MAKTABAH ABIL 'ABBAS ROHIMAHULLOH
LIMBORO
1434
SYUBHAT PERTAMA
بسم الله
الرحمن الرحيم
الحمد لله رب
العالمين وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما، أما بعد:
Termasuk
diantara syubhat yang berliku-liku itu:
Tingkah
laku dan sikap yang dijalani oleh orang-orang Indonesia yang ada di Darul
Hadits Dammaj itu mutasyaddid (sangat keras). Siapa saja yang tidak
bersama mereka langsung di-hajr dan di-tahdzir! dan dibilang maridh!.
Tanggapan:
Tentu
sudah diketahui bahwa syubhat ini bukanlah suatu pembicaraan baru namun sudah
ditebarkan oleh hizbiyyun dan para jaringan mereka dengan berbagai macam ragam
yang titik temunya adalah adanya ketidak sukaan mereka terhadap siapa saja yang
berani menyuarakan al-haq dan ber-amar ma'ruf nahi munkar.
Syubhat
yang berliku-liku semisal ini atau yang sema'na dengannya sering ditebarkan
oleh Abul 'Abayah Mushthafa Al-Buthoniy dan orang-orang yang bersamanya ketika
di Dammaj, maka sebagai sambutan hangat kami berikan tembakan jitu:
Tebarkan
syubhat kalian ke seluruh penjuru
Tapi ingat
senjata kami masih banyak peluru
Teruskan
kejahatan kalian seperti orang terdahulu
Tampil
seperti orang cerdas tapi paling dungu
Tabiat
kalian itu bukti kalau kalian orang lucu
Tidaklah
kami bersikap melainkan kami memiliki pijakan yang pasti dan jelas, baik dari
Al-Qur'an dan As-Sunnah atau mengikuti metode salafush sholih, sebagai
penambah wawasan maka sedikit kami arahkan untuk merujuk ke kitab Al-Imam
An-Nawawiy Rohimahulloh "Riyadhus Sholihiin" pada
"Kitabut Taubat" yang berkaitan dengan kisah taubatnya shohabat
yang mulia Ka'ab bin Malik Rodhiyallohu 'anhu.
Tentu bagi
siapa saja yang membaca kisah tersebut akan tahu bahwa Ka'ab bin Malik
disikapi oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shahabatnya dengan sikap yang tegas, keras dan
di-hajr hanya lantaran tidak mengikuti perang Tabuk, padahal beliau Rodhiyallohu
'anhu adalah shahabat yang mulia sudah disikapi seperti itu lalu bagaimana
kiranya dengan orang-orang yang bersekongkol dan membela ahlul bathil
maka tentunya lebih layak bagi mereka untuk disikapi lebih dari pada Ka'ab
bin Malik Rodhiyallohu 'anhu, beliau tidak dijawab
salamnya, tidak disalami dan tidak diajak bicara bahkan kerabat dan istrinya
ikut menyikapinya.
Tentu bukan
suatu sikap yang keras atau dianggap aneh kalau ada yang menyikapi para pembela
hizbiyyin dengan sikap tersebut.
Bukan suatu
kesalahan kalau kami bersikap tegas terhadap Ridho Al-Jawiy yang dia
terang-terangan di depan kami membela hizbiyyin semisal Asykari dan Abul
'Abayah Al-Buthoniy, Luqman Ba'abduh, Muhammad Afifudin, Muhammad As-Sarbini,
Kholiful Hadi dan Asykari atau yang semisal mereka.
Dan
merupakan suatu kesalahan besar atau teranggap sebagai dosa besar kalau kemudian
ada orang membela para hizbiyyin semisal mereka itu, bukankah Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«لَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى
مُحْدِثًا».
"Semoga la'nat Alloh atas siapa saja yang menaungi
pelaku bid'ah (maksiat)". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dalam "Al-Adabul
Mufrod" dan Muslim dalam "Shohih"nya.
Dan Al-Imam
Al-Bukhariy dalam "Shahih"nya membuat bab khusus "Dosa
bagi siapa saja yang menaungi pelaku bid'ah" diriyawatkan dari Amirul
Mu'minin Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu. Dan Alloh (تعالى) berkata:
{وَلَا تُجَادِلْ عَنِ
الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ
خَوَّانًا أَثِيمًا (107) يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ
اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ
وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا (108) هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ
جَادَلْتُمْ عَنْهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَمَنْ يُجَادِلُ اللَّهَ
عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْ مَنْ يَكُونُ عَلَيْهِمْ وَكِيلًا (109)}
[النساء/107-109]
"Dan
janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya,
sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi
bergelimang dosa, Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
bersembunyi dari Alloh, padahal Alloh beserta mereka, ketika pada suatu malam
mereka menetapkan keputusan rahasia yang Alloh tidak ridhoi, dan Alloh adalah
Al-Muhith (Maha meliputi ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. Begituah
kalian, kalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam
kehidupan dunia ini, maka siapakah yang akan mendebat Alloh untuk (membela)
mereka pada hari kiamat? atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap
siksa Alloh)?.
Telah dimaklumi pula bahwa siapa saja yang terus menerus
membela ahlul bathil setelah sampai padanya hujjah maka itu menunjukkan
kalau orang tersebut senang mempermainkan syari'at Alloh (تعالى), Alloh (تعالى) berkata:
{وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ
يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى
مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ} [الأنعام/68]
"Dan
apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan
jika syaithon menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu
duduk bersama orang-orang yang zholim itu sesudah teringat (akan larangan
itu)". (Al-An'am: 68).
Terpahami
dengan gamblang dari ayat tersebut adanya penjelasan tentang tidak bolehnya
duduk dengan ahlul bathil, baik mereka itu dari kalangan hizbiyyin atau
dari kalangan para pembelanya dan yang bersama mereka, dan barang siapa yang
terus bersama mereka maka layak untuk diperlakukan seperti mereka.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh berkata di dalam "Al-Istiqomah"
(Juz. 1/hal. 217): "Dan sungguh Alloh Subhanah telah memerintahkan
untuk berpaling dari perkataan orang-orang yang mempermainkan (memperdebatkan)
ayat-ayat-Nya, dan bagaimana bisa setiap mendengar perkataan itu dianggab
terpuji? Dan Alloh (تعالى) berkata:
{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ
فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا
وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ} [النساء/140].
"Dan
sungguh Alloh telah menurunkan kepada kalian pada Al-Quran, bahwa apabila kalian
mendengar ayat-ayat Alloh diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kalian
duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya
(kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka".
(An-Nisa': 140).
SYUBHAT KEDUA
Termasuk
diantara syubhat berliku-liku itu:
Telah kami berbuat baik kepada
orang-orang Indonesia di Dammaj itu, namun mereka tidak mau berbuat baik dengan
kami, kami menyalami mereka walaupun mereka tidak mau menyalami kami.
Tanggapan:
Telah
disampaikan kepada kami Abu Nu'aim Ali bin Mu'allim Al-Jawiy Hafizhohulloh
bahwa Abu Sa'id Yahya Al-Maidaniy (ajudan Kholiful Hadi) menebarkan syubhat
yang semakna dengan ini, dia berkata: "Teman-temannya semisal Ridho, Sahal
dan Azhari dan yang lainnya tidak melarangnya untuk duduk dan menyalami
orang-orang yang [sebagai mana disebutkan dalam syubhat tersebut]", -pada
akhir perkataannya-: "Walau kalian tidak mau salam tetap kami salam".
Maka kami
katakan: Justru orang semisal Abu Sa'id Yahya dan orang-orang yang memiliki
syubhat seperti inilah orang yang tidak bisa berbuat baik kepada orang yang
pernah berbuat baik kepada mereka.
Dia dan
bosnya (Kholiful Hadi) beserta jaringan mereka para hizbiyyin semisal Luqman
Ba'abduh, Muhammad Afifuddin, As-Sarbiniy Cs, mana rasa syukur mereka terhadap
Darul Hadits Dammaj dan masyayikhnya?, bahkan mereka ikut bersekongkol dengan
jaringan Abdurrohman Al-Adniy dalam upaya permusuhan terhadap Darul Hadits
Dammaj.
Tidak
diragukan lagi bagi orang yang pandai mensyukuri kebaikan bahwa prilaku dan
perkataan semisal ini bukanlah dari prilaku baik dan bukan jiwa kebaikan, akan
tetapi bahkan dengan sikap tersebut menampakan watak jeleknya dalam bersikap,
karena Rosulullah (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah
berkata:
«لاَ
يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
"Tidak bersyukur kepada
Allah siapa yang tidak bersyukur kepada manusia". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy,
dan beliau berkata: Ini adalah hadits hasan shohih, hadits dari Abu
Huroiroh.
Tidak perlu men-tazkiyah diri
kalau kalian sebagai orang baik yang telah berbuat baik, dan jangan mengira
perbuatan kalian seperti itu akan mengantarkan kalian kepada kebaikan,
sekali-kali tidak!, tapi dengan perbuatan kalian itu justru akan mengantarkan
kalian kepada kejelakan dan kehinaan karena kalian telah mengkufuri kebaikan,
Alloh (تعالى) berkata:
{لَئِنْ
شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم/7]
"Jika kalian bersyukur, maka
sungguh pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim:
7).
Tidak hanya itu yang
dilakukan oleh mereka, akan tetapi bahkan lebih dari itu!. Di Indonesia mereka juga
menampakan akhlaq buruk dan prilaku jelek mereka kepada beberapa ikhwah Salafiyyin
ketika datang menziarahi kawan-kawan mereka di Ma'had Hizbiy Darul Atsar Gresik,
yang posisi mereka sebagai tamu, tapi ternyata seusai sholat shubuh langsung salah
seorang asisten Kholiful Hadi berdiri naik mimbar layaknya seorang orator
langsung menyakiti para tamu[1],
dan diantara isi oratornya: "Ma'had baru bangun sudah dituduh
minta-minta!".
Tentu isi oratornya ini sebagai bentuk
pengingkaran kalau ma'had hizbiy Darul Atsar itu dibangun dari hasil
minta-minta, ini menunjukan kalau orang ini gegabah dalam membela hizbiyyah
sang pendiri Ma'had Darul Atsar Kholiful Hadi, maka pantaslah perkataan Alloh (تعالى) sebagai hujjah atas mereka:
{وَلَا
تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ
كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36) وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا
إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ
ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا (38)} [الإسراء/36-38]
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya. Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali
tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi
gunung. Semua itu kejahatannya sangat dibenci di sisi Robbmu".
(Al-Isro': 36-38).
Terlihat dengan jelas si asisten tersebut memiliki
kesamaan prilaku dengan ustadznya si hizbiy pendusta Kholiful Hadi.
Ketika sudah merencanakan mendirikan ma'had mulailah
menyuruh muridnya untuk mengetik proposal, ketika dikatakan bukankah ini
minta-minta? Apa jawabannya: "Ini bukan minta-minta tapi pengajuan!"
Memang dasar buta hati, kamu memang tidak buta huruf tapi buta hati, sungguh
layak perkataan Alloh (تعالى) sebagai hujatan atasmu:
{فَإِنَّهَا
لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ}
[الحج/46]
"Karena
sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di
dalam dada". (Al-Hajj: 46).
Tahu dari mana kamu wahai hizbiy penipu cara seperti ini?
Apa karena kamu jahil tentang aqidah jadi mengikuti para penta'wil dan para
pemaling-malingan ma'na dan maksud? Ataukah kamu ingin mengikuti cara-cara Bani
Isroil dalam mempermainkan hukum syari'at?
Tidak heran pula ketika bos pengemis
Abdulloh Bojonegoro meminta dana untuk ma'had hizbiy Darul Atsar tersebut maka Al-Akh
Salman berkata kepada si hizbiy penipu ini: "Bukankah ini minta-minta?".
Apa jawabannya: "Oh ini bukan minta-minta, karena
uangnya memang sudah ada dan akan diberikan ke Muhammadiyah atau NU, dibanding
diambil mereka nanti digunakan untuk kebid'ahan mending kita saja yang
ambil!".
Terlihat dari sini kalau ustadz ini
memang bodoh, ucapannya ini persis dengan anak-anak glandangan yang ngaku
sebagai para da'i, yang mereka sok-sok islamiy dengan berkata: "Dari pada
akhwat itu pacaran dengan teman-teman preman mending pacaran sama sayalah biar
saya menjaganya".
Kalaulah seandanya mereka itu waras tentu akan berkata: "Cukuplah
mereka terjatuh dalam dosa maksiat itu! Cukuplah mereka meminta-minta karena
itu harom! Cukuplah orang-orang itu pacaran yang penting saya bisa jaga diri
dan tidak pacaran".
Tidak bisa dipungkiri lagi kalau
ma'had hizbiy Darul Atsar Gresik itu dibangun di atas dasar keharoman (hasil
ngemis) [telah banyak kami sebutkan buktinya dalam tulisan-tulisan kami dan
juga telah kami ceritakan].
Tapi memang yang namanya hizbiyyun
punya saja cara tersendiri untuk membersihkan kejelekan dan aib dirinya dari
mata manusia, yang pada akhirnya murid-murid yang berhasil dipengaruhi semisal
Abu Sa'id Yahya ini diperalat sebagai benteng dan sebagai pembelanya, maka kami
berikan tembakan jitu berikutnya:
Tertawalah karena bisa menipu yang tak tau menahu
Tapi yang jujur membuatmu menangis karena kau menipu
Teringat bahwa syubhat yang
mereka tebarkan ini persis dengan yang pernah dipraktekkan oleh ustadz-ustadz
pelaku dosa besar, mereka tidak akan mau mengajar kecuali ada uang saku atau
bahasa pengalihan mereka "uang bensin", maka tentu ini bukan dari
metode dakwah Salafiyyah, Alloh (تعالى) mengisahkan tentang perkataan dan dakwah para Nabi:
{وَيَا
قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ}
[هود/29]
"Wahai
kaumku, aku tidaklah meminta harta benda kepada kalian (sebagai upah) bagi da'wahku,
upahku hanyalah dari Alloh". (Huud:
29).
Dan Alloh (تعالى) berkata:
{يَا
قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي
فَطَرَنِي أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [هود/51]
"Wahai
kaumku, aku tidak meminta upah kepada kalian atas da'wahku ini, upahku tidak
lain hanyalah dari Alloh yang telah menciptakanku, maka tidakkah kamu
memikirkan(nya)?". (Huud: 51).
Dan Alloh (تعالى) berkata:
{قُلْ
مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ} [سبأ/47]
"
Katakanlah: Upah apapun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian,
upahku hanyalah dari Alloh, dan Dia adalah Asy-Syahid (Maha Menyaksikan) atas
segala sesuatu". (Saba': 47).
Dan Alloh (تعالى) menyebutkan perkataan mereka dalam surat
Asy-Syu'aro' sebanyak 5 (lima ) kali berulang-ulang
yaitu:
{وَمَا
أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ}. [الشعراء/109]
"Dan
aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas da'wah-da'wah itu; upahku
tidak lain hanyalah dari Robb semesta alam".
(Asy-Syu'aro': 109).
Terlihat dari sini kalau
perbuatan mereka (para hizbiyyin) dalam da'wah dan beraktivitas bukan dibangun
di atas keikhlasan, karena orang yang ikhlas itu hanya mengharap kepada
Robbnya, Alloh (تعالى) berkata:
{وَلَا
تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ
يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا} [النساء/104].
"Janganlah
kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu), jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana
kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Alloh apa yang tidak mereka
harapkan, dan Alloh adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) lagi Al-Hakiim (Maha
Bijaksana)". (An-Nisa': 104).
وبالله التوفيق
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
والحمد لله
[1] Dari sini sangat tampak kalau para hizbiyyin itu
sangat tidak berakhlak, tamu itu dilayani, bahkan wajib hukumnya selama tiga
hari dan lebih dari itu adalah sedekah, namun mereka itu malah menyakiti para
tamu:
«وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
"Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir
maka hendaknya dia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada
Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Huroiroh.
Mereka sudah
tidak berbuat baik kepada tamu, berkata dusta dan menyakiti para tamu lagi.
Tidaklah kita
dapati akhlak salafus sholih seperti itu, melainkan hanya kita dapati
pada kholafuth tholih semisal Kholiful Hadi dan jaringannya.
Tidak hanya
itu bahkan merupakan sifat Kholiful Hadi adalah bila tamu yang datang itu adalah
orang kaya maka dia pun mengadakan ta'lim yang berkaitan dengan sedekah, sindir
sana sindir sini, ketika diberi dana oleh salah seorang tamu untuk pembebasan
tanah di pinggir markaznya, dia pun pakai tanah itu sebagai kaplingan yang diperjual
belikan kepada thullab yang sudah berkeluarga, ini persis dengan tuan
takur, menjadikan ma'had sebagai ma'had pasaran, persis di Fuyus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar