Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Tembakan jitu



MAKTABAH ABIL 'ABBAS ROHIMAHULLOH
LIMBORO
1434
         

SYUBHAT PERTAMA
بسم الله الرحمن الرحيم
          الحمد لله رب العالمين وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم تسليما، أما بعد:
Termasuk diantara syubhat yang berliku-liku itu:
Tingkah laku dan sikap yang dijalani oleh orang-orang Indonesia yang ada di Darul Hadits Dammaj itu mutasyaddid (sangat keras). Siapa saja yang tidak bersama mereka langsung di-hajr dan di-tahdzir! dan dibilang maridh!.
Tanggapan:
Tentu sudah diketahui bahwa syubhat ini bukanlah suatu pembicaraan baru namun sudah ditebarkan oleh hizbiyyun dan para jaringan mereka dengan berbagai macam ragam yang titik temunya adalah adanya ketidak sukaan mereka terhadap siapa saja yang berani menyuarakan al-haq dan ber-amar ma'ruf nahi munkar.
Syubhat yang berliku-liku semisal ini atau yang sema'na dengannya sering ditebarkan oleh Abul 'Abayah Mushthafa Al-Buthoniy dan orang-orang yang bersamanya ketika di Dammaj, maka sebagai sambutan hangat kami berikan tembakan jitu:
Tebarkan syubhat kalian ke seluruh penjuru
Tapi ingat senjata kami masih banyak peluru
Teruskan kejahatan kalian seperti orang terdahulu
Tampil seperti orang cerdas tapi paling dungu
Tabiat kalian itu bukti kalau kalian orang lucu
Tidaklah kami bersikap melainkan kami memiliki pijakan yang pasti dan jelas, baik dari Al-Qur'an dan As-Sunnah atau mengikuti metode salafush sholih, sebagai penambah wawasan maka sedikit kami arahkan untuk merujuk ke kitab Al-Imam An-Nawawiy Rohimahulloh "Riyadhus Sholihiin" pada "Kitabut Taubat" yang berkaitan dengan kisah taubatnya shohabat yang mulia Ka'ab bin Malik Rodhiyallohu 'anhu.
Tentu bagi siapa saja yang membaca kisah tersebut akan tahu bahwa Ka'ab bin Malik disikapi oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shahabatnya dengan sikap yang tegas, keras dan di-hajr hanya lantaran tidak mengikuti perang Tabuk, padahal beliau Rodhiyallohu 'anhu adalah shahabat yang mulia sudah disikapi seperti itu lalu bagaimana kiranya dengan orang-orang yang bersekongkol dan membela ahlul bathil maka tentunya lebih layak bagi mereka untuk disikapi lebih dari pada Ka'ab bin Malik Rodhiyallohu 'anhu, beliau tidak dijawab salamnya, tidak disalami dan tidak diajak bicara bahkan kerabat dan istrinya ikut menyikapinya.
Tentu bukan suatu sikap yang keras atau dianggap aneh kalau ada yang menyikapi para pembela hizbiyyin dengan sikap tersebut.
Bukan suatu kesalahan kalau kami bersikap tegas terhadap Ridho Al-Jawiy yang dia terang-terangan di depan kami membela hizbiyyin semisal Asykari dan Abul 'Abayah Al-Buthoniy, Luqman Ba'abduh, Muhammad Afifudin, Muhammad As-Sarbini, Kholiful Hadi dan Asykari atau yang semisal mereka.
Dan merupakan suatu kesalahan besar atau teranggap sebagai dosa besar kalau kemudian ada orang membela para hizbiyyin semisal mereka itu, bukankah Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«لَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا».
"Semoga la'nat Alloh atas siapa saja yang menaungi pelaku bid'ah (maksiat)". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dalam "Al-Adabul Mufrod" dan Muslim dalam "Shohih"nya.
Dan Al-Imam Al-Bukhariy dalam "Shahih"nya membuat bab khusus "Dosa bagi siapa saja yang menaungi pelaku bid'ah" diriyawatkan dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib Rodhiyallohu 'anhu. Dan Alloh (تعالى) berkata:
{وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا (107) يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا (108) هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ جَادَلْتُمْ عَنْهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَمَنْ يُجَادِلُ اللَّهَ عَنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْ مَنْ يَكُونُ عَلَيْهِمْ وَكِيلًا (109)} [النساء/107-109]
"Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa, Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Alloh, padahal Alloh beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Alloh tidak ridhoi, dan Alloh adalah Al-Muhith (Maha meliputi ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. Begituah kalian, kalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini, maka siapakah yang akan mendebat Alloh untuk (membela) mereka pada hari kiamat? atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Alloh)?.
          Telah dimaklumi pula bahwa siapa saja yang terus menerus membela ahlul bathil setelah sampai padanya hujjah maka itu menunjukkan kalau orang tersebut senang mempermainkan syari'at Alloh (تعالى), Alloh (تعالى) berkata:
{وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ} [الأنعام/68]
"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaithon menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zholim itu sesudah teringat (akan larangan itu)". (Al-An'am: 68).
Terpahami dengan gamblang dari ayat tersebut adanya penjelasan tentang tidak bolehnya duduk dengan ahlul bathil, baik mereka itu dari kalangan hizbiyyin atau dari kalangan para pembelanya dan yang bersama mereka, dan barang siapa yang terus bersama mereka maka layak untuk diperlakukan seperti mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rohimahulloh berkata di dalam "Al-Istiqomah" (Juz. 1/hal. 217): "Dan sungguh Alloh Subhanah telah memerintahkan untuk berpaling dari perkataan orang-orang yang mempermainkan (memperdebatkan) ayat-ayat-Nya, dan bagaimana bisa setiap mendengar perkataan itu dianggab terpuji? Dan Alloh (تعالى) berkata:
{وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ} [النساء/140].
"Dan sungguh Alloh telah menurunkan kepada kalian pada Al-Quran, bahwa apabila kalian mendengar ayat-ayat Alloh diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kalian duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kalian berbuat demikian), tentulah kalian serupa dengan mereka". (An-Nisa': 140).


SYUBHAT KEDUA

Termasuk diantara syubhat berliku-liku itu:
Telah kami berbuat baik kepada orang-orang Indonesia di Dammaj itu, namun mereka tidak mau berbuat baik dengan kami, kami menyalami mereka walaupun mereka tidak mau menyalami kami.
          Tanggapan:
Telah disampaikan kepada kami Abu Nu'aim Ali bin Mu'allim Al-Jawiy Hafizhohulloh bahwa Abu Sa'id Yahya Al-Maidaniy (ajudan Kholiful Hadi) menebarkan syubhat yang semakna dengan ini, dia berkata: "Teman-temannya semisal Ridho, Sahal dan Azhari dan yang lainnya tidak melarangnya untuk duduk dan menyalami orang-orang yang [sebagai mana disebutkan dalam syubhat tersebut]", -pada akhir perkataannya-: "Walau kalian tidak mau salam tetap kami salam".
Maka kami katakan: Justru orang semisal Abu Sa'id Yahya dan orang-orang yang memiliki syubhat seperti inilah orang yang tidak bisa berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat baik kepada mereka.
Dia dan bosnya (Kholiful Hadi) beserta jaringan mereka para hizbiyyin semisal Luqman Ba'abduh, Muhammad Afifuddin, As-Sarbiniy Cs, mana rasa syukur mereka terhadap Darul Hadits Dammaj dan masyayikhnya?, bahkan mereka ikut bersekongkol dengan jaringan Abdurrohman Al-Adniy dalam upaya permusuhan terhadap Darul Hadits Dammaj.
          Tidak diragukan lagi bagi orang yang pandai mensyukuri kebaikan bahwa prilaku dan perkataan semisal ini bukanlah dari prilaku baik dan bukan jiwa kebaikan, akan tetapi bahkan dengan sikap tersebut menampakan watak jeleknya dalam bersikap, karena Rosulullah (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah berkata:
«لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
"Tidak bersyukur kepada Allah siapa yang tidak bersyukur kepada manusia". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy, dan beliau berkata: Ini adalah hadits hasan shohih, hadits dari Abu Huroiroh.
          Tidak perlu men-tazkiyah diri kalau kalian sebagai orang baik yang telah berbuat baik, dan jangan mengira perbuatan kalian seperti itu akan mengantarkan kalian kepada kebaikan, sekali-kali tidak!, tapi dengan perbuatan kalian itu justru akan mengantarkan kalian kepada kejelakan dan kehinaan karena kalian telah mengkufuri kebaikan, Alloh (تعالى) berkata:     
{لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم/7]
"Jika kalian bersyukur, maka sungguh pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim: 7).
          Tidak hanya itu yang dilakukan oleh mereka, akan tetapi bahkan lebih dari itu!. Di Indonesia mereka juga menampakan akhlaq buruk dan prilaku jelek mereka kepada beberapa ikhwah Salafiyyin ketika datang menziarahi kawan-kawan mereka di Ma'had Hizbiy Darul Atsar Gresik, yang posisi mereka sebagai tamu, tapi ternyata seusai sholat shubuh langsung salah seorang asisten Kholiful Hadi berdiri naik mimbar layaknya seorang orator langsung menyakiti para tamu[1], dan diantara isi oratornya: "Ma'had baru bangun sudah dituduh minta-minta!".
          Tentu isi oratornya ini sebagai bentuk pengingkaran kalau ma'had hizbiy Darul Atsar itu dibangun dari hasil minta-minta, ini menunjukan kalau orang ini gegabah dalam membela hizbiyyah sang pendiri Ma'had Darul Atsar Kholiful Hadi, maka pantaslah perkataan Alloh (تعالى) sebagai hujjah atas mereka:
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36) وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا (38)} [الإسراء/36-38]       
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya sangat dibenci di sisi Robbmu". (Al-Isro': 36-38).
Terlihat dengan jelas si asisten tersebut memiliki kesamaan prilaku dengan ustadznya si hizbiy pendusta Kholiful Hadi.
Ketika sudah merencanakan mendirikan ma'had mulailah menyuruh muridnya untuk mengetik proposal, ketika dikatakan bukankah ini minta-minta? Apa jawabannya: "Ini bukan minta-minta tapi pengajuan!" Memang dasar buta hati, kamu memang tidak buta huruf tapi buta hati, sungguh layak perkataan Alloh (تعالى) sebagai hujatan atasmu:
{فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ} [الحج/46]
"Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada". (Al-Hajj: 46).
Tahu dari mana kamu wahai hizbiy penipu cara seperti ini? Apa karena kamu jahil tentang aqidah jadi mengikuti para penta'wil dan para pemaling-malingan ma'na dan maksud? Ataukah kamu ingin mengikuti cara-cara Bani Isroil dalam mempermainkan hukum syari'at?
          Tidak heran pula ketika bos pengemis Abdulloh Bojonegoro meminta dana untuk ma'had hizbiy Darul Atsar tersebut maka Al-Akh Salman berkata kepada si hizbiy penipu ini: "Bukankah ini minta-minta?".
Apa jawabannya: "Oh ini bukan minta-minta, karena uangnya memang sudah ada dan akan diberikan ke Muhammadiyah atau NU, dibanding diambil mereka nanti digunakan untuk kebid'ahan mending kita saja yang ambil!".
          Terlihat dari sini kalau ustadz ini memang bodoh, ucapannya ini persis dengan anak-anak glandangan yang ngaku sebagai para da'i, yang mereka sok-sok islamiy dengan berkata: "Dari pada akhwat itu pacaran dengan teman-teman preman mending pacaran sama sayalah biar saya menjaganya".
Kalaulah seandanya mereka itu waras tentu akan berkata: "Cukuplah mereka terjatuh dalam dosa maksiat itu! Cukuplah mereka meminta-minta karena itu harom! Cukuplah orang-orang itu pacaran yang penting saya bisa jaga diri dan tidak pacaran".
          Tidak bisa dipungkiri lagi kalau ma'had hizbiy Darul Atsar Gresik itu dibangun di atas dasar keharoman (hasil ngemis) [telah banyak kami sebutkan buktinya dalam tulisan-tulisan kami dan juga telah kami ceritakan].
          Tapi memang yang namanya hizbiyyun punya saja cara tersendiri untuk membersihkan kejelekan dan aib dirinya dari mata manusia, yang pada akhirnya murid-murid yang berhasil dipengaruhi semisal Abu Sa'id Yahya ini diperalat sebagai benteng dan sebagai pembelanya, maka kami berikan tembakan jitu berikutnya:
Tertawalah karena bisa menipu yang tak tau menahu
Tapi yang jujur membuatmu menangis karena kau menipu    
          Teringat bahwa syubhat yang mereka tebarkan ini persis dengan yang pernah dipraktekkan oleh ustadz-ustadz pelaku dosa besar, mereka tidak akan mau mengajar kecuali ada uang saku atau bahasa pengalihan mereka "uang bensin", maka tentu ini bukan dari metode dakwah Salafiyyah, Alloh (تعالى) mengisahkan tentang perkataan dan dakwah para Nabi:
{وَيَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مَالًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ} [هود/29]
"Wahai kaumku, aku tidaklah meminta harta benda kepada kalian (sebagai upah) bagi da'wahku, upahku hanyalah dari Alloh". (Huud: 29).
Dan Alloh (تعالى) berkata:
{يَا قَوْمِ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى الَّذِي فَطَرَنِي أَفَلَا تَعْقِلُونَ} [هود/51]
"Wahai kaumku, aku tidak meminta upah kepada kalian atas da'wahku ini, upahku tidak lain hanyalah dari Alloh yang telah menciptakanku, maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?". (Huud: 51).
Dan Alloh (تعالى) berkata:
{قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ} [سبأ/47]
" Katakanlah: Upah apapun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian, upahku hanyalah dari Alloh, dan Dia adalah Asy-Syahid (Maha Menyaksikan) atas segala sesuatu". (Saba': 47).
Dan Alloh (تعالى) menyebutkan perkataan mereka dalam surat Asy-Syu'aro'  sebanyak 5 (lima) kali berulang-ulang yaitu:
{وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ}. [الشعراء/109]
"Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas da'wah-da'wah itu; upahku tidak lain hanyalah dari Robb semesta alam". (Asy-Syu'aro': 109).
          Terlihat dari sini kalau perbuatan mereka (para hizbiyyin) dalam da'wah dan beraktivitas bukan dibangun di atas keikhlasan, karena orang yang ikhlas itu hanya mengharap kepada Robbnya, Alloh (تعالى) berkata:
{وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا} [النساء/104].
"Janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu), jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Alloh apa yang tidak mereka harapkan, dan Alloh adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) lagi Al-Hakiim (Maha Bijaksana)". (An-Nisa': 104).
وبالله التوفيق
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
والحمد لله



[1] Dari sini sangat tampak kalau para hizbiyyin itu sangat tidak berakhlak, tamu itu dilayani, bahkan wajib hukumnya selama tiga hari dan lebih dari itu adalah sedekah, namun mereka itu malah menyakiti para tamu:
«وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
"Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Huroiroh.
Mereka sudah tidak berbuat baik kepada tamu, berkata dusta dan menyakiti para tamu lagi.
Tidaklah kita dapati akhlak salafus sholih seperti itu, melainkan hanya kita dapati pada kholafuth tholih semisal Kholiful Hadi dan jaringannya.
Tidak hanya itu bahkan merupakan sifat Kholiful Hadi adalah bila tamu yang datang itu adalah orang kaya maka dia pun mengadakan ta'lim yang berkaitan dengan sedekah, sindir sana sindir sini, ketika diberi dana oleh salah seorang tamu untuk pembebasan tanah di pinggir markaznya, dia pun pakai tanah itu sebagai kaplingan yang diperjual belikan kepada thullab yang sudah berkeluarga, ini persis dengan tuan takur, menjadikan ma'had sebagai ma'had pasaran, persis di Fuyus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar