Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin jum’at 17 – Ketinggian Alloh Ta’ala Diatas Seluruh Makhluk-Nya

17
Buletin AL-AMIN
Edisi: 17/Jum’at/1/Jumadil Ula/1436
KETINGGIAN ALLOH TA’ALA DI ATAS SELURUH MAKHLUK-NYA


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله
أما بعد:
Ahlussunnah wal Jama’ah adalah generasi terbaik dari umat ini, mulai dari zaman Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya, hingga akhir zaman nanti, mereka akan senantiasa di atas aqidah yang benar dan metode yang terang, dan tidak akan memudhorotkan mereka orang yang menyelisihi mereka, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: 
«لا تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين، لا يضرهم من خالفهم ولا من خذلهم إلى قيام الساعة»
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku di atas kebenaraan, mereka nampak di atas kejelasan, tidak akan memudhorotkan mereka orang yang menyelisihi mereka dan orang yang merendahkan mereka sampai tegaknya hari kiamat”.
Diantara aqidah Ahlissunnah wal Jama’ah yang diselisihi oleh kelompok-kelompok sempalan adalah:
إثبات صفة العلو، وصفة الاستواء لله عز وجل على عرشه
“Penetapan sifal al-‘uluw (ketinggian) dan sifat al-istiwa’ bagi Alloh ‘Azza wa Jalla di atas ‘arsy-Nya.
Diantara dalil-dalilnya adalah perkataan Alloh Ta’ala:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Ar-Rohman di atas ‘Arsy beristiwa'”.
Perkataan-Nya:
اسْتَوَى
“istiwa”, ini memiliki 4 (empat) ma’na:
- استقر. - Tetap.
– علا. - Tinggi.
– ارتفع.- Meninggi.
– صعد.- Naik.
Empat ma’na ini memberikan keterangan tentang ketinggian Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Alloh Ta’ala telah menetapkan bahwasanya Dia di atas makhluk-makhluk-Nya, Alloh Ta’ala berkata tentang amalan hamba-Nya akan dinaikan kepada-Nya, begitu pula para Malaikat dan Jibril naik kepada-Nya:
تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ
“Para Malaikat dan Jibril naik kepada-Nya”.
Perkataannya:
تَعْرُجُ
“Naik” yaitu:
يأتي من أسفل إلى أعلى
“Datang dari paling bawah ke paling atas”.
Dan Alloh Ta’ala berkata:
﴿إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ﴾
“Kepada-Nya naik perkataan yang baik dan amalan sholih akan dinaikan-Nya”.
Ini menunjukan bahwa Alloh Ta’ala di atas makhluk-makhluk-Nya”.
Sebagaimana pula Alloh Ta’ala menurunkan Al-Qur’an dari sisi-Nya:
﴿إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ﴾
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada lailatul Qodr”.
Para ulama menjelaskannya:
أي: نزول القرآن من عنده سبحانه وتعالى.
“Yaitu: Turunnya Al-Qur’an dari sisi-Nya Subhanahu wa Ta’ala”.
Dan ini diperjelas lagi dengan perkataan-Nya:
﴿تَنزِيلٌ مِنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ﴾
“(Al-Qur’an) adalah turun dari Ar-Rohman lagi Ar-Rohim”.
Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ﴾.
“Dan Dia (Alloh) yang berkuasa di atas hamba-hamba-Nya dan Dia adalah Al-Hakim lagi Al-Khobir”.
Orang-orang yang menegakan sholat mengakui bahwa Alloh Ta’ala berada di atas seluruh makhluk, mereka selalu membaca di dalam sholat mereka ketika sujud:
«سبحان ربي الأعلى، سبحان ربي الأعلى»
“Maha suci Robbku yang Al-A’la (Paling Tertinggi), maha suci Robbku yang Al-A’la (Paling Tertinggi)”.
Aku mendengar Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohmatullohi ‘Alaihi berkata tentang hikmah dari seorang hamba melakukan sujud kepada Alloh: “Sebagai bentuk dari perendahan diri seorang hamba kepada Alloh yang Paling Tertinggi, bahwasanya seorang hamba berada di bawah dan Alloh berada di atas para hamba-Nya”.
Dengan dalil-dalil tersebut dapat kita simpulkan tentang batil dan amat salahnya orang-orang yang mengatakan bahwa Alloh ada di mana-mana, dengan perkataan mereka bahwa Alloh Ta’ala berada di mana-mana maka mereka telah merendahkan Alloh dan menempatkan Alloh berada juga di tempat-tempat yang kotor, padahal Alloh Ta’ala telah berkata:
﴿سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى﴾.
“Sucikanlah nama Robbmu yang Al-A’la (paling Tertinggi)”.
TANYA: Apakah dibenarkan perkataan sebagian orang kalau bertanya “dimana Alloh?” ini pertanyaan bid’ah?, dan kalau harus menjawab maka jawaban betulnya “Berada di mana-mana”.
JAWAB: Perkataan seperti itu adalah batil dan sangat salah, karena Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam telah bertanya kepada seorang anak wanita kecil dengan pertanyaan:
«أين الله؟»
“Dimana Alloh?”.
Wanita kecil tersebut menjawab:
هو في السماء
“Dia di atas langit”.
Wanita kecil tersebut lebih berakal dan lebih cerdas dari pada mu’tazilah, shufiyyah dan orang kafir syi’ah-rofidhoh, mereka menetapkan bahwa Alloh ada di mana-mana, terkadang mereka berdalil dengan perkataan Alloh Ta’ala:
﴿وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ﴾.
“Dan Dia bersama kalian dimana pun kalian berada”.
Padahal maksud dari perkataan-Nya “bersama kalian” yaitu ilmu-Nya bersama kalian, karena pada ayat tersebut didahului dengan penyebutan ilmu Alloh Ta’ala:
﴿يعلم ما يلج في الأرض وما يخرج منها…..﴾.
“Dia mengetahui terhadap apa yang berada di dalam bumi dan apa-apa yang dikeluarkan darinya….”.
Juga pada surat-surat lain menjelaskan masalah ini didahului dengan ilmu Alloh, dan didahului pula dengan penetapan bahwa Alloh di atas ‘Arsy-Nya:
﴿…..ثم استوى على العرش….﴾.
“…Kemudian Dia beristiwa di atas ‘Arsy….”.
Dan ma’na “kebersamaan” tidak mengharuskan bersama dalam satu ruang lingkup, sebagaimana ucapan kita:
إننا نمشي والشمس ما زالت معنا، أي: نراها معنا
“Sesungguhnya kita berjalan dan matahari senantiasa bersama kita, yaitu kita melihatnya bersama kita”.
Kita berjalan sinar matahari terus bersama kita, orang yang berakal memahami ini, bahwasanya matahari berada di atas kita bersamaan sinarnya bersama kita, menerangi kita.
PERMATA SALAF
* Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’iy Rohimahulloh menetapkan bahwa Alloh di atas makhluk-makhluk-Nya, beliau berkata:
خلافة أبي بكر الصديق رضي الله عنه ‏”‏حق‏”‏ قضاها الله في سمائه وجمع عليها قلوب عباده
” Khilafah (kepemimpinan) Abu Bakr Ash-Shiddiq Rodhiyallohu ‘Anhu adalah benar, Alloh telah menetapkannya di atas langit-Nya dan Dia telah menyatukan di atas kekholifahannya hati para hamba-Nya”.
* Asy-Syaikh Abdul Malik bin Humaid Al-Maimuniy Rohimahulloh berkata:
سألت أبا عبد الله أحمد عمن يقول‏:‏ إن الله تعالى ليس على العرش فقال‏:‏ كلامهم كله يدور على الكفر
“Aku bertanya kepada Abu Abdillah Ahmad tentang orang yang berkata: Sesungguhnya Alloh Ta’ala bukanlah di atas Al-‘Arsy, maka beliau menjawab: Perkataan mereka semuanya berputar di atas kekufuran”.
Ditulis oleh :
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Afahullahu’anhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar