KATA PENGANTAR
بسم الله
الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي
أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا وأشهد أن لا
إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى
الله عليه وعلى آله وسلم تسليما مزيدا.
أما بعد:
Tulisan ini merupakan kumpulan dari data-data yang berkaitan dengan saudara
kami Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangiy –semoga Alloh merohmatinya-ketika beliau di Dammaj-Yaman, disertai dengan bantahan beliau –semoga Alloh merohmatinya- terhadap Dzulqornain bin Muhammad Sanusi Al-Makassariy yang menyalah gunakan kaidah syar’iyyah yang
kami beri judul “BINGKISAN BUAT PENCARI KEBENARAN, Berisikan: Biografi Abu
Kholifah Ketika Di
Yaman Beserta Bantahan Terhadap Kaedah Dzul Qornain”.
Kami memohon kepada Alloh Ta’ala semoga apa yang kami susun ini
ikhlas semata-mata karena Alloh Ta’ala, dan kami memohon pula semoga Alloh
Ta’ala menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami, kedua orang tua
kami, kepada Abu Kholifah dan kedua orang tuanya dan siapa saja yang mencari
kebenaran.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله
وصحبه وسلم
والحمد لله رب العالمين.
Ditulis oleh: Abu Ahmad Muhammad
bin Salim Al-Limboriy –semoga Alloh mengampuni dosa-dosanya- di
Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj-Sho’dah-Yaman pada hari Ahad 28 Shofar 1433 Hijriyyah.
BAB 1
MENENAL
LEBIH DEKAT ABU KHOLIFAH
1.1 Awal Kami Berjumpa
Dengan Abu Kholifah
Al-Lumajangiy –Semoga
Alloh Merohmatinya-.
Ketika kami baru datang di Dammaj
pada awal bulan Romadhon 1429 Hijriyyah kami mempersaksikan ke kawan-kawan kami di Dammaj bahwa Luqman
Ba’abduh dan Muhammad Afifudin mencela Syaikhuna Yahya –semoga Alloh
menjaganya-, maka persaksian kami tersebut tersebar di tengah-tengah Luqmaniyyin
(para pembela dan jaringan Luqman Ba’abduh), kemudian Abu Kholifah –semoga
Alloh merohmatinya- mendatangi kami tepatnya di samping pintu masjid
Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj, beliau memotivasi kami sambil berkata: “Kalau
orang-orang Luqman (jaringan Abu Abayah) datang kepadamu dan menakut-nakutimu
maka jangan takut!”, setelah itu beliau mengajak kami ke toko dan membelikan
kami minuman, kemudian kami duduk di pinggir toko, sambil minum beliau
menjelaskan kepada kami tentang sifat-sifat Syaikhuna Yahya –semoga Alloh
menjaganya-, dengan penjelasannya tersebut membuat kami semakin bertambah
cinta kepada Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-, dan kami berdoa
semoga kami bisa duduk lama di majelis beliau dalam menimba ilmu, sungguh bagus
apa yang dikatakan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada
seorang shohabatnya dari kalangan Arob badui:
«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».
“Kamu bersama
orang yang kamu cintai”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim dari Anas bin Malik.
1.2 Kesabarannya Terhadap Gangguan Para Penjahat.
Beliau –semoga
Alloh merohmatinya- telah mengalami banyak gangguan para penjahat, baik
dari kalangan hizbiyyin atau pun yang mirip dengan mereka, pernah salah seorang
preman hizby yang dikenal dengan Abu Sahl Al-Jawiy, yang sangat fanatik dan
sangat keras pembelaaannya terhadap tokoh-tokoh hizbiyyah semisal mantan wakil
panglima LJ (laskar jihad) Luqman bin Muhammad Ba’abduh. Ketika Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya-
berbicara tentang Luqman Ba’abduh maka preman hizbiy tersebut langsung mendatanginya, lalu memukul wajahnya hingga bengkak. Pemukulan seperti
ini bukan suatu tindakan yang baru di kalangan hizbiyyin namun dia termasuk
perkara yang terwariskan (kebiasaan) dari sebelumnya; ketika mereka menamakan
diri-diri mereka dengan LJ (laskar jihad).
Setelah Abu Kholifah
–semoga Alloh merohmatinya- dizhalimi seperti itu, maka para hizbiyyun
dari Luqmaniyyin bergembira dengan kejahatan kawannya tersebut, diantara mereka
adalah Alimudin alias Abu Mahfudz Ali bin Adam dengan penuh kebanggaan
menyebutkan kejahatan kawannya tersebut sebagaimana dalam tulisan “Tirai
Kusut”nya sebagai ejekan dan olok-olokan kepada Abu Kholifah –semoga Alloh
merahmatinya-[1].
Apa yang
dilakukan oleh Alimudin tersebut sama dengan perlakuan Luqman Ba’abduh kepada
Abu Salafiy Ghufron Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- ketika sebagian pasukan
siluman Luqman Ba’abduh (LJ) beramai-ramai memukul Abu Salafiy Ghufron Al-Jawy
–semoga Alloh menjaganya- hingga kemudian dimasukan di klinik LJ Kebun
Cengkeh Ambon maka tiba-tiba Luqman Ba’abduh yang merasa diri sebagai pembesar
(semisal wakil presiden tersebut) datang ke klinik LJ-nya (bukan dalam rangka
menjenguk tapi datang mengejek) sambil berkata: “Biar tahu rasa”, maka
merupakan keanehan kalau kemudian wakil panglima LJ tersebut tiba-tiba muncul
dengan berpura-pura menanggalkan topeng silumannya, yang sok berjiwa pahlawan
dengan menulis buku “Mereka Adalah Teroris” padahal dia sendiri gembong teroris
nasional namun berupaya menutupi diri.
Dia dan
kawan-kawannya mungkin mengira bahwa dengan cara seperti yang mereka lakukan
itu akan menyelamatkan mereka di dunia ini dan di akhirat kelak, padahal tidak
demikian!, bahkan dengan perbuatan mereka itu akan membinasakan diri-diri
mereka –dengan izin Alloh-, Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ} [فاطر:
43]
“Dan rencana (makar) yang jahat itu
tidak akan menimpa melainkan orang yang merencanakannya sendiri”. (Fathir:
43).
1.3 Beliau –Semoga Alloh Mengampuniya- Tidak mutasyaddid (Keras) Dan Tidak Pula Mumayyi’ (Melembek).
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- dalam menyikapi
jaringan dan pembela Luqman Ba’abduh sesuai pada tempatnya, bila beliau –semoga
Alloh merohmatinya- melihat para pembela dan orang yang fanatik dengan
Luqman Ba’abduh semisal Abu Abayah (Buton), Kholil (Buton), Alimudin
(Sumatra), Rifa’i (Jawa), Faruq (Jawa), Haris (Aceh), Muhammad Ihsan (Jawa),
Ridho (Jakarta), Mahmud (asal Doli kemudian pindah ke Krian-Surabaya) dan
komplotannya maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- bersikap tegas
dengan cara meng-hajr (tidak duduk dan tidak pula mengajar bicara
mereka) karena mereka membela orang-orang zholim dan pelaku dosa semisal Luqman
Ba’abduh dan jaringannya, Alloh Ta’ala berkata:
{َلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ} [هود:
113]
“Dan janganlah kalian cenderung
kepada orang-orang yang zholim yang menyebabkan kalian disentuh oleh api neraka,
dan sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain dari Alloh,
kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan”. (Huud:
113).
Namun bila beliau melihat
orang-orang yang jadi korban penipuan, yang mereka tidak tahu apa-apa maka
beliau melakukan pendekatan sebagaimana ketika Abdulloh Pingrang –semoga Alloh menjaganya- dan kawan-kawan; ketika datang di Dammaj maka mereka sempat
terpengaruh dengan Ridho Al-Jawiy, –dengan
pertolongan Alloh- tidak lama kemudian Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya-
menjalin persahabatan dengan Abdulloh Pingrang –semoga Alloh menjaganya- dan Alhamdulillah
Allah menyelamatkannya dari fitnah hizbiyyah sehingga dia tidak termasuk
seperti kawan-kawannya yang terpengaruh dengan Ridho Al-Jawy semisal Ibrohim
Gas, Afif Gresik, Abu Sa’id Yahya Al-Maidany, Anwar Pincang dan Dzul Kifli Kaca
Mata serta komplotannya.
1.4
Menolong Orang Yang
Terzholimi.
Ketika beliau –semoga Alloh merohmatinya-
menyaksikan kezholiman Abu Abayah yang mencari keuntungan dari orang-orang yang
baru datang di Dammaj maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- mencegah
perbuatan Abu Abayah dan beliau –semoga Alloh merohmatinya- bangkit
mencari solusi penyambutan orang-orang yang mau datang ke Dammaj (permasalahan ini telah
kami sebutkan dalam tulisan “NASEHAT Untuk MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”),
apa yang beliau -semoga Alloh merohmatinya- lakukan adalah bentuk
dari pengamalan terhadap perkataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan At-Tirmidziy dari Anas bin
Malik –semoga Alloh meridhoinya- bahwa
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«انصر
أخاك ظالما أو مظلوما»
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zholim
dan yang dizholimi”. Maka seseorang berkata:
"يا رسول الله أنصره إذا كان مظلوما أفرأيت إذا كان ظالما كيف
أنصره؟".
“Wahai
Rosululloh! Aku menolongnya jika dia itu terzholimi lalu jika dia itu zholim
maka bagaimana saya menolongnya?” Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
berkata:
«تحجزه
أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره».
“Kamu
mencegah atau melarangnya dari perbuatan zholim (dengan itu) maka sesungguhnya
kamu telah menolongnya”.
1.5
Semangat Dalam Tolong Menolong Di Atas Kebaikan.
Bila ada kerja bakti giliran
orang-orang Indonesia maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- adalah
termasuk dari orang-orang yang paling terdepan, lebih-lebih kalau kerja bakti
tersebut di waktu-waktu jihad,
maka
sungguh beliau benar-benar bersemangat, sungguh bagus apa yang dikatakan oleh
kawan kami Ahmad Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya-: “Kapan lagi kita akan mendapatkan
kesempatan beramal seperti ini”[2].
Apa yang beliau lakukan itu adalah sebagai bentuk pengamalan dari perkataan Alloh
Ta’ala:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا
عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ} [المائدة: 2]
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh, sesungguhnya Alloh sangat berat siksaan-Nya”. (Al-Maidah: 2).
Ketika
ada kawan-kawan dekatnya sakit maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- yang
merawatnya, diantara kawan-kawannya tersebut adalah Abu Hudzaifah Adam Al-Jakartiy –semoga Alloh merohmatinya-, ketika
Abu Hudzaifah Adam Al-Jakartiy –semoga Alloh merohmatinya- sudah
sakit berat dan mau balik ke Indonesia maka beliau –semoga Alloh merohmatinya-
bertanya kepadanya: “Kalau kamu meninggal maka bagaimana dengan kitab-kitabmu?”
maka Abu Hudzaifah Adam Al-Jakartiy –semoga Alloh merohmatinya- menjawab:
“Bagi-bagikan ke kawan-kawan!”. Dari pembagian tersebut kami diberi sebuah
kitab yang berjudul “Syarhu ’Ilal At-Tirmidziy” karya Al-Imam Ibnu Rojab
–semoga Alloh merohmatinya- dan Alhamdulillah kitab tersebut
telah kami pelajari bersama Asy-Syaikh Abdu Abdil 'Aziz Turki Al-Abdaniy –semoga
Alloh menjaganya-.
1.6
Semangatnya Dalam Berda'wah Kepada Kebenaran.
Beliau –semoga
Alloh merohmatinya- bersama
kawan-kawan ikut berandil dalam menterjemahkan makalah-makalah yang berbahasa
Arob, diantara terjemahannya adalah:
ü “Yayasan Tanpa Barokah” karya
Abul Husain Muhammad Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- yang
diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau –semoga Alloh
merohmatinya-.
ü “Penjelasan Ringkas tentang
Hizbiyyahnya Abdurrohman Al-‘Adniy” yang ditulis oleh sejumlah Masyayikh
dan para da’i, yang kemudian diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya
adalah beliau –semoga Alloh merohmatinya-.
ü Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
yang menterjemahkan celaan Luqman bin Muhammad Ba’abduh atas Syaikhuna Yahya –semoga
Alloh menjaganya-, diterjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Arob.
1.7 Semangat Dalam Jaga dan Jihad.
Pada awal Syi’ah-Rofidhoh bergerak
memerangi Ahlussunnah yang ada di Dammaj maka beliau –semoga Alloh merohmatinya-
bergegas menyambut seruan jihad, beliau –semoga Alloh merohmatinya-
menyibukkan diri dengan jaga di gunung Thullab. Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
mengatur kawan-kawan yang mau jaga di gunung Thullab, beliau –semoga Alloh
merohmatinya- sangat tidak suka bila memperlakukan kawan-kawan yang jaga
sebagaimana perlakuan kemeliteran atau seperti perlakuan LJ (demikian beliau
kemukakan kepada kami).
Pada pertengahan tahun 1432 Hijriyyah
Asy-Syaikh Mu’awwidz -semoga Alloh menjaganya-[3] meminta
beliau dan kawan-kawan untuk jaga di gunung Barroqoh. Dan pada waktu itu di
gunung Barroqoh sudah ada pula orang-orang Indonesia yang memiliki jadwal
rutin; setiap pekan sekali untuk jaga rasyasy (senjata kaki tiga) yang
dikoordinasi oleh Abu Umamah Nasr Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya-,
kemudian Abu Kholifah –semoga merohmatinya-
terus aktif jaga di rasyasy bersama kawan-kawan.
Ketika sudah banyak kawan-kawan yang
berkeinginan untuk jaga di Barroqoh dan meninggalkan jaga di matras Indonesia
(depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy) maka Abu Kholifah –semoga Alloh
merohmatinya- datang ke kami dan meminta kami untuk membatasi orang yang
mau jaga di Barroqoh maka kami katakan kepadanya: “Tidak mengapa kawan-kawan
banyak yang jaga di Barroqoh, kami persilahkan bagi yang mau jaga di Barroqoh
karena kita bukan sistem
kemeliteran atau kelaskaran seperti LJ, yang mau jaga di matras Asy-Syaikh
Ahmad boleh, yang mau jaga di Barroqoh juga boleh”.
Di awal Dzulhijjah pada malam
hari kami dan Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- serta beberapa
kawan semuanya asal Indonesia jaga di matras Hadb (‘Uzzab) tiba-tiba
Syi’ah-Rofidhoh menembak ke arah matras dan peluru melewati atas kepala kami semua maka Abu Kholifah
–semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Kalau orang yang suka mengumpulkan
berita tahu bahwa kita ditembak seperti ini mungkin langsung disebarkan ke
internet”.
Apa yang beliau –semoga Alloh merohmatinya-
katakan tersebut sebagai bentuk pengingkaran (ketidak setujuan) terhadap para
pemberi berita, karena para pemberi berita setiap yang mereka dengarkan maka
langsung disebarkan, padahal beberapa berita terkadang datangnya dari orang
yang tidak jelas indentitasnya, apakah dia Sunniy ataukah Syi’ah? Dan juga
tidak jelas apakah dia tsiqah (terpercaya) ataukah kadzdzab
(pendusta)? Maka pemberitaan seperti ini tidak perlu karena keumuman dari
perkataan Alloh Ta’ala:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا
فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]
“Wahai orang-orang yang beriman,
jika datang kepada kalian orang fasiq (pembuat dosa) membawa suatu berita maka
periksalah dengan teliti supaya kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas
perbuatan kalian itu”. (Al-Hujarot: 6).
Walaupun orang yang mendapatkan
berita tersebut adalah yang dianggap tsiqah (terpercaya) atau shaduq (jujur)
namun karena dia mengambil beritanya dari orang yang tidak jelas indentitasnya
maka sebaiknya pemberitaan seperti ditinggalkan.
Kita semua dan bahkan orang-orang telah
mengakui bahwa setiap peperangan antara Syi’ah-Rofidhoh melawan Ahlussunnah di
Dammaj selalu Syi’ah-Rofidhoh diatas kekalahan dan korban mereka banyak –hanya
Alloh yang tahu berapa jumlahnya-, adapun bila merinci satu mati, dua luka,
tiga hilang, empat kepalanya dipenggal burung-burung atau yang semisal itu maka
pemberitaan seperti ini sebaiknya ditinggalkan, berbeda halnya dengan
menyaksikan sendiri atau kawan-kawan yang menyaksikannya seperti pada tragedi
satu Muharrom bahwa banyak dari kalangan Syi’ah-Rofidhoh mati dan keesokan
harinya anjing-anjing menyantap bangkai-bangkai mereka maka hal seperti tidak
mengapa untuk dikisahkan karena sesuai kenyataan yang ada, Wallohu A’lam wa
Ahkam.
Begitu sebaliknya pemberitaan “kalau
Syi’ah-Rofidhoh terus mengepung Ahlussunnah yang ada di Dammaj maka thullab dan
masyarakat akan menggempur mereka, thullab dan masyarakat akan melakukan
penggempuran besar-besaran” maka pemberitaan seperti ini perlu pula untuk tidak
disebarkan, berbeda halnya kalau memang yang mau menggempur itu sudah yakin
dengan seyakin-yakinnya kekuatan ada padanya sebagaimana yang ada pada Nabiulloh
Sulaiman ‘Alaihis Salam yang Alloh Ta’ala kisahkan:
{ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ
بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ
صَاغِرُونَ} [النمل : 37]
“Kembalilah
kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang
mereka tidak kuasa melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri
itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina
dina". (An-Naml:
37).
1.8 Ikut Serta Pada Tragedi Muharrom 1433 Hijriyyah.
Setelah sholat maghrib pada tanggal 2 Muharrom 1433 Hijriyyah beliau bersama beberapa kawan-kawan lari
naik ke gunung Barroqoh, beliau dan
kawan-kawan yang naik setelah sholat Maghrib dalam keadaan serangan Syi’ah-Rofidhoh dengan tank, mortir, basoka dan senjata berat lainnya
masih terus dilakukan (lihat tulisan “Seram, Serangan Satu Muharrom...”), pada
malam tersebut beliau melewati kami di matras maka kami bertanya kepadanya:
“Tanggal berapa sekarang?” Beliau terdiam, maka kami menunjuk ke bulan sabit
sambil kami
berkata: “Itu bulan sabit! bukankah
sekarang tanggal 2 Muharrom 1433 Hijriyyah maka beliau menjawab: “Iya, sekarang tanggal dua, karena tidak mungkin tanggal satu karena
bulannya sudah tinggi seperti itu”.
Setelah
Syi’ah-Rofidhoh merasa sudah
menang dan mereka mengira bahwa Ahlussunnah yang berada di matras-matras gunung Barroqoh sudah pada mati mereka pun maju dengan berteriak: “Maut
lil Amrika, maut
lil Isroil, maut lil Wahhabiy[4]....” maka
Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- dan
yang jaga di matras-matras menembaki mereka, Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- membalas
teriakan mereka dengan teriakan: “Allohu Akbar! Maut lil Khutsiyyin, maut lir Rowofidh”.
Setelah turun
hujan gerimis dan keadaan semakin tenang maka kami bertanya kepada beliau –semoga
Alloh merohmatinya-:
“Apakah kamu mau tetap di Barroqoh ataukah mau membantu kami mengantar Abdul Hadi yang
sedang luka parah ini?” beliau menjawab: “Saya tetap di Barroqoh”. (Lihat kisahnya dalam “Seram, Serangan Satu Muharrom...”).
1.9 Tragedi 12 Muharrom 1433 Hijriyyah.
Beliau –semoga
Alloh merohmatinya- tidak
sempat ikut dalam penyerangan pada tanggal 12 Muharrom 1433 Hijriyyah dikarenakan penyerangan tersebut
dirahasiakan dan hanya orang-orang tertentu yang tahu. Menjelang maghrib Abu
Umamah Nashr Al-Jawiy –semoga
Alloh
mejaganya- memberitahu kami dan Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- bahwa
akan ada lagi penyerangan susulan, bagi yang mau ikut langsung ke masjid
Zawaid, maka kami bertiga langsung berangkat ke masjid Zawaid untuk mendaftar ke
Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiriy –semoga Alloh menjaganya-,
setelah selesai sholat maghrib
kami berkumpul di depan masjid Zawaid dan bersiap-siap untuk naik ke gunung
Barroqoh maka Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya-
berkata: “Kalau aku mati tolong kalian hubungi kelurgaku”, namun penyerangan susulan
tersebut dibatalkan. (lihat tulisan “MENGENANG KISAH ADAM YANG INDAH dalam
MEMERANGI SYI’AH-ROFIDHOH”).
1.10 Menjelang Kematiannya.
Sehari sebelum kematiannya, beliau –semoga Alloh merohmatinya- berkata
kepada kami: “Besok saya pinjam senjatamu karena saya mau naik ke gunung Barroqoh”, pada besok harinya antara waktu ashar dan maghrib
kami sedang membacakan kitab “Shohihul Bukhoriy” kepada
adik-adik asal Ambon dan asal Malaysia, lalu tiba-tiba datanglah beliau –semoga
Alloh merohmatinya- dengan
muka yang berseri-seri, maka kami meminjamkan senjata kepadanya, beliaupun
langsung naik ke gunung Barroqoh.
Pada malam harinya, beliau –semoga
Alloh merohmatinya- terkena
tembakan dari penembak jitu Syi’ah-Rofidhoh, tembakan mengenai perutnya, dua hari setelah kejadian
tersebut beliau meninggal dunia dalam keadaan tenang dan mukanya tampak berseri-seri.
Ketika Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya- melihat
jenazahnya (sebelum dikafani) maka Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya-
berkata: “Alhamdulillah beliau ini mati dalam keadaan tenang seperti orang
tidur”.
BAB 2
BANTAHAN
KAEDAH DZUL QORNAIN
Berkata Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangiy –semoga Alloh merohmatinya-:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله حمدا كثيرا مباركا فيه كما يحب رنا ويرضاه القائل: {وَأَنَّ هَـذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}.
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله صلى الله عليه وسلم.
أما بعد:
Setelah diperdengarkan
kepadaku fatwa Daeng kita Dzul Qornain ini tentang pembolehan nonton televisi dengan berdalilkan fatwa ‘Ubaid Al-Jabiriy yang
dibangun atas kaedah:
"ارتكاب أخف الضررين"
“Memilih paling ringannya (dari) dua madhorat” maka aku luangkan sedikit waktu untuk menulis
nasihat ini, bahwa dia telah salah dalam memahami kaedah dan memakai tidak pada
tempatnya.
ASAL KAEDAH:
Al-Imam Ibnu Rojab -semoga Alloh merahmatinya- menyebutkan pada kitabnya “Taqrir Al-Qowa’id” kaidah ke 112, yang
bunyinya:
"اذا
اجتمع للمضطر محرمان كل منهما لا يباح بدون الضرورة وجب تقديم أخفهما مفسدة أقلهما
ضررا".
“Jika dibebankan kepada al-mudhtar (orang yang terpaksa) dua perkara yang keduanya tersebut memang tidak
diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurot, maka wajib untuk memilih yang paling ringan
mafsadah (kerusakan)nya atau paling kecil madhorotnya”.
Cara memahami kaidah:
Ini adalah kaidah yang agung, yang faidahnya sangat besar, akan tetapi banyak orang yang salah dalam
memahaminya. Untuk bisa memahami dengan benar maka kita perlu tahu tentang:
ü Kapan seseorang
boleh mengatakan: “Ini adalah darurot bagi saya”.
Pernah suatu kali Asy-Syaikh
Muqbil –semoga Alloh merohmatinya- bertanya kepada murid-muridnya: “Apakah batasan suatu itu
darurot?” Maka ada yang menjawab: Jika tidak dengan sesuatu itu maka akan membawa kepada
kecelakaan dan kebinasaan. Kemudian ada yang menambahkan: Adapun menurut orang-orang di zaman ini, darurat adalah sesuatu yang
mendatangkan keuntungan bagi mereka, maka Asy-Syaikh Muqbil –semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Alangkah bagusnya
perkataan ini, di dalamnya terdapat bantahan terhadap para hizbiyyin dan para
ahlul bid’ah yang menganggap segala sesuatu yang menguntungkan bagi mereka adalah sesuatu yg darurot.
[selesai penukilan dengan sedikit perubahan dari kitab “Fawa’id Al-Imam Al-Wadi’y”].
Dan beliau –semoga Alloh merohmatinya- juga berkata dalam kitabnya “Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah”:
"حد الضرورة هنا: أن تتعطل بترك التصوير مصالحك
التي هي واجبة عليك".
“Batasan
darurot (gambar) di sini adalah tidak bisa dicapainya
kemaslahatan yang wajib bagimu kecuali dengan gambar tersebut”.
Maka kita tanyakan kepada
Daeng kita Dzul Qornain: apakah seseorang akan mati jika tidak nonton televisi??!! Atau hilang akalnya??!!.
Jika dia masih berakal sehat
tentu dia akan menjawab: Tidak akan mati.
Dan kewajiban apakah yg tidak
bisa terlaksana kecuali dengan nonton televisi???.
Dampak Dari Penyalah Gunaan Kaedah:
Jika kaidah (tersebut) di salah gunakan maka akan terjadi kerusakan yang
besar di dunia ini, akan terbuka pintu-pintu kejelekan, dan orang akan
mengatakan:
·
Bolehnya Onani daripada berzina.
·
Bolehnya mendengar nasyid daripada mendengarkan musik.
·
Bolehnya tasawul (minta-minta) daripada merampok.
·
Bolehnya mengamen daripada
mencuri.
·
Bolehnya belajar ke Sururiy daripada ke Shufiy dan
seterusnya.
Sedikit-sedikit orang akan
beralasan bahwa sesuatu itu darurot padahal pada hakikatnya tidak.
ü Bagaimana sikap
kita terhadap larangan-larangan Alloh (Ta’ala) dan Rosul-Nya -Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam??.
«وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَدَعُوهُ .«
“Jika
aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah” [Diriwayatkan oleh Muslim (no.1337) dari Abu
Huroiroah].
"قال النووي على هذا الحديث: هوعلى إطلاقه".
Berkata An-Nawawiy –semoga Alloh merohmatinya- atas hadits ini: “Dia secara mutlak (meninggalkan semua larangannya)”.
"قال الشوكاني
على هذا الحديث في "إرشاد الفحول" (ج 1/ ص 282): فأفاد وجوب
إجتناب المنهي عنه... ودع عنك ما رواغوا به من الرأي".
Berkata Asy-Syaukaniy –semoga Alloh merohmatinya- dalam “Irsyadul Fukhul” (Juz 1/hal. 282): “Maka diambil faedah darinya adalah wajibnya menjauhi sesuatu larangan.... maka tinggalkan darimu akal-akalan mereka yang muncul dari
pikiran-pikiran mereka.”
"مَا
نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ"
“Dan apa yang aku larang kalian darinya
maka tinggalkanlah”. [Muttafaqun ‘Alaih dari Abu
Hurairah].
"قال الشيخ ابن
عثيمين في شرح الأربعين: اجتنبوه كله ولا تفعلوا منه شيئا".
Berkata Asy-Syaikh Ibnu
‘Utsaimin di dalam “Syarhul Arba’in”: “Tinggalkanlah larangan
tersebut secara keseluruhan dan jangan kalian lakukan walau sedikit pun”.
Kemudian kita
tanyakan kepada Daeng kita: Mau kamu kemanakan perkataan-perkataan Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam- tersebut?
"عَنْ أَبِى طَلْحَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله
عليه وسلم- قَالَ: «لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلاَ
صُورَةٌ".
Dari Abu Tholhah dari Nabi –Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam beliau berkata: “Sesungguhnya
Malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah
yang di dalamnya terdapat
anjing dan gambar
(bernyawa)”. [Muttafaqun ‘Alaih].
"عَنْ أَبِى الْهَيَّاجِ الأَسَدِىِّ قَالَ قَالَ
لِى عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ: أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالاً إِلاَّ
طَمَسْتَهُ".
Dari Abil Hayyaj Al-Asadiy,
beliau berkata: Berkata kepadaku ‘Ali
bin Abi Tholib: “Ketahuilah aku akan mengutusmu atas apa yang pernah Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku agar kamu tidak membiarkan sebuah gambar kecuali kamu menghilangkannya.” [Diriwayatkan oleh Muslim].
"عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
الْمُصَوِّرُونَ".
Dari Abdulloh bin Mas’ud, beliau berkata: Berkata Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam: “Sesungguhnya
manusia yang paling pedih adzabnya pada hari
kiamat adalah orang-orang yang membuat gambar”.
Jika dia menjawab: kita tidak
menggambar, kita hanya sekedar menonton gambar. Maka kita katakan: apakah
gambar itu merupakan suatu kemungkaran atau tidak? Jika dia masih berakal sehat, maka dia tentu akan menjawab: "Iya, itu kemungkaran".
Terus bagaimana sikap yang
benar jika seseorang melihat kemungkaran ?!! Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
»مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ
فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ«.
“Barangsiapa
yang melihat kemungkaran, maka ingkarilah dengan tangannya, jikalau dia tidak
mampu maka dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu maka dengan hatinya, yang
demikian tersebut adalah selemah-lemah iman”. [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sa’id].
Dan dari Ibnu Mas’ud
setelah menyebutkan perkataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: “Yang
demikian tersebut selemah-lemah iman.”:
"وليس وراء ذلك من الإيمان حبة خردل".
“Maka
tidak ada iman setelah itu, walaupun hanya sebiji khordal (biji kecil).”
Dan Alloh Ta’ala
berkata:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}
[الفرقان: 72]
“Dan jika mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah maka mereka
lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Al-Furqan: 72).
Kamu bukannya mengingkari
kemungkaran malah kamu menyuruh orang untuk ikut melihat kemungkaran??!!.
Kapan kaedah ini diterapkan?:
Asy-Syaikh As-Sa’diy –semoga
Alloh merohmatinya- menyebutkan dalam “Qowa’id fiqhiyyah”
ketika menjelaskan kaedah: “Jika seseorang terpaksa untuk melakukan suatu
mafsadah, maka wajib baginya untuk mengambil yang paling ringannya dari
mafsadah-mafsadah tersebut.”
"قال السعدي: فإن كانت احدى المفسدتين حرما والأخرى
مكروها قدم المكروه على الحرام، ويقدم الأكل المشتبه على الحرام الخالص".
“Maka jika salah satu dari dua mafasadah
tersebut harom dan yang lain makruh, maka di ambil yang makruh, dan demikian juga didahulukan untuk mengambil
yang diharomkan (karena sebab) keserupaan daripada sesuatu yang di haromkan
secara asal.”
Kita paparkan beberapa contoh
untuk memahaminya:
(1) Seseorang dalam
keadaan kehausan yang sangat, jika tidak minum bisa mati, kemudian datang
seseorang memberikan kepadanya air dengan syarat harus di minum dalam keadaan
berdiri, maka boleh bagi dia untuk minum berdiri, yang hukumnya makruh. Jika
tidak meminumnya, maka dia berarti membunuh dirinya, dan ini harom baginya,
berdasarkan perkataan Alloh Ta’ala:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا
أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ
تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ
رَحِيمًا} [النساء : 29]
“Wahai orang-orang yang beriman
janganlah kalian saling memakan harta diantara kalian dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian.
Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian; sesungguhnya Alloh adalah Ar-Rohim
(Maha Penyayang) kepada kalian”. (An-Nisa’: 29).
(2) Seseorang kelaparan
di hutan tidak mendapatkan makanan kecuali bangkai ayam hutan dan babi, maka
yang wajib baginya adalah memakan bangkai ayam hutan, karena asalnya halal.
Adapun keharomannya adalah dikarenakan tidak disembelih dengan nama Alloh
sedangkan babi disembelih maupun tidak disembelih asalnya adalah harom.
Nasehat buat Dzul Qornain:
Alloh
Ta’ala berkata:
{وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ
أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا} [النساء:
107]
“Dan janganlah kamu berdebat (untuk
membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Alloh tidak
menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa”. (An-Nisa’:
107).
Dan
Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا
فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ
لَا تُنْصَرُونَ} [هود: 113]
“Dan janganlah kalian cenderung kepada
orang-orang yang zholim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan
sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolongpun selain dari Alloh,
kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan”. (Huud: 113).
Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ
فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [الحشر : 19]
“Dan janganlah kalian seperti
orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada
mereka sendiri, mereka itulah adalah orang-orang yang fasiq”. (Al-Hasyr:
19).
Wahai Dzul Qornain! tidaklah ketergelinciran
ini menimpamu melainkan karena disebabkan sikap condongmu kepada hizbiy
‘Abdurrohman, Alloh Ta’ala berkata:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا
مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ} [الرعد : 11]
“Sesungguhnya Alloh tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,
dan apabila Alloh menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum maka tidak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
(Ar-Ra’d: 11).
Dan Alloh Ta’ala:
{وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ
مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ
قُلُوبَهُمْ} [المائدة : 41]
“Barangsiapa
yang Alloh menghendaki kesesatan baginya maka sekali-kali kamu tidak akan mampu
menolak sesuatupun (yang datang) dari Alloh. Mereka itu adalah orang-orang yang
Alloh tidak hendak mensucikan hati mereka”. (Al-Maidah: 41).
Wahai Dzul Qornain! muroja’ah
lagilah dars-dars (pelajaran pelajaran)mu yang pernah kamu dapatkan di
Dammaj !!!, sudah belajar di Dammaj ‘ilmu yang murni, ternyata ujung-ujungnya
kamu mengambil fatwa ngawurnya ‘Ubaid Al-Jabiriy!!!.
Wahai Dzul Qornain!
kembalilah kepada al-haq sesungguhnya perkara ini bukanlah dengan adanya
kekuatan bagi personel atau bukan pula karena adanya pembesar-pembesar (masyayikh)
akan tetapi kembali kepada dalil-dalil; Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, Alloh
Ta’ala berkata:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى
اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
“Jika kalian berselisih pendapat
tentang suatu perkara maka kembalikanlah perkara tersebut kepada Alloh (Al-Quran)
dan Rosul (As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari akhir
(kiamat) yang demikian itu lebih baik (bagi kalian) dan lebih bagus akibatnya”.
(An-Nisa’: 59).
Wahai Dzul Qornain! perkara
ini tidak hanya mengandalkan kecerdasan seseorang saja, akan tetapi cocok atau
tidaknya kecerdasan tersebut dengan
kebenaran, Alloh Ta’ala berkata:
{سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ}
[الأنعام: 124]
“Orang-orang yang berdosa, nanti akan
ditimpa kehinaan di sisi Alloh”. (Al-An’am: 124).
"عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلَّةُ
وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمِِِِْ".
“Dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata: Rosullulloh
–Shollallohu ‘Aalihi wa Sallam- berkata: “Aku diutus dengan pedang
sampai Alloh disembah tanpa ada sekutu
bagi-Nya. Dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku. Dan dijadikan
kehinaan dan kerendahan bagi siapapun yang menyelisihi perintahku. Dan barang
siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka”. [Diriwayatkan
oleh Ahmad].
Wahai Dzul Qornain!
renungkanlah fatwamu sebelum kamu berfatwa dan pertimbangkanlah akibat-akibat
yang akan muncul dari fatwa-fatwamu!!!, sanggupkah engkau memikul dosamu dan
dosa-dosa orang yang engkau jerumuskan dalam lembah ketergelinciran??!! Alloh Ta’ala
berkata:
{لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا
سَاءَ مَا يَزِرُونَ} [النحل : 25]
“Agar mereka memikul dosa-dosanya
dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang
mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).
Ingatlah! amat buruklah dosa yang mereka pikul itu”. (An-Nahl: 25).
Cermatilah nasihat Ibnu Mubarok –semoga Alloh merohmatinya-:
حسبي
بعلمي إن نفع ما الذل إلا في الطمع
من
راقب الله رجع عن سوء ما كان صنع
Cukuplah dengan ilmuku jika bermanfaat
Tidaklah
kehinaan kecuali pada kerakusan
Barangsiapa yang merasa diawasi oleh Alloh
maka dia kembali (bertaubat) dari kejelekan yang pernah diperbuatnya.
Dan aku ingin katakan kepadamu (sebagaimana yang
Alloh Ta’ala katakan):
{قُلْ لَا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا
وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ} [الأنعام : 56]
“Katakanlah:
"Aku tidak akan mengikuti hawa nafsu kalian, sungguh tersesatlah aku jika
berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat
petunjuk". (Al-An’am: 56). Alloh Ta’ala berkata:
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}
[طه: 124]
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit (susah, melelahkan)”. (Thohaa: 124).
Nasehat buat para
Salafiyyin
Ya Ikhwan! tidaklah fitnah
ini terjadi kecuali ujian dari Alloh Ta’ala agar kita selalu menetapi
manhaj ini dengan ‘ilmu, tidak dengan ikut-ikutan dan agar kita selalu
menetapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Ya Ikhwan!, berusahalah untuk
kritis dan selalu bertanya tentang dalil karena itu diperintahkan oleh Alloh
sebagaimana dalam perkataan-perkataan-Nya:
{قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
[البقرة: 111]
"Tunjukkanlah
bukti kebenaran kalian jika kalian adalah orang yang benar". (Al-Baqoroh:
111). Alloh Ta’ala berkata:
{نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ}
[الأنعام: 143]
“Terangkanlah
kepadaku dengan berdasarkan ilmu jika kalian memang orang-orang yang benar”. (Al-An’am: 143).
Dan Alloh Ta’ala
berkata:
{قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا
إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ} [الأنعام:
148]
“Katakanlah:
"Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada kami?" kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan
belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta”. (Al-An’am: 148).
Dan Alloh Ta’ala
berkata:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا
تَعْلَمُونَ} [النحل : 43]
“Maka
tanyakanlah oleh kalian kepada ahli adz-dzikr (ulama’), jika kalian tidak
mengetahui”. (An-Nahl: 43).
Maka di sini kita
diperintahkan untuk bertanya tentang adz-dzikr (dalil-dalil) dan bagaimana
cara memahaminya dengan pemahaman yang benar.
Dan saya nasehatkan pada diri
saya sendiri dan para ikhwan untuk memperbanyak ‘ibadah di zaman banyak fitnah
seperti zaman ini:
"عن مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قال:قال النَّبِى -صلى
الله عليه وسلم- قَالَ: «الْعِبَادَةُ فِى الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَىَّ".
Dari Ma’qil bin Yasar –semoga Alloh meridhoinya- beliau berkata: Nabi -Shollallohu ‘alaihi wa
sallam- berkata: “Ibadah di waktu banyak fitnah
seperti hijroh kepadaku”. [Diriwayatkan oleh Muslim].
Ya Ikhwan! pilihlah kawan
yang baik! Alloh Ta’ala berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا
بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا} [آل عمران: 118]
“Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kalian mengambil teman kepercayaan dari orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagi kalian”. (Ali Imron: 118).
"عن ابن عباس قال : لا تجالس أهل
الأهواء ، فإن مجالستهم ممرضة للقلوب".
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata: “Janganlah duduk (berkawan)
dengan pengekor hawa nafsu, karena persahabatan dengan mereka membuat hati
sakit”. [Lihat kitab “Asy-Syari’ah”].
Ya ikhwan!, berusahalah untuk
selalu jujur kepada Alloh karena Alloh Ta’ala berkata:
{إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ
خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
[الأنفال: 70]
"Jika Alloh mengetahui ada kebaikan dalam hati kalian, niscaya Dia akan
memberikan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang telah
diambil dari kalian dan Dia akan mengampuni kalian. Dan Alloh Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)”. (Al-Anfal: 70).
PENUTUP
Adapun masalah Ubaid
Al-Jabiriy, silahkan rujuk kepada perkataan-perkataan
Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya- di www.aloloom.net
{إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ
مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
وَإِلَيْهِ أُنِيبُ} [هود: 88]
“Aku
tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan, dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Alloh. Hanya kepada Alloh aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Huud: 88).
الحمد
لله رب العالمين
Ditulis: Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Jawiy pada Dhuha 21 Dzul Qo’dah 1432 Hijriyyah di Darul Hadits Dammaj.
[1] Tidak hanya Alimudin
dan jaringan hizbiynya yang bergembira dengan kejahatan preman hizbinya
tersebut, namun adapula yang semirip dengan mereka ikut bergembira, ketika dia sudah
tidak suka dengan Abu Kholifah karena berkawan dengan kawan-kawan kami maka dia
berkata: "Aku akan bunuh Abdul Ghofur!", dia juga berkata: "Abdul
Ghofur dipukul Abu Sahl, mukanya bengkak begini –sambil membekakkan pipinya
dengan diletakan dua telapak tangannya dipipi", ketika perkataan itu
sampai kepada beliau (Abdul Ghofur) Rohimahulloh maka beliau hanya tersenyum,
sambil berkata: "Biasa orang itu, kalau berbicara paling perlente, mungkin
kalau dia digigit semut akan cerita digigit ular, mungkin kalau terkena paku
dibilang kena hawwon…".
[2] Beliau –semoga
Allah merohmatinya- berasal dari negara Libia. Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
sebelumnya bekerja di Saudi Arobia kemudian beliau ke Dammaj, beliau menikah dengan wanita Salafiyyah asal Habasyah, dari pernikahan tersebut beliau memiliki
satu putri, bila waktu aman (belum ada jihad) maka
beliau sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Beliau sama dengan kawannya Thohaa
Al-Libiy –semoga Alloh merohmati keduanya-, keduanya sibuk menghafal dan
memuroja’ah “Al-Qur’an” dan “Shohih Muslim” dan sibuk pula
beribadah, mereka senantiasa di shoff awwal pada shalat berjama’ah namun
bila ada waktu kerja bakti maka keduanya langsung ikut bekerja, begitu pula
ketika dikobarkannya jihad maka keduanya aktif dalam ribath (jaga
diperbatasan-perbatasan Dammaj), Ahmad Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya-
selalu menasehati kawan-kawannya: “Kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan
berharga seperti ini”.
Adapun Ahmad Al-Liby –semoga Allah
merahmatinya- meninggal karena terkena tembakan jitu dari Syi’ah-Rofidhah
setelah tragedi satu Muharram 1433 Hijriyyah di gunung Barroqah, sedangkan
Thoha Al-Liby –semoga Allah merahmatinya- meninggal ketika amelakukan
penyerangan pada 12 Muharram 1433 Hijriyyah.
[3] Beliau –semoga Alloh
menjaganya- adalah salah seorang syaikh Qobilah Al-Wadi’iyyah, yang
memiliki kecemburuan dan perhatian terhadap da'wah Ahlussunnah, beliau
senantiasa jaga di gunung Barroqoh, pada tragedi satu Muharrom 1433 Hijriyah
beliau di gunung Barroqoh dan terkena runtuhan batu-batu matras yang mengenai wajah
beliau akibat serangan roket, mortir dan tank.
[4] Demikian tuduhan mereka bahwa Ahlussunnah
adalah Wahhabiy dan
antek-anteknya Amerika-Isroil. Alhamdulillah apa yang mereka tuduhkan telah ada
penjelasannya dalam tulisan “Amin,
Anak Maluku Memerangi Musuh Islam di Yaman”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar