KENANGAN
YANG TAK
TERLUPAKAN
Dutulis
oleh:
Muhammad bin Salim
Al-Limboriy
Semoga
Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni
saudara-saudarinya
KENANGAN
YANG
TAK TERLUPAKAN
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه،
وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ
لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
فقد قال مالك بن أنس رحمه
الله: من لزم السنة، وسلم منه أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم مات، كان مع
النبيين والصديقين والشهداء والصالحين، وإن كان له تقصير في العمل.
Maka sungguh
telah berkata Malik bin Anas semoga Alloh merahmatinya:
"Barang
siapa yang senantiasa menyertai As-Sunnah dan telah selamat darinya para
shohabat Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) kemudian dia
meninggal, maka dia bersama para Nabi, Ash-Shiddiqin, syuhada'
dan orang-orang sholih walaupun baginya sedikit dalam beramal".
قال البخاري رحمه الله: حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ: مَتَى
السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا». قَالَ: لاَ شَيْءَ، إِلَّا
أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:
«أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».
Berkata Al-Bukhoriy
semoga Alloh merahmatinya: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin
Harb, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari
Tsabit, dari Anas bin Malik semoga Alloh
meridhoinya bahwa ada seseorang bertanya kepada Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) tentang hari
kiamat, dia berkata: Kapan hari kiamat?, maka beliau menjawab: "Apa
yang kamu persiapkan untuk (menghadapi)nya?", dia berkata: Tidak ada
sesuatu (yang saya persiapkan), melainkan sesungguhnya saya mencintai Alloh dan
Rosul-Nya (صلى
الله عليه وسلم), maka beliau berkata: "Kamu bersama dengan orang yang
kamu cintai".
قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرَحَنَا
بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ».
Berkata Anas: "Tidaklah kami bergembira dengan
sesuatu, (melainkan) kami bergembira dengan perkataan Nabi (صلى الله عليه وسلم): "Kamu
bersama dengan orang yang kamu cintai".
قَالَ أَنَسٌ: «فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ
بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ».
Berkata Anas: "Maka saya mencintai Nabi (صلى الله عليه وسلم), Abu Bakr, Umar, dan aku berharap untuk bersama
mereka dengan sebab kecintaanku kepada mereka, walaupun aku tidak beramal
seperti amalan mereka".
Kami katakan: Dan
sungguh kami telah melihat dan mendapati pada diri Abul
Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy semoga Alloh merahmatinya dan
menempatkannya ke dalam Jannah Firdaus-Nya yang Tinggi bentuk kecintaan terhadap Alloh dan Rosul-Nya
serta kecintaan kepada Salafush Sholih, dan kami berdoa kepada Alloh
untuk menjadikannya bersama dengan orang-orang yang beliau cintai, dan kami
akan menyebutkan diantaranya adalah:
KECINTAANNYA KEPADA ALLOH DENGAN
ITU MERELAKAN DIRINYA UNTUK MENDERITA DI KEHIDUPAN DUNIA
Beliau semoga Alloh merahmatinya dan menempatkannya ke dalam Jannah
Firdaus-Nya yang Tinggi ketika mengetahui bahwasanya menjadi
pegawai negri itu tidak lepas dari bermaksiat kepada Alloh maka beliau tidak
berkeinginan sedikitpun untuk mencalonkan diri, beliau lebih mencintai Alloh
dengan terus mentaatinya, kemudian beliau bergabung dengan teman-temannya
bekerja di proyek kayu jati, dan beliau dipercaya oleh atasannya untuk mencari
para pekerja, maka beliau mempersyaratkan kepada para calon karyawan kalau
sudah mulai bekerja untuk rajin sholat dan tidak mengisap rokok,
ditengah-tengah kesibukan di lahan kayu jati beliau meluangkan waktu untuk
memberi nasehat, bimbingan dan bahkan mengajarkan ilmu tajwid dan berbagai
permasalahan agama, dengan sebab itu banyak dari para pekerjanya kemudian
berlomba-lomba ke pondok pesantren, ada yang baru sebulan kerja lansung
berangkat, ada yang lebih dari itu baru kemudian berangkat ke pondok pesantren,
karena tujuan utamanya bekerja adalah sebagai pendukung dan sarana untuk meraih
kecintaan dan keridhoan Alloh, maka ketika beliau mengetahui bahwa proyek yang
selama ini beliau berkecimpun di dalamnya ternyata terdapat kemaksiatan berupa
adanya unsur "nyogok" kepada pihak-pihak tertentu dan lebih dari itu
atas-atasannya juga ternyata menginginkan untuk mengadakan jual beli babi ke pula
Jawa, maka beliau bergegas meninggalkan proyek tersebut.
Beliau semoga Alloh merahmatinya dan menempatkannya ke dalam Jannah
Firdaus-Nya yang Tinggi ketika mengetahui bahwasanya menjadi
pegawai negri itu tidak lepas dari bermaksiat kepada Alloh maka beliau tidak
berkeinginan sedikitpun untuk mencalonkan diri, beliau lebih mencintai Alloh
dengan terus mentaatinya, beliau lebih suka menjadi petani dan pengembala
kambing di Limboro dari pada memaksiati Robbnya, bahkan ketika beliau melihat
ada sebagian hizbiyyin beramai-ramai mencalonkan diri sebagai pegawai negri dengan
alasan adanya dukungan berupa fatwa dari beberapa ulama Saudi, maka beliau
dengan tegas mengatakan:
"Fatwa ulama Saudi itu kalau untuk di negara Saudi
adapun di negara kita tidak sama dengan nagara Saudi, di Saudi jelas berhukum
dengan hukum Islam, para pegawainya bekerja diatur dengan peraturan Islam…".
KECINTAANNYA KEPADA ROSULULLOH
(صلى الله عليه وسلم) DENGAN ITU MERELAKAN DIRINYA UNTUK MENDERITA DI KEHIDUPAN DUNIA
Bila beliau
mendapatkan faedah ilmiyyah atau sampai kepadanya perkataan Nabi (صلى الله عليه وسلم) maka
beliau langsung mengamalkannya, beliau selalu mengamalkan perkataan Nabi (صلى الله عليه وسلم):
«فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ، وَإِذَا
أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ».
"Maka jika aku melarang kalian terhadap sesuatu maka
jauhilah oleh kalian, dan jika aku perintahkan kepada kalian tentang suatu
perkara maka kerjakanlah darinya semampu kalian". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon
dari hadits Abu Huroiroh.
Bila beliau
berkhutbah jum'at di masjid Jami' Limboro maka beliau selalu mengajak untuk
mengikuti sunnah-sunnah Nabi (صلى الله عليه وسلم), hal demikian itu karena Alloh (تعالى) berkata:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
(31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)} [آل عمران: 31، 32]
"Katakanlah: Jika kalian mencintai
Alloh maka ikutilah aku, maka niscaya Alloh akan mencintai kalian dan
mengampuni dosa-dosa kalian, dan Alloh adalah Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi
Ar-Rohim (Maha Penyayang). Katakanlah: Taatilah oleh kalian Alloh dan
Rosul(Nya), jika kalian berpaling maka sesungguhnya Alloh tidak menyukai
orang-orang yang kafir". (Ali
Imron: 31-32).
KECINTAANNYA KEPADA SALAFUS
SHOLIH
Setelah beliau mengenal dakwah Ahlussunnah wal
Jama'ah maka beliau semakin bertambah kecintaannya kepada para salafush sholih, bila beliau pulang kampung
maka adik-adiknya dan saudara-saudaranya, beliau berikan nama baru yang
Islamiy, ketika beliau sudah memiliki putri maka beliau namai dengan nama dari
seorang istri Nabi (صلى الله عليه وسلم), setelah itu beliau memiliki putra maka beliau namai
dengan nama dari seorang paman Nabi (صلى الله عليه وسلم).
KECINTAANNYA KEPADA SAUDARA-SAUDARINYA YANG SEIBU DAN SEAYAH
Ketika kami selesai melanjutkan studi di Surabaya dan
berkeinginan untuk bekerja maka beliau menghubungi kami untuk belajar ilmu
agama, dan beliau menjanjikan kami untuk ke Dammaj, dengan pertolongan dan
hidayah dari Alloh kemudian dengan sebab beliau kami pun memilih untuk belajar
ilmu agama.
Apabila beliau memiliki keluangan waktu maka beliau
selalu menanyakan keadaan kami dan keadaan adik kami Anas bin Salim yang ketika itu adik kami tersebut sudah belajar
di pondok pesantren, beliau selalu mengingatkan kami tentang janjinya untuk
memberangkatkan kami ke Dammaj, ketika beliau menghubungi kami maka kami
menasehatinya untuk sebaiknya beliau saja yang ke Dammaj, maka dengan penuh
keseriusan dan kuatnya keyakinannya kepada Robbnya beliau berkata:
"Kalau saya yang akan
ke Dammaj maka bagaimana dengan nasib adik-adik kita?, siapa yang akan membantu
mereka dalam pendidikan agama?, siapa yang akan mengarahkan mereka?, saya
khawatir mereka akan sesat, saya khawatir mereka akan menjadi anak
sekolahan".
Dengan kalimat yang ringkas seperti itu membuat hati ini menangis
karenanya, sampai-sampai ketika kawan kami di Cirebon mendengar perkataan itu
dia pun berkata:
"Semoga Alloh
membalas kebaikan kakakmu itu, sungguh tidak kita dapati orang seperti beliau
yang lebih mendahulukan saudaranya dari pada dirinya sendiri".
Dengan kebaikannya itu membuat diri ini selalu teringat
tentang keadaan orang-orang yang beliau cintai dari kalangan para shahabat Nabi,
yang Alloh telah sebutkan ciri-ciri mereka:
{وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ}
[الحشر: 9]
"Mereka mengutamakan saudara-saudara mereka atas diri-diri
mereka sendiri, walaupun mereka sangat membutuhkan". (Al-Hasyr:
8).
Dan kalimat yang beliau ucapkan itu Alhamdulillah
benar-benar telah terbukti, kami bisa sampai ke Dammaj dengan sebab perjuangan
dan pengorbanannya, begitu pula 3 (tiga) adik-adik kami terselamatkan dari
fitnah.
سبحانك اللهم وبحمدك لا إله إلا أنت
أستغفرك وأتوب إليك
Tidak ada komentar:
Posting Komentar