alloh melaknatnya,
orang yang disembah dan dia ridho, orang yang mengajak manusia untuk
menyembahnya, orang yang mengaku mengetahui ilmu ghoib, dan orang yang berhukum
dengan hukum yang bukan hukum Alloh"].
[33] [Tauhid
Ar-Rububiyyah adalah mengesakan Alloh dalam perbuatan-perbuatan-Nya. (Lihat "Ushulul
Iman": Juz 1/Hal. 15)].
[34] [Tauhid Al-Uluhiyyah
adalah mengesakan Alloh (تَعَالَى) dalam peribadahan
hamba. Tauhid ini dinamakan pula tauhid ibadah. (Lihat Al-Wajiz fii
'Aqidahis Salafish Shalih Ahlis Sunnah wal Jama'ah: Juz 1/Hal. 38)].
[35] [Tauhid Al-Asma' wash Shifat adalah
mengesakan Alloh dalam Nama-nama dan Sifat-sifat-Nya, yang Alloh tetapkan untuk
diri-Nya dan yang ditetapkan Rosul-Nya (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) untuk-Nya.
(Lihat "Ushulul Iman": Juz 1/Hal. 95)].
[36] [Semua surat
terdapat ayat (Basmalah) ini kecuali surat At-Taubah].
[37] Penamaan
tauhid dengan kebaikan adalah sesuai dengan hadits Abdulloh bin 'Amr semoga Alloh meridhoinya sanadnya bersambung sampai kepada Rosululloh
(صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) yang diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dan Ibnu Majah dan dia
adalah hadits shohih.
Dan penamaan syirik dengan kejelekan adalah pada perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿بَلَى مَنْ كَسَبَ
سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ
فِيهَا خَالِدُونَ﴾
"(Bukan
demikian) yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan dia telah diliputi oleh
dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya".
[(Al-Baqaroh: 81)]. Berkata Mujahid dan Abu Wail dan selain keduanya
–sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Jarir ketika menafsirkan ayat tersebut-: Kejekan
yang disebutkan pada ayat tersebut dia adalah syirik. Pada ayat ini adalah
penjelasan terhadap kebodohan dan kesesatan Khawarij dalam pendalilan semisal
ayat ini atas kafirnya pelaku ma'siat dari kalangan kaum muslim.
[41] Pada cetakan pertama dari tulisan ini terdapat
kesalahan ketik yang sangat fatal
tertulis “rukun Islam ada 4 (empat)…” yang seharusnya ada 5 (lima), dan kami
bersyukur dengan kesalahan tersebut dapat diketahui adanya maling yang menjiblak
terjemahan kami, sampai kami mendapati ada suatu terjemahan yang sudah dicetak
dan gaya bahasanya hampir sama dengan terjemahan kami, dan bukti terkuat yang
kami dapati pada terjemahan tersebut dikutip pula kesalahan yang ada pada
terjemahan kami “rukun Islam ada 4 (empat)” semoga Alloh tidak memberkahi si
maling tersebut .
[48] Tidak ada perbedaan dalam hukum antara orang
yang mencela Nabi kita Muhammad (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) atau mencela selainnya dari kalangan para nabi dan para rosul.
Atau mencela malaikat dari kalangan para malaikat, atau memusuhi mereka atau
memusuhi satu malaikat dari para malaikat, dan dalilnya perkataan Alloh (تَعَالَى):
﴿اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ
رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ﴾ [الحج: 75].
"Alloh
memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia”. (Al-Hajj: 75).
Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ﴾
[البقرة: 285].
"Kami tidak
membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rosul-rosul-Nya".
(Al-Baqaroh: 285).
Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ
إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ
وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ
رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136)﴾ [البقرة: 136]
.
"Katakanlah
(hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Alloh dan apa yang diturunkan
kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrohim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan
anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Robbnya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun
diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (Al-Baqaroh: 136).
Dan perkataan-Nya (تَعَالَى):
﴿مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ
وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ﴾ [البقرة: 98].
"Barang
siapa yang menjadi musuh Alloh, malaikat-malaikat-Nya, rosul-rosul-Nya, Jibril
dan Mikail, maka sesungguhnya Alloh adalah musuh orang-orang kafir". (Al-Baqaroh: 98).
[49] [Adapun pada cetakan
pertama dengan halaman yang sama (hal. 21, no. 30) penulis mengatakan hadits
tersebut adalah hasan].
[50] [Diantara keluarga Fir'aun yang beriman adalah
istrinya sendiri (Asiyah semoga
Alloh meridhoinya)
sebagaimana Alloh sebutkan kemuliannya dalam surat "At-Tahrim"
ayat ke 11 (sebelas)].
[51] [HR. At-Tirmidzi (no. 2478) dan beliau
berkata: Ini adalah hadits hasan ghorib, Ibnu Majah (no. 4408), dan Ahmad (no.
463)].
[56] Hadits
ini adalah shohih dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ), aku tidak berpendapat bahwa kritikan ini tidak sempurna,
dan telah dinukil oleh Al-Imam Muslim dalam "Tamyiis" Telah
sepakat bahwa Hammad bin Salamah adalah orang yang lebih terpercaya dari
Tsabit. Berkata Ibnu Ma'in: Barang siapa yang menyelisihi Hammad bin Salamah
dari Tsabit, maka perkataan yang diambil adalah perkataan Hammad. Dan pada
hadits tersebut pula penjelasan terhadap perkataan Alloh (عَزَّ وَجَلَّ):
﴿يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ
وُجُوهٌ﴾ [آل عمران: 106]
"Pada hari
yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam
muram". (Dua ayat dari surat Ali Imron: 106-107).
[57] Pada
ayat tersebut terdapat keutamaan surat yang agung ini, yang dia mengimbangi
sepertiga Al-Qur'an sebagaimana dalam "Shohih Al-Bukhoriy"
dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy, dalam "Shohih Muslim" dari
hadits Abu Huroiroh.
[59] Dan
sungguh telah kami sebutkan tentang nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang Indah,
yang telah Alloh mudahkan kami menyebutkannya dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an
dan As-Sunnah pada akhir kitab ini.
[63] Di
dalam hadits ini terdapat penjelasan bahwa mereka yang bertawasul kepada Alloh
dengan doanya makhluk yang paling mulia (Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ)) dan mereka tidak duduk di rumah mereka seraya berkata: Aku
memohon kepada-Mu Ya Alloh dengan kedudukan Nabi-Mu, atau dengan hak
Nabi-Mu". Kalau seandainya hal itu disyariatkan niscaya mereka (para shohabat)
akan melakukannya semasa hidup beliau ((صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)). Akan
tetapi kenyataannya tidak ada seorangpun dari mereka semasa hidup beliau dan
tidak pula setelah wafatnya beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). Umar bin
Al-Khoththob telah meminta hujan setelah
wafatnya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) dan meminta Al-Abbas untuk memohon kepada Alloh agar Alloh
merunkan hujan untuk mereka. Sebab Al-Abbas adalah orang tua yang sholih
sebagaimana di jelaskan dalam "Fathul Bariy" (Juz 3/Hal. 150).
Al-Abbas berdoa kepada Alloh. Kalau seandainya mereka bertawasul dengan
kedudukannya niscaya mereka juga akan bertawasul dengan kedudukan Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) ketika beliau masih hidup, beliau jelas lebih mulia, namun
kenyataannya mereka tidak melakukakannya.
Dan Mu'awiyah juga telah meminta
hujan dan berkata: "Ya Alloh, sesungguhnya kami meminya syafaat kepada
Engkau pada hari ini dengan Yazid bin Al-Aswad Al-Jasriy. Wahai Yazid!
Angkatlah tanganmu berdoalah kepada Alloh! Maka Yazid pun mengangkat kedua
tangannya dan orang-orang pun mengangkat tangan-tangan mereka, kemudian Alloh
pun menurunkan hujan kepada mereka. Hampir orang-orang tidak kuasa untuk
kembali ke rumah-rumah mereka. (HR. Ibnu Asyakir (65/112-113) dengan
sanad shohih. Lihat "At-Tawasul" karya Al-Allamah Al-Albaniy semoga
Alloh merahmatinya (hal. 45).
[64] [Berkata Syaikhul Islam dalam "Al-Fatawa'"
(Juz. 18/ Hal. 82): (Ilmu bathin) yang mereka dakwahkan mengandung
pengkufuran kepada Alloh, malaikat-malakat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rosul-rosul-Nya
serta hari akhir, bahkan dakwah mereka itu mencakup segala macam kekufuran,
akan tetapi masing-masing mereka memiliki tingkatan-tingkatan yang tidak sama
dalam kekufuran, karena pada mereka ada 7 (tujuh) thobaqat
(tingkatan/kelas), setiap tingkatan mengajak manusia sesuai dengan keberadaan
jauh dan dekatnya mereka dari agama. Mereka memiliki gelar-gelar dan
tingkatan-tingkatan yang diserap dari mazhab orang-orang Majusi".
[65] [Berkata Asy-Syaikh Kholil Harros semoga Alloh
merahmatinya dalam "Syarhu Al-'Aqidah Al-Wasithiyyah"
(Hal. 225): Telah terkenal bahwa Rofidhoh semoga Alloh membinasakan mereka,
mereka mencela para shohabat semoga
Alloh meridhoi mereka
dan melaknat para shohabat dan adakalanya mereka mengkafirkan para shohabat
atau mengkafirkan sebagian shohabat. Dan yang mendominasi, mereka mencela
kebanyakan shohabat dan khulafa' [Abu Bakar, Umar dan Utsman], mereka ghuluw
(melampui batas) terhadap Ali dan anak cucunya, dan mereka meyakini bahwa Ali
dan anak cucunya memiliki Uluhiyyah [makna Uluhiyyah lihat pada
pembagian tauhid ada 3 (tiga)].
[66] [Al-Jahmiyyah adalah penisbatan kepada Jahm bin Shofwan
At-Tirmidziy pencetus fitnah dan kesesatan. Mereka (Al-Jahmiyyah) melakukan
peniadaan nama-nama dan sifat-sifat Alloh, dan Jahmiyyah ini mencakup atas
semua kelompok penafian (peniadaan nama-nama dan sifat-sifat bagi Alloh), baik
dari kalangan filsafah, mu'tazilah, asy'ariyyah, dan qaromithah bathiniyyah.
(lihat "Syarhu Al-'Aqidah Al-Wasithiyyah" Hal. 219)].
[67] [Sufiy ghuluw yang ada di Indonesia sangat banyak
kelompoknya, ada dari mereka membagi Islam ada tingkatan; tingkatan ma'rifah
dan hakikah, ada pula dari mereka mengaku mewarisi ilmu laduni
dari Nabi Khidhir (عليه
السلام) atau mengaku bertemu dengannya atau mengaku sebagai muridnya,
tentu bagi orang yang berakal akan bertanya-tanya: Bagaimana mungkin bisa
belajar dengan orang sudah meninggal? Atau pertanyaan dalam bentuk
pengingkaran: Nabi Musa saja termasuk dari nabi dan rosul pilihan sudah tidak
lolos seleksi menjadi muridnya [sebagaimana dalam surat "Al-Kahfi"]
lalu bagaimana kiranya orang yang tidak pernah sholat atau orang tidak tahu
cata cara sholat yang pendusta dan penipu semacam orang-orang sufiy itu, maka
sangat dan paling mustahil dan tidak masuk akal kalau mereka diterima sebagai
murid oleh Nabi Khidhir?!].
Kami sengaja tidak menjelaskan 4
(empat) kelompok tersebut secara mendeteil, karena sudah cukup sebagai gambaran
dengan penjelasan global dari Syaikhul Islam tentang al-bathiniyyah,
yang tingkatan-tingakat mereka memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, الله أعلم(hanya
Alloh yang paling tahu).
[69] [Dalam suatu riwayat
…… setiap kali hendak wudhu. Tentang
permasalah siwak ini silahkan membaca tulisan kami "Ahkamus Siwak"
atau tulisan kami yang berbahasa Indonesia "Siwak Pembersih
Mulut yang Diridhoi Alloh"].
[70] [Sebelum perkataan tersebut beliau berkata: "Kalaulah
agama ini (di bangun di atas) akal maka lebih pantasnya untuk diusap adalah
bawah sepatu dari pada atasnya" (Lihat "Ash-Shahih Al-Musnad"
Juz. 2/Hal. 53-54, no. 967)].
[72] Hadits ini adalah penetapan tentang adanya mizan
(timbangan amalan) dan dia berat dengan kebaikan.
[73] [Selesai diterjemahkan pada hari
Ahad 15/Rabiul Awwal/1431 H. selepas zhuhur di Asrama Penuntut Ilmu Darul
Hadits Dammaj-Sho'dah-Yaman, والحمد لله )segala puji bagi Alloh).
﴿إِنَّ الَّذِينَ
آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9) دَعْوَاهُمْ فِيهَا
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10)﴾ [يونس/9، 10]
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal sholeh, mereka diberi petunjuk oleh Robb mereka karena keimanannya,
di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam Jannah yang penuh kenikmatan.
Do'a mereka di dalamnya Ialah: "Maha Suci Engkau Ya Alloh", dan salam
penghormatan mereka adalah: "Salam". dan penutup doa mereka adalah:
"Segala puji bagi Alloh Robb semesata alam". (Yunus: 9-10)].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar