Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

PERAHUKU SEDANG BERLAYAR


PERAHUKU SEDANG BERLAYAR



Pertanyaan:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Ustadz kami sebagian akhwat seringkali mendapatkan gangguan dari masyarakat, terkadang kami diejek dan diberi julukan jelek karena sebabnya kami memakai hijab, dan terkadang kami dibilang sebagai orang termiskin dan paling menderita, karena latar belakang orang tua dan saudara laki-laki kami adalah rakyat kecil yang bekerja di laut.
Kalau ustadz memiliki keluangan waktu mohon kami dituliskan nasehat penguat untuk keluarga terkhusus untuk kami para wanita!

Abu Ahmad Muhammad bin Salim menjawab:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Adapun tentang nasehat khusus untuk para wanita Insya Alloh sudah ada salah seorang saudara kita yang sedang menuliskan nasehat yang dimaksud, dan kami memberi judul pada tulisannya tersebut dengan nama "Nasehat untuk Para Wanita yang Berakal Sehat", semoga segera terbit.
Adapun yang berkaitan dengan pemberian julukan "paling menderita" Alhamdulillah setahun yang lalu telah kami tulis sebuah tulisan yang kami beri judul "Jangan Bersedih, Jadikan Penderitaan Sebagai Pembersih", dan tulisan ini sudah tersebar luas.
Adapun yang berkaitan dengan kesengsaraan atau penderitaan maka kita katakan: "Tidak hanya kita yang sengsara dan menderita, namun dari salafush sholih (para pendahulu yang baik) telah ada yang menderita, bahkan mereka yang lebih menderita dari pada kita, bukan hanya kita yang menderita dan sengsara dalam merasakan kehidupan di dunia ini namun teladan kita Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya juga pernah mengalami penderitaan yang lebih dahsyat dari pada kita, karena penderitaan yang begitu dahsyatnya maka Umar Ibnul Khoththob berkata kepada Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
"ادْعُ اللَّهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُونَ اللَّهَ".
"Berdoalah kepada Alloh untuk memberikan keluasan terhadap umatmu, karena sesungguhnya Persia dan Romawi diluaskan (kehidupan) atas mereka dan diberikan kepada mereka dunia dan mereka tidak beribadah kepada Alloh".
Ketika Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mendengar perkataan tersebut maka beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) langsung berkata:
«أَفِى شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا».
"Apakah ada padamu keraguan wahai Ibnul Khoththob, mereka itu adalah suatu kaum yang disegerakan bagi mereka kebaikan-kebaikan di kehidupan dunia".
Mereka mendapatkan segala kelezatan hidup di dunia namun di akhirat mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, Alloh (تعالى) berkata tentang mereka:
{وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [البقرة: 114]
"Dan bagi mereka di akhirat adalah azab yang besar". (Al-Baqoroh: 114).
Tentang permasalahan ini telah kami jelaskan pula di dalam tulisan kami "An-Ni'matus Saniyyah" yang versi Indonesia dengan judul "Kenikmatan yang Berharga".
Bukan hanya kita atau saudara-saudara kita yang bekerja sebagai petani, pedagang dan nelayan, namun ada juga para pendahulu kita yang bekerja semisal itu, diantaranya Alloh (تعالى) telah jelaskan tentang pekerjaan sebagian kaum nabi Khidhir, bahwa Khidir (عليه السلام) berkata:
{أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ} [الكهف: 79]
"Adapun perahu maka dia adalah miliknya orang-orang miskin yang bekerja di laut". (Al-Kahfi: 79).
Kakek, paman-paman dan saudara-saudara kita bekerja di laut; memancing ikan, atau membawa penumpang dari pulau ke pula itu lebih baik dan lebih mulia di sisi Alloh (تعالى) dari pada para pegawai, mereka lebih mulia di sisi Alloh (تعالى) karena jelas kehalalan dari hasil usaha mereka.
Maka hendaknya mereka merasa bergembira terhadap kebaikan tersebut.

Pertanyaan:
Ustadz saya ini anak kuliahan, bapakku seorang dosen di fakultas kedokteran, terkadang dia khutbah jum'at dan suka mengikuti seminar-semisar Islamiy, saya diupayakan untuk tidak mendekati dakwah Ahlussunnah, bahkan dia suka mendebatiku, apa yang harus saya perbuat? Apalagi saya ini adalah seorang wanita yang lemah!.

Abu Ahmad Muhammad Al-Limboriy menjawab:
Perbanyaklah berdoa sebagaimana doanya nabi Musa (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
{رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي (29)} [طه: 25 - 29]
"Ya Robbku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, hilangkanlah kekakuan pada lisanku, pahamkanlah mereka terhadap ucapanku dan jadikanlah untukku pembantu (pembela) dari keluargaku". (Thohaa: 25-29).
Dan bila kamu didebati oleh bapakmu maka jangan sampai kamu lebih banyak komentar, cara yang tepat bagimu adalah menyiapkan buku-buku agama, kamu letakan di atas meja atau di ruangan-ruangan yang kira-kira bapakmu melihatnya, semoga dengan itu dia terbetik untuk membacanya, dan kamu tampakan di hadapannya dengan akhlak yang terpuji, jangan kamu berkata keras kepadanya bila kamu didebati, dan jelaskanlah dengan cara yang lembut dan sopan, Alloh (تعالى) berkata:
{ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ} [النحل : 125]
"Serulah kepada jalan Robbmu dengan hikmah, dengan nasehat yang bagus dan debatilah dengan cara yang lebih baik". (An-Nahl: 125).
Pandai-pandailah dalam melontarkan perkataan, terkadang seseorang ketika memberi nasehat itu penuh dengan dalil namun dalam membawakan dalil-dalil tersebut tidak terarah yang pada akhirnya dipukulkan dengan dalil yang lain, pernah terjadi ada seseorang ketika sudah merasa diri pernah belajar dengan ulama, dia pulang ke rumah bapaknya, dia dapati bapaknya suka melakukan kesyirikan, ketika dia melihat bapaknya berbuat syirik maka dia berkata kepada bapaknya:
{يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا} [مريم : 44]
"Wahai bapakku janganlah kamu menyembah syaithon, sesungguhnya syaithon adalah bermaksiat kepada Ar-Rohman". (Maryam: 44).
Ketika bapaknya mendengarkan itu maka dia sangat jengkel karena putranya menyebutkan perbuatannya sebagai "peribadahan kepada syaithon", maka bapaknya membalas berkata:
{يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى} [الصافات : 102]
"Wahai putraku, sesungguhnya saya melihat di dalam mimpiku, bahwasanya aku akan menyembelihmu, maka apa pendapatmu?!" (Ash-Shofaat: 102). Dengan ucapan bapaknya seperti itu maka sang putra terdiam sambil kebingungan.

Pertanyaan:
Akhiy ada orang-orang mempertanyakan tentang keadaanmu, karena kamu tidak pernah mendapat kiriman dari Indonesia namun bisa menulis, bisa internet, bisa beli kitab dan bisa hidup, sampai ada yang curiga kalau kamu mungkin minta-minta atau punya hubungan dengan jam'iyyah atau para hartawan.
Apa tanggapanmu tentang hal tersebut?

Muhammad Al-Limboriy 'Afallohu 'anhu berkata:
Alhamdulillah sungguh benar perkataan Alloh (تعالى):
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
"Dan apa yang ada pada kalian dari suatu keni'matan maka itu dari Alloh (datangnya)". (An-Nahl: 53).
Dan Alhmadulillah kami selalu diberi oleh Alloh (تعالى) ni'mat yang beraneka ragam, dan yang paling besarnya dari ni'mat tersebut adalah ketika kami dijadikan sebagai Ahlussunnah yang terus menerus menuntut ilmu dan berda'wah di jalan Alloh, ini benar-benar suatu keni'matan dan kelezatan dalam hidup di muka bumi ini.
Adapun yang berkaitan dengan menulis Alhamdulillah ada seorang saudaraku seorang Ahlussunnah, ketika beliau tahu bahwa kami diboikot dari kepemilikan da'wah, maka beliau meminjamkan laptopnya kepada kami semoga Alloh menjaganya dan membalasnya dengan kebaikan.
Adapun mengenai kami bisa berda'wah lewat internet Alhamdulillah jika kami diberi sedekah oleh orang-orang baik semoga Alloh membalas kebaikan mereka maka sedekah tersebut kami gunakan untuk biaya internet.
Dan Alhamdulillah kami tidak melakukan utang kecuali sangat mendesak dan itu kami berani utang kalau menjelang bulan Romadhon karena setiap akhir bulan Romadhon kami dapatkan uang tunjangan dari ma'had Darul Hadits Dammaj.
Adapun mengenai beli kitab, sejak kami awal datang di Dammaj memang kami tidak membawa apa-apa namun ada sebagian kawan meminjamkan kitab-kitab mereka untuk kami gunakan, ada dari mereka sengaja menghadiahkan.
Ketika saudara kami Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Amboniy Rohimahulloh masih hidup beliaulah yang memberi sedekah (zakat) dari ibu-bapaknya di Ambon untuk kami di Dammaj, namun setelah beliau meninggal….
Adapun sekarang kalau memperbincangkan tentang perihal kami dari mana bisa dapatkan fulus dan dari mana bisa beli kutub (buku-buku) maka ketahuilah bahwa bila ada yang meminta kami membukakan dars (pelajaran) untuknya dan orang yang meminta dars tersebut tahu bahwa kami "serba tak punya" maka dia sekaligus membelikan kitab yang akan dia pelajari bersama kami lalu dia berikan kepada kami dengan diniatkan hadiah untuk kami, dan Alhamdulillah dengan itu kami bisa memiliki kitab, adapun bagi yang bernasib sama dengan kami yang "serba tak punya" maka dia yang mencarikan pinjaman kitab, dan semua ini atas kebijakannya sendiri, bukan karena kami memintanya atau mengeluhkannya untuk meminjamkan atau membelikan kitab.
Adapun sangkaan atau kecurigaan mungkin kami ada hubungan dengan "jam'iyyah" atau "ngemis" ke para hartawan maka "Na'udzubillah min dzalik" (kami berlindung kepada Alloh dari demikian itu).
Dan kami nasehatkan kepada siapa yang memiliki sangkaan jelek seperti itu untuk bertaqwa kepada Alloh (تعالى), yang Dia (تعالى) telah berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ} [الحجرات: 12].
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian berbanyak sangka, sesungguhnya sebagian sangkaan itu adalah dosa, dan janganlah kalian saling memata-matai dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain, apakah suka salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kalian merasa jijik (benci)". (Al-Hujarot: 12).
Dan Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا».
"Berhati-hatilah kalian dari sangkaan, karena sesungguhnya sangkaan itu adalah paling dustanya perkataan, dan janganlah kalian saling mencari-cari berita dan saling memata-matai". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Huroiroh.

Pertanyaan:
Ustadz ada seseorang mengaku sebagai salafiy namun dia mengancamku dengan ancaman bunuh, akupun marah, dia kirain aku ini penakut apa? Lalu aku tantang dia untuk baku bunuh!, aku sampaikan ini ke ustadz karena aku juga dengar bahwa ada orang ngaku sebagai salafiy berencana membunuh ustadz, apakah hukum syari'at terhadap orang seperti itu, apakah kita dibolehkan mengundangnya berhantaman atau baku bunuh langsung?.

Muhammad Al-Limboriy semoga Alloh mengampuni dosa-dosanya berkata:
Wahai saudaraku semoga Alloh (تعالى) menjaga kami dan menjagamu, bersabarlah!, janganlah kamu menghiraukan orang tersebut, kalau dia ingin membunuhmu maka dia akan memikul dosanya, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah anak Adam yang generasi pertama:
{لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ} [المائدة: 28]
"Jika kamu membuka tanganmu untuk membunuhku maka aku tidak akan membuka tanganku untuk membunuhmu, sesungguhnya aku takut kepada Alloh Robbnya alam semesta". (Al-Maidah: 28).
Tapi kalau kamu menantangnya maka kamu dikhawatirkan akan termasuk dalam perkataan Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ».
"Jika bertemu dua orang muslim dengan kedua pedangnya maka yang membunuh dan yang terbunuh di dalam neraka". Maka Abu Bakroh berkata:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا القَاتِلُ فَمَا بَالُ المَقْتُولِ".
"Wahai Rosululloh ini yang membunuh maka bagaimana dengan yang dibunuh?". Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ»
"Sesungguhnya dia (yang dibunuh) bersemangat (pula) untuk membunuh orang yang mau membunuhnya". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari hadits Abu Bakroh.
Kalau kita direncanakan untuk dibunuh oleh orang jahat seperti yang kamu sebutkan, kemudian orang tersebut menyerang secara tiba-tiba lalu kita mati maka matinya kita adalah mati karena dizholimi.
Dan tidaklah orang seperti itu menginginkan untuk membunuh kami melainkan karena apa yang kami bawah, tidaklah mereka ingin membunuh kami melainkan karena sebabnya kami menda'wahkan kebaikan, jika kami mati di atas tangan orang seperti yang kamu sebutkan maka Insya Alloh terhitung sebagai syahid, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».
"Barang siapa yang dibunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia adalah syahid, barang siapa yang dibunuh karena (membela) keluarganya maka dia adalah syahid, barang siapa yang dibunuh karena (membela) agamanya maka dia adalah syahid, dan barang siapa yang dibunuh karena (membela) darahnya maka dia adalah syahid". Diriwayatkan oleh Ahmad dari Sa'id bin Zaid.
Dan Al-Bukhoriy meriwayatkan dari hadits Abdulloh bin 'Amr semoga Alloh meridhoinya hanya dengan lafadz:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ»
"Barang siapa yang dibunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia adalah syahid".
Demikian jawaban kami, semoga bermanfaat untuk semua.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar