Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Dari Luka Dan Duka Menuju SURGA

 “Innaa Lillaahi Wainnaa Ilahi Roji'un. Telah meninggal dunia kawan kami, saudara kita Rofi'i Al-Jawiy asal Bojonegoro beliau adalah Nama susuai paspor MUHAMMAD ROFI'I ( BIN SOEDJIKAN ) , tempat tanggal lahir Bojonegoro 27 Februari 1980  Al-Indonesiy -rohimahulloh- Rohmatulloh 'Alaih pada hari ini, Sabtu 13 Muharram 1435 Hijriyyah menjelang azan zhuhur semoga Alloh menjadikannya mati syahid.
 
Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya Al Qudsy  mengabarkan :
Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Air mata berlinang, hati dirundung kepedihan, tapi kami InsyaAlloh tidak mengucapkan kecuali apa yang membikin ridho Robb kami. Sungguh kami amat sedih dengan perpisahan denganmu wahai saudaraku Rofi’i. Semoga Alloh mengangkatmu, sesuai dengan kandungan namamu.
    Yang lebih tua dengan ingin segera berjumpa dengan Alloh ternyata masih hidup, yang lebih muda dan ana harapkan lebih bermanfaat bagi umat ternyata lebih dulu dijemput. Alloh Mahatepat dalam meletakkan urusanNya, sesuai dengan kesempurnaan hikmah-Nya. Banyak insan memohon syahadah di jalan Alloh, tapi Dia lebih tahu siapa yang lebih pantas untk segera dikabulkan permohonanNya dengan segera istirahat dari kepenatan dunia.
Saudaraku, insyaAlloh kita akan berjumpa di bawah rindangnya naungan pohon Thuba di dalam Jannatul Ma’wa, tiada lagi kepedihan dan dahaga dan sebagainya.
"Bagi ikhwah yang bisa menghubungi keluarga beliau, mohon sampaikan salam kami pada keluarga beliau. Kami satu hati. Kesenangan beliau adlh kebahagiaan kami, kesedihan beliau adalah kepedihan kami, meskipun kami selalu saja ada kekurangan dalam memenuhi hak-hak saudara kami. Jazakumullohukhoirol jaza “
 بسم الله الرحمن الرحيم
DARI LUKA DAN DUKA MENUJU SURGA
Ditulis dan dikenang oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al Limbory
Wabihi Nasta'in. Ammaa Ba'd: Nabi Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata: "Seorang mu'min dengan mu'min yang lainnya bagaikan
satu bangunan, saling mengokohkan antara satu dengan yang lainnya,
jika salah satu anggotanya sakit maka semuanya ikut merasakan tidak
bisa tidur dan ikut merasakan demam". Sungguh hati bersedih dan sangat
tersentuh, mata meneteskan airnya dan jiwa raga merintih ketika kawan
akrob seperjuangan telah menghadap kepada Yang Menciptakannya. Pada
hari ini menjelang azan zhuhur saudara kami seiman, yang kami
mencintainya karena Alloh, Rofi'i Al-Jawiy asal Bojonegoro telah
meninggal dunia Rohimahulloh. Masya Alloh sebelumnya beliau hanya
terluka, ketika beliau kehilangan kami di sampingnya dan dikabarkan
kepadanya bahwa kami telah terbunuh beliaupun mencari kami ke
perbatasan untuk membawa kami, begitulah keadaan beliau, ikut merasa
sedih bila orang terdekatnya mengalami musibah dan ikut berduka cita
bila kehilangan orang yang berbuat baik kepadanya. Ketika beliau
menuju ke depan dan belum sempat berjumpa dengan kami, tiba-tiba
laskar Syi'ah melemparkan geranat kepada beliau, beliaupun membalikan
tubuhnya, Alhamdulillah percikan geranat hanya mengenai imamah
(sorban)nya hingga sobek dan melukai dagunya dan terlihat titik-titik
luka pada wajahnya, namun luka itu sangat ringan, beliau menganggapnya
seakan-akan tak terluka. Setelah beliau berjumpa dengan kami,
beliaupun bersyukur dan berbahagia karena kami ternyata masih hidup,
besoknya ketika makan siang beliau bercerita: "Kemarin malam kakakku
menyampaikan bahwa ibuku mimpi melihatku memakai helm (penutup
kepala), lalu seseorang jenggotnya panjang sampai mata kaki memancung
kepalaku, helm yang kupakai pecah dan kepalaku tidak apa-apa, ternyata
ta'wilnya terbukti kemarin aku dilempari geranat, imamaku sobek dan
kepalaku tidak apa-apa". Kami dan kawan-kawan yang makan berjama'ah
dengan beliau merasa kagum, masya Alloh. Insya Alloh bersambung pada
tulisan bagian ke dua.
Setelah tersebar berita kematian saudaraku Fillah Rofi'i Rohmatulloh
'Alaih banyak kawan-kawan ingin melihat bagaimana keadaan wajahnya,
setelah sholat maghrib kami dan kawan-kawan ikut mengantarnya ke
pemakaman Syuhada', akan tetapi kawan-kawan yang lain meminta untuk
dibawah terlebih dahulu di ruang tamu sehingga orang-orang bisa
melihat wajahnya. Tidak ada seorangpun melihatnya melainkan kagum dan
berkata: "Seakan-akan beliau sedang tidur", Abdurrohman Hadid berkata:
"Aku memandang terus wajah jenazahnya seakan beliau mau tertawa",
karena beliau memang suka senyum dan canda dengan kawan-kawan, tadi
pagi, kami dan kawan-kawan bersama beliau masih senyum tawa dan canda,
kami berenam (Muhammad Al-Limboriy, Sa'id Al-Limboriy, Fuad Ngawi,
Abdurrohman Hadid, Abdulloh Pingrang dan Abu Tsabit) makan berjama'ah
masih bisa canda dengan beliau Rohmatulloh 'Alaih, memang beliau bila
dipandang senyumannya menyenangkan orang yang memandangnya, bila
tertawa membuat orang senang. Ketika kaum muslimin, para ulama' dan
para thullab (penuntut ilmu) menyaksikan jenazahnya, semuanya kagum
kepadanya dan mereka mempersaksikan kebaikannya, banyak yang berkata:
"Beliau di atas kebaikan", yang lain lagi berkata: "Seakan-akan beliau
tidak mati", Abu Ilyas asal Rusia berkata: "Beliau telah banyak sekali
memberi manfaat".
Setelah tersebar berita tentang wafatnya saudara kami yang mulia
Muhammad Rofi'i, maka banyak dari saudara-saudari dan  kawan-kawan
beliau meminta untuk kami jelaskan kronologis kematian beliau. Perlu
diketahui bahwa kami kaum muslimin di Dammaj sangat lemah dan tidak
memiliki senjata besar seperti kaum kafir Syi'ah memiliki senjata
besar, dengan melihat hal itu, maka Abu Ilyas Jazahullohu khoiro
merancang alat kecil untuk mengunakan mortir kecil, Alhamdulillah
beliau berhasil, dan Muhammad Rofi'i termasuk yang paling serius dalam
mempelajari senjata rancangan itu, hingga beliau menerapkannya secara
langsung, maka dengan itu Abu Ilyas Hafizhohullah berkata: "Sungguh
Rofi'i telah banyak sekali memberikan manfaat", ya'ni manfaat dalam
berjihad membela agama Alloh, dengan sebab beliau banyak laskar Syi'ah
mati. Hampir setiap hari beliau melepaskan tembakan mortir kecil itu,
Alhamdulillah selalu mengenai sasaran. Pada hari ini, pagi tadi Abu
Tsabit berkata kepada kami bahwa para penembak laskar Syi'ah
menembakan meriam mengenai masjid Ali Manna', belum lagi tembakan dari
laskar Syi'ah ketempat di selain pemukiman Alu Manna', ditambah lagi
seorang kawan kami tertembak mati, maka Muhammad Rofi'i membalas
mereka dengan ditembakan mortir kecil yang beliau bawa, Said
Al-Limboriy dan Abdullah Pingrang berkata: "Tembakan pertama yang
dilepaskan oleh Muhammad Rofi'i berhasil, yang tembakan kedua kalinya
gagal ya'ni peluruh mortirnya meledak di dalam alatnya hingga
percikannya mengenai perut beliau dan menyobek daging perutnya, juga
melukai satu kakinya hingga hampir putus dan memutus dua jari tangan
kanannya, Alhamdulillah anggota tubuh lainnya utuh terutama wajah
beliau utuh dan malah berseri-seri, di zaman Nabi ada seorang shohabat
ingin membunuh musuh ternyata pedangnya mengenai dirinya sendiri,
diapun mati dan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menyatakan bahwa
dia mati syahid. Begitu pula seorang shohabat namanya Haritsah
terbunuh karena senjata nyasar, Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berkata kepada ibunya: "Dan sesungguhnya putramu mendapatkan Firdaus
Al-A'laa (surga paling tertinggi)". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy.
Maka termasuk dari suatu kebahagian tersendiri bagi ibu-bapak dan
keluarga Muhammad Rofi'i karena beliau Insya Alloh mati syahid
Muhammad Rofi'i Rohmatulloh 'Alaih termasuk paling bersemangat dalam
memberikan manfaat kepada saudara-saudaranya seiman, beliau merelakan
dirinya untuk itu karena Alloh, pada perang keenam beliau bersama
Abdul Ghofur Al-Lumajangiy Rohimahumalloh bersama-sama naik ke bukit
Thullab untuk menghadang serangan laskar-laskar Syi'ah. Setelah aman
dan belum ada lagi perang bersenjata, pada saat itu muncul perang
opini yang dijalankan oleh orang-orang menyimpang lagi sesat maka
beliau menterjemahkan tulisan gurunya Asy-Syaikh Abdul Hamid
Al-Hajuriy yang beliau beri judul terjemahan bebasnya
"LEBATNYA HUJAN TUDUHAN ATAS DAMMAJ",
beliau menulis terjemahan itu sebagai bentuk
pembelaannya terhadap  para ulama dan thullab di Dammaj, yang mereka
dizholimi oleh para hizbiyyun yang menyimpang lagi sesat, apa yang
beliau lakukan ini sebagai bentuk pelaksanaan terhadap perkataan
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam: "Tolonglah saudaramu yang
zholim  atau yang dizholimi", para shohabat bertanya: "Ini orang yang
dizholimi, maka bagaimana menolong orang yang zholim?", beliau
berkata: "Kamu mencegahnya dari berbuat zholim, maka dengan itu kamu
menolongnya". Begitulah  keadaan Muhammad Rofi'i Rohmatulloh 'Alaih,
beliau mudah menolong dan mudah memaafkan, semoga beliau juga
dimaafkan, beliau berkata di dalam lembaran wasiatnya: "Aku meminta
dengan segenap kerendahan hati kepada siapa saja yang pernah aku
sakiti atau zholimi agar memaafkanku".
Muhammad Rofi'i adalah pria pemberani, di tengah-tengah derasnya hujan tembakan beliau selalu bisa melepaskan tembakan mortir rakitan yang kecil, beliau diakui oleh kawan-kawan sebagai pemberani. Bila keadaan agak aman ya'ni tembakan kaum kafir Syi'ah berhenti maka beliau mengisi waktunya dengan ibadah dan sholat sunnah. Sepekan sebelum kematian beliau, ketika aku dan Abu Tsabit Al-Jawiy membangun benteng dari karung yang kami isi tanah di dalamnya, ketika beliau melihat kami bekerja beliaupun bergegas membantu, sehari sebelum beliau meninggal, kami melanjutkan membangun benteng itu, maka beliau bersama lima kawan kami orang-orang Indonesia (Abu Tsabit, Said Al-Limboriy, Abdurrohman Hadid, Fuad Ngawiy dan Abdulloh Pingrang) beramai-ramai membantu maka benteng itu kami namai dengan "Indofi'i" ya'ni matras (benteng) Indonesia Rofi'i.
Demikianlah keadaan beliau, waktu-waktunya selalu diisi dengan hal yang bermanfaat, sampai beliau berkata kepada seorang temannya: "Kalau tidak bisa membuat pahala, paling tidaknya jangan berbuat dosa".
Ketika kami sedang baku tembak dengan laskar Syi'ah, tiba-tiba kami melihat beliau di belakang kami, beliau bertayamum, karena kebiasaan beliau tidak akan menembakan mortir rakitan kecil yang beliau bawa melainkan beliau dalam keadaan suci, sebelum beliau memasukan peluru mortir beliau berdoa: "Allohumma saddid romyatanaa 'alaihim" (Ya Alloh tepatkanlah tembakan kami atas mereka).
Dalam setiap kali pertempuran selalu kami saling mengingatkan, jika ada dari kami senang karena bisa menembak langsung musuh, dan yaqin bahwa musuh tewas, maka kami teringat dengan perkataan Alloh: "Dan tidaklah kalian melempar melainkan Alloh yang melempar". Apabila sudah masuk waktu maka kami saling mengingatkan karena sangat tegangnya keadaan sampai terkadang waktu tidak terasa.
Masyaalloh beliau di tempat jaga selalu memperhatikan sholat sunnah. Kalau kami ingin mengimami sholat dengannya maka beliau meminta waktu untuk sholat sunnah terlebih dahulu.
Beliau melakukan itu karena menyadari bahwa waktu-waktu perang ada waktu yang sangat susah dan sulit untuk sholat, sebagaimana ketika aku (Muhammad bin Salim) jaga di perbatasan antara Alu Manna' dengan Masadir ketika itu kami diserang hingga tidak ada penghalang antara kami dengan para laskar Syi'ah melainkan hanya satu tembok kebun anggur, di saat itulah sangat sulit untuk sholat, aku dan dua kawanku orang Yaman dan seorang lagi asal Rusia hanya bisa sholat khouf, dengan menghadap ke arah musuh.
Ketika kami mundur di pemukiman Alu Manna pada jam dua malam maka beliau berjumpa dengan kami dan kami ceritakan apa yang terjadi pada kami selama di dalam jepitan serangan laskar Syi'ah dari pagi hingga tengah malam. Setelah kejadian yang begitu dahsyatnya sampai-sampai susah dan sulit untuk sholat, kami melihat beliau semakin meningkat dalam menjaga sholatnya baik yang lima waktu maupun sholat yang sunnah, Rohimahulloh.
Ketika beliau dan kawan-kawan tidak bisa lagi jaga di Masadir karena laskar Syi'ah telah menguasainya, dan beliau jadi jaga di pemukiman Alu Manna' bersama pasukan Asy-Syaikh Abdulloh Muzahim Rohmatulloh 'Alaih beliau berkata: "Aku sudah empat atau lima jum'atan tidak sholat jum'at di masjid As-Sunnah", maka kami mencari seorang kawan untuk jaga di tempat kami sehingga beliau bisa mengikuti sholat jum'at berjama'ah dengan Syaikhuna Yahya, Masyaalloh beliau sangat senang, setelah itu beliau tidak lagi bisa jum'atan di masjid As-Sunnah karena keadaan bertambah gawat hingga beliau menghadap kepada Robbnya, Rohmatulloh 'Alaih.
Muhammad Rofi'i meninggal kemarin dan baru bisa dikebumikan tadi pagi, karena kemarin hingga malamnya banyak tembakan dan jalan di gang rumah menuju pemakaman Syuhada rawan sniper, beliau bersama empat kawan kami yang meninggal kemarin dan yang meninggal tadi malam baru bisa dikebumikan jam 7 (tujuh) pagi tadi, Rohimahumulloh.
Masyaalloh jenazah Muhammad Rofi'i dari setengah hari hingga semalam penuh tidak ada perubahan, wajahnya tetap berseri-seri, darahnya masih berwarna merah dan badannya biasa seperti baru meninggal, begitu pula kawan-kawan kami yang lainnya, walaupun jenazah mereka tertinggal di dalam kebun anggur atau masih di perbatasan selama sehari atau dua hari setelah kematiannya namun Masyaalloh jenazah mereka tidak membengkak dan tidak pula bau, Walhamdullillah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar