Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

BINGKISAN BUAT PENCARI KEBENARAN



KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيدا وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له إقرارا به وتوحيدا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليما مزيدا.
 أما بعد:
Tulisan ini merupakan kumpulan dari data-data yang berkaitan dengan saudara kami Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangiy –semoga Alloh merohmatinya-ketika beliau di Dammaj-Yaman, disertai dengan bantahan beliau –semoga Alloh merohmatinya- terhadap Dzulqornain bin Muhammad Sanusi Al-Makassariy yang menyalah gunakan kaidah syar’iyyah yang kami beri judul “BINGKISAN BUAT PENCARI KEBENARAN, Berisikan: Biografi Abu Kholifah Ketika Di Yaman Beserta Bantahan Terhadap Kaedah Dzul Qornain”.
Kami memohon kepada Alloh Ta’ala semoga apa yang kami susun ini ikhlas semata-mata karena Alloh Ta’ala, dan kami memohon pula semoga Alloh Ta’ala menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami, kedua orang tua kami, kepada Abu Kholifah dan kedua orang tuanya dan siapa saja yang mencari kebenaran.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
والحمد لله رب العالمين.
Ditulis oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy –semoga Alloh mengampuni dosa-dosanya- di Darul Hadits As-Salafiyyah Dammaj-Sho’dah-Yaman pada hari Ahad 28 Shofar 1433 Hijriyyah.

BAB 1
MENENAL LEBIH DEKAT ABU KHOLIFAH

1.1 Awal Kami Berjumpa Dengan Abu Kholifah Al-Lumajangiy –Semoga Alloh Merohmatinya-.
Ketika kami baru datang di Dammaj pada awal bulan Romadhon 1429 Hijriyyah kami mempersaksikan  ke kawan-kawan kami di Dammaj bahwa Luqman Ba’abduh dan Muhammad Afifudin mencela Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-, maka persaksian kami tersebut tersebar di tengah-tengah Luqmaniyyin (para pembela dan jaringan Luqman Ba’abduh), kemudian Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- mendatangi kami tepatnya di samping pintu masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj, beliau memotivasi kami sambil berkata: “Kalau orang-orang Luqman (jaringan Abu Abayah) datang kepadamu dan menakut-nakutimu maka jangan takut!”, setelah itu beliau mengajak kami ke toko dan membelikan kami minuman, kemudian kami duduk di pinggir toko, sambil minum beliau menjelaskan kepada kami tentang sifat-sifat Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-, dengan penjelasannya tersebut membuat kami semakin bertambah cinta kepada Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-, dan kami berdoa semoga kami bisa duduk lama di majelis beliau dalam menimba ilmu, sungguh bagus apa yang dikatakan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada seorang shohabatnya dari kalangan Arob badui:
«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».
“Kamu bersama orang yang kamu cintai”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim dari Anas bin Malik.

1.2 Kesabarannya Terhadap Gangguan Para Penjahat.
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- telah mengalami banyak gangguan para penjahat, baik dari kalangan hizbiyyin atau pun yang mirip dengan mereka, pernah salah seorang preman hizby yang dikenal dengan Abu Sahl Al-Jawiy, yang sangat fanatik dan sangat keras pembelaaannya terhadap tokoh-tokoh hizbiyyah semisal mantan wakil panglima LJ (laskar jihad) Luqman bin Muhammad Ba’abduh. Ketika Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- berbicara tentang Luqman Ba’abduh maka preman hizbiy tersebut langsung mendatanginya, lalu memukul wajahnya hingga bengkak. Pemukulan seperti ini bukan suatu tindakan yang baru di kalangan hizbiyyin namun dia termasuk perkara yang terwariskan (kebiasaan) dari sebelumnya; ketika mereka menamakan diri-diri mereka dengan LJ (laskar jihad).
Setelah Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- dizhalimi seperti itu, maka para hizbiyyun dari Luqmaniyyin bergembira dengan kejahatan kawannya tersebut, diantara mereka adalah Alimudin alias Abu Mahfudz Ali bin Adam dengan penuh kebanggaan menyebutkan kejahatan kawannya tersebut sebagaimana dalam tulisan “Tirai Kusut”nya sebagai ejekan dan olok-olokan kepada Abu Kholifah –semoga Alloh merahmatinya-[1].   
Apa yang dilakukan oleh Alimudin tersebut sama dengan perlakuan Luqman Ba’abduh kepada Abu Salafiy Ghufron Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- ketika sebagian pasukan siluman Luqman Ba’abduh (LJ) beramai-ramai memukul Abu Salafiy Ghufron Al-Jawy –semoga Alloh menjaganya- hingga kemudian dimasukan di klinik LJ Kebun Cengkeh Ambon maka tiba-tiba Luqman Ba’abduh yang merasa diri sebagai pembesar (semisal wakil presiden tersebut) datang ke klinik LJ-nya (bukan dalam rangka menjenguk tapi datang mengejek) sambil berkata: “Biar tahu rasa”, maka merupakan keanehan kalau kemudian wakil panglima LJ tersebut tiba-tiba muncul dengan berpura-pura menanggalkan topeng silumannya, yang sok berjiwa pahlawan dengan menulis buku “Mereka Adalah Teroris” padahal dia sendiri gembong teroris nasional namun berupaya menutupi diri.
Dia dan kawan-kawannya mungkin mengira bahwa dengan cara seperti yang mereka lakukan itu akan menyelamatkan mereka di dunia ini dan di akhirat kelak, padahal tidak demikian!, bahkan dengan perbuatan mereka itu akan membinasakan diri-diri mereka –dengan izin Alloh-, Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ} [فاطر: 43]
“Dan rencana (makar) yang jahat itu tidak akan menimpa melainkan orang yang merencanakannya sendiri”. (Fathir: 43).

1.3 Beliau –Semoga Alloh Mengampuniya- Tidak mutasyaddid (Keras) Dan Tidak Pula Mumayyi’ (Melembek).
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- dalam menyikapi jaringan dan pembela Luqman Ba’abduh sesuai pada tempatnya, bila beliau –semoga Alloh merohmatinya- melihat para pembela dan orang yang fanatik dengan Luqman Ba’abduh semisal Abu Abayah (Buton), Kholil (Buton), Alimudin (Sumatra), Rifa’i (Jawa), Faruq (Jawa), Haris (Aceh), Muhammad Ihsan (Jawa), Ridho (Jakarta), Mahmud (asal Doli kemudian pindah ke Krian-Surabaya) dan komplotannya maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- bersikap tegas dengan cara meng-hajr (tidak duduk dan tidak pula mengajar bicara mereka) karena mereka membela orang-orang zholim dan pelaku dosa semisal Luqman Ba’abduh dan jaringannya, Alloh Ta’ala berkata:
{َلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ} [هود: 113] 
“Dan janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zholim yang menyebabkan kalian disentuh oleh api neraka, dan sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain dari Alloh, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan”. (Huud: 113).
            Namun bila beliau melihat orang-orang yang jadi korban penipuan, yang mereka tidak tahu apa-apa maka beliau melakukan pendekatan sebagaimana ketika Abdulloh Pingrang –semoga Alloh menjaganya- dan kawan-kawan; ketika datang di Dammaj maka mereka sempat terpengaruh dengan Ridho Al-Jawiy,dengan pertolongan Alloh- tidak lama kemudian Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- menjalin persahabatan dengan Abdulloh Pingrang –semoga Alloh menjaganya- dan Alhamdulillah Allah menyelamatkannya dari fitnah hizbiyyah sehingga dia tidak termasuk seperti kawan-kawannya yang terpengaruh dengan Ridho Al-Jawy semisal Ibrohim Gas, Afif Gresik, Abu Sa’id Yahya Al-Maidany, Anwar Pincang dan Dzul Kifli Kaca Mata serta komplotannya. 

1.4 Menolong Orang Yang Terzholimi.
            Ketika beliau –semoga Alloh merohmatinya- menyaksikan kezholiman Abu Abayah yang mencari keuntungan dari orang-orang yang baru datang di Dammaj maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- mencegah perbuatan Abu Abayah dan beliau –semoga Alloh merohmatinya- bangkit mencari solusi penyambutan orang-orang yang mau datang ke Dammaj (permasalahan ini telah kami sebutkan dalam tulisan “NASEHAT Untuk MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”), apa yang beliau ­-semoga Alloh merohmatinya- lakukan adalah bentuk dari pengamalan terhadap perkataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dan At-Tirmidziy dari Anas bin Malik semoga Alloh meridhoinya- bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«انصر أخاك ظالما أو مظلوما»
“Tolonglah saudaramu yang berbuat zholim dan yang dizholimi”. Maka seseorang berkata:
"يا رسول الله أنصره إذا كان مظلوما أفرأيت إذا كان ظالما كيف أنصره؟".
“Wahai Rosululloh! Aku menolongnya jika dia itu terzholimi lalu jika dia itu zholim maka bagaimana saya menolongnya?” Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«تحجزه أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره».
“Kamu mencegah atau melarangnya dari perbuatan zholim (dengan itu) maka sesungguhnya kamu telah menolongnya”.

1.5 Semangat Dalam Tolong Menolong Di Atas Kebaikan.
                Bila ada kerja bakti giliran orang-orang Indonesia maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- adalah termasuk dari orang-orang yang paling terdepan, lebih-lebih kalau kerja bakti tersebut di waktu-waktu jihad, maka sungguh beliau benar-benar bersemangat, sungguh bagus apa yang dikatakan oleh kawan kami Ahmad Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya-: “Kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan beramal seperti ini”[2]. Apa yang beliau lakukan itu adalah sebagai bentuk pengamalan dari perkataan Alloh Ta’ala:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [المائدة: 2]
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh, sesungguhnya Alloh sangat berat siksaan-Nya”. (Al-Maidah: 2).
            Ketika ada kawan-kawan dekatnya sakit maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- yang merawatnya, diantara kawan-kawannya tersebut adalah Abu Hudzaifah Adam Al-Jakartiy –semoga Alloh merohmatinya-, ketika Abu Hudzaifah Adam Al-Jakartiy –semoga Alloh merohmatinya- sudah sakit berat dan mau balik ke Indonesia maka beliau ­–semoga Alloh merohmatinya- bertanya kepadanya: “Kalau kamu meninggal maka bagaimana dengan kitab-kitabmu?” maka Abu Hudzaifah Adam Al-Jakartiy –semoga Alloh merohmatinya- menjawab: “Bagi-bagikan ke kawan-kawan!”. Dari pembagian tersebut kami diberi sebuah kitab yang berjudul “Syarhu ’Ilal At-Tirmidziy” karya Al-Imam Ibnu Rojab –semoga Alloh merohmatinya- dan Alhamdulillah kitab tersebut telah kami pelajari bersama Asy-Syaikh Abdu Abdil 'Aziz Turki Al-Abdaniy –semoga Alloh menjaganya-.

1.6 Semangatnya Dalam Berda'wah Kepada Kebenaran.
Beliau –semoga Alloh merohmatinya- bersama kawan-kawan ikut berandil dalam menterjemahkan makalah-makalah yang berbahasa Arob, diantara terjemahannya adalah:
ü  Yayasan Tanpa Barokah” karya Abul Husain Muhammad Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya- yang diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau –semoga Alloh merohmatinya-.
ü  Penjelasan Ringkas tentang Hizbiyyahnya Abdurrohman Al-‘Adniy” yang ditulis oleh sejumlah Masyayikh dan para da’i, yang kemudian diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau ­–semoga Alloh merohmatinya-.
ü  Beliau –semoga Alloh merohmatinya­- yang menterjemahkan celaan Luqman bin Muhammad Ba’abduh atas Syaikhuna Yahya –semoga Alloh menjaganya-, diterjemahkan dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arob.

1.7 Semangat Dalam Jaga dan Jihad.
            Pada awal Syi’ah-Rofidhoh bergerak memerangi Ahlussunnah yang ada di Dammaj maka beliau –semoga Alloh merohmatinya- bergegas menyambut seruan jihad, beliau –semoga Alloh merohmatinya- menyibukkan diri dengan jaga di gunung Thullab. Beliau –semoga Alloh merohmatinya- mengatur kawan-kawan yang mau jaga di gunung Thullab, beliau –semoga Alloh merohmatinya- sangat tidak suka bila memperlakukan kawan-kawan yang jaga sebagaimana perlakuan kemeliteran atau seperti perlakuan LJ (demikian beliau kemukakan kepada kami).
            Pada pertengahan tahun 1432 Hijriyyah Asy-Syaikh Mu’awwidz -semoga Alloh menjaganya-[3] meminta beliau dan kawan-kawan untuk jaga di gunung Barroqoh. Dan pada waktu itu di gunung Barroqoh sudah ada pula orang-orang Indonesia yang memiliki jadwal rutin; setiap pekan sekali untuk jaga rasyasy (senjata kaki tiga) yang dikoordinasi oleh Abu Umamah Nasr Al-Jawiy –semoga Alloh menjaganya-, kemudian Abu Kholifah –semoga merohmatinya- terus aktif jaga di rasyasy bersama kawan-kawan.
            Ketika sudah banyak kawan-kawan yang berkeinginan untuk jaga di Barroqoh dan meninggalkan jaga di matras Indonesia (depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy) maka Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- datang ke kami dan meminta kami untuk membatasi orang yang mau jaga di Barroqoh maka kami katakan kepadanya: “Tidak mengapa kawan-kawan banyak yang jaga di Barroqoh, kami persilahkan bagi yang mau jaga di Barroqoh karena kita bukan sistem kemeliteran atau kelaskaran seperti LJ, yang mau jaga di matras Asy-Syaikh Ahmad boleh, yang mau jaga di Barroqoh juga boleh”.
            Di awal Dzulhijjah pada malam hari kami dan Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- serta beberapa kawan semuanya asal Indonesia jaga di matras Hadb (‘Uzzab) tiba-tiba Syi’ah-Rofidhoh menembak ke arah matras dan peluru melewati atas kepala kami semua maka Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Kalau orang yang suka mengumpulkan berita tahu bahwa kita ditembak seperti ini mungkin langsung disebarkan ke internet”.
            Apa yang beliau –semoga Alloh merohmatinya- katakan tersebut sebagai bentuk pengingkaran (ketidak setujuan) terhadap para pemberi berita, karena para pemberi berita setiap yang mereka dengarkan maka langsung disebarkan, padahal beberapa berita terkadang datangnya dari orang yang tidak jelas indentitasnya, apakah dia Sunniy ataukah Syi’ah? Dan juga tidak jelas apakah dia tsiqah (terpercaya) ataukah kadzdzab (pendusta)? Maka pemberitaan seperti ini tidak perlu karena keumuman dari perkataan Alloh Ta’ala:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]      
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasiq (pembuat dosa) membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti supaya kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu”. (Al-Hujarot: 6).
Walaupun orang yang mendapatkan berita tersebut adalah yang dianggap tsiqah (terpercaya) atau shaduq (jujur) namun karena dia mengambil beritanya dari orang yang tidak jelas indentitasnya maka sebaiknya pemberitaan seperti ditinggalkan.
Kita semua dan bahkan orang-orang telah mengakui bahwa setiap peperangan antara Syi’ah-Rofidhoh melawan Ahlussunnah di Dammaj selalu Syi’ah-Rofidhoh diatas kekalahan dan korban mereka banyak –hanya Alloh yang tahu berapa jumlahnya-, adapun bila merinci satu mati, dua luka, tiga hilang, empat kepalanya dipenggal burung-burung atau yang semisal itu maka pemberitaan seperti ini sebaiknya ditinggalkan, berbeda halnya dengan menyaksikan sendiri atau kawan-kawan yang menyaksikannya seperti pada tragedi satu Muharrom bahwa banyak dari kalangan Syi’ah-Rofidhoh mati dan keesokan harinya anjing-anjing menyantap bangkai-bangkai mereka maka hal seperti tidak mengapa untuk dikisahkan karena sesuai kenyataan yang ada, Wallohu A’lam wa Ahkam.
Begitu sebaliknya pemberitaan “kalau Syi’ah-Rofidhoh terus mengepung Ahlussunnah yang ada di Dammaj maka thullab dan masyarakat akan menggempur mereka, thullab dan masyarakat akan melakukan penggempuran besar-besaran” maka pemberitaan seperti ini perlu pula untuk tidak disebarkan, berbeda halnya kalau memang yang mau menggempur itu sudah yakin dengan seyakin-yakinnya kekuatan ada padanya sebagaimana yang ada pada Nabiulloh Sulaiman ‘Alaihis Salam yang Alloh Ta’ala kisahkan:
{ارْجِعْ إِلَيْهِمْ فَلَنَأْتِيَنَّهُمْ بِجُنُودٍ لَا قِبَلَ لَهُمْ بِهَا وَلَنُخْرِجَنَّهُمْ مِنْهَا أَذِلَّةً وَهُمْ صَاغِرُونَ} [النمل : 37]
“Kembalilah kepada mereka sungguh kami akan mendatangi mereka dengan balatentara yang mereka tidak kuasa melawannya dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina". (An-Naml: 37).
           
1.8 Ikut Serta Pada Tragedi Muharrom 1433 Hijriyyah.
Setelah sholat maghrib pada tanggal 2 Muharrom 1433 Hijriyyah beliau bersama beberapa kawan-kawan lari naik ke gunung Barroqoh, beliau dan kawan-kawan yang naik setelah sholat Maghrib dalam keadaan serangan Syi’ah-Rofidhoh dengan tank, mortir, basoka dan senjata berat lainnya masih terus dilakukan (lihat tulisan “Seram, Serangan Satu Muharrom...”), pada malam tersebut beliau melewati kami di matras maka kami bertanya kepadanya: “Tanggal berapa sekarang?” Beliau terdiam, maka kami menunjuk ke bulan sabit sambil kami berkata: “Itu bulan sabit! bukankah sekarang tanggal 2 Muharrom 1433 Hijriyyah maka beliau menjawab: “Iya, sekarang tanggal dua, karena tidak mungkin tanggal satu karena bulannya sudah tinggi seperti itu”.
Setelah Syi’ah-Rofidhoh merasa sudah menang dan mereka mengira bahwa Ahlussunnah yang berada di matras-matras gunung Barroqoh sudah pada mati mereka pun maju dengan berteriak: “Maut lil Amrika, maut lil Isroil, maut lil Wahhabiy[4]....” maka Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- dan yang jaga di matras-matras menembaki mereka, Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- membalas teriakan mereka dengan teriakan: “Allohu Akbar! Maut lil Khutsiyyin, maut lir Rowofidh”.
Setelah turun hujan gerimis dan keadaan semakin tenang maka kami bertanya kepada beliau –semoga Alloh merohmatinya-: “Apakah kamu mau tetap di Barroqoh ataukah mau membantu kami mengantar Abdul Hadi yang sedang luka parah ini?” beliau menjawab: “Saya tetap di Barroqoh”. (Lihat kisahnya dalam “Seram, Serangan Satu Muharrom...).
              
1.9 Tragedi 12 Muharrom 1433 Hijriyyah.
            Beliau –semoga Alloh merohmatinya- tidak sempat ikut dalam penyerangan pada tanggal 12 Muharrom 1433 Hijriyyah dikarenakan penyerangan tersebut dirahasiakan dan hanya orang-orang tertentu yang tahu. Menjelang maghrib Abu Umamah Nashr Al-Jawiy –semoga Alloh mejaganya- memberitahu kami dan Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- bahwa akan ada lagi penyerangan susulan, bagi yang mau ikut langsung ke masjid Zawaid, maka kami bertiga langsung berangkat ke masjid Zawaid untuk mendaftar ke Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiriy –semoga Alloh menjaganya-, setelah selesai sholat maghrib kami berkumpul di depan masjid Zawaid dan bersiap-siap untuk naik ke gunung Barroqoh maka Abu Kholifah –semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Kalau aku mati tolong kalian hubungi kelurgaku”, namun penyerangan susulan tersebut dibatalkan. (lihat tulisan “MENGENANG KISAH ADAM YANG INDAH dalam MEMERANGI SYI’AH-ROFIDHOH”).

1.10 Menjelang Kematiannya.
            Sehari sebelum kematiannya, beliau –semoga Alloh merohmatinya- berkata kepada kami: “Besok saya pinjam senjatamu karena saya mau naik ke gunung Barroqoh”, pada besok harinya antara waktu ashar dan maghrib kami sedang membacakan kitab “Shohihul Bukhoriy” kepada adik-adik asal Ambon dan asal Malaysia, lalu tiba-tiba datanglah beliau –semoga Alloh merohmatinya- dengan muka yang berseri-seri, maka kami meminjamkan senjata kepadanya, beliaupun langsung naik ke gunung Barroqoh.
Pada malam harinya, beliau –semoga Alloh merohmatinya- terkena tembakan dari penembak jitu Syi’ah-Rofidhoh, tembakan mengenai perutnya, dua hari setelah kejadian tersebut beliau meninggal dunia dalam keadaan tenang dan mukanya tampak berseri-seri.
Ketika Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya- melihat jenazahnya (sebelum dikafani) maka Asy-Syaikh Ahmad Al-Washobiy –semoga Alloh menjaganya- berkata: “Alhamdulillah beliau ini mati dalam keadaan tenang seperti orang tidur”.   






BAB 2
BANTAHAN KAEDAH DZUL QORNAIN
          Berkata Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Lumajangiy –semoga Alloh merohmatinya-:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله حمدا كثيرا مباركا فيه كما يحب رنا ويرضاه القائل: {وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ}.
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله صلى الله عليه وسلم.
أما بعد:
Setelah diperdengarkan kepadaku fatwa Daeng kita Dzul Qornain ini tentang pembolehan nonton televisi dengan berdalilkan fatwa ‘Ubaid Al-Jabiriy yang dibangun atas kaedah:
"ارتكاب أخف الضررين"
“Memilih paling ringannya (dari) dua madhorat” maka aku luangkan sedikit waktu untuk menulis nasihat ini, bahwa dia telah salah dalam memahami kaedah dan memakai tidak pada tempatnya.
ASAL KAEDAH:
Al-Imam Ibnu Rojab -semoga Alloh merahmatinya- menyebutkan pada kitabnya “Taqrir Al-Qowa’id” kaidah ke 112, yang bunyinya:
"اذا اجتمع للمضطر محرمان كل منهما لا يباح بدون الضرورة وجب تقديم أخفهما مفسدة أقلهما ضررا".
“Jika dibebankan kepada al-mudhtar (orang yang terpaksa) dua perkara yang keduanya tersebut memang tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan darurot, maka wajib untuk memilih yang paling ringan mafsadah (kerusakan)nya atau paling kecil madhorotnya.
Cara memahami kaidah:
Ini adalah kaidah yang agung, yang faidahnya sangat besar, akan tetapi banyak orang yang salah dalam memahaminya. Untuk bisa memahami dengan benar maka kita perlu tahu tentang:
ü Kapan seseorang boleh mengatakan: “Ini adalah darurot bagi saya”.
Pernah suatu kali Asy-Syaikh Muqbil semoga Alloh merohmatinya- bertanya kepada murid-muridnya: “Apakah batasan suatu itu darurot? Maka ada yang menjawab: Jika tidak dengan sesuatu itu maka akan membawa kepada kecelakaan dan kebinasaan. Kemudian ada yang menambahkan: Adapun menurut orang-orang di zaman ini, darurat adalah sesuatu yang mendatangkan keuntungan bagi mereka, maka Asy-Syaikh Muqbil semoga Alloh merohmatinya- berkata: “Alangkah bagusnya perkataan ini, di dalamnya terdapat bantahan terhadap para hizbiyyin dan para ahlul bid’ah yang menganggap segala sesuatu yang menguntungkan bagi mereka adalah sesuatu yg darurot. [selesai penukilan dengan sedikit perubahan dari kitab “Fawa’id Al-Imam Al-Wadi’y].
Dan beliau semoga Alloh merohmatinya- juga berkata dalam kitabnya “Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah”:
"حد الضرورة هنا: أن تتعطل بترك التصوير مصالحك التي هي واجبة عليك".
“Batasan darurot (gambar) di sini adalah tidak bisa dicapainya kemaslahatan yang wajib bagimu kecuali dengan gambar tersebut”.
Maka kita tanyakan kepada Daeng kita Dzul Qornain: apakah seseorang akan mati jika tidak nonton televisi??!! Atau hilang akalnya??!!.
Jika dia masih berakal sehat tentu dia akan menjawab: Tidak akan mati.
Dan kewajiban apakah yg tidak bisa terlaksana kecuali dengan nonton televisi???.
Dampak Dari Penyalah Gunaan Kaedah:
Jika kaidah (tersebut) di salah gunakan maka akan terjadi kerusakan yang besar di dunia ini, akan terbuka pintu-pintu kejelekan, dan orang akan mengatakan:
·         Bolehnya Onani daripada berzina.
·         Bolehnya mendengar nasyid daripada mendengarkan musik.
·         Bolehnya tasawul (minta-minta) daripada merampok.
·         Bolehnya mengamen daripada mencuri.
·         Bolehnya belajar ke Sururiy daripada ke Shufiy dan seterusnya.
Sedikit-sedikit orang akan beralasan bahwa sesuatu itu darurot padahal pada hakikatnya tidak.
ü  Bagaimana sikap kita terhadap larangan-larangan Alloh (Ta’ala) dan Rosul-Nya -Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam??.
«وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَدَعُوهُ .«
Jika aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah”  [Diriwayatkan oleh Muslim (no.1337) dari Abu Huroiroah].
"قال النووي على هذا الحديث: هوعلى إطلاقه".
Berkata An-Nawawiysemoga Alloh merohmatinya- atas hadits ini: “Dia secara mutlak (meninggalkan semua larangannya).
"قال الشوكاني على هذا الحديث في "إرشاد الفحول" (ج 1/ ص 282): فأفاد وجوب إجتناب المنهي عنه... ودع عنك ما رواغوا به من الرأي".
Berkata Asy-Syaukaniysemoga Alloh merohmatinya- dalam “Irsyadul Fukhul” (Juz 1/hal. 282): “Maka diambil faedah darinya adalah wajibnya menjauhi sesuatu larangan.... maka tinggalkan darimu akal-akalan mereka yang muncul dari pikiran-pikiran mereka.”
"مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ"
Dan apa yang aku larang kalian darinya maka tinggalkanlah”. [Muttafaqun ‘Alaih dari Abu Hurairah].
"قال الشيخ ابن عثيمين في شرح الأربعين: اجتنبوه كله ولا تفعلوا منه شيئا".
Berkata Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin di dalam “Syarhul Arba’in: “Tinggalkanlah larangan tersebut secara keseluruhan dan jangan kalian lakukan walau sedikit pun.
Kemudian kita tanyakan kepada Daeng kita: Mau kamu kemanakan perkataan-perkataan Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam- tersebut?
"عَنْ أَبِى طَلْحَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلاَ صُورَةٌ".
Dari Abu Tholhah dari Nabi –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau berkata: “Sesungguhnya Malaikat tidak akan masuk ke dalam suatu rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar (bernyawa)”. [Muttafaqun ‘Alaih].
"عَنْ أَبِى الْهَيَّاجِ الأَسَدِىِّ قَالَ قَالَ لِى عَلِىُّ بْنُ أَبِى طَالِبٍ: أَلاَّ أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِى عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ لاَ تَدَعَ تِمْثَالاً إِلاَّ طَمَسْتَهُ".
Dari Abil Hayyaj Al-Asadiy, beliau berkata: Berkata kepadaku ‘Ali bin Abi Tholib: “Ketahuilah aku akan mengutusmu atas apa yang pernah Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku agar kamu tidak membiarkan sebuah gambar kecuali kamu menghilangkannya.” [Diriwayatkan oleh Muslim].
"عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ".
Dari Abdulloh bin Mas’ud, beliau berkata: Berkata Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: “Sesungguhnya manusia yang paling pedih adzabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat gambar.
Jika dia menjawab: kita tidak menggambar, kita hanya sekedar menonton gambar. Maka kita katakan: apakah gambar itu merupakan suatu kemungkaran atau tidak? Jika dia masih berakal sehat, maka dia tentu akan menjawab: "Iya, itu kemungkaran".
Terus bagaimana sikap yang benar jika seseorang melihat kemungkaran ?!! Rosululloh –Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
»مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ«.
Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka ingkarilah dengan tangannya, jikalau dia tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu maka dengan hatinya, yang demikian tersebut adalah selemah-lemah iman. [Diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sa’id].
Dan dari Ibnu Mas’ud setelah menyebutkan perkataan Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam: “Yang demikian tersebut selemah-lemah iman.”:
"وليس وراء ذلك من الإيمان حبة خردل".
Maka tidak ada iman setelah itu, walaupun hanya sebiji khordal (biji kecil).”
Dan Alloh Ta’ala berkata:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا} [الفرقان: 72]   
“Dan jika mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah maka mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (Al-Furqan: 72).
Kamu bukannya mengingkari kemungkaran malah kamu menyuruh orang untuk ikut melihat kemungkaran??!!.

Kapan kaedah ini diterapkan?:
Asy-Syaikh As-Sa’diy –semoga Alloh merohmatinya- menyebutkan dalam “Qowa’id fiqhiyyah” ketika menjelaskan kaedah: “Jika seseorang terpaksa untuk melakukan suatu mafsadah, maka wajib baginya untuk mengambil yang paling ringannya dari mafsadah-mafsadah tersebut.”
"قال السعدي: فإن كانت احدى المفسدتين حرما والأخرى مكروها قدم المكروه على الحرام، ويقدم الأكل المشتبه على الحرام الخالص". 
“Maka jika salah satu dari dua mafasadah tersebut harom dan yang lain makruh, maka di ambil yang makruh, dan  demikian juga didahulukan untuk mengambil yang diharomkan (karena sebab) keserupaan daripada sesuatu yang di haromkan secara asal.”
Kita paparkan beberapa contoh untuk memahaminya:
(1)     Seseorang dalam keadaan kehausan yang sangat, jika tidak minum bisa mati, kemudian datang seseorang memberikan kepadanya air dengan syarat harus di minum dalam keadaan berdiri, maka boleh bagi dia untuk minum berdiri, yang hukumnya makruh. Jika tidak meminumnya, maka dia berarti membunuh dirinya, dan ini harom baginya, berdasarkan perkataan Alloh Ta’ala:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا} [النساء : 29]   
Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian saling memakan harta diantara kalian dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri-diri kalian; sesungguhnya Alloh adalah Ar-Rohim (Maha Penyayang) kepada kalian”. (An-Nisa’: 29).
(2)     Seseorang kelaparan di hutan tidak mendapatkan makanan kecuali bangkai ayam hutan dan babi, maka yang wajib baginya adalah memakan bangkai ayam hutan, karena asalnya halal. Adapun keharomannya adalah dikarenakan tidak disembelih dengan nama Alloh sedangkan babi disembelih maupun tidak disembelih asalnya adalah harom.
Nasehat buat Dzul Qornain:
            Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا} [النساء: 107]
Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa”. (An-Nisa’: 107).
            Dan Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ} [هود: 113]
Dan janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zholim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolongpun selain dari Alloh, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan”. (Huud: 113).
            Alloh Ta’ala berkata:
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [الحشر : 19]
Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri, mereka itulah adalah orang-orang yang fasiq”. (Al-Hasyr: 19).
Wahai Dzul Qornain! tidaklah ketergelinciran ini menimpamu melainkan karena disebabkan sikap condongmu kepada hizbiy ‘Abdurrohman, Alloh Ta’ala berkata:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ} [الرعد : 11]
Sesungguhnya Alloh tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan apabila Alloh menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar-Ra’d: 11).
Dan Alloh Ta’ala:
{وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ} [المائدة : 41]
Barangsiapa yang Alloh menghendaki kesesatan baginya maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) dari Alloh. Mereka itu adalah orang-orang yang Alloh tidak hendak mensucikan hati mereka”. (Al-Maidah: 41).
Wahai Dzul Qornain! muroja’ah lagilah dars-dars (pelajaran pelajaran)mu yang pernah kamu dapatkan di Dammaj !!!, sudah belajar di Dammaj ‘ilmu yang murni, ternyata ujung-ujungnya kamu mengambil fatwa ngawurnya ‘Ubaid Al-Jabiriy!!!.
Wahai Dzul Qornain! kembalilah kepada al-haq sesungguhnya perkara ini bukanlah dengan adanya kekuatan bagi personel atau bukan pula karena adanya pembesar-pembesar (masyayikh) akan tetapi kembali kepada dalil-dalil; Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah, Alloh Ta’ala berkata:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
Jika kalian berselisih pendapat tentang suatu perkara maka kembalikanlah perkara tersebut kepada Alloh (Al-Quran) dan Rosul (As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari akhir (kiamat) yang demikian itu lebih baik (bagi kalian) dan lebih bagus akibatnya”. (An-Nisa’: 59).
Wahai Dzul Qornain! perkara ini tidak hanya mengandalkan kecerdasan seseorang saja, akan tetapi cocok atau tidaknya kecerdasan tersebut dengan  kebenaran, Alloh Ta’ala berkata:
{سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ} [الأنعام: 124]
Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Alloh”. (Al-An’am: 124).
"عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمِِِِْ".
“Dari Ibnu ‘Umar, beliau berkata: Rosullulloh –Shollallohu ‘Aalihi wa Sallam- berkata: “Aku diutus dengan pedang sampai Alloh  disembah tanpa ada sekutu bagi-Nya. Dan dijadikan rizkiku di bawah naungan tombakku. Dan dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi siapapun yang menyelisihi perintahku. Dan barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka”. [Diriwayatkan oleh Ahmad].
Wahai Dzul Qornain! renungkanlah fatwamu sebelum kamu berfatwa dan pertimbangkanlah akibat-akibat yang akan muncul dari fatwa-fatwamu!!!, sanggupkah engkau memikul dosamu dan dosa-dosa orang yang engkau jerumuskan dalam lembah ketergelinciran??!! Alloh Ta’ala berkata:
{لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ} [النحل : 25]
Agar mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). Ingatlah! amat buruklah dosa yang mereka pikul itu”. (An-Nahl: 25).
Cermatilah nasihat  Ibnu Mubarok –semoga Alloh merohmatinya-:
حسبي بعلمي إن نفع    ما الذل إلا في الطمع
من راقب الله رجع     عن سوء ما كان صنع
Cukuplah dengan ilmuku jika bermanfaat
            Tidaklah kehinaan kecuali pada kerakusan
Barangsiapa yang merasa diawasi oleh Alloh maka dia kembali (bertaubat) dari kejelekan yang pernah diperbuatnya.
Dan  aku ingin katakan kepadamu (sebagaimana yang Alloh Ta’ala katakan):
{قُلْ لَا أَتَّبِعُ أَهْوَاءَكُمْ قَدْ ضَلَلْتُ إِذًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُهْتَدِينَ} [الأنعام : 56]
Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsu kalian, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". (Al-An’am: 56). Alloh Ta’ala berkata:
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا} [طه: 124]
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit (susah, melelahkan)”. (Thohaa: 124).

Nasehat buat para Salafiyyin
Ya Ikhwan! tidaklah fitnah ini terjadi kecuali ujian dari Alloh Ta’ala agar kita selalu menetapi manhaj ini dengan ‘ilmu, tidak dengan ikut-ikutan dan agar kita selalu menetapinya dengan penuh kesabaran dan ketabahan.
Ya Ikhwan!, berusahalah untuk kritis dan selalu bertanya tentang dalil karena itu diperintahkan oleh Alloh sebagaimana dalam perkataan-perkataan-Nya:
{قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [البقرة: 111]
"Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian jika kalian adalah orang yang benar". (Al-Baqoroh: 111). Alloh Ta’ala berkata:
{نَبِّئُونِي بِعِلْمٍ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ} [الأنعام: 143]
“Terangkanlah kepadaku dengan berdasarkan ilmu jika kalian memang orang-orang yang benar”. (Al-An’am: 143).
Dan Alloh Ta’ala berkata:
{قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ} [الأنعام: 148]
Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?" kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta”. (Al-An’am: 148).
Dan Alloh Ta’ala berkata:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل : 43]
Maka tanyakanlah oleh kalian kepada ahli adz-dzikr (ulama’), jika kalian tidak mengetahui”. (An-Nahl: 43).
Maka di sini kita diperintahkan untuk bertanya tentang adz-dzikr (dalil-dalil) dan bagaimana cara memahaminya dengan pemahaman yang benar.
Dan saya nasehatkan pada diri saya sendiri dan para ikhwan untuk memperbanyak ‘ibadah di zaman banyak fitnah seperti zaman ini:
"عن مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قال:قال النَّبِى -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «الْعِبَادَةُ فِى الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَىَّ".
Dari Ma’qil bin Yasar semoga Alloh meridhoinya- beliau berkata: Nabi -Shollallohu ‘alaihi wa sallam- berkata: “Ibadah di waktu banyak fitnah seperti hijroh kepadaku. [Diriwayatkan oleh Muslim].
Ya Ikhwan! pilihlah kawan yang baik! Alloh Ta’ala berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا} [آل عمران: 118]
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil teman kepercayaan dari orang-orang yang di luar kalangan kalian (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagi kalian. (Ali Imron: 118).
"عن ابن عباس قال : لا تجالس أهل الأهواء ، فإن مجالستهم ممرضة للقلوب".
Dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata: Janganlah duduk (berkawan) dengan pengekor hawa nafsu, karena persahabatan dengan mereka membuat hati sakit. [Lihat kitab “Asy-Syari’ah].
Ya ikhwan!, berusahalah untuk selalu jujur kepada Alloh karena Alloh Ta’ala berkata:
{إِنْ يَعْلَمِ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِمَّا أُخِذَ مِنْكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [الأنفال: 70]
"Jika Alloh mengetahui ada kebaikan dalam hati kalian, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian yang lebih baik dari apa yang telah diambil dari kalian dan Dia akan mengampuni kalian. Dan Alloh Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang). (Al-Anfal: 70).

PENUTUP
Adapun masalah Ubaid Al-Jabiriy, silahkan rujuk kepada perkataan-perkataan Asy-Syaikh Yahya Al-Hajuriy semoga Alloh menjaganya- di www.aloloom.net
{إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ} [هود: 88]
“Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan, dan tidak ada taufiq bagiku melainkan dengan (pertolongan) Alloh. Hanya kepada Alloh aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali”. (Huud: 88).
الحمد لله رب العالمين
Ditulis: Abu Kholifah Abdul Ghofur Al-Jawiy pada Dhuha 21 Dzul Qo’dah 1432 Hijriyyah di Darul Hadits Dammaj.


[1] Tidak hanya Alimudin dan jaringan hizbiynya yang bergembira dengan kejahatan preman hizbinya tersebut, namun adapula yang semirip dengan mereka ikut bergembira, ketika dia sudah tidak suka dengan Abu Kholifah karena berkawan dengan kawan-kawan kami maka dia berkata: "Aku akan bunuh Abdul Ghofur!", dia juga berkata: "Abdul Ghofur dipukul Abu Sahl, mukanya bengkak begini –sambil membekakkan pipinya dengan diletakan dua telapak tangannya dipipi", ketika perkataan itu sampai kepada beliau (Abdul Ghofur) Rohimahulloh maka beliau hanya tersenyum, sambil berkata: "Biasa orang itu, kalau berbicara paling perlente, mungkin kalau dia digigit semut akan cerita digigit ular, mungkin kalau terkena paku dibilang kena hawwon…".
[2] Beliau –semoga Allah merohmatinya- berasal dari negara Libia. Beliau –semoga Alloh merohmatinya- sebelumnya bekerja di Saudi Arobia kemudian beliau ke Dammaj, beliau menikah dengan wanita Salafiyyah asal Habasyah, dari pernikahan tersebut beliau memiliki satu putri, bila waktu aman (belum ada jihad) maka beliau sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya. Beliau sama dengan kawannya Thohaa Al-Libiy –semoga Alloh merohmati keduanya-, keduanya sibuk menghafal dan memuroja’ah “Al-Qur’an” dan “Shohih Muslim” dan sibuk pula beribadah, mereka senantiasa di shoff awwal pada shalat berjama’ah namun bila ada waktu kerja bakti maka keduanya langsung ikut bekerja, begitu pula ketika dikobarkannya jihad maka keduanya aktif dalam ribath (jaga diperbatasan-perbatasan Dammaj), Ahmad Al-Libiy –semoga Alloh merohmatinya- selalu menasehati kawan-kawannya: “Kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan berharga seperti ini”.
                Adapun Ahmad Al-Liby –semoga Allah merahmatinya- meninggal karena terkena tembakan jitu dari Syi’ah-Rofidhah setelah tragedi satu Muharram 1433 Hijriyyah di gunung Barroqah, sedangkan Thoha Al-Liby –semoga Allah merahmatinya- meninggal ketika amelakukan penyerangan pada 12 Muharram 1433 Hijriyyah.
[3]  Beliau –semoga Alloh menjaganya- adalah salah seorang syaikh Qobilah Al-Wadi’iyyah, yang memiliki kecemburuan dan perhatian terhadap da'wah Ahlussunnah, beliau senantiasa jaga di gunung Barroqoh, pada tragedi satu Muharrom 1433 Hijriyah beliau di gunung Barroqoh dan terkena runtuhan batu-batu matras yang mengenai wajah beliau akibat serangan roket, mortir dan tank. 
[4]  Demikian tuduhan mereka bahwa Ahlussunnah adalah Wahhabiy dan antek-anteknya Amerika-Isroil. Alhamdulillah apa yang mereka tuduhkan telah ada penjelasannya dalam tulisan Amin, Anak Maluku Memerangi Musuh Islam di Yaman” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar