PERAHUKU
SEDANG BERLAYAR
Pertanyaan:
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Ustadz kami
sebagian akhwat seringkali mendapatkan gangguan dari masyarakat, terkadang kami
diejek dan diberi julukan jelek karena sebabnya kami memakai hijab, dan
terkadang kami dibilang sebagai orang termiskin dan paling menderita, karena
latar belakang orang tua dan saudara laki-laki kami adalah rakyat kecil yang
bekerja di laut.
Kalau ustadz
memiliki keluangan waktu mohon kami dituliskan nasehat penguat untuk keluarga
terkhusus untuk kami para wanita!
Abu Ahmad Muhammad bin
Salim menjawab:
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ
لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Adapun tentang
nasehat khusus untuk para wanita Insya Alloh sudah ada salah seorang saudara
kita yang sedang menuliskan nasehat yang dimaksud, dan kami memberi judul pada
tulisannya tersebut dengan nama "Nasehat untuk Para Wanita yang Berakal
Sehat", semoga segera terbit.
Adapun yang
berkaitan dengan pemberian julukan "paling menderita" Alhamdulillah
setahun yang lalu telah kami tulis sebuah tulisan yang kami beri judul "Jangan
Bersedih, Jadikan Penderitaan Sebagai Pembersih", dan tulisan ini
sudah tersebar luas.
Adapun yang
berkaitan dengan kesengsaraan atau penderitaan maka kita katakan: "Tidak
hanya kita yang sengsara dan menderita, namun dari salafush sholih (para
pendahulu yang baik) telah ada yang menderita, bahkan mereka yang lebih
menderita dari pada kita, bukan hanya kita yang menderita dan sengsara dalam merasakan
kehidupan di dunia ini namun teladan kita Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para
shohabatnya juga pernah mengalami penderitaan yang lebih dahsyat dari pada
kita, karena penderitaan yang begitu dahsyatnya maka Umar Ibnul Khoththob
berkata kepada Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
"ادْعُ
اللَّهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ
عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُونَ اللَّهَ".
"Berdoalah kepada Alloh untuk
memberikan keluasan terhadap umatmu, karena sesungguhnya Persia dan Romawi
diluaskan (kehidupan) atas mereka dan diberikan kepada mereka dunia dan mereka
tidak beribadah kepada Alloh".
Ketika Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mendengar
perkataan tersebut maka beliau (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) langsung berkata:
«أَفِى
شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ
طَيِّبَاتُهُمْ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا».
"Apakah
ada padamu keraguan wahai Ibnul Khoththob, mereka itu adalah suatu kaum
yang disegerakan bagi mereka kebaikan-kebaikan di kehidupan dunia".
Mereka
mendapatkan segala kelezatan hidup di dunia namun di akhirat mereka akan mendapatkan
siksaan yang pedih, Alloh (تعالى) berkata tentang mereka:
{وَلَهُمْ
فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [البقرة: 114]
"Dan
bagi mereka di akhirat adalah azab yang besar". (Al-Baqoroh: 114).
Tentang
permasalahan ini telah kami jelaskan pula di dalam tulisan kami "An-Ni'matus
Saniyyah" yang versi Indonesia dengan judul "Kenikmatan yang
Berharga".
Bukan hanya
kita atau saudara-saudara kita yang bekerja sebagai petani, pedagang dan
nelayan, namun ada juga para pendahulu kita yang bekerja semisal itu, diantaranya
Alloh (تعالى) telah jelaskan tentang pekerjaan sebagian kaum nabi Khidhir, bahwa
Khidir (عليه السلام) berkata:
{أَمَّا
السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ}
[الكهف:
79]
"Adapun
perahu maka dia adalah miliknya orang-orang miskin yang bekerja di laut". (Al-Kahfi: 79).
Kakek,
paman-paman dan saudara-saudara kita bekerja di laut; memancing ikan, atau
membawa penumpang dari pulau ke pula itu lebih baik dan lebih mulia di sisi
Alloh (تعالى) dari pada para pegawai, mereka lebih mulia di sisi Alloh (تعالى) karena jelas kehalalan dari hasil usaha
mereka.
Maka hendaknya
mereka merasa bergembira terhadap kebaikan tersebut.
Pertanyaan:
Ustadz saya
ini anak kuliahan, bapakku seorang dosen di fakultas kedokteran, terkadang dia
khutbah jum'at dan suka mengikuti seminar-semisar Islamiy, saya diupayakan
untuk tidak mendekati dakwah Ahlussunnah, bahkan dia suka mendebatiku, apa yang
harus saya perbuat? Apalagi saya ini adalah seorang wanita yang lemah!.
Abu Ahmad Muhammad
Al-Limboriy menjawab:
Perbanyaklah berdoa
sebagaimana doanya nabi Musa (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
{رَبِّ
اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ
لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29)}
[طه: 25 - 29]
"Ya
Robbku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, hilangkanlah kekakuan pada
lisanku, pahamkanlah mereka terhadap ucapanku dan jadikanlah untukku pembantu
(pembela) dari keluargaku". (Thohaa:
25-29).
Dan bila kamu
didebati oleh bapakmu maka jangan sampai kamu lebih banyak komentar, cara yang
tepat bagimu adalah menyiapkan buku-buku agama, kamu letakan di atas meja atau
di ruangan-ruangan yang kira-kira bapakmu melihatnya, semoga dengan itu dia
terbetik untuk membacanya, dan kamu tampakan di hadapannya dengan akhlak yang
terpuji, jangan kamu berkata keras kepadanya bila kamu didebati, dan
jelaskanlah dengan cara yang lembut dan sopan, Alloh (تعالى) berkata:
{ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ} [النحل : 125]
"Serulah
kepada jalan Robbmu dengan hikmah, dengan nasehat yang bagus dan debatilah
dengan cara yang lebih baik". (An-Nahl:
125).
Pandai-pandailah
dalam melontarkan perkataan, terkadang seseorang ketika memberi nasehat itu
penuh dengan dalil namun dalam membawakan dalil-dalil tersebut tidak terarah
yang pada akhirnya dipukulkan dengan dalil yang lain, pernah terjadi ada
seseorang ketika sudah merasa diri pernah belajar dengan ulama, dia pulang ke
rumah bapaknya, dia dapati bapaknya suka melakukan kesyirikan, ketika dia
melihat bapaknya berbuat syirik maka dia berkata kepada bapaknya:
{يَا
أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا}
[مريم : 44]
"Wahai
bapakku janganlah kamu menyembah syaithon, sesungguhnya syaithon adalah
bermaksiat kepada Ar-Rohman". (Maryam:
44).
Ketika bapaknya
mendengarkan itu maka dia sangat jengkel karena putranya menyebutkan
perbuatannya sebagai "peribadahan kepada syaithon", maka bapaknya
membalas berkata:
{يَا
بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى}
[الصافات : 102]
"Wahai
putraku, sesungguhnya saya melihat di dalam mimpiku, bahwasanya aku akan
menyembelihmu, maka apa pendapatmu?!" (Ash-Shofaat: 102). Dengan ucapan bapaknya seperti itu maka
sang putra terdiam sambil kebingungan.
Pertanyaan:
Akhiy
ada orang-orang mempertanyakan tentang keadaanmu, karena kamu tidak pernah
mendapat kiriman dari Indonesia namun bisa menulis, bisa internet, bisa beli
kitab dan bisa hidup, sampai ada yang curiga kalau kamu mungkin minta-minta
atau punya hubungan dengan jam'iyyah atau para hartawan.
Apa
tanggapanmu tentang hal tersebut?
Muhammad
Al-Limboriy 'Afallohu 'anhu berkata:
Alhamdulillah
sungguh benar perkataan Alloh (تعالى):
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ}
[النحل:
53]
"Dan
apa yang ada pada kalian dari suatu keni'matan maka itu dari Alloh
(datangnya)". (An-Nahl: 53).
Dan
Alhmadulillah kami selalu diberi oleh Alloh (تعالى)
ni'mat yang beraneka ragam, dan yang paling besarnya dari ni'mat tersebut
adalah ketika kami dijadikan sebagai Ahlussunnah yang terus menerus menuntut
ilmu dan berda'wah di jalan Alloh, ini benar-benar suatu keni'matan dan
kelezatan dalam hidup di muka bumi ini.
Adapun
yang berkaitan dengan menulis Alhamdulillah ada seorang saudaraku seorang
Ahlussunnah, ketika beliau tahu bahwa kami diboikot dari kepemilikan da'wah,
maka beliau meminjamkan laptopnya kepada kami semoga Alloh menjaganya dan
membalasnya dengan kebaikan.
Adapun
mengenai kami bisa berda'wah lewat internet Alhamdulillah jika kami
diberi sedekah oleh orang-orang baik semoga Alloh membalas kebaikan mereka
maka sedekah tersebut kami gunakan untuk biaya internet.
Dan
Alhamdulillah kami tidak melakukan utang kecuali sangat mendesak dan itu
kami berani utang kalau menjelang bulan Romadhon karena setiap akhir bulan Romadhon
kami dapatkan uang tunjangan dari ma'had Darul Hadits Dammaj.
Adapun
mengenai beli kitab, sejak kami awal datang di Dammaj memang kami tidak membawa
apa-apa namun ada sebagian kawan meminjamkan kitab-kitab mereka untuk kami gunakan,
ada dari mereka sengaja menghadiahkan.
Ketika
saudara kami Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy Rohimahulloh
masih hidup beliaulah yang memberi sedekah (zakat) dari ibu-bapaknya di
Ambon untuk kami di Dammaj, namun setelah beliau meninggal….
Adapun
sekarang kalau memperbincangkan tentang perihal kami dari mana bisa dapatkan fulus
dan dari mana bisa beli kutub (buku-buku) maka ketahuilah bahwa bila ada
yang meminta kami membukakan dars (pelajaran) untuknya dan orang yang
meminta dars tersebut tahu bahwa kami "serba tak punya" maka
dia sekaligus membelikan kitab yang akan dia pelajari bersama kami lalu dia berikan
kepada kami dengan diniatkan hadiah untuk kami, dan Alhamdulillah dengan
itu kami bisa memiliki kitab, adapun bagi yang bernasib sama dengan kami yang
"serba tak punya" maka dia yang mencarikan pinjaman kitab, dan semua
ini atas kebijakannya sendiri, bukan karena kami memintanya atau mengeluhkannya
untuk meminjamkan atau membelikan kitab.
Adapun
sangkaan atau kecurigaan mungkin kami ada hubungan dengan "jam'iyyah"
atau "ngemis" ke para hartawan maka "Na'udzubillah min
dzalik" (kami berlindung kepada Alloh dari demikian itu).
Dan kami nasehatkan kepada
siapa yang memiliki sangkaan jelek seperti itu untuk bertaqwa kepada Alloh (تعالى), yang Dia (تعالى) telah berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا
كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ} [الحجرات: 12].
"Wahai orang-orang yang beriman,
jauhilah oleh kalian berbanyak sangka, sesungguhnya sebagian sangkaan itu adalah
dosa, dan janganlah kalian saling memata-matai dan janganlah sebagian kalian
menggunjing sebagian yang lain, apakah suka salah seorang diantara kalian
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kalian merasa jijik
(benci)". (Al-Hujarot: 12).
Dan Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ
أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا».
"Berhati-hatilah kalian dari sangkaan,
karena sesungguhnya sangkaan itu adalah paling dustanya perkataan, dan
janganlah kalian saling mencari-cari berita dan saling memata-matai". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Huroiroh.
Pertanyaan:
Ustadz
ada seseorang mengaku sebagai salafiy namun dia mengancamku dengan ancaman
bunuh, akupun marah, dia kirain aku ini penakut apa? Lalu aku tantang dia untuk
baku bunuh!, aku sampaikan ini ke ustadz karena aku juga dengar bahwa ada orang
ngaku sebagai salafiy berencana membunuh ustadz, apakah hukum syari'at terhadap
orang seperti itu, apakah kita dibolehkan mengundangnya berhantaman atau baku
bunuh langsung?.
Muhammad
Al-Limboriy semoga Alloh mengampuni dosa-dosanya berkata:
Wahai
saudaraku semoga Alloh (تعالى) menjaga kami dan menjagamu,
bersabarlah!, janganlah kamu menghiraukan orang tersebut, kalau dia ingin
membunuhmu maka dia akan memikul dosanya, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah anak Adam yang generasi pertama:
{لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ
لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ
اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ} [المائدة: 28]
"Jika
kamu membuka tanganmu untuk membunuhku maka aku tidak akan membuka tanganku
untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Alloh Robbnya alam
semesta". (Al-Maidah: 28).
Tapi
kalau kamu menantangnya maka kamu dikhawatirkan akan termasuk dalam perkataan
Nabi (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ
بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ».
"Jika
bertemu dua orang muslim dengan kedua pedangnya maka yang membunuh dan yang
terbunuh di dalam neraka". Maka Abu Bakroh berkata:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا القَاتِلُ
فَمَا بَالُ المَقْتُولِ".
"Wahai
Rosululloh ini yang membunuh maka bagaimana dengan yang dibunuh?".
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ»
"Sesungguhnya
dia (yang dibunuh) bersemangat (pula) untuk membunuh orang yang mau membunuhnya".
Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari hadits Abu Bakroh.
Kalau
kita direncanakan untuk dibunuh oleh orang jahat seperti yang kamu sebutkan,
kemudian orang tersebut menyerang secara tiba-tiba lalu kita mati maka matinya
kita adalah mati karena dizholimi.
Dan
tidaklah orang seperti itu menginginkan untuk membunuh kami melainkan karena
apa yang kami bawah, tidaklah mereka ingin membunuh kami melainkan karena sebabnya
kami menda'wahkan kebaikan, jika kami mati di atas tangan orang seperti yang
kamu sebutkan maka Insya Alloh terhitung sebagai syahid, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ،
وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ
شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».
"Barang
siapa yang dibunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia adalah syahid,
barang siapa yang dibunuh karena (membela) keluarganya maka dia adalah syahid,
barang siapa yang dibunuh karena (membela) agamanya maka dia adalah syahid, dan
barang siapa yang dibunuh karena (membela) darahnya maka dia adalah
syahid". Diriwayatkan oleh Ahmad dari Sa'id bin Zaid.
Dan
Al-Bukhoriy meriwayatkan dari hadits Abdulloh bin 'Amr semoga Alloh
meridhoinya hanya dengan lafadz:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ»
"Barang
siapa yang dibunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia adalah
syahid".
Demikian
jawaban kami, semoga bermanfaat untuk semua.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه
وَسَلِّم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar