Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

MENITI JEJAK PARA SHOHABAT DALAM BERJIHAD MELAWAN ORANG-ORANG SESAT.



MENITI JEJAK PARA SHOHABAT DALAM BERJIHAD MELAWAN ORANG-ORANG SESAT.

Bismillaahirrohmaanirrohiim. Washsholatu Wassalaamu 'Alaa Rosuulillaah  Wa'alaa Aalihi Washohbihi Waman Waalaah.
Ammaa Ba'd:

Ketahuilah oleh kalian -Rohimaniy Warohimakullooh- sesungguhnya mengikuti jejak para Shohabat adalah termasuk penyebab yang paling terpenting dari tercapainya kemenangan dan keselamatan di dunia dan di akhirat, Alloh Ta'ala berkata: "Dan orang-orang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Al-Muhajirin (para shohabat yang hijroh) dan Al-Anshor (para shohabat yang menolong orang-orang yang hijroh) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik maka Alloh meridhoi mereka dan mereka pula meridhoi-Nya, dan Dia telah menyediakan bagi mereka Jannah-jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, demikianlah kemenangan yang besar". Para shohabat adalah paling berilmunya manusia setelah para Nabi, mereka paling bersemangat dalam menuntut ilmu di sisi Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, mereka paling memahami Al-Qur'an dan paling dibutuhkan oleh umat manusia, namun ketika sudah disyari'atkan jihad maka mereka paling pertama-tama menyambut seruan jihad, berbeda dengan sebagian orang sesat di zaman ini, mereka menyerukan jihad namun akhir seruan mereka: "...akan tetapi
kalau seseorang memiliki semangat menuntut ilmu atau memiliki kemampuan dalam masalah ilmu maka hendaknya dia tidak pergi jihad". Orang yang memahami siroh (perjalanan hidup) Nabi dan para shohabat tentu akan mengingkari seruan seperti ini, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para penghafal Al-Qur'an serta para pencinta ilmu beramai-ramai menyambut seruan jihad, Nabi tidak berkata: "Abu Huroiroh paling semangat menuntut ilmu maka jangan ikut jihad, yang jihad biarkan hanya orang-orang Badui", Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam tidak menyatakan demikian, akan tetapi beliau berkata kepada semua shohabatnya: "Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Robb kalian", "Pergilah kalian (berjihad) baik dalam keadaan ringan maupun dalam keadaan berat". Dengan seruan itu para shohabatpun bergegas memenuhinya, adapun saudara-saudara kita di zaman ini bila diseru untuk jihad maka alasan mereka sangat banyak, lebih mengherankan lagi yang sudah ada di medan jihad disuruh untuk safar, dengan alasan "ibuku suruh safar...ibuku...", memang aneh tapi nyata, kaum musliminyang di luar medan jihad  berupaya untuk masuk medan jihad, mereka malah mau lari dengan alasan "ibuku...ibuku", seakan-akan hanya merekayang punya ibu. Dikemanakan hafalan Al-Qur'annya?, atau kalau tidak hafal maka mau dikemanakan bacaan Al-Qur'annya pada surat Ash-Shaff ayat (2-4). Memang benar umat di zaman ini penuh dengan bala' (petaka), Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Dan sesungguhnya umat kalian ini dijadikan kebaikannya pada awalnya (ya'ni di zaman shohabat) dan bala' akan menimpa pada akhir umat ini, dan perkara-perkara kalian akan mengingkarinya". Diriwayatkan oleh Muslim. Hadits ini sebagai salah satu dalil yang menunjukan tentang keutamaan para shohabat, dan termasuk keselamatan dan kesuksesan bagi setiap muslim untuk meniti jejak mereka, baik yang berkaitan dengan jihad atau amalan-amalan sholih lainnya, karena hati mereka adalah paling baiknya hati, Abdulloh bin Mas'ud berkata: "Sesungguhnya Alloh melihat kepada hati para hamba, lalu Dia mendapati hati Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam paling baiknya hati para hamba, lalu Dia memilihnya untuk diri-Nya, lalu mengutusnya dengan risalah-Nya, kemudian dilihat ke hati para hamba setelah hati Muhammad lalu Dia mendapati hati para Shohabatnya sebaik-baik hati para hamba, lalu Dia menjadikan mereka sebagai pembantu Nabi-Nya, mereka berperang di atas agama-Nya, maka apa yang telah dilihat oleh muslimun (ya'ni para Shohabat) sebagai kebaikan maka dia di sisi Alloh adalah baik, dan apa yang mereka lihat sebagai kejelekan maka di sisi Alloh dia adalah jelek". Para Shohabat menilai bahwa Abu Bakr Ash-Shiddiq adalah yang paling berhak menjadi kholifah sepeninggal Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, mereka membaiatnya dan ikut berjihad bersamanya dalam memerangi orang yang murtad, bahkan Ali bin Abi Tholib mengakui keutamaan Abu Bakr Ash-Shiddiq, beliau bersamanya dalam berjihad membela agama Alloh. Dan apa yang dilakukan oleh Abu Bakr Ash-Shiddiq dalam memerangi siapa saja yang keluar dari ketaatan kepadanya, ini juga diikuti oleh Ali bin Abi Tholib, ketika kaum Khowarij muncul maka beliau memeranginya, bahkan beliau mengazab orang-orang yang ghuluw kepada beliau, kalaulah seandainya Ali bin Abi Tholib masih hidup dan menyaksikan apa yang diada-adakan oleh kaum Syi'ah di zaman ini maka tentu beliau akan memerangi mereka sebagaimana beliau memerangi kaum Khowarij, dan dalil-dalil Al-Qur'an yang dibawakan oleh tokoh-tokoh Syi'ah di zaman ini cukup bagi kita untuk membantahnya dengan perkataan Ali bin Abi Tholib: "Kalimat yang benar digunakan untuk kebatilan". Walhamdulillah.
Ditulis Oleh Akhuuna Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al Limbory

Tidak ada komentar:

Posting Komentar