Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Khutbah AL-MULK 6 “Bagaimana Tuntunan Islam Dalam Membimbing Anak-anak ?

Khutbah AL-MULK Edisi: 6/Jum’at/23/4/1436
BAGAIMANA TUNTUNAN ISLAMg-gif-update
Khutbah Al-Mulk 6
Klik gambar untuk Download PDF Khutbah jum’at Al-Mulk edisi 6


السّلاَمُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسمِ اللّهِ الرّحمَنِ الرّحِيم
إِنّ الحَمدَ لِلّهِ نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا، وَسَيّئَاتِ أَعمَالِنَا مَن يَهدِهِ اللّهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ، وَمَن يُضِلل فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبدُ اللّهِ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمّا بَعدُ
فَإِِنّ خَيرَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللّهِ، وَخَيرَ الهُدَى هُدَى مُحَمّدٍ صَلّى اللّهُ عَلَيهِ وَسَلّمَ وَشَرّ الُأمُورِ مُحدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحدَثَةٍ بِدعَةٌ، وَكُلّ بِدعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلّ ضَلَالَةٍ فِي النّار
Kaum muslimin Rohimakumulloh, sesungguhnya agama kita telah menjelaskan tentang bagaimana mengatur, membimbing dan mengurusi anak-anak kita?, ini merupakan suatu amanah yang kita pikul, dan tentunya kita akan dimintai pertanggung jawabannya, Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«كُلّكُم رَاعٍ وَمَسئُولٌ عَن رَعِيّتِِهِ».
“Setiap kalian adalah pemimpin dan dimintai pertanggung jawaban terhadap kepemimpinannya”.
Seorang bapak adalah pemimpin di rumah tangganya, begitu pula seorang ibu adalah pengatur rumah tangganya, para ibu dan bapak memiliki tanggung jawab ini, mereka berkewajiban dalam membimbing dan mengarahkan putra-putri mereka kepada kebaikan dan kepada perkara yang bermanfaat untuk kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.
Alloh Ta’ala telah menyebutkan di dalam Al-Qur’an tentang suatu bimbingan dari seorang bapak kepada putranya, Alloh Ta’ala berkata tentang hamba-Nya yang sholih Luqman Al-Hakim Rodhiyallohu ‘Anhu:
(وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)
“Dan tatkala Luqman berkata kepada putranya ketika dia memberikan pengarahan kepadanya: Wahai putraku janganlah kamu menyekutukan Alloh, karena sesungguhnya menyekutukan Alloh adalah benar-benar suatu kezholiman”.
Pada ayat tersebut Alloh Ta’ala menyebutkan tentang bimbingan pertama yang harus disampaikan oleh seorang bapak kepada putra-putrinya atau seorang pengajar kepada anak didiknya adalah pengajaran tentang tauhid dan bimbingan untuk menjauhi lawan tauhid yang dia adalah syirik.
Setelah itu baru kemudian pengajaran kepada perkara kebaikan yang lainnya dan bimbingan untuk menjauhi larang-larangan seperti berma’siat atau memakan makanan yang harom atau yang semisalnya, ketika Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melihat cucu beliau Hasan atau Husein memasukan sebiji korma ke dalam mulutnya, sedangkan korma tersebut dari harta sedekah maka beliau langsung mengeluarkannya sambil berkata:
«إِنّهَا لَا تَحِلّ لَنَا الصّدَقَةَ».
“Bahwasanya tidak halal bagi kita sedekah”.
Demikian bimbingan Beliau ‘Alaihishsholatu Wassalam, padahal kalau kita melihat keadaan Hasan dan Husain masih anak-anak dan belum baligh, keduanya ketika itu belum dikenai beban syari’at, namun sebagai bimbingan mulia dan pembiasaan maka Beliau ‘Alaihishsholatu Wassalam melakukannya.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, kita berkewajiban untuk mengikuti Rosul kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam terutama dalam masalah pendidikan dan pemberian bimbingan kepada putra-putri kita, kita bertanggung jawab terhadap keluarga dan anak-anak kita, kita dituntut untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab terhadap istri dan anak-anak kita, tidak boleh bagi kita memberikan makan dan minum kepada mereka dari yang harom, begitu pula dalam membimbing, kita tidak diperbolehkan untuk membimbing mereka dengan bimbingan menyelisihi kebaikan dan kebenaran, namun kita dituntut untuk membimbing dan mengarahkan mereka kepada apa-apa yang Alloh Ta’ala ridhoi, inilah tanggung jawab kita yang harus kita laksanakan, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«مَا مِن عَبدٍ يَستَرعِيَهُ اللّهُ رَعِيّةً، لَم يُحِطهَا بِنُصحِهِ إِلّا لَم يَجِد رَائِحَةَ الجَنّةِ»
“Tidaklah ada dari seorang hamba yang Alloh berikan tanggung jawab kepadanya dengan suatu tanggung jawab, tidaklah dia menempatkannya sesuai tempatnya melainkan dia tidak akan mendapatkan wanginya Jannah”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Ma’qil.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, dengan penting dan besarnya tanggung jawab dalam membimbing dan mengurus putra-putri maka para salaf (pendahulu) kita sangat perhatian dalam masalah ini, mereka terus menerus membimbing dan memberikan pengajaran kepada putra-putri mereka, sebagaimana telah kami sebutkan tadi tentang bimbingan Luqman Al-Hakim, dan diantara bimbingan dan nasehatnya kepada putranya adalah:
(يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ)
“Wahai putraku, sesungguhnya jika ada perbuatan sebesar biji dari sawi yang berada di dalam batu atau di langit-langit atau di bumi maka Alloh akan mendatangkan dengannya (balasannya), sesungguhnya Alloh adalah Al-Lathif lagi Al-Khobir”.
Bila para anak dibimbing dengan bimbingan ini maka mereka akan semakin takut dari berbuat dosa, dan bimbingan seperti ini telah dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana telah kami sebutkan tentang pengajaran dan bimbingannya kepada kedua cucunya Hasan dan Husain Rodhiyallohu ‘Anhuma.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, para orang tua berkewajiban untuk membimbing putra-putri mereka supaya terus di atas ketaatan, diajarkan tentang kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan, sebagaimana yang diajarkan oleh Luqman Al-Hakim Rodhiyallohu ‘Anhu, beliau berkata:
(يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ)
“Wahai putraku, tegakanlah sholat, dan perintahkanlah kepada kebaikan dan laranglah dari kemungkaran, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu adalah termasuk dari kewajiban terhadap segala perkara”.
Ketika seorang anak dibimbing dengan bimbingan ini, dia pun akan taat dan penurut, dia tidak akan menentang dan durhaka kepada ibu bapaknya, apalagi kalau ditambah dengan bimbingan untuk merendah dan sopan santun serta beradab maka tentu dia akan semakin taat kepada Alloh dan kepada ibu bapaknya, sungguh bagus apa yang dinasehatkan oleh Luqman Al-Hakim Rodhiyallohu ‘Anhu kepada putranya:
(وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ * وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang angkuh lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya paling jeleknya suara adalah suara keledai”.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, demikianlah bimbingan dan pengajaran yang baik dari seorang bapak, dalam bimbingannya ketika menyeru anaknya dengan menggunakan lafazh yang lembut, ucapannya “bunaiyya” (ananda atau putraku) ini merupakan suatu ungkapan kelembutan dan kasih sayang, ungkapan ini lebih lembut dan lebih berkesan dari pada ungkapan “ibni” (anakku).
Pada seruan dan bimbingan  tersebut Luqman Al-Hakim Rodhiyallohu ‘Anhu sangat lembut dan benar-benar mengerti keadaan putranya, beliau tidak memukul putranya dan tidak pula bersikap keras kepadanya, akhlaq seperti ini yang patut dicontoh dan diteladani.

KHUTHBAH KEDUA:

الحَمدُ لِلّهِ رَبّ العَالَمِينَ، وَالصّلَاةُ وَالسّلاَمُ عَلَى أَشرَفِ المُرسَلِينَ، نَبِيّنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجمَعِينَ 
أَمّا بَعدُ:
Kaum muslimin Rohimakumulloh, setelah kita mengetahui bagaimana bimbingan Islam dalam mengatur dan mengurusi anak-anak maka perlu bagi kita untuk mengetahui hukum memukul anak-anak, karena sering kali muncul pertanyaan dari orang-orang yang masih memiliki perasaan:  Bagaimana hukum orang tua yang jika marah kepada anaknya melakukakan kekerasan hingga membuat luka dan bekas di badan, apakah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam membolehkan memukul anak hingga luka dan berbekas?.
Permasalahan seperti ini sering kita dapati, hal itu terjadi pada orang tua karena beberapa perkara:
Pertama: Tidak bisa mengontrol diri sehingga melampui batas dalam melampiaskan kemarahan.
Kedua: Tidak mengerti bagaimana tuntunan Islam.
Ketiga: Kurang dalam kesabarannya.
Keempat: Lemahnya dalam berpegang teguh kepada Sunnah Rosulillah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam.
Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah menerangkan kepada kita tentang membimbing anak-anak, Beliau ‘Alaihishsholatu Wassalam berkata:
«مُرّوا أَولَادَكُم بِالصّلاَةِ لِسَبعٍ، وَاضرِبُوهُم عَلَيهَا وَهُم أَبنَاءُ عَشَرَ، وَفَرّقُوا بَينَهُم فِي المَضَاجِعِ»
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk sholat ketika umur mereka sudah 7 (tujuh) tahun, dan pukullah anak-akan untuk sholat ketika mereka berumur 10 (sepuluh tahun), dan pisahkanlah diantara mereka ketika tidur”.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, perhatikanlah pada hadits tersebut, bahwasanya kita dibimbing untuk mengajak anak-anak kita supaya sholat, dan tidak boleh bagi kita untuk memukul mereka kecuali kalau sudah berumur 10 (sepuluh) tahun, ini yang berkaitan dengan sholat yang Alloh Ta’ala wajibkan, maka tentu dari perkara-perkara yang bukan kewajiban lebih tidak boleh untuk memukul mereka.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, keadaan pada umat ini sudah sangat jauh dari bimbingan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, orang tua terkadang melampui batas, anaknya memecahkan gelas atau piring maka hukumannya terkadang dipukul kepalanya sampai pecah dan meneteskan darah, anaknya masih kecil mematahkan pena atau menyobek buku maka langsung dipukul sampai terkadang patah persendiaannya atau bahkan lebih dari itu, seorang guru terkadang sangat bergampang-gampangan pula memukul para murid, begitu pula para ustadz, karena santri tidak bisa menghafal atau tidak memahami pelajaran maka ustadz memukulnya, menyuruhnya berdiri angkat satu kaki, atau dijemur di terik matahari atau disuruh mencuci WC atau hukuman-hukuman yang semisalnya. 
Kalaulah cara-cara seperti ini lebih baik atau mampu menghasilkan ulama atau mampu menghasilkan generasi terbaik maka tentu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah melakukannya, namun Beliau ‘Alaihishsholatu Wassalam tidak demikian, bahkan justru beliau penuh kelembutan dan rohmah dalam membimbing, Alloh Ta’ala berkata:
(لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ)
“Sungguh benar-benar telah datang kepada kalian seorang Rosul dari kalangan kalian, berat terasa padanya terhadap penderitaan kalian, bersemangat untuk (memberikan yang terbaik) kepada kalian, terhadap orang-orang yang beriman beliau belas kasihan dan penyayang”.
Dengan akhlaq dan sifat yang mulia itu, membuat para shohabat kecil bersemangat mengambil hadits dari Beliau, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Usamah bin Zaid dan selain mereka mendapatkan perlakuan terbaik dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, tidak satu pun dari mereka menyebutkan pernah dipukul oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, karena masalah suka memukul bukanlah suatu sifat para pembimbing yang baik, namun dia termasuk dari salah satu sifat tukang sihir ketika membimbing muridnya, Al-Imam Muslim Rohimahulloh meriwayatkan dari hadits Shuhaib Rodhiyallohu ‘Anhu bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang kisah ghulam (anak remaja) yang sempat belajar kepada tukang sihir:
وَكَانَ إُذَا أَتَى السّاحِرَ، مَرّ بِالرّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيهِ، فِإِذَا أَتَى السّاحِرَ ضَرَبَهُ
“Dan ghulam jika dia datang kepada tukang sihir maka dia melewati rohib (ahli ibadah) lalu dia duduk (mendengarkan bimbingan)nya, apabila datang ke tukang sihir maka tukang sihir memukulnya”.
Maka hendaknya kita memilih untuk mengikuti bimbingan Rosul kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan menjauhi serta membenci sifat tukang sihir yang suka memukul tersebut.
Hendaknya kita berupaya semaksimal mungkin untuk mencontoh Rosul kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, Alloh Ta’ala berkata:
(قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ)
“Katakanlah (wahai Ar-Rosul): Jika kalian benar-benar mencintai Alloh maka ikutilah aku, maka Alloh akan mencintai kalian dan Dia akan mengampuni bagi kalian dosa-dosa kalian, dan Alloh adalah Al-Ghofur lagi Ar-Rohim”.
Ya Alloh tanamkanlah di dalam hati kami kecintaan yang sangat kepada-Mu dan kepada Rosul-Mu dan mudahkan bagi kami untuk mengikuti bimbingan syari’at-Mu, Ya Alloh tanamkanlah di dalam hati kami kasih sayang dan kecintaan kepada kedua orang tua kami dan putra putri kami karena Alloh.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Saddadahulloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar