Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Khutbah AL-MULK: Edisi 5 “KEUTAMAAN BERSEDEKAH”

Khutbah  Jum’at AL-MULK Edisi: 5/Jum’at/16/4/1436
Klik gambar untuk Download PDF Khutbah jum’at Al-Mulk ! 

السّلاَمُ عَلَيكُم وَرَحمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسمِ اللّهِ الرّحمَنِ الرّحِيم
إِنّ الحَمدَ لِلّهِ نَحمَدُهُ وَنَستَعِينُهُ وَنَستَغفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللّهِ مِن شُرُورِ أَنفُسِنَا، وَسَيّئَاتِ أَعمَالِنَا مَن يَهدِهِ اللّهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ، وَمَن يُضِلل فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلّا اللّهُ وَحدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبدُ اللّهِ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمّا بَعدُ
فَإِِنّ خَيرَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللّهِ، وَخَيرَ الهُدَى هُدَى مُحَمّدٍ صَلّى اللّهُ عَلَيهِ وَسَلّمَ وَشَرّ الُأمُورِ مُحدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحدَثَةٍ بِدعَةٌ، وَكُلّ بِدعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلّ ضَلَالَةٍ فِي النّار
Kaum muslimin Rohimakumulloh, sesungguhnya Alloh Ta’ala telah mengatakan di dalam Al-Qur’an:
(لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا)
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan dari pembicaraan rahasia mereka kecuali orang yang memerintahkan kepada sedekah, kema’rufan dan mendamaikan diantara manusia, barang siapa melakukan demikian itu karena mengharap keridhoaan-keridhoaan Alloh maka suatu saat nanti akan diberikan kepadanya pahala yang besar”.
Dari ayat yang mulia tersebut menerangkan kepada kita tentang tiga amalan kebaikan, salah satu dari ketiganya adalah bersifat umum yaitu ke-ma’ruf-an yang dia adalah kebaikan dan defenisi ma’ruf adalah:
اسمٌ جَامِعٌ لِكُلّ مَا يُحِبّهُ اللّهُ وَيَرضَاهُ مِن الأَعمَال الصّالِحَةِ
“Nama yang mencakup terhadap setiap apa-apa yang Alloh mencintainya dan meridhoinya dari amalan-amalan yang sholih”.
Dan amalan sholih yang paling umum dan mencakup adalah sedekah, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
كُلّ مَعرُوفٍ صَدَقَةٌ
“Setiap kebaikan adalah sedekah”. Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Jabir bin Abdillah dan Muslim dari Hudzaifah Ibnul Yaman Rodhiyallohu ‘Anhum.
Dengan melihat keumuman yang mencakup seluruh kebaikan tersebut maka kami khususkan di sini dengan menjelaskan tentang sedekah dalam bentuk pemberian kepada orang lain, Alloh Ta’ala berkata:
(وَلَا يُنْفِقُونَ نَفَقَةً صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً وَلَا يَقْطَعُونَ وَادِيًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)
“Dan tidaklah mereka memberikan suatu sedekah yang kecil dan tidak pula yang besar dan tidak pula mereka melintasi suatu lembah melainkan dicatat bagi mereka (sebagai amal sholih) karena Alloh akan membalas bagi mereka dengan yang lebih baik terhadap apa yang mereka lakukan”.
Pada ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa sedekah yang dikeluarkan pasti Alloh akan membalasnya dengan yang lebih baik, sama saja sedekah tersebut bernilai tinggi atau pun bernilai rendah, Al-Imam Al-Bukhoriy dan Muslim meriwayatkan dari hadits ‘Adiy bin Hatim Ath-Thoiy Rodhiyallohu ‘Anhu, beliau berkata: Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
فَمَنِ استَطَاعَ مِنكُم أَن يَتََّقِيَ النّارَ وَلَو بِشِقِّ تَمرَةٍ
“Barang siapa yang mampu diantara kalian untuk terhindar dari neraka walaupun dengan separoh korma”.
Maksud dari hadits ini: Walaupun kalian bersedekah dengan separoh dari satu biji korma itu lebih baik dan dia menjadi penyebab terhindarnya kalian dari neraka, dengan keutamaan yang begitu besar maka Ummul Mu’minin Aisyah bintu Abi Bakr Rodhiyallohu ‘Anhuma bersemangat dalam bersedekah, Al-Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Aisyah bintu Abi Bakr Rodhiyallohu ‘Anha, bahwasanya ia berkata: Datang kepadaku seorang ibu yang miskin, ia membawa dua putrinya, lalu aku memberikan kepadanya dengan tiga biji korma, maka ibu tadi memberikan setiap biji korma kepada masing-masing putrinya, lalu ia mengangkat satu biji korma ke mulutnya untuk ia makan ternyata kedua putrinya menginginkan pula sebiji korma tersebut, maka ia membela sebiji korma yang ingin ia makan tersebut lalu ia berikan kepada masing-masing putrinya separoh biji korma tersebut, akupun kagum dengan keadaannya, maka aku kabarkan kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam apa yang dilakukan oleh ibu tersebut maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
إِنَّ اللّهُ قَد أَوجَبَ لَهَا بِهَا الجَنَّةَ، أَو أَعتَقَهَا بِهَا مِنَ النّارِ
“Sesungguhnya Alloh benar-benar telah mengharuskan bagi ibu tersebut dengan sebab separoh biji korma tersebut untuk masuk Jannah atau terbebasnya ibu tersebut dari neraka dengan sebabnya”.
Kaum muslimin Rohimakumulloh, bila kita melihat kepada ibu tersebut, sesungguhnya sebiji korma yang ia berikan kepada kedua putrinya, itu bukanlah murni darinya namun dari pemberian Aisyah, akan tetapi ia sedekahkan pula kepada kedua putrinya sebagai bentuk kasih sayangnya, dengan sebab itu ia pun terbebaskan dari neraka dan ia dimasukan ke dalam Jannah.
Maka bagaimana dengan keberadaan kita ini?, kita memiliki makanan dan minuman yang banyak, juga memiliki kelebihan harta, kenapa kita tidak berkeinginan untuk membebaskan diri kita dari siksa neraka dengan sebab menyedekahkannya?, tidakkah kita menginginkan untuk masuk Jannah?, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata:
(وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَلِأَنْفُسِكُمْ ۚ وَمَا تُنْفِقُونَ إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ)
“Dan apa saja yang kalian infaqkan dari suatu kebaikan maka pahalanya untuk diri kalian sendiri, dan janganlah kalian memberikan nafkah melainkan karena mengharap wajah Alloh, dan apa saja yang kalian infaqkan dari suatu kebaikan maka niscaya kalian akan diberi pahalanya dengan cukup dan kalian tidak akan dizholimi”.
Pada ayat tersebut terdapat penjelasan bahwa apa yang kita akan infaqkan harus dari yang baik dan yang halal, bagaimana kalau menjadikan harta warisan untuk diinfaqkan dengan tanpa dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerima warisan tersebut?, tentu ini menyelisihi tuntunan syari’at, dan ini tidak boleh untuk dilakukan, karena yang benar adalah dibagikan terlebih dahulu harta warisan orang yang meninggal dunia, dan ini dipercepat, tidak boleh ditunda-tunda dengan tanpa ada alasan syar’iy, Alloh Ta’ala berkata di dalam surat An-Nisa:
(لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالأَقْرَبُونَ)
“Bagi para lelaki ada bagiannya dari apa-apa yang telah ditinggalkan oleh ibu bapak dan kerabat-kerabat”. 
Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy Hafizhohulloh berkata:
فَقَولُهُ: (مِمَّا تَرَكَ) أَي: بَعدَ مَوتِهِ يُقسَمُ مَالُهُ
“Maka perkataan-Nya: “Dari apa-apa yang telah ditinggalkan” yaitu setelah wafatnya dibagi hartanya”.
Ketika hartanya sudah dibagi baru masing-masing yang mendapatkan menggunakannya, yang ingin bersedekah dengannya dengan niat pahalanya untuk yang meninggal dunia tersebut maka boleh dia lakukan, dan pahalanya sampai kepadanya, Al-Hafizh Ibnu Katsir Rohimahulloh mengatakan:
فَأَمّا الدّعَاءُ وَالصّدَقَةُ فَذَاكَ مُجمَعٌ عَلَى وُصُولِهِمَا، وَمَنصُوصٌ مِنَ الشّارِعِ عَلَيهِمَا
“Adapun doa dan sedekah maka demikian itu bersepakat (para ulama) atas tersampaikan kepada keduanya, dan ada pada keduanya nash-nash dari Yang Membuat syari’at”.

KHUTHBAH KEDUA:

الحَمدُ لِلّهِ رَبّ العَالَمِينَ، وَالصّلَاةُ وَالسّلاَمُ عَلَى أَشرَفِ المُرسَلِينَ، نَبِيّنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجمَعِينَ 
أَمّا بَعدُ:
Kaum muslimin Rohimakumulloh, dari apa yang telah kita ketahui maka menuntut kita untuk bertanya kepada diri kita sendiri: Manakah dari amalan-amalan tersebut yang telah kita lakukan sehingga bisa menyertai kita ketika kita telah meninggal dunia?.
Umat manusia pada umumnya dan kaum muslimin pada khususnya sangat membutuhkan ilmu dan para pembawa ilmu, dan kebutuhan itu tidak akan tersampaikan dengan baik melainkan dengan adanya dukungan dan bantuan dari orang-orang yang baik, begitu pula para pembawa ilmu membutuhkan sarana dan tempat yang tidak ada padanya penyelisihan syari’at untuk mereka menyampaikan ilmu, barang siapa yang menginginkan suatu amalan yang akan menyertainya setelah wafatnya maka hendaknya dia membantu dan bersedekah untuk mewujudkan amalan tersebut, Abu Huroiroh Rodhiyallohu ‘Anhu berkata:
إِنّ مِمّا يَلحِقِ المُؤمِنُ مِن عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعدِ مَوتِهِ عِلماً عَلّمَهُ وَنَشَرَهُ، أَو وَلَداً صَالِحاً تَرَكَهُ، أَو مُصحَفاً وَرَثَهُ، أَو مَسجِداً بَنَاهُ، أَو بَيتاً لُابِن السّبِيلِ بَنَاهُ أَو نَهراً أَجرَاهُ، أَو صَدَقَةً أَخرَجَهَا مِن ماَلِهِ فِي صِحّتِهِ وَحَيَاتِهِ ُتُلحِقُهُ بَعدَ مَوتِهِ
“Sesungguhnya dari apa-apa yang menyertai seorang mu’min dari amalannya dan kebaikan-kebaikannya setelah wafatnya adalah ilmu yang dia telah mengajarkannya dan menyebarkannya, atau anak sholih yang dia telah meninggalkannya (di dunia), atau mushhaf yang dia telah mewariskannya, atau masjid yang dia telah membangunnya, atau dia membangun rumah untuk orang yang melakukan perjalanan (rumah penginapan untuk tamu/ruang tamu), atau sungai yang dia telah mengalirkannya, atau sedekah yang telah dia mengeluarkannya dari hartanya pada masa sehatnya dan matinya maka ini semuanya menyertainya setelah kematiannya”. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Orang yang mudah dalam melaksanakan amalan mulia ini, dia mudah dalam mengeluarkan sedekah, mudah membantu orang yang membutuhkan bantuannya maka Alloh Ta’ala akan menggantinya dengan yang lebih baik, semasa di kehidupan dunianya atau pun setelah kematiannya, Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَمَا أَنفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ﴾
“Dan apa yang kalian infaqkan dari sesuatu maka Dia akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik Pemberi rezqi“.
Dan Alloh Ta’ala berkata:
(َيمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ)
“Alloh akan memusnahkan riba dan Dia akan menumbuh suburkan sedekah-sedekah”.
Dan Dia akan menggantikannya dengan yang lebih banyak dan berberkah, Alloh Ta’ala berkata:
(مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ)
“Perumpamaan orang-orang yang menafqahkan harta-harta mereka di jalan Alloh semisal sebiji benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir menghasilkan seratus biji, dan Alloh akan melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Alloh adalah Al-Wasi’ dan Al-‘Alim”.
Semoga Alloh menjadikan apa yang kita ketahui ini sebagai pembuka kebaikan untuk kita dan semoga Alloh memberikan taufiq kepada kita dalam melaksakanan amal sholih.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Saddadahulloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar