Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

AWAS PERKARA KECIL MEMBIKIN GANJIL

AWAS PERKARA KECIL
MEMBIKIN GANJIL
PERTANYAAN:
Apakah benar kalau orang masih Belajar tidak boleh ditulis gelar USTADZ di awal namanya, walaupun dia sudah ngajar dan sudah khutbah Jum’at?, saya tanyakan ini karena di tempat tinggal kami bila seorang Ustadz tidak dipanggil Ustadz atau tidak ditulis Ustadz dipermulaan namanya maka dianggap tidak Sopan.
Saya dan keluarga suka baca-baca berita perang Dammaj di situs Isnad banyak berita dari ustadz Ahmad Rifa’i tapi ia tidak ditulis dengan ustadz, pas tadi saya coba buka di google dapat pula berita perang Dammaj di situs resmi Darul Ilmi, saya dapati tertulis: dari Ustadz Nasrul (Porbolinggo) dari Ahmad Rifa’i diDammaj.
Pertanyaan Saya:
Kenapa Ustadz Ahmad Rifa’i tidak ditulis dengan Ustadz, padahal anakku bilang itu Ustadz mereka di Ponpes sebelum ia ke Dammaj?.
NB: Maaf Ustadz pertanyaan ini sudah diajukan ke Ustadz dekat tempat tinggal kami namun kami diberitau untuk teruskan ke nomer Ustadz.

JAWABAN:
بسم الله الرحمن الرحيم.
وبه نستعين، وبعد:
Subhanalloh, semoga Alloh memperbaiki keadaan kami dan kalian sekeluarga, sesungguhnya gelar semisal Ustadz bukanlah suatu perkara yang perlu dipermasalahkan.
Seseorang yang dikenal sebagai da’i, penceramah dan pengajar tidak akan jatuh martabatnya walaupun tidak ditulis gelar di awal namanya karena:
إن أكرمكم عند الله أتقاكم
“Sesungguhnya yang paling mulianya kalian di sisi Alloh adalah yang paling bertaqwanya kalian”.
Bila kita melihat umat Islam di zaman ini ketika mereka menulis nama seseorang dari ulama maka mereka menulis dengan gelar syaikh, begitu pula jika menulis nama seorang da’i maka ditulis dengan gelar ustadz, namun bila menulis nama seseorang dari shohabat Nabi maka tidak ditulis dengan gelar.
Jangan difahami orang yang ditulis dengan gelar itu lebih mulia dari pada para shohabat!, Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
“خير الناس قرني”.
Sebaik-baik manusia adalah di zamanku”. Ya’ni para shohabat.
Jadi kalau ada yang menyeru orang lain dengan tanpa menyebut gelarnya maka itu bukan berarti merendahkannya, di zaman para shohabat banyak dari kaum muslimin menyeru Rosululloh dengan seruan:
يا أبا القاسم
“Wahai Abul Qosim”.
Dan bahkan kalau kalian mengikuti pengajian seorang ustadz yang paling beradab sekalipun kalau dia membaca hadits maka kamu akan dengarkan menyebutkan nama shohabat semisal:
“عن أبي بكر، أو عن عمر، أو عن عثمان”.
“Dari Abu Bakr atau dari Umar atau dari Utsman”.
Maka tidak benar bila kemudian ada yang berkata kepada Ustadz itu dengan perkataan tidak beradab karena tidak menyebut dengan gelar amirul mu’minin.
Kami nasehatkan untuk jangan mempermasalahkan gelar seperti ini, dahulu kaum khowarij memberontak kepada Ali karena diantara sebabnya beliau tidak menulis gelar Amirul Mu’minin di dalam lembaran perdamaian antara beliau dengan Mu’awiyyah.
Kami nasehatkan agar jangan menjadikan perkara kecil semisal gelar Ustadz ini sebagai permasalahan besar, yang dengan itu akan menjadi salah satu sebab timbulnya kebencian diantara sesama.
Ya Alloh persatukanlah semua hamba-hamba-Mu yang beriman dalam melawan musuh-musuh-Mu, dan janganlah jadikan perpecahan di antara mereka.
والحمد لله رب العالمين.
Ditulis Oleh:  Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al Limbory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar