Penjelasan
Singkat tentang hadits sihir
Penulis:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434
MATAN HADITS
قال البخاري رحمه
الله في "الصحيح" برقم (5763): حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ
مُوسَى، أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ، يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ
الأَعْصَمِ، حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ، حَتَّى
إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي، لَكِنَّهُ دَعَا
وَدَعَا، ثُمَّ قَالَ: "يَا عَائِشَةُ، أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ
أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ، أَتَانِي رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ
أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا
لِصَاحِبِهِ: مَا وَجَعُ الرَّجُلِ؟ فَقَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: مَنْ طَبَّهُ؟
قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، قَالَ: فِي أَيِّ شَيْءٍ؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ
وَمُشَاطَةٍ، وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ. قَالَ: وَأَيْنَ هُوَ؟ قَالَ: فِي
بِئْرِ ذَرْوَانَ " فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَجَاءَ فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ، كَأَنَّ
مَاءَهَا نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ، أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ
الشَّيَاطِينِ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَفَلاَ اسْتَخْرَجْتَهُ؟ قَالَ:
«قَدْ عَافَانِي اللَّهُ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا»
فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ تَابَعَهُ أَبُو أُسَامَةَ، وَأَبُو ضَمْرَةَ، وَابْنُ
أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ هِشَامٍ، وَقَالَ: اللَّيْثُ، وَابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ
هِشَامٍ: «فِي مُشْطٍ وَمُشَاقَةٍ» يُقَالُ: المُشَاطَةُ: مَا يَخْرُجُ مِنَ
الشَّعَرِ إِذَا مُشِطَ، وَالمُشَاقَةُ: مِنْ مُشَاقَةِ الكَتَّانِ.
وأخرجه مسلم برقم
(2189)، وقال: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ
هِشَامٍ، به.
Al-Bukhoriy Rohimahulloh berkata di dalam "Ash-Shohih"
dengan (no. 5763): "Telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Musa,
beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus, dari Hisyam,
dari bapaknya (Urwah Ibnuz Zubair) dari Aisyah Rodhiyallahu 'anhu, dia
berkata: Telah disihir Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) oleh seorang lelaki dari Bani Zuroiq, dikatakan bahwa
namanya adalah Labib Ibnul A'shom, sampai Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengangan-angankan untuk melakukan sesuatu namun beliau tidak
melakukannya, sampai-sampai beliau pada suatu hari atau pada suatu malam dan
beliau di sisiku, akan tetapi beliau berdoa dan berdoa, kemudian beliau
berkata: "Wahai 'Aisyah, apakah kamu merasakan bahwasanya Alloh telah
mengabulkan doaku ketika aku berdoa kepada-Nya, telah datang kepadaku dua orang
lelaki, lalu salah satu dari keduanya duduk di sisi kepalaku, dan yang lain di
sisi kakiku, lalu berkata salah seorang dari keduanya kepada kawannya: Apa yang
membaringkan orang ini?
Yang satunya menjawab: "Disihir".
Yang satunya lagi bertanya: "Siapa yang
menyihirnya?".
Yang satunya menjawab: "Labib Ibnul A'shom".
Yang satunya bertanya lagi: "Pada sesuatu apa (dia
disihir)?".
Yang satunya menjawab: "Pada sisir dan apa yang
menyertainya dan pada sisik dari pelepak korma".
Yang satunya bertanya: "Dimana dia?".
Yang satu lagi menjawab: "Di sumur Dzarwan".
Maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bersama beberapa shohabatnya mendatanginya, lalu beliau
berkata: "Seakan-akan airnya seperti air bekas yang berwarna
kekuning-kuningan, atau seakan-anak punuk-punuk pelepak kormanya seperti kepala-kepalanya
syaithon". Aku bertanya: "Apakah engkau mengeluarkannya?",
beliau menjawab: "Sungguh Alloh telah menyembuhkanku, dan aku benci
akan mempengaruhi manusia pada kejelekannya". Maka beliau
memerintahkan dengannya lalu ditimbunlah.
Hadits ini memiliki
jalur periwayatan dari Abu Usamah, Abu Damroh dan Ibnu Abiz Zinad dari Hisyam.
Al-Laits dan Ibnu 'Uyainah berkata: Dari Hisyam: "Dari sisir dan
musyaqoh".
Al-Musyaqoh adalah apa yang keluar dari rambut jika disisir,
dan Al-Musyaqoh termasuk dari apa yang keluar dari rambut.
Dan hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim dengan (no.
2189), beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuroib, beliau
berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari Hisyam, yang semisal
(dengan periwayatan Al-Bukhoriy).
Faedah yang bisa dipetik dari hadits ini diantaranya:
Pertama:
Asy-Syaikhon (Al-Bukhoriy dan Muslim) meriwayatkan hadits ini
di dalam "Ash-Shohihain", yang para Ahli ilmu telah bersepakat
bahwa keduanya adalah kitab yang paling shohih setelah Kitabulloh, sampai
mereka berkata:
"اتفق
عليه العلماء من أن أصح كتاب بعد كتاب الله "صحيحا البخارى ومسلم".
"Telah bersepakat tentangnya para
ulama, bahwasanya paling shohihnya kitab setelah Kitabulloh adalah shohih
Al-Bukhoriy dan Muslim".
Maka dengan kejelasan seperti itu bila kemudian ada yang
menolak satu hadits semisal ini maka dia dipertanyakan tentang jati diri dan
keislamannya, dan kami tidak menganggapnya sama sekali kalau dia sebagai
seorang Ahlissunnah bahkan dia adalah mubtadi' dhol, siapa pun dia, baik
itu Ahmad Surkati (sang pendiri firqoh Ali Irsyad) atau masyayikhnya atau yang
semisal mereka, mereka menolak hadits semisal ini dengan berbagai macam alasan,
ada yang mengatakan karena hadits ahad-lah atau khobar ahad-lah,
bagi siapa yang menolaknya maka dipertanyakan keislaman dan aqidahnya, dan para
ulama telah berkata:
"من
أنكر خبر الواحد فقد رد الشريعة كلها".
"Barang siapa yang menolak khobar
ahad maka sungguh dia telah menolak syari'at seluruhnya".
Kedua:
Adapun perkataannya: "Telah disihir Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) oleh
seorang lelaki dari Bani Zuroiq" maka ini adalah penetapan bahwa
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah
disihir.
Dan ini adalah bantahan terhadap orang-orang congkak, sombong
dan sok bertaqwa ketika melihat atau mendengar bahwa ada dari Ahlissunnah
terkena sihir, mereka pun berkata: "Itu karena mereka lemah tauhidnya dan lemah
imannya jadi sihir mengenainya", dengan ucapan mereka seperti ini mereka
tidak menyadari kalau mereka telah menghina Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) yang pernah terkena
sihir, bagaimana mereka merasa diri paling bertauhid dan paling kuat
keimanannya sedangkan mereka memperoleh ilmu tauhid dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), bagaimana mereka
mentazkiyyah diri mereka dengan kecongkakan dan kesombongan itu sementara Alloh
(تعالى) telah menjaga Nabi-Nya:
{وَاللَّهُ
يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [المائدة: 67]
"Alloh menjagamu
dari (gangguan) manusia, sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir". (Al-Maidah:
67).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
seperti itu lalu bagaimana dengan umatnya?, itulah ketentuan Alloh (تعالى),
bahwasanya Dia akan selalu menguji hamba-hamba-Nya yang beriman, baik mereka adalah
para Nabi atau pun umat-umatnya, Alloh (تعالى) berkata:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ
رَبُّكَ بَصِيرًا} [الفرقان: 20]
"Dan
Kami telah jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain, apakah
kalian bersabar?; dan Robbmu adalah Al-Bashir (Maha Melihat)".
(Al-Furqan: 20).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tidak hanya diuji
dengan disihir namun beliau diuji dengan berbagai macam ujian dan cobaan, baik
ujian itu datangnya dari syaithon yang berbentuk manusia atau syaithon yang
berbentuk jin, Alloh (تعالى) berkata:
{
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ
يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ
مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112]
"Dan
Demikianlah Kami telah jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia),
Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan".
(Al-An'am: 112).
Maka kami katakan kepada
saudara-saudariku Ahlisunnah: "Janganlah kalian bersedih hati jika kalian mendapatkan
ujian, sebagaimana kami katakan kepada diri kami sendiri untuk senantiasa berharap
dengan sebab ujian itu kita akan diampuni dari dosa-dosa kita dan semoga kita
dimasukan ke dalam Jannahnya Alloh (تعالى) yang kekal abadi, biarlah orang-orang
jahat dan para pedengki mengatakan bahwa kita sedang ditimpakan bala', kita
katakan: "Iya, kami sedang ditimpakan bala' akan tetapi bala' yang baik,
Robb kami telah menghibur kami:
{وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ
اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأنفال: 17]
"Dan ditimpakan
bala' bagi orang-orang yang beriman, dengan bala' yang baik. Sesungguhnya Alloh
adalah As-Sami' (Maha Mendengar) lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui)".
(Al-Anfal: 17).
Dan Nabi kami Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah menghibur
kami dengan hiburan yang sangat menyenangkan, Al-Bukhoriy telah membuat bab
khusus tentang masalah ini di dalam "Ash-Shohih", beliau
berkata:
"بَابٌ:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ"
"Bab: Paling besarnya bala' pada
manusia adalah para Nabi, kemudian semisalnya kemudian semisalnya".
Dan Ahlussunan kecuali Abu Dawud telah meriwayatkan dari
hadits Sa'd bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
"يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟".
"Wahai Rosululloh, siapakah manusia
yang paling besar bala'nya?". Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab:
«الْأَنْبِيَاءُ،
ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ،
فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ
رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ،
حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»".
"Para
Nabi, kemudian semisalnya dan yang semisalnya, ditimpakan bala' kepada seorang
hamba disesuaikan dengan keadaan agamanya, jika pada agamanya itu ada kekokohan
maka dibesarkan bala'nya, dan jika pada agamanya ada kelemahan (kerendahan)
maka ditimpakan bala' sesuai kadar agamanya, dan senantiasa seorang hamba akan
ditimpakan bala' sampai dia dibiarkan berjalan di muka bumi dan dia tidak ada
padanya dosa"".
Mereka para penjahat dan para
pendengki itu merasa bangga karena tidak sakit, tidak menderita dan tidak
kekurangan, maka kami katakan kepada mereka: "Begitulah keadaan Fir'aun!,
tidak ada keterangan atau riwayat yang menjelaskan bahwa dia duji dengan sakit,
begitu pula para tukang sihir".
Ketiga:
Adapun perkataannya: "sampai
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengangan-angankan
untuk melakukan sesuatu namun beliau tidak melakukannya" maka ini sebagai
dalil bahwasanya sihir dengan izin Alloh (تعالى) mampu memberikan pengaruh kepada manusia baik jasmani maupun
rohaninya, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah tukang sihirnya Fir'aun:
{فَلَمَّا
أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ
عَظِيمٍ}
[الأعراف: 116]
"Maka
tatkala mereka melepaskan sihir-sihir mereka, dengan menyihir mata-mata manusia
maka manusia merasa takut kepada mereka dan mereka mendatangkan dengan sihir
yang besar". (Al-A'rof: 116).
Adapun pengaruhnya kepada jasmani
dan rohani maka dia seperti yang dirasakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan orang-orang
yang pernah disihir, yaitu mereka merasakan pada diri-diri mereka rasa sakit
yang berat dan daya nalar atau pikiran kacau sampai menginginkan untuk
melakukan sesuatu kemudian terlupakan atau tidak teringat dengan rencana
tersebut.
Keempat:
Adapun perkataannya: (أَفْتَانِي
فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ) "bahwasanya
Alloh telah mengabulkan doaku ketika aku berdoa kepadanya" maka Ibnu Hajar
Rohimahulloh telah berkata di dalam "Fathul Bariy"
(10/228) tentang ma'na dari perkataan ini:
"فِي
رِوَايَةِ الْحُمَيْدِيِّ أَفْتَانِي فِي أَمْرٍ اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَيْ أَجَابَنِي
فِيمَا دَعَوْتُهُ فَأَطْلَقَ عَلَى الدُّعَاءِ اسْتِفْتَاءً لِأَنَّ الدَّاعِيَ
طَالِبٌ وَالْمُجِيبَ مُفْتٍ أَوِ الْمَعْنَى أَجَابَنِي بِمَا سَأَلْتُهُ عَنْهُ
لِأَنَّ دُعَاءَهُ كَانَ أَنْ يُطْلِعَهُ اللَّهُ عَلَى حَقِيقَةِ مَا هُوَ فِيهِ
لِمَا اشْتَبَهَ عَلَيْهِ مِنَ الْأَمْرِ".
"Di dalam riwayat Al-Humaidiy aftaaniy
fii amrinis taftaituhu fiih yaitu Dia mengabulkanku terhadap apa yang aku
berdoa kepada-Nya, fatwa diitlakan pada doa karena orang yang berdoa adalah
menuntut (meminta), dan yang mengabulkan adalah orang yang berfatwa atau ma'na telah
mengabulkanku terhadap apa yang aku telah meminta-Nya tentangnya, karena
sesungguhnya doanya supaya Alloh menampakannya atas keadaan yang sebenarnya dari
apa yang dia berada pada kesamaran dari suatu perkara".
Apa yang telah dikatakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) itu termasuk dari
bentuk pengajaran, maka hendaknya seorang bapak mengikuti metode tersebut, baik
dia mengajari istrinya, putra-putrinya, atau seorang ustadz yang mengajari para
muridnya.
Pada perkataan Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tersebut mengandung banyak pelajaran, diantaranya tentang
tauhid, Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ketika
sudah merasakan derita maka beliau langsung berdoa kepada Alloh (تعالى), dengan sebab
doa tersebut tersingkaplah apa yang disembunyikan oleh tukang sihir.
Dan hendaknya bagi setiap hamba Alloh untuk mengikuti metode
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ini:
{وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]
"Dan Robb
kalian telah berkata: "Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku
kabulkan bagi kalian". (Ghofir: 60).
Dan bagi siapa yang enggan dan
tidak mau untuk berdoa kepada-Nya maka Dia telah mengancamnya dengan ancaman
neraka, sebagaimana perkataan-Nya pada kelanjutan ayat tersebut:
{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah
kepada-Ku maka mereka akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".
(Ghofir: 60).
Kelima:
Adapun perkataannya: "Pada
sesuatu apa (dia disihir)?" maka ini menunjukkan bahwa sihir memiliki
banyak bentuk, terkadang tukang sihirnya langsung melepaskan sihir-sihir mereka
dari tangan-tangan mereka, sebagaimana Alloh (تعالى) kisahkan tentang tukang sihirnya Fir'aun:
{قَالُوا
يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى (65)
قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ
سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66)} [طه: 65، 66]
"(Setelah
mereka berkumpul) mereka berkata: "Wahai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kami yang memulai melemparkan?", Musa berkata:
"Bahkan kalianlah melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan
tongkat-tongkat mereka (berlepasan), terbayang kepada Musa seakan-akan dia
merayap cepat, lantaran sihir mereka". (Thohaa:
65-66).
Pada sihir mereka ini berbentuk
sesuatu seperti tali dan tongkat, dan terkadang mereka (para tukang sihir)
ketika melepaskan sihir dari tangan-tangan mereka maka ada pula yang berbentuk
api, cairan panas atau berbentuk kawat-kawat, atau sejenis binatang dan hewan atau
yang semisalnya.
Ini satu bentuk, dan ada pula
bentuk yang lain, yaitu mereka mengirimkan dengan bentuk para jin, yang para
jin tersebut kemudian mengganggu dan menyakiti orang yang akan mereka sihir.
Ini satu bentuk pula, dan ada
pula bentuk yang lain, yaitu proses pengiriman dari jarak jauh, bila orang yang
akan mereka sihir adalah dari kalangan Ahlut tauhid maka mereka mengirimkan
sejenis sihir tersebut, seakan-akan mereka sedang melakukan bluetooth. Pada
jenis ini terkadang nyasar (salah sasaran), terkadang mengenai pintu rumah
orang yang akan disihir, atau terkadang mengenai benda yang ada di samping
orang yang akan disihir, dan metode ini mereka sering gagal, karena gagal terus
mereka pun menggunakan penopang atau cara seperti yang dilakukan oleh Labib
Ibnul A'shom ini, yaitu mereka mengambil rambut atau sisir orang yang akan
mereka sihir, atau mereka mengambil foto, pakaian, bekas-bekas atau yang
semisalnya, atau mereka juga membuat patung atau yang sejenis boneka yang
mereka jadikan boneka tersebut seakan-akan itulah diri orang yang akan mereka
sihir, kemudian mereka tusuk patung atau boneka tersebut dengan paku, jarum
atau benda tajam lainnya, dan praktek sihir seperti ini terdapat di Sulawesi
kemudian disebarkan di Maluku hingga sampai ke Limboro:
"أَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَقْتُلَ سَوَاحِرَ"
"Aku
memohon kepada Alloh untuk membunuh para tukang sihir".
"وَأَسْأَلُهُ أَنْ يُعَذّبَهُمْ بِسِحْرِهِمْ"
"Dan aku memohon kepada-Nya untuk mengazab mereka dengan
sihir-sihir mereka".
Kelima:
Adapun perkataannya: "Di sumur
Dzarwan" maka ini menunjukan bahwa tukang sihir terkadang menyimpan bahan
sihir di sumur, di gua, di kamar khusus atau di tanjung, atau di antara dua
batu atau di tempat-tempat yang mereka anggap layak sebagai tempat penyimpanan.
Keenam:
Adapun perkataannya: "dan aku benci akan mempengaruhi
manusia pada kejelekannya" maka ini menunjukan bahwa beliau (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sangat kasih
sayang terhadap umatnya, Alloh (تعالى) sebutkan tentang sifatnya yang mulia:
{لَقَدْ
جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 128]
"Sungguh
telah datang kepada kalian seorang Rosul dari kaum kalian sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keselamatan) bagi kalian, sangat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang bermu'min".
(At-Taubah: 128).
Adapun para tukang sihir dan para
penjahat maka mereka tidak memiliki rasa belas kasihan, mereka melakukan PBB
(perlombaan biadab-biadab), di sisi lain para tukang sihir melakukan sihirnya, para
penjahat menjalankan makarnya di sisi lain.
Sangat teringat di benak kami dan
bagi yang menyaksikan atau mendengarkan, ketika kami sedang tegang-tegangnya
dalam melawan serangan sihir, tiba-tiba segerombolan pengacau berupaya pula
untuk memudhorotkan kami, salah satu kawan mereka (sebagai juru bicara)
dihubungi dengan tujuan supaya kami diangkat ke orang yang berpengaruh, dengan maksud
supaya kami diusir, berbagai macam cara mereka jalani, tukang sihir menyerang kami
lewat dalam tubuh dan ada dari mereka (para pengacau) mendorong kami dari luar
tubuh -وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ-, namun –dengan izin Alloh- mereka tidak akan mampu
memudhorotkan kami:
{ لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى} [آل عمران: 111]
"Tidaklah
mereka memudhorotkan kalian melainkan hanya gangguan saja".
(Ali Imron: 111).
{وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
"Dan
rencana jahat mereka akan hancur". (Fathir:
10).
Walaupun para tukang sihir dan
para pengacau, baik yang dari jin maupun yang dari manusia bersatu padu atau
berserikat untuk memudhorotkan kami maka sungguh mereka tidak akan sanggup
kecuali apa yang telah Robb kami tetapkan, Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
"وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ
وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»".
"Dan kalau pun mereka bersatu
untuk memberikan kemadhorotan kepadamu maka mereka tidak akan mampu memudhorotkanmu
melainkan dengan sesuatu yang telah Alloh tuliskan untukmu, telah terangkat
pena dan telah tertulis lembaran-lebaran". Diriwayatkan
oleh At-Tirmidziy dengan sanad hasan dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.
Mengatasi Serangan Sihir
Dalam mengatasi serangan sihir adakalanya
dengan menggunakan dzikir-dzikir dan doa-doa yang telah diajarkan oleh
Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),
dan tentang masalah ini telah kami sebutkan dalam jawaban kami tersendiri ketika
ada pertanyaan yang bekaitan dengan ini.
Dan terkadang pula mengatasinya
dengan cara menggabungkan tata cara tersebut dengan praktek pengobatan Islamiy
seperti bekam dan yang semisalnya, dan Ibnul Qoyyim Rohimahulloh
menyebutkan bahwa serangan sihir diatasi dengan hijamah (berbekam) itu
memiliki kesesuaian atau kecocokan dalam penanganan.
Dan Alhamdulillah sekarang
kita dapati banyak yang memiliki keahlian dalam masalah ini, ada yang meruqyah
orang yang terkena sihir kemudian penanganan terakhirnya dengan cara berbekam,
dan ada pula melakukannya dengan cara bersamaan, masing-masing memiliki segi
pandang yang berbeda-beda.
Dan ada pula yang mencoba semua
tata cara tersebut namun tidak didapatkan hasil atau perubahan kepada diri
orang yang terkena sihir, bila keadaannya seperti ini maka hendaknya orang yang
disihir tersebut benar-benar bertawakkal dan bersabar, dan yakin bahwa balasan
baginya adalah Jannah (surga), Asy-Syaikhon meriwayatkan di dalam "Ash-Shohihain"
dari hadits dari 'Atho' bin Abi Robah, beliau berkata: Ibnu Abbas
berkata kepadaku:
"أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ؟ قُلْتُ:
بَلَى، قَالَ: هَذِهِ المَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ، وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ
اللَّهَ لِي، قَالَ: «إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ
دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ» فَقَالَتْ: أَصْبِرُ، فَقَالَتْ: إِنِّي
أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ، فَدَعَا لَهَا حَدَّثَنَا
مُحَمَّدٌ، أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ:
«أَنَّهُ رَأَى أُمَّ زُفَرَ تِلْكَ امْرَأَةً طَوِيلَةً سَوْدَاءَ، عَلَى سِتْرِ
الكَعْبَةِ»
"Maukah
aku kabarkan kepadamu tentang wanita dari penduduk Jannah?", aku berkata:
"Tentu", ini adalah wanita yang berkulit hitam, datang kepada Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), lalu dia berkata: "Sesungguhnya
saya pingsan-pingsan (karena sebab gangguan), dan sesungguhnya saya terbuka
auratku (ketika tertimpa musibah tersebut), maka berdoalah kepada Alloh untuk
(menyembuhkan)ku!, beliau (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: "Jika kamu ingin untuk
bersabar maka bagimu Jannah, dan jika kamu ingin supaya aku berdoa kepada Alloh
untuk menyembuhkanmu", maka dia (wanita
tadi) berkata: "Aku akan bersabar". Kemudian dia berkata:
"Sesungguhnya saya terbuka auratku (ketika tertimpa musibah tersebut) maka
berdoalah kepada Alloh untukku supaya tidak tersingkap, maka beliau mendoakan
untuknya".
Demikian penjelasan singkat dari kami.
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ
رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ
النَّعِيمِ (9) دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا
سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10)}
[يونس: 9، 10]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar