MEDAN
MEMBEDAH
KERANCUAN
MELALUI
BIMBINGAN AL-QUR’AN
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin
Salim Al-Limboriy
-semoga Allah menguatkan
dan mengokohkannya-
www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434
KATA PENGANTAR
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحَمْدَ لله،
نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ
سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا
هَادِي لَهُ.
وأَشْهَدُ أنْ لا
إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه
ورَسُولُه.
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 102] .
{يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا} [النساء: 1] .
{يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا} [الأحزاب: 70، 71].
أما بعد: {إِنَّ
أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ -صلى
الله عليه وسلم-، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَ{إِنَّ مَا تُوعَدُونَ
لَآَتٍ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ}
[الأنعام: 134].
Mengingat banyaknya al-mardho' (orang-orang
yang berpenyakit) baik yang sudah sukses menjadi hizbiy atau yang masih
mencoba-coba melakukan pendekatan dengan hizbiyyin, yang mereka semuanya telah
banyak mengeluhkan penyakit yang sedang mereka derita maka kami mencoba
melakukan peninjauan dan penelitian terhadap apa yang mereka keluhkan?. Apa
yang menyebabkan mereka terjangkiti penyakit yang mereka keluhkan?. Dan
bagaimana solusi dan upaya pembebasan dari penyakit?. Serta bagaimana cara
menanggulangi tersebarnya penyakit tersebut?.
Salah
satu upaya untuk mengantisipasi tertularnya wabah tersebut kepada lapisan
masyarakat maka perlunya diadakan penyuluhan kesehatan dengan petunjuk dan
bimbingan Al-Qur’an, yang mana Alloh (تعالى) telah berkata di dalam Al-Qur’an pada
surat Al-Isra’ ayat 82:
{وَنُنَزِّلُ
مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ
إِلَّا خَسَارًا}. الآية.
“Dan
Kami turunkan dari Al-Quran sesuatu yang menjadi penawar dan rohmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zhalim kecuali kerugian”.
Dengan
melihat betapa pentingnya Al-Qur’an dan peranannya dalam kehidupan sangat
dibutuhkan maka pada pembahasan ini kami menjadikan Al-Qur’an sebagai salah
satu patokan dan sumber dari sumber dalam berhukum, karena Al-Qur’an adalah
suatu hukum yang tidak ada kebimbangan dan keraguan padanya, Alloh (تعالى) berkata
dalam surat Al-Baqoroh ayat 2:
{ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ}. الآية.
“Kitab (Al-Qur’an) itu tidak ada keraguan padanya
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”.
Dan
hukum yang terkandung di dalamnya sangatlah tepat, siapa yang berhukum
dengannya serta mengambil keputusan dengannya maka dia akan berjalan di atas
keadilan, Alloh (تعالى) berkata dalam surat
At-Tiin ayat 8:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ}. الآية.
“Bukankah Alloh adalah hakim yang seadil-adilnya?”.
Semoga
apa yang kami paparkan dalam tulisan ini dapat memberi manfaat khususnya bagi
kami dan masyarakat pada umumnya.
وصلى الله على نبينا محمد
وآله وصحبه وسلم, والحمد لله رب العالمين.
Ditulis oleh hamba yang faqir atas
ampunan Robbnya Abu Ahmad Salim Al-Limboriy –semoga Alloh menguatkan dan
mengokohkannya- pada Sabtu Dhuha di Masjid As-Sunnah Darul
Hadits Dammaj-Yaman, 14 Muharrom 1432 Hijriyyah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Berkata
Abul ‘Abbas dalam muqaddimah “An-Ni’matus Saniyyah”: “Tanbih: Berkata
Al-Imam Abu Dawud (no. 4813): Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrohim,
beliau berkata: telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi’ bin Muslim dari
Muhammad bin Ziyad dari Abu Huroiroh dari Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ
لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ».
“Tidak bersyukur kepada Allah siapa yang
tidak bersyukur kepada manusia”. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam
At-Tirmidziy (no. 2081) dan beliau berkata: “Ini adalah hadits hasan shohih”.
Maka aku bersyukur kepada syaikh
kami An-Nashihul Amin Abu Abdirrohman Yahya bin ‘Ali Al-Hajuriy –semoga
Alloh menjaganya- yang beliau telah mengajari dan membimbing kami.
Kemudian kami bersyukur kepada siapa
saja yang telah membantu kami, menyertai kami dalam membela al-haq dan yang
mencintai kami karena Alloh dimanapun mereka berada –semoga Alloh menjaga
kami dan mereka semuanya-.
MOTTO
Perjuangan belum berakhir! Raihlah kemulian dengan:
«احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ
قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ».
“Bersemangatlah
terhadap apa-apa yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Alloh
dan jangan melemah. Dan bila engkau ditimpa sesuatu musibah (kegagalan) maka
janganlah kamu mengatakan seandainya aku melakukan demikian dan demikian, akan
tetapi katakanlah: “Alloh menakdirkan apa yang dia kehendaki untuk Dia
lakukan”.
Bila ada kesulitan maka
ketahuilah:
{فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا}.
“Maka sesungguhnya setelah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan”.
Apabila menyangkut perkara amar
ma’ruf nahi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran)
maka:
«لاَ يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ هَيْبَةُ
النَّاسِ أَنْ يَقُولَ فِى حَقٍّ إِذَا رَآهُ أَوْ شَهِدَهُ أَوْ سَمِعَهُ».
"Janganlah salah seorang dari
kalian tercegah karena (perasaan) segan kepada manusia untuk mengatakan
kebenaran bila dia
melihatnya, menyaksikannya atau mendengarnya ".
Apabila menyangkut masalah kefaqiran atau kemiskinan maka:
«انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ
هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ».
“Lihatlah kalian kepada yang lebih rendah dari kalian
dan jangan kalian melihat orang yang di atas kalian karena dengan itu pantas
untuk kalian tidak kecewa terhadap nikmat Alloh”.
Apabila menyangkut masalah
kefaqihan dan keilmuan maka:
«فَخِيَارُكُمْ
فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى الإِسْلاَمِ إِذَا فَقِهُوا».
“Sebaik-sebaik kalian di zaman jahiliyyah adalah
sebaik-baik kalian di zaman Islam jika kalian mempelajari (ilmu agama)”.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perubahan zaman didapati pula kebanyakan
manusia berbeda segi pandang terhadap suatu permasalahan yang dihadapi dalam
urusan dunia mereka, dan perkara seperti ini wajar karena kaitannya hanya
permasalahan dunia, namun sangat disayangkan kemudian muncul segolongan dari
umat manusia ingin mengandalkan dan berupaya mengunggulkan pemikirannya di atas
dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, walaupun sudah sangat jelas tentang hukum
suatu permasalahan karena tidak merasa puas dengan hukum itu, mereka pun
akhirnya mencari dan mengadakan hukum tandingan baik itu dengan fatwa ulama
mereka yang sesat atau dari akal-akal pikiran mereka, sekadar contoh dengan
munculnya segerombolan hizbiyyin yang dengan seenak hawa nafsunya mereka
mengeluarkan keputusan dan pendapat yang sangat bertentangan dengan nushuus
(dalil-dalil) dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, diantara mereka adalah Saifulloh asal
Kuningan yang sekarang dia mukim di Ambon, dia berkata: “Boleh menerima
khabar orang majhul dengan dalil hadits Abu Huroiroh ketika menangkap
setan”.
Dan masih banyak pemikiran sesatnya yang lain namun cukup
kami bawakan hanya yang berkaitan dengan hadits tersebut, kemudian kami
jelaskan hadits tersebut. Apabila pada faedah hadits tersebut memiliki
keterkaitan dengan pemikirannya yang lain maka kami sebutkan, begitu pula
pemikiran-pemikiran kawan-kawannya kami ikutkan dalam kajian kali ini.
Dan salah satu sebab yang memacu kami untuk mengangkat dan
menulis permasalahan ini adalah adanya saran dan masukan dari saudara-saudara
kami di jazirah Maluku dan mereka meminta kami untuk membantu
mendiagnosa penyakit-penyakit para pasien hizbiyyin yang diantara pasien itu
adalah Saifulloh, Abu Bakr Ahmad Al-Jakartiy, Ismail dan Abdussalam serta
kawan-kawan mereka yang berpemikiran sama yang mereka bernaung di bawah
jam'iyyah Abi Bakr Ash-Shiddiq Ambon.
Ketika mereka mengeluhkan dan mendemokan
kerancuan-kerancuan pemikiran mereka di majelis-majelis ta'lim maka saudara
kami yang mulia Abu Sa’id Al-Maidaniy –semoga Alloh menjaganya- mengirimkan
kerancuan-kerancuan pemikiran tersebut ke e-mail kawan kami Abu Zaid Syahir
Al-Malaziy –semoga Alloh menjaganya-.
Ketika diberitahukan kepada kami tentang permasalahan itu
maka kami bertanya siapa yang mengirimkan? Kawan kami menjawab: Abu Sa’id
Al-Maidaniy. Kami bertanya pula tentang permasalahan apa? Kawan kami menjawab:
Tentang syubhat (kerancuan). Ketika kami sudah tahu tentang permasalahan
tersebut kami pun merencanakan pada tulisan kali ini Insyalloh dengan
judul “MEDAN” karena yang menyampaikan kepada kami adalah saudara kami
yang berasal dari Medan, lagi pula permasalahannya adalah permasalahan perang
pemikiran dengan para pembuat kerancuan-kerancuan dari kalangan hizbiyyin dan
yang semisal mereka, dan tentunya setiap peperangan atau pertempuran tentu
membutuhkan adanya “medan” atau disebut dengan “kancah” atau “lapangan”.
Ketika kami melihat isi permasalahannya berkaitan dengan
masalah syubhat (kerancuan) maka tentunya membutuhkan adanya pelurusan,
bantahan dan uraian secara mendeteil yang dalam istilah kedokteran
“pembedahan”, dengan melihat permasalahannya seperti itu kami mulai menentukan
judul tambahannya “MEMBEDAH KERANCUAN” sebagai kepanjangan dari kata “MEDAN”.
Karena salah satu patokan atau landasan kami dalam
mendudukan permasalahan adalah dengan Al-Qur’an maka kami beri tambahan judul
dengan “MELALUI BIMBINGAN AL-QUR’AN”, jadi judul tulisan kami ini adalah
“MEDAN, MEMBEDAH KERANCUAN MELALUI BIMBINGAN AL-QUR’AN”.
1.2 Maksud dan Tujuan
Tidaklah kami menulis permasalahan ini melainkan dengan
maksud untuk membantu siapa saja yang membutuhkan bantuan, bila dia dari orang
yang sakit maka kami berupaya memberikan kepadanya solusi, baik itu dengan
memberikan obat-obatan atau kalau sakitnya itu sangat parah yang berkaitan
dengan organ tubuh atau berkaitan dengan penyakit dalam yang mereka ingin
operasi maka kami akan melakukan operasi dengan melakukan pembedahan atau
dengan tindakan-tindakan yang perlu untuk dilakukan, karena sudah merupakan
tugas bagi setiap muslim bila ada yang membutuhkan bantuan kepadanya dan dia
memiliki kemampuan maka hendaklah dia membantunya, begitu pula bila umat
dilanda kebodohan dan kemungkaran yang merajalela di mana-mana maka kewajiban
bagi setiap muslim yang memiliki kemampuan ilmu untuk keluar berda'wah dan
menegakan amar ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuannya,
sebagaimana perkataan Alloh (تعالى) di dalam surat Ali Imron ayat 110:
{كُنْتُمْ
خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ}. الآية.
“Kalian adalah umat yang
terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan kalian beriman kepada Alloh”.
Dan dalam merealisasikan apa yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam "Shohih”nya dari hadits Abu
Sa'id Al-Khudriy –semoga Alloh meridhoinya-, bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُغَيَّرَهُ بِيَدِهِ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَان».
"Barang
siapa melihat suatu kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya,
jika tidak sanggup merubah dengan tangannya maka dengan lisannya, bila tidak
sanggup maka dengan hatinya, dan demikian itu selemah-lemahnya iman".
Berkata Abul ‘Abbas –semoga
Alloh menguatkan dan mengokohkannya- ketika memberikan pengantar kepada
tulisan Abu Ayub Muhammad Al-Malaziy yang berjudul “Nasehat yang Lurus Agar
Mengikuti Jalan yang Lurus”: “Allah (تعالى) berkata dalam surat An-Nisa ayat 114:
{لَا
خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ
أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ
فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا}.الآية.
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah,
berbuat kebaikan dan mendamaikan di antara manusia. Dan siapasaja yang berbuat
demikian dengan maksud mencari keridhoan Alloh, tentulah Kami akan memberi
kepadanya pahala yang amat besar”.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dari hadits Jabir
bin Abdillah –semoga Alloh meridhoi keduanya- dan Al-Imam Muslim
dari hadits Hudzaifah Ibnul Yaman –semoga Alloh meridhoinya-, Rosulullah
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ».
“Setiap kebaikan adalah sedekah”.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dari hadits Abu Dzarr –semoga
Alloh meridhoinya- dari Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bahwasanya
beliau (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ
وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ».
“Dan memerintah kepada kebaikan adalah
sedekah dan melarang dari kemungkaran adalah sedekah”.
Dari dalil-dalil tersebut kita ketahui bahwa amar ma’ruf
nahi munkar (memerintah kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran)
adalah suatu perkara yang sangat dituntut dalam syari’at Islam, dan kami telah
mendengar syaikh kami yang mulia An-Nashih Al-Amin Yahya bin Ali
Al-Hajuri –semoga Alloh menjaganya- ketika ditanya apakah mengingkari
kemungkaran itu dikhususnya hanya orang-orang besar dan orang-orang yang
memiliki keilmuan? Maka beliau –semoga Alloh menjaganya- berkata: “Mengingkari
kemungkaran tidak khusus orang-orang besar atau orang yang memiliki keilmuan
saja, namun siapa saja yang mengetahui suatu kemungkaran maka wajib baginya
untuk mengingkarinya sesuai dengan kesanggupannya sebagaimana ditunjukan dalam
hadits Abu Sa’id Al-Khudriy –semoga Alloh meridhoinya- bahwa Raosulullah
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِك أَضْعَفُ الْإِيمَانِ».
“Barangsiapa dari kalian melihat suatu
kemungkaran maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya jika dia tidak
sanggup maka dengan lisannya, jika dia tidak sanggup (pula) maka dengan
hatinya, dan yang demikian itu selemah-lemahnya iman”.
Maka sudah selayaknya bagi setiap
individu untuk meninggalkan segala macam kemungkaran yang selama ini dia
kerjakan, Alloh (تعالى) berkata dalam surat At-Taubah ayat
71:
{وَالْمُؤْمِنُونَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ}. الآية.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki
dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain; mereka
menyuruh berbuat kebaikan, dan melarang dari berbuat kemungkaran”.
Dan
Alloh (تعالى) berkata dalam surat Ali Imran ayat
114:
{يُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ}. الآية.
“Mereka beriman kepada Alloh dan hari
akhirat, dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, dan melarang daripada
segala perkara yang salah (buruk dan keji), dan mereka bersegera pula mengerjakan
berbagai kebaikan, mereka (yang demikian sifatnya) adalah termasuk dari
orang-orang yang shalih”.
Dan merupakan ciri Ahlussunnah adalah menerima nasihat dan
menerima kebenaran serta bersegera kembali kepada kebenaran dengan tidak
meremehkan orang yang menasihatinya, diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dari hadits
Abu Dzarr –semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata: Nabi
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata kepadaku:
«لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ
شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ».
“Janganlah kamu meremehkan sesuatupun
dari kebaikan walau kamu berjumpa dengan saudaramu dengan wajah yang ceria”.
Bila perkara tersebut dilakukan oleh setiap individu maka
terlihatlah dengan sangat jelas perbedaan antaranya dengan orang-orang munafiq,
Alloh (تعالى) berkata dalam surat At-Taubah ayat
67 sampai 68:
{الْمُنَافِقُونَ
وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
هُمُ الْفَاسِقُونَ. وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ
نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ
عَذَابٌ مُقِيمٌ}. الآية.
“Orang-orang munafiq laki-laki dan
perempuan, sebagian mereka adalah sama dengan sebagian yang lain; mereka
masing-masing menyuruh keada perbuatan yang jahat, dan melarang dari perbuatan
yang baik, dan mereka pula menggenggam tangannya (bakhil). Mereka telah
melupakan (tidak menghindahkan perintah) Alloh dan Alloh juga melupakan (tidak
menghiraukan) mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu, merekalah
orang-orang yang fasiq. Alloh menjanjikan orang-orang munafiq lelaki dan
perempuan serta orang-orang kafir dengan (neraka) Jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Cukuplah neraka itu menjadi balasan mereka; dan Alloh mela'nat
mereka, dan bagi mereka azab yang kekal”.
Kami
memohon kepada Alloh (تعالى) semoga
tujuan kami dari penulisan ini adalah untuk mengantarkan umat dari kegelapan
menuju keterangan yang terang benderang, Alloh (تعالى) berkata sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh ayat
257:
{اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ
آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ
أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ}.الآية.
"Alloh
adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir,
pelindung-pelindungnya adalah syaithon, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka
itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya".
Semoga
tulisan ini termasuk dari salah satu sebab bagi orang-orang yang menginginkan
kebenaran untuk mendapatkan kebenaran lalu mengikuti dan mengamalkannya, dan
semoga tulisan ini menjadikan pula orang yang hidup di atas kebenaran semakin
bertambah hidupnya dan menjadikan orang yang binasa dalam kebatilan semakin
bertambah kebinasaannya, Alloh (تعالى)
berkata dalam surat Al-Anfal ayat 42:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ
بَيِّنَةٍ}. الآية.
“Agar
orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang
yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula)”
1.3 Saran
dan Kritik
Sebagai bentuk dari pembenaran terhadap perkataan
orang-orang cerdas yang mereka memiliki akal pikiran yang jernih dan memiliki wawasan
yang luas bahwa tidak ada satu pun kitab yang selamat dari kesalahan kecuali Kitabulloh
(Al-Qur'an), yang mana Alloh (تعالى) telah mengatakannya di dalam
Al-Qur’an sebagaimana dalam surat An-Nisa’ ayat 82:
{أَفَلَا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ
اخْتِلَافًا كَثِيرًا}.الآية
“Apakah mereka tidak merenungi
Al-Qur’an, kalaulah Al-Qur’an itu bukan dari sisi Alloh tentulah mereka akan
mendapati di dalamnya pertentangan yang banyak”.
Berkata Abul Abbas dalam terjemahan
“Mabadiul Mufidah” pada “Pengantar Cetakan Kedua”:
Apa
yang kita kerjakan ini semoga Alloh beri pahala dan upah
Aku
memohon ampun kepada Alloh karena sering berbuat salah
Aku
minta maaf kepada pembaca kalau ada dan pernah buat salah
Maka kami sampaikan kepada para pembaca: Bila didapati
kesalahan atau kekeliruan maka saran dan kritikan yang membangun dari para pembaca
kami harapkan.
BAB 2
PENJELASAN
RINGKAS TERHADAP HADITS ABU HUROIROH
Patokan dan landasan hukum kami dalam penentuan
bab ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat An-Nahl ayat 44:
{وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ}. الآية.
“Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menjelaskan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.
Sebelum melakukan pembedahan
terhadap penyakit yang dikeluhkan oleh pasien yang bernama Saifulloh ini, maka
terlebih dahulu perlu diberikan resep atau dibacakan petunjuk penggunaan
obat-obat yang akan membantu meringankan penyakitnya, berkata Al-Imam Al-Bukhoriy
di dalam “Ash-Shohih” (no. 2311): Telah berkata kepada kami Utsman Ibnul
Haitsam Abu ‘Amr, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Auf dari
Muhammad bin Sirin dari Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-,
beliau berkata:
"وَكَّلَنِى
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ، فَأَتَانِى آتٍ
فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ،
وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ
-صلى الله عليه وسلم- «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ». قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ
سَبِيلَهُ. قَالَ «أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ». فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ
لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّهُ سَيَعُودُ. فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ
يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم-. قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ
، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ». قُلْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ.
قَالَ «أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ». فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ
يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم-، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ
ثُمَّ تَعُودُ. قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا. قُلْتُ
مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ (اللَّهُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ، فَإِنَّكَ
لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى
تُصْبِحَ. فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- «مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ
أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ.
قَالَ «مَا هِىَ». قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ
الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ (اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ
الْقَيُّومُ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ
شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ. فَقَالَ النَّبِىُّ
-صلى الله عليه وسلم- «أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، تَعْلَمُ مَنْ
تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ». قَالَ: لاَ. قَالَ: «ذَاكَ
شَيْطَانٌ".
“Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mewakilkan (menugaskan)ku untuk menjaga zakat Romadhon,
maka (tiba-tiba) datang kepadaku seseorang, lalu mencuri sebagian dari makanan
(zakat) maka aku menangkapnya dan aku katakan kepadanya: “Sungguh aku akan
angkat (seret) kamu ke Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), lalu dia
berkata: “Sesungguhnya aku membutuhkan, atasku kefaqiran dan bagiku hajat yang
sangat” Lalu (Abu Huroiroh) melepaskan darinya. Maka ketika sudah pagi hari Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Wahai Abu Huroiroh apa yang dilakukan
tawananmu tadi (malam)?” Berkata (Abu Huroiroh): “Wahai Rosululloh, dia
mengeluh (karena) memiliki hajat yang sangat dan dia faqir maka aku kasihan,
lalu aku melepaskannya. Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Adapun
sesungguhnya dia telah berdusta kepadamu, dia akan kembali (mencuri)”.
Ketika aku tahu bahwa dia akan kembali (mencuri) sebagaimana yang dikatakan
oleh Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ): “Sesungguhnya dia akan kembali”, maka aku pun
mengintainya. (Tiba-tiba) dia datang mencuri (lagi) dari makanan, maka aku
menangkapnya dan mengatakan: “Sungguh aku akan seret kamu ke Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)” Diapun berkata: “Biarkan aku, karena sesungguhnya aku
punya kebutuhan dan aku di atas kefaqiran, aku tidak akan mengulangi
(mencuri)”, aku (Abu Huroiroh) kasihan kepadanya, lalu aku melepaskannya. Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Adapun dia sungguh telah berdusta
kepadamu, dan dia akan kembali (mencuri)”. Akupun mengintainya yang kedua
kalinya, tiba-tiba datang lagi untuk mencuri makanan maka aku menangkapnya dan
aku mengatakan: “Sungguh aku akan seret kamu ke Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), dan ini yang ketiga kalinya dan kamu telah bertekad bahwa tidak akan
mengulanginya kemudian kamu mengulanginya! Diapun berkata: “Biarkanlah aku! Aku
akan ajarkan kamu dengan kalimat-kalimat yang Alloh akan memberimu manfaat
dengannya” Aku berkata: “Apa itu?” Dia berkata: “Jika kamu hendak berbaring ke
kasurmu maka bacalah ayat Kursiy: “Dia adalah Alloh yang tidak ada
sesembahan (yang berhaq disembah) kecuali Dia yang Al-Hayyu (Maha Hidup)lagi
Al-Qayyum (Maha Terus Menerus)” sampai penutupan ayat. Maka sesungguhnya
kami akan senantiasa di atas penjagaan dari Alloh, dan syaithon tidak akan
mendekatimu sampai pagi”. Lalu aku melepaskannya. Katika sudah pagi hari Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata kepadaku: “Apa yang dilakukan oleh tawananmu
tadi (malam)?”Aku mengatakan: “Wahai Rosululloh, sesungguhnya dia bertekad
untuk mengajariku kalimat-kalimat yang Alloh akan memberiku manfaat dengan
kalimat-kalimat tersebut lalu aku melepaskannya”. Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Apa kalimat-kalimat tersebut?” Aku
berkata: “Dia berkata kepadaku: “Jika kamu hendak berbaring ke kasurmu maka
bacalah ayat Kursiy dari awal sampai akhirnya: “Dia adalah Alloh yang
tidak ada sesembahan (yang berhaq disembah) kecuali Dia yang Al-Hayyu (Maha
Hidup) lagi Al-Qayyum (Maha Terus Menerus)” Dia berkata kepadaku: “Akan
senantiasa atasku penjagaan dari Alloh dan syaithon tidak akan mendekatiku
sampai pagi hari –dan mereka (para shohabat) adalah orang-orang yang paling
bersemangat tentang sesuatu dari kebaikan- Maka Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata: “Adapun dia sesungguhnya telah jujur kepadamu padahal dia itu
adalah pendusta, tahukah kamu siapa yang mengajakmu bicara dari sejak 3 (tiga)
malam (berturut-turut) itu wahai Abu Huroiroh?” Dia menjawab: “Tidak”. Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Dia adalah syaithon”.
Dari hadits tersebut dapat diambil
beberapa faedah, diantaranya:
BAB 3
MENYERAHKAN URUSAN KEPADA ORANG YANG AMANAH, JUJUR DAN
TERPERCAYA
Patokan dan landasan hukum kami dalam penentuan bab ini
adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Yusuf ayat 54
sampai 55:
{وَقَالَ
الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ
الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ. قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ
إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ}. الآية.
“Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaku,
agar aku memilih dia sebagai orang yang dekan kepadaku". Maka tatkala raja
telah berbincang-bincang dengannya, dia berkata: "Sesungguhnya kamu
(mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada
sisi kami. Berkata Yusuf:
"Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang
yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Berkata Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-:
“Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mewakilkan (menugaskan)ku untuk menjaga zakat Romadhon”.
Dari perkataan Abu Huroiroh –semoga Alloh
meridhoinya- tersebut dapat dipetik beberapa faedah, diantaranya:
Pertama:
Bolehnya mengangkat atau menjadikan seseorang sebagai penjaga, baik dia itu
penjaga harta, penjaga orang-orang tertentu atau yang semisalnya sebagaimana
dalam “Ash-Shahihah” pada “Bab Al-Aazan Ba’da Dzahabil Wakti”
(no. 595) dari hadits Abu Qotadah –semoga Alloh meridhoinya-,
beliau –semoga Alloh meridhoinya- berkata:
"سِرْنَا
مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةً فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ لَوْ عَرَّسْتَ
بِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ «أَخَافُ أَنْ تَنَامُوا عَنِ الصَّلاَةِ». قَالَ
بِلاَلٌ أَنَا أُوقِظُكُمْ. فَاضْطَجَعُوا وَأَسْنَدَ بِلاَلٌ ظَهْرَهُ إِلَى رَاحِلَتِهِ،
فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ فَنَامَ، فَاسْتَيْقَظَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَدْ
طَلَعَ حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَالَ «يَا بِلاَلُ أَيْنَ مَا قُلْتَ». قَالَ مَا أُلْقِيَتْ
عَلَىَّ نَوْمَةٌ مِثْلُهَا قَطُّ".
“Kami melakukan perjalanan bersama Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam pada suatu malam, maka berkatalah sebagian orang: “Kalau
engkau membiarkan kami turun (dari kendaraan maka tentu akan memudahkan kami
wahai Rasulullah!” Rasulullah berkata: “Aku khawatir kalian akan tidur dari
shalat”. Berkata Bilal: “Aku akan bangunkan kalian”. Maka tidurlah mereka
dan Bilal menyandarkan punggungnya ke kendaraannya, (ternyata) ngantuk
mungalahkannya dia pun tertidur. Kemudian Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
bangun dan sungguh matahari telah terbit. Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata: “Wahai Bilal! Mana? apa yang kamu katakan itu?” Bilal menjawab:
“Tidaklah ditimpakan atasku sedikitpun tidur semisal tidurku pada kali ini”.
Hadits tersebut sebagai bantahan terhadap para hizbiyyin
yang ada di Darul Hadits Fuyus –semoga Alloh tidak memberkahi mereka-,
yang mereka mengejek Asy-Syaikh An-Nashihul Amin Yahya bin Ali
Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya- karena dijaga oleh hurras (para
penjaga/pengawal) dan mereka mengatakan bahwa syaikh mereka (Abdurrahman
Al-Adniy) dijaga oleh Alloh adapun Asy-Syaikh Yahya dijaga oleh hurras.
Kedua: Penyerahan zakat atau sedekah harus kepada
orang-orang yang amanah, jujur dan terpercaya, yang mereka memang ditugaskan
untuk menjaga harta tersebut, yang kemudian mereka serahkan kepada orang-orang
yang berhak menerimanya. Dan tidak dibenarkan bila zakat atau sedekah
diserahkan ke jam’iyyah (yayasan), yang kemudian yayasan serahkan kepada
para pegawai yayasannya atau yayasan kemudian bagi-bagikan zakat dan sedekah
tersebut kepada ustadz-ustadz yayasan sebagai upah atau gaji karena mereka
mengabdi kepada yayasan.
Dengan melihat agenda dan program kerja yayasan seperti
itu, maka tidak heran kalau kemudian ada dari kalangan hizbiyyin membela
mati-matian yayasan, bagaimana tidak? mereka telah dihidupkan dengan sebab
yayasan, mereka bisa makan dan minum serta berasik-asikan dengan keluarganya
karena mendapatkan saluran dana dari yayasan, maka ketika telah merasakan
nikmatnya mengalap berkah yayasan, maka merekapun membela yayasan seakan-akan
membela syar’iat Alloh, sampai-sampai Abdussalam As-Safiih menegaskan
bahwa yayasan mereka adalah yayasan salafiyah, pernyataannya ini sama dengan pernyataan
senior mereka Hani Buro'i yang dia tampil membela yayasan mati-matian.
Berkata Abul ‘Abbas di dalam footnote “Terjemah
Mukhtashar Al-Bayan” (hal. 199): Dan ini persis dengan bualan Asykari bin
Jamal Al-Bugisy dan Muhammad Ihsan dan pentolan-pentolan mereka, dimana mereka
mati-matian membela yayasan dengan alasan ini, yang Asykari menandai
pembelaannya dengan menulis buku kecil yang penuh istihsanat dengan
tanpa malu menunjukan kerakusannya terhadap yayasan yang dia namai “Mendulang
Berkah dengan Mendirikan Yayasan Salafiyyah” lebih tepatnya diberi judul “Membuang
Berkah dengan Sebab Berdirinya Yayasan yang Penuh Bid’ah”.
Berkata Abul ‘Abbas dalam “Akhlaq Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dalam Pengarahan dan Kritikan”: Asykari bin
Jamal Al-Bugisiy dengan penuh percaya diri mengatakan: “Mendulang berkah dengan
membikin yayasan salafiyyah”, (maka Abul ‘Abbas katakan): Terus apa yang
didulang dari yayasan? Tidak lain adalah harta, sebagaimana dia (Asykari)
sebutkan sendiri: “Supaya mendatangkan masyayikh ke Indonesia!” Kami katakan:
Iya itu salah satunya! Diantaranya pula supaya bisa umroh atau keliling ke
Saudi-Yaman atas (nama) dakwah, terus diri mana itu semua kalau bukan dari
proposal (minta-minta) atas nama yayasan?”.
Akhir-akhir ini para hizbiyyin di kota Ambon ikut
menyuarakan pembelaan mereka terhadap yayasan diantara mereka adalah Saifulloh,
Abdussalam dan Ismail serta para ruwaibidhoh lainnya, maka Abul Abbas –semoga
Alloh menguatkan dan mengokohkannya- berkata dalam “Bingkisan Berharga
Buat Paman-paman dan para Tetangga”:
Dai-da’i hizbiyyah bangkit menebarkan
kerancuan
Diantaranya Luqman Ba’abduh yang bikin
keonaran
Di Ambon ada
Abdussalam yang sudah kecanduan
Dia kecanduan
karena menguras harta-harta yayasan
Da’i gadungan bernama Ismail Buton ikut bela
yayasan
Di Dammaj dia berposisi sebagai thulaib
gelandangan
Duduknya ketika ta'lim di sisi Abu Abayah
Batman
Dia termasuk kawan Batman yang suka
pengangguran
Dikalangan hizbiyyin dijadikan ustadz lalu
ditenarkan
Dasar hizbiyyin
yang bego yang tak punya akal pikiran
Dari mereka sering
mengemis ke orang dermawan
Datang mengemis
dengan bahasa yang menyedihkan
Realita telah membuktikan bahwa yayasan itu bisa memberi
kesejahteraan kepada para pegawai atau para ustadznya, bisa membuat mereka bisa
pergi umroh, bisa ziarah ke markiz-markiz di Timur Tengah, dan bisa meraih
kehidupan yang serba mewah, maka tidak heran kalau kemudian Zaid Al-Buthoniy membuat
pernyataan bahwa siapa saja yang tidak membolehkan yayasan maka dia akan
mengusirnya dari dusun Hanunu! Cukup apa yang dikatakan oleh Abul Abbas dalam
sebuah tulisannya “Hizbiyyah Berlagak Jahiliyyah” dalam menyikapi
mereka:
Saat-saat
ini mereka tampak dengan akal yang super tidak sehat
Siapa
saja yang tidak sama mereka langsung diancam dan dicegat
Seseorang
yang beda dengan mereka diusir secara licik dan jahat
Salafiy
diusir dengan lembaran tanpa amplop yang sudah tercatat
Surat
pengusiran sampai dengan cap dan lembaran yang cacat
Saudara
si Bencong Abu Abayah adalah Abu Salwa yang jahat
Sebenarnya
kuniyahnya Abu Salwa tidak cocok kecuali Abu Jagat
Seluruh
jagat Hanunu kepingin dikuasai supaya puas berbuat jahat
Semoga
kebinasaan atas orang yang terlibat dalam perbuatan jahat
Faedah
ketiga: Kesetiaan seseorang kepada sahabatnya adalah cermin tentang
bagusnya akhlaknya, lihatlah kisah dalam hadits Abu Huroiroh –semoga Alloh
menjaganya- tersebut, beliau tidak sedikitpun mengkhianati Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dalam memegang amanah. Begitu pula Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tampak dengan akhlaq yang sangat mulia, walaupun beliau
adalah atasan namun beliau menyempatkan diri untuk menjenguk atau mengunjungi Abu
Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya- dan beliau (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
tidak sama sekali merendahkan Abu Huroiroh bahkan ditengah-tengah penjagaan
tersebut beliau menyempatkan memberikan faedah hadits dengan menjelaskan siapa
tawanan Abu Huroiroh –semoga Alloh menjaganya- yang mendatanginya
berturut-turut selama tiga malam.
Berikut ini kami kutipkan perkataan
Abul Abbas –semoga Alloh menguatkan dan mengokohkannya- menyangkut
persahabatan, dengan judul:
TAMAN
Tulisan Abul
‘Abbas Khidhir Menyangkut Persahabatan
Tak lupa pujian dan syukur kepada Robb Yang
Maha Menciptakan
Tak lupa sholawat dan salam untuk Ar-Rosul yang
memberi teladan
Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada semua
kawan-kawan
Tulisan
ini adalah nasehat untuk yang menjalin persahabatan
Tema
yang kuberikan adalah “TAMAN” sebagai tempat hiburan
Taman-taman
di dunia sangat banyak namun banyak kekurangan
Taman-taman di
akhirat itulah yang terindah dan menyenangkan
Taman-tamannya ada
pepohonan yang memiliki buah-buahan
Terlihat pada taman
itu keindahan belum pernah diperlihatkan
Telaga Ar-Rosul bila
diminum maka tidak akan pernah kehausan
Telaga itu hanya
dikhususkan untuk orang-orang yang beriman
Tampaknya manusia bila diberi hiburan akan
menyenangkan
Tulisan ini semoga cukup sebagai kabar gembira
dan hiburan
Tapi perlu diketahui bahwa tidak semua hiburan
diperbolehkan
Tentang hiburan mencocoki syari’at maka tentu
diperbolehkan
Tentang hiburan menyelisihi syari’at maka tentu
diharamkan
Tahukah
kamu sebab terputusnya jalinan persahabatan
Telah
dikabarkan oleh Ar-Rasul masalah yang disebutkan
Tidak
adanya kejujuran sebab musnahnya persahabatan
Timbulnya
prasangka jelek sebab utama adanya kebencian
Tidak
adanya kepercayaan menimbulkan pengkhianatan
Tinggal
dengan orang jelek pemicu adanya perpecahan
Tidakkah
kamu ingat Ja’far yang dulunya jadi pimpinan
Tidak
lain jatuhnya karena mengkhianati persahabatan
Telah
diberi kepercayaan namun dia mengikuti perasaan
Timbul
padanya angan-angan akibatnya berbuat tak karuan
Terimalah nasehat supaya kamu meraih
keselamatan
Tepatilah janji supaya senantiasa di atas
keridhoan
Tunaikanlah hak-hak dan jangan menebar kezholiman
Taatilah syariat dengan itu kamu selalu di atas
penjagaan
Taubatlah dengan segera bila kamu berbuat
kesalahan
Taatlah Alloh dan Rosul-Nya kamu akan meraih
kemuliaan
Tebarkan salam antara sesama kamu akan
dimuliakan
Tidak ada perangai terbaik daripada
kelemahlembutan
Tameng terkokoh bagi setiap muslim adalah
ketawakkalan
Tentara
syaithon terus membuat makar dan permusuhan
Tapi
muslim yang baik takkan pernah lalai dari ketaqwaan
Terus
bertaqwa kepada Robbnya dan meminta perlindungan
Teriakan
dan bisikan syaithon tidak pernah memudharatkan
Tanda
dan alamat kebahagiaan adalah menebarkan senyuman
Teman
yang baik adalah paling suka memberi senyuman
Teman
yang terakrab adalah paling banyak perhatian
Teman
yang tercinta adalah suka memberi wejangan
Terkumpulnya
semua sifat itulah teman yang didambakan
Tabah
dan sabar dalam berbuat kebaikan adalah keharusan
Tidaklah
Alloh menyia-nyiakan suatu amalan dari kebaikan
Tapi justru Alloh balas dengan kebaikan
berkesinambungan
Titipan pesan agar kamu selalu di atas
ketaqwaan
Tinggalkanlah semua yang menimbulkan
keragu-raguan
Tenangkanlah dirimu dengan dzikir bila muncul
godaan
Tentara syaithon senantiasa menggoda sampai
titik penghabisan
Tanamkanlah benih-benih keimanan agar memiliki
kekokohan
Tamballah segala aib dan cacat supaya meraih
kesempurnaan
Terangkanlah kepada teman baikmu bila ada
permasalahan
Tentu dia akan memberimu solusi terbaik yang
menenangkan
Teror
dan provokasi adalah penyebab perpecahan
Tindak
kriminal penyebab adanya kesengsaraan
Timbulnya
demonstrasi karena ada kezholiman
Tapi
muslim baik akan senantiasa di atas kesabaran
Taati
penguasa muslim dalam kebaikan adalah kewajiban
Tinggalkan
dan keluar dari ketaatan adalah kemaksiatan
Tempuhlah
jalan salafush shalih yang telah diselamatkan
Tentu
dengan sebab-sebab itu kamu akan diselamatkan
Tabah
dan sabar di atas ketaatan adalah suatu keharusan
Terakhir sholawat dan salam untuk penutup kerosulan
Tulisan ini kugoreskan pada Sembilan Dzulhijjah
di Yaman
Para hizbiyyin menjalin persahabatan karena atas dasar
dunia, bila persahabatannya tidak menghasilkan dunia atau tidak menguntungkan
mereka maka persahabatannya pun cepat putus, atau mereka juga menjadikan
persahabatan supaya bisa ditenarkan, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh
Muhammad Afifuddin bin Husnunnuri As-Sidawiy menjalin persahabatan dengan Abu
Umamah Abdullah Al-Jahdariy Al-Yamaniy –semoga Alloh menjaganya-, namun
persahabatannya kemudian dia khianati dengan memberikan kedustaan kepada Abu
Umamah Abdullah Al-Jahdariy. Dalam suratnya kepada Abu Umamah Abdullah
Al-Jahdariy dia berkata: Aku sekarang sudah memiliki murid-murid jumlah
keseluruhannya tiga ratus lebih, dan sudah jadi markazku tiga lantai dengan
tanpa yayasan dan tanpa minta-minta. Demikian hizbiy yang pendusta itu berkata,
maka cukuplah untuk dijadikan sebagai renungan apa yang dikatakan oleh Abul
Abbas –semoga Alloh memberkahi ilmunya-:
JASA KAWAN
Jadikan persahabatanmu karena mengharap wajah Ar-Rohman
Jelaskanlah
ini wasiat dari Khidhir buat kawan-kawan
Jadikanlah
rasa cinta kepada kawan karena Ar-Rohman
Jika
cintamu karena Ar-Rohman itu yang diharapkan
Jika
cintamu karena dunia maka itu alamat kebinasaan
Jangan
seperti bunglon bersahabat karena kepentingan
Jangan
seperti bunglon bersahabat karena menguntungkan
Jika
ingin keridhoan Ar-Rohman maka ikutilah peringatan
Jejak
Ar-Rosul dan shahabatnya patut diikuti dan diterapkan
Jelas
mereka mencintai dan membenci karena Ar-Rohman
Jarh
mereka terhadap si muka dua cukup sebagai peringatan
Jauhilah
si muka dua walaupun dulunya sebagai kawan
Jangan
berdialog karena dia akan menanamkan keraguan
Jannah
diharamkan untuk si muka dua dan penolak kebenaran
Jelas
sekali permasalahan ini di dalam Kitab Al-Qur’an
Jika
kamu katakan teman dulumu berjasa dan punya kebaikan
Jawabanku
Alloh tidak terhitung jasa-Nya dalam memberi kebaikan
Jadi
pilihlah mana yang cocok bagimu biar semakin jelas keputusan
Jika
kamu memilih teman jelekmu maka kamu akan ditinggalkan
Jika
kamu memilih Ar-Rohman maka itu adalah kebaikan
Jadi
intinya kamu banyak memohon kepada-Nya kebaikan
Jadikanlah hidupmu untuk beribadah dan berbuat kebaikan
Jembatanilah pergaulanmu dengan bimbingan Al-Qur’an
Jagat raya dan semua perhiasannya pasti engkau tinggalkan
Jadikan hidupmu sebagai sarana menuju ke negri penantian
Jam aktivitas dan ibadahmu sangat perlu kamu perhatikan
Jangan sampai waktu belajar dan ibdahamu terlalaikan
Jinten
hitam obat pilihan untuk keberlangsungan
Jambu
merah buahnya menghasilkan kesehatan
Jambu
mete memiliki kualitas yang memuaskan
Jadikan
nikmat itu untuk beribadah kepada Ar-Rohman
Jember kabupaten ada markaz hizbinya Luqman
Jakarta ibu kota, yang hizbiyyin di sana ada jaringan
Ja’far Shalih pernah bermusuhan sekarang jadi kawan
Jaka Abu Dzulkifli diusir karena berbuat kejahatan
Jaringan mereka ada diberbagai tempat dan pemukiman
Jawa
adalah pulau yang tempat mereka melakukan pergerakan
Jambi
termasuk kota yang jadi incaran dan target kegiatan
Jokjakarta
kota yang menjadi pusat membuat perencanaan
Jawa
Timur Luqman Ba’abduh bergerak mencari dukungan
Jawa
Barat Muhammad Umar As-Sewwed bangkit ikut-ikutan
Jawa
Tengah Ayip Syafruddin biang keladi fitnah dan kejelakan
Jojoran
Surabaya Abu Ahmad ikut membuat makar dan kerancuan
Jayapura
Syafruddin ikut menyebarkan fitnah dan menyuarakan
Ja’far Umar Thalib dulu dijadikan rujukan dan pimpinan
Ja’farpun mereka lengserkan bergegas Luqman dinaikan
Jagoan dan laskar hizbiyyin terus bikin onar dan kejahatan
Janji Alloh atas kehinaan mereka adalah suatu kepastian
Jabatan mereka di dunia memang ada dan menggiurkan
Jilatan terhadap harta minta-minta memang mengerikan
Jagalah
diri dan keluargamu karena mereka melakukan penipuan
Jejakilah
al-haq pasti kamu tahu mereka dan berbagai kejelekan
Jemputlah
al-haq dan amalkan karena itu sebab kesuksesan
Jelaskan
bahwa ini nasehat Khidhir untuk kawan dan lawan
BAB 4
MENGEMBALIKAN PROBLEMATIKA UMAT KEPADA ULIL AMRI (UMARA’
DAN ULAMA’)
Patokan dan landasan hukum kami dalam penentuan bab ini
adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat An-Nisa’ ayat 83:
{وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى
الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ
مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ
إِلَّا قَلِيلًا}. الآية.
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita
tentang keamanan ataupun ketakutan, lalu mereka menyiarkannya, dan kalaulah
mereka menyerahkannya kepada Ar-Rosul dan ulil Amri (umara’ dan ulama’) di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Ar-Rosul dan ulil Amri). Kalau tidaklah
karena karunia dan rohmat Alloh kepada kalian, tentulah kalian mengikut syaithon,
kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian)”.
Berkata Abu Huroiroh –semoga
Alloh meridhoinya-: “Sungguh aku akan angkat (seret) kamu ke Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)”.
Dari perkataan Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-
tersebut dapat dipetik beberapa faedah, diantaranya:
Pertama: Bolehnya melaporkan para pelaku maksiat
atau pembuat kerusakan kepada pihak berwenang (aparat pemerintah), contohnya:
Bila pada suatu tempat ada seorang teroris atau ada segerombolan teroris hendak
melakukan teror, atau ada para pelaku maksiat semisal pecandu narkotik,
penjudi, dan yang semisalnya maka boleh bagi seseorang untuk melaporkan mereka
kepada pihak yang berwenang, bahkan hal ini bisa wajib bila masuk pada bab
inkaril munkar (bab pengingkaran terhadap kemungkaran) karena bila mereka
dibiarkan terus di atas kemaksiatan tersebut maka akan memberikan madhorat
kepada masyarakat, maka atas dasar ini wajib bagi setiap orang untuk
mengingkari setiap kemungkaran yang ada,
Alloh (تعالى) di dalam surat Ali
Imran ayat 104:
﴿وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ﴾ الآية.
"Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang
menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".
Begitu pula boleh bagi seseorang murid melaporkan gurunya
yang melakukan kesesatan kepada para ulama sehingga mereka menghukuminya
sekadar contoh Saifulloh, Abu Bakr Ahmad, Ismail dan Abdussalam serta
kawan-kawan mereka, mereka menggantungkan hidupnya kepada yayasan dan mereka
membela yayasan mati-matian maka ada dari mantan muridnya melaporkan kepada
Abul Abbas –semoga Alloh menguatkan dan mengokohkannya- lalu Abul Abbas
–semoga Alloh menguatkan dan mengokohkannya- sampaikan kepada
masyayiknya di Darul Hadits Dammaj tentang perbuatan mereka seperti itu, dan
disampaikan pula bahwa disamping pembelaan mereka terhadap yayasan ada juga
pembelaan mereka terhadap hizbiyyin dan para pecandu dosa serta mereka telah
mengumumkan permusuhan kepada Ahlussunnah maka masyayikhnya menghukumi bahwa “Mereka
adalah Hizbiyyun”.
Kedua:
Anjuran untuk bersikap tegas, bila tidak diindahkan maka langkah berikutnya
dengan sikap keras, Alloh (تعالى) berkata di dalam surat At-Taubah ayat 65 sampai 65:
{وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ
وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا
قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ
طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ}. الآية.
“Dan
jika kalian tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah terhadap Alloh,
ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kalian selalu berolok-olok?,“Tidak perlu kalian minta maaf, karena kalian
telah kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kalian, niscaya
Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang
yang selalu berbuat dosa”.
Diriwayatkan
oleh Ath-Thabariy dan Ibnu Abi Hatim yang dishahihkan oleh Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga
Alloh merahmati mereka semuanya- di dalam “Ash-Shahihul Musnad min
Asbabin Nuzul” (Hal. 126) dari hadits Abdullah bin ‘Umar, beliau –semoga
Allah meridhoinya- berkata: “Berkata seseorang pada perang tabuk di tempat-tempat
duduk mereka: Tidaklah aku melihat pembaca kita daripada mereka ini, yang
paling besar perutnya, paling dusta lisannya dan paling penakut ketika bertemu
musuh! Berkata seseorang di dalam masjid: “Kamu telah berdusta dan akan tetapi
kamu adalah munafiq, sungguh aku akan kabarkan kepada Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ). Lalu sampailah
kepada Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan Al-Qur’an turun. Berkata Abdulloh bin
‘Umar –semoga Alloh meridhoinya-: “Dan aku melihatnya
bergantung di sisi kendaraan Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sampai tertabrak dengan batu, sambil
berkata: Wahai Rosululloh, sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan
bermain-main saja! Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
{أَبِاللَّهِ
وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا
قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ}.
"Apakah terhadap Alloh, ayat-ayat-Nya
dan Rosul-Nya kalian selalu berolok-olok? “Tidak perlu kalian minta maaf, karena kalian telah kafir sesudah
beriman”.
BAB 5
PERLUNYA UNTUK MENGETAHUI ALASAN DARI ORANG-ORANG YANG
TERGUGAT
Patokan
dan landasan hukum kami dalam penentuan bab ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Al-Hujr ayat 32 sampai
40:
{قَالَ
يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ.
قَالَ
لَمْ أَكُنْ لِأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ.
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ. وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ
الدِّينِ. قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ. قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ
الْمُنْظَرِينَ. إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ. قَالَ رَبِّ بِمَا
أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ.
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ}. الآية.
“Alloh
berkata: "Wahai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama
mereka yang sujud itu?" Iblis berkata: "Aku sekali-kali tidak akan
sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat yang kering
(yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk!" Alloh berkata:
"Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk dan sesungguhnya
kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". Iblis berkata: "Ya Robbku,
(kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan,
Alloh berkata: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang
yang diberi tangguh sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. Iblis
berkata: "Ya Robbku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka
bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu
yang ikhlas di antara mereka".
Berkata orang yang mencuri zakat kepada Abu Huroiroh:
“Biarkan aku, karena sesungguhnya aku punya kebutuhan dan di atas kefaqiran,
aku tidak akan mengulangi (mencuri)”.
Dari perkataan kisah tersebut dapat dipetik beberapa
faedah, diantaranya:
Pertama: Bolehnya memberi udzur kepada orang yang
tergugat (terpidana) dengan ketentuan dia memiliki alasan kuat yang bisa
dipertanggung jawabkan dan dengan adanya perjanjian.
Kedua: Bolehnya menyebutkan keadaan diri semisal:
Aku lapar, aku sakit atau yang selain itu sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya. Berbeda dengan para hizbiyyin mereka meminta-minta kepada manusia
dengan mengeluhkan keadaan mereka dengan niat supaya diberi, sebagaimana yang
pernah kami dengarkan keluhan dari da’i-da’i hizbiyyin: Kita ini faqir ya
ikhwah! oleh karena itu kami membutuhkan ta’awun dari kalian, dakwah
kita membutuhkan dana sekian dan sekian untuk muhadhoroh para masyayikh di
Jogjakarta atau untuk telpon para masyayikh.
Dan telah terjadi muhadhoroh di Jogjakarta dengan
mengundang tokoh-tokoh besar hizbiyyin semisal Abdulloh Al-Mar’iy, Abdurrohman
Al-Adniy dan Abdulloh Al-Bukhoriy. Dan pernah terjadi pula konsultasi dan tanya
jawab Usamah Faishol Mahri dengan Abdulloh Al-Bukhoriy lewat telpon yang
hasilnya adalah kezhaliman dan perbuatan dosa, maka kewajiban bagi setiap
muslim untuk tidak membantu dan tidak bekerja sama dengan mereka, karena Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-Maidah
ayat ke 2:
{وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ}.
الآية.
“Dan tolong menolonglah kalian di atas
kebaikan dan taqwa dan janganlah kalian tolong menolong di atas dosa dan
permusuhan”.
Dan siapa saja yang membantu,
menolong, melindungi dan membela para hizbiyyin maka dikhowatirkan mereka akan
terkena la'nat dari Alloh (تعالى), Al-Imam Al-Bukhoriy –semoga Alloh
merahmatinya- di dalam “Ash-Shohih” membuat bab khusus “Bab
Itsmi Man Aawa Muhditsa, Rawahu ‘Ali ‘Anin Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)”. Di dalam “Shohih Muslim” dan “Al-Adabul
Mufrod Lil Imam Al-Bukhoriy” dari hadits ‘Ali bin Abi Tholib –semoga
Alloh meridhoinya-, bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«وَلَعَنَ
اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا».
“Semoga la'nat Alloh atas siapa saja
yang melindungi ahli bid’ah (ahlu ma'siat)”.
Ketiga:
Bolehnya mengemukan tentang jati diri atau gelar kepada orang lain bila
orang lain tersebut tidak percaya tentang dirinya, Alloh (تعالى) berkata dalam surat Al-A’raf ayat
68:
{أُبَلِّغُكُمْ
رِسَالَاتِ رَبِّي وَأَنَا لَكُمْ نَاصِحٌ أَمِينٌ}.
الآية.
“Aku menyampaikan kepada kalian amanat-amanat
Robbku dan aku hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagi kalian".
Ayat
tersebut adalah bantahan terhadap para hizbiyyin diantara mereka (para
hizbiyyun itu) adalah Luqman bin Muhammad Ba’abduh, dan seorang pembebeknya
yang bernama Abdul Ghafur Al-Malangiy yang mereka mengejek gelar An-Nashihul
Amin pada Syaikh kami Abu Abdirrohman Yahya bin Ali Al-Hajuriy –semoga
Alloh menjaganya-, padahal gelar tersebut adalah pemberian dari Al-Imam
Al-Wadi’iy –semoga Alloh merahmatinya- sebagaimana termaktub dalam
wasiatnya. Dan permasalahan gelar An-Nashihul Amin ini Alhamdulillah
telah kami singgung dalam buku kami yang berjudul “MEREKA ADALAH HIZBIYYUN
Sebagai Sumbangsih Positif dalam Mengikis kedustaan dari Lisan Luqman bin
Muhammad Ba’abduh”.
BAB 6
PERTANYAAN SEPUTAR KEJADIAN YANG ADA
Patokan dan landasan hukum kami dalam penentuan bab ini
adalah perkataan Alloh (تعالى)
dalam surat Al-Qoshshosh ayat 23:
{وَلَمَّا
وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ
دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى
يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِير}.
الآية.
“Dan
tatkala dia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan dia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan dia menjumpai di
belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).
Musa berkata: "Apakah maksud kalian berdua (dengan berbuat begitu)?"
kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami),
sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami
adalah orang tua yang telah lanjut usia".
Berkata Abu Huroiroh –semoga
Alloh meridhoinya-: “Ketika sudah pagi hari Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata: “Wahai Abu Huroiroh apa yang dilakukan tawananmu tadi (malam)?”
Dari perkataan Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-
tersebut dapat dipetik beberapa faedah, diantaranya:
Pertama: Bolehnya menanyakan tentang apa yang
diperbuat oleh seseorang yang aneh dan mencurigakan, sebagaimana pertanyaan
sebagian salafiyyin: Apa yang diperbuat oleh Saifulloh ketika di Dammaj? Maka
tidak mengapa dijawab sebagaimana realitanya: “Saifulloh ketika di Dammaj
sangat singkat waktunya, ditambah lagi sibuk kerja bangunan dan membuat tanah
bata, karena mungkin sangat sibuk sehingga dia tidak pernah mendengar fatwa
Al-Imam Al-Wadiy –semoga Alloh merahmatinya- tentang yayasan”.
Saifulloh berkata: “Orang-orang yang
duduk bersama Syaikh Muqbil lebih faham mauqif beliau dan selama kami
belajar (di Dammaj) tidak pernah mendengar kalau Syaikh Muqbil mengharamkan
yayasan”.
Maka kami katakan: Bagaimana Saifulloh
bisa mendengar fatwa Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga Alloh merahmatinya- atau
bagaimana bisa mengetahui sikap Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga Alloh
merahmatinya- sementara dia sibuk mengumulkan harta (kerja bangunan)?!
Teringat ketika kami masih di Ambon
(sebulan sebelum pemberangkatan ke Yaman) kami mendengar Saifulloh ini mengajar
kitab “Syarhu Masaililil Jahiliyyah” di masjid kampung Kisar-Ambon, dia
berkata: "Adapun masuknya da'wah Islam di Indonesia itu dibawa oleh para
pedagang, yang mereka tidak mempelajar ilmu atau mereka tidak memiliki ilmu,
mereka berdagang sambil berda'wah maka tidak heran kalau kemudian muncul banyak
kesyirikan dan kejelekan".
Maka dari perkataan Saifulloh
tersebut kami katakan pula: "Adapun masuknya da'wah salafiyyah di
Indonesia itu dibawa oleh para gelandangan yang mengaku sebagai penuntut ilmu
dan para pekerja yang tinggal di markaz-markaz ilmu, yang mereka tidak
mempelajari ilmu syar’iy dengan benar atau mereka tidak memiliki ilmu syar’iy
karena sebab kelalaian dan kesibukan mereka mengumpulkan harta, jadi tidak
heran kalau kemudian dengan sebab da'wahnya mereka bukan di atas ilmu
menimbulkan fitnah dan kejelekan serta melahirkan faham hizbiyyah yang
mengerikan".
Adapun
perkataan Saifulloh: “….selama kami belajar (di Dammaj) tidak pernah mendengar
kalau Syaikh Muqbil mengharamkan yayasan”, maka kami katakan lagi: "Ketika
Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga Alloh merohmatinya- mengeluarkan fatwanya
tentang yayasan mungkin Saifulloh lagi bolos dars (tidak mengikuti
pelajaran) karena mungkin sibuk membangun bangunan jadi tidak mendengarnya?
Atau ketika Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga Alloh merohmatinya- mengeluarkan
fatwanya tentang yayasan Saifulloh hadir dars tapi karena capek, karena
setelah bekerja bangunan jadi ketika dars tertidur-tidur atau tidak
tidur tapi keberadaannya di majlis bagaikan tidak ada karena pikiran bagaimana membangun
bangunan, bagaimana menata dan bagaimana!.
Karena kami merasa kasihan kepada
Saifulloh yang sedang sakit hatinya maka ini kami bawakan satu fatwa dari
fatwa-fatwa Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga Alloh merohmatinya-, semoga bisa
membantu meringankan derita dalam hati Saifulloh.
Al-Imam Abu Abdirrohman Muqbil bin Hadiy Al-Wadi’iy –semoga
Alloh merohmatinya- berkata sebagaimana
dalam “Kaset”nya:
"جمعيات
هذه يا إخوان هي وسيلة، وكذا الصندوق أي، نعم، الطريق إلى حزبية والوسيلة إلى
الحزبية".
“Yayasan ini wahai saudara-saudara dia
adalah wasilah, demikian pula kotak infaq, yaitu: Ya, dia adalah jalan kepada
hizbiyyah dan wasilah kepada hizbiyyah”.
Adapun perkataan Saifulloh: “Orang-orang
yang duduk bersama Asy-Syaikh Muqbil lebih faham mauqif beliau”. Maka kami
tanyakan: Orang-orang siapa yang Saifulloh maksud? Kalau yang Saifulloh maksud
adalah Saifulloh sendiri karena pernah duduk bersama Al-Imam Al-Wadi’iy?! Atau
yang Saifulloh maksud adalah Luqman Ba’abduh?! Kalau yang Saifulloh maksud
adalah Saifullah sendiri maka aib besar! Kalau yang Saifulloh maksud adalah
Luqman Ba’abduh tentu tidak ada bedanya dengan Saifulloh!.
Kedua: Menjawab pertanyaan
tentang apa yang diperbuat oleh pelaku ma'siat bukanlah termasuk keharoman dan
menjelaskan perbuatan mereka bukan termasuk dosa, hal tersebut disebabkan
karena mereka terus menerus dalam kema'siatan, berbeda halnya bila mereka telah
bertaubat maka tidak perlu untuk menjelaskannya. Wallahu A’la wa A’lam.
(Lihat permasalahan ini dalam kitab “Riyadhush Sholihin” tentang masalah
ghibah).
BAB 7
PERLUNYA PENJELASAN TENTANG PERIHAL (KEADAAN) SETIAP
INDIVIDU ATAU KELOMPOK
Patokan
dan landasan hukum kami dalam penentuan bab ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Al-Masad ayat 1 sampai
5:
{تَبَّتْ
يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ. مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ. سَيَصْلَى نَارًا
ذَاتَ لَهَبٍ. وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ. فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ}.
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binasa, tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia
usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula)
istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut”.
Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata kepada Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-
bahwa pencuri yang datang itu adalah pendusta!.
Faedah yang dapat dipetik dari kisah
tersebut diantaranya:
Pentingnya ilmu jarh wat ta’dil. Dalam hadits
tersebut Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) langsung men-jarh orang yang datang mencuri
makanan dengan dikatakan bahwa dia adalah kadzdzab (pendusta). Maka
sangatlah tepat kalau para ulama’ men-jarh Luqman bin Muhammad Ba’abduh
dan memvonisnya dengan hizbiy yang pendusta sebagaimana perkataan Syaikh kami An-Nashihul Amin Yahya bin
‘Ali Al-Hajuriy, Muhammad bin ‘Ali bin Hizam dan Asy-Syaikh Muhammad bin Mani’
–semoga Alloh menjaga mereka semuanya-.
Atau jarh-nya para ulama
tentang hizbiynya Abdurrohman Al-Adniy, diantara mereka dari masyayikh kami di
Darul Hadits Dammaj adalah:
-
Asy-Syaikh An-Nashihul Amin
Yahya bin Ali Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Bilal Kholid
Al-Hadromiy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu ‘Amr Abdul Karim
Al-Hajuriy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul
Wahhab Asy-Syamiriy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Abdillah Muhammad
bin Ali bin Hizam –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Abdillah Kamal –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Abdirrozzaq Riyadh
Al-Adniy –semoga Allah mengampuni dan merohmatinya-.
-
Asy-Syaikh Abdul Kholiq Al-'Adniy
–semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Fathul Qodasiy –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Husain Al-Hathibiy –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abdulloh Al-Khoulaniy –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Zakariya' Al-Yafi'iy –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abul Yaman Adnan –semoga
Alloh menjaganya-.
Adapun selain mereka yang telah bersepakat tentang
kehizbiyahannya Abdurrahman diantaranya:
-
Asy-Syaikh Ahmad Al-Washabiy (imam
masjid As-Sunnah Darul Hadits Dammaj) –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Ibrahim Muhammad
bin Mani’ Al-Ansiy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Abdirrohman Abdullah
Al-Iryaniy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Hamzah Al-‘Amudiy –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Hatim Sa’id bin
Da’as Al-Yaafi’iy –semoga Alloh merohmatinya-.
-
Asy-Syaikh Abu Abdirrohman Jamil
Ash-Shilwiy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu Abdillah Zaid
Al-Washabiy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abu ‘Amr Yasir
Adh-Dhuba’iy –semoga Allah menjaganya-.
-
Asy-Syaikh 'Abdurroqib
Al-Kaukabaniy –semoga Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Muhib Adh-Dholi'iy –semoga
Alloh menjaganya-.
-
Asy-Syaikh Abdurrazzaq An-Nahmiy
–semoga Allah menjaganya-, dan yang selain mereka –semoga Alloh menjaga
mereka semuanya-.
Berkata Abu Huroiroh –semoga
Alloh meridhoinya-: Berkata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
kepadaku: “Sesungguhnya dia akan kembali”, maka aku pun mengintainya”.
Dari perkataan tersebut adanya
anjuran untuk memberi peringatan kepada setiap individu atau kelompok pada
khususnya dan memberi peringatan dari fitnah dan kejelekan pada umumnya,
sehingga orang yang diperingati pun bersiap siaga dan berhati-hati dari
fintah-fitnah tersebut, sebagaimana di dalam “Ash-Shohih” (no. 3606) dan
“Shohih Muslim” (no. 4890) dari hadits Hudzaifah Ibnul Yaman,
beliau –semoga Alloh meridhoinya- berkata:
"كَانَ
النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ
أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِى. فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّا كُنَّا فِى جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ، فَهَلْ
بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ «نَعَمْ». قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ
مِنْ خَيْرٍ قَالَ «نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ». قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ «قَوْمٌ
يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِى تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ». قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ
الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ «نَعَمْ دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ
إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا فَقَالَ
«هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا» قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِى
إِنْ أَدْرَكَنِى ذَلِكَ قَالَ «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ».
قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ
الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ
وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ»".
“Dahulu orang-orang bertanya kepada Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tentang kebaikan, dan aku ketika itu bertanya kepadanya
tentang kejelekan (karena) khowatirakan menimpaku. Maka aku katakan: “Wahai Rosululloh
sesungguhnya kami dahulu di zaman jahiliyyah (penuh) kejelekan, kemudian Alloh
mendatangkan kepada kami kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini ada
kejelekan”. Beliau berkata: “Iya”. Aku berkata: “Apakah setelah
kejelekan itu ada kebaikan?” Beliau berkata: “Iya, dan padanya dakhon
(kekaburan)”. Aku berkata: “Apa itu dakhon? Beliau berkata: “Suatu
kaum yang mereka berpetunjuk dengan yang bukan petunjukku, kamu mengenal mereka
dan kamu mengingkari”. Aku berkata: Apakah setalah itu ada kebaikan dari
kejelakan? Beliau berkata: “Iya, ada da’i-da’i yang menyeru kepada
pintu-pintu jahannam, barangsiapa memenuhi seruan itu maka dia akan terjerumus
ke dalamnya”. Aku berkata: “Wahai Rosululloh sifatkanlah kepada kami!
Beliau berkata: “Mereka dari kalangan kita dan berbahasa dengan bahasa kita”
Aku berkata: “Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku mendapati yang
demikian itu? Beliau berkata: “Engkau komitmen dengan jama’ah kaum muslimin
dan imam mereka”. Aku berkata: “Bagaimana kalau tidak ada pada mereka
jama’ah dan tidak pula ada imam? Beliau berkata: “Tinggalkan firqah
(kelompok-kelompok) semuanya walaupun kamu menggigit akar kayu sampai kematian
menjemputmu dan kamu dalam keadaan demikian itu”.
Dan berkata seorang penyair:
عرفت الشر لا للشر لكن
لتوقيه ومن لم يعرف الشر من الخير يقع فيه
Aku mengetahui kejelekan bukan untuk berbuat jelek akan
tetapi untuk menjauhinya
Dan siapa yang tidak mengetahui kejelekan dari kebaikan
maka akan terjatuh ke dalamnya.
BAB 8
PERASAAN KASIHAN ADALAH TABIAT MANUSIA
Patokan
dan landasan hukum kami dalam penentuan bab ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Al-Qoshshosh ayat 9:
{وَقَالَتِ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ قُرَّةُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ
عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}. الآية.
“Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(dia) adalah
penyejuk mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan dia
bermanfaat kepada kita atau kita menjadikannya sebagai anak (angkat)",
sedang mereka tidak menyadari”.
Berkata
(Abu Huroiroh): “Wahai Rosululloh, dia mengeluh (karena) memiliki hajat yang
sangat dan dia faqir maka aku kasihan, lalu aku melepaskannya”.
Rasa
kasihan atau kasih sayang merupakan tabiat manusia, bahkan orang-orang yang
kafir sekalipun terkadang memiliki rasa kasihan dan kasih sayang, berbeda
dengan sebagian hizbiyyin yang tidak punya rasa kasihan, bahkan seringkali
mereka melakukan tindak kriminal, penganiayaan, pemukulan dan bentuk kezholiman
lainnya, berkata Abul ‘Abbas –semoga Alloh menguatkan dan mengokohkannya-
dalam “BEKAL Bingkisan Emas untuk Kawan-kawan Al-Mulkiy yang Berakal”:
Bapak
ketua hizbiyyin Luqman Ba'abduh penjahat nakal
Bila
berkata dusta dan terasa kecut tercampur sambel
Bala
tentaranya banyak mantan-mantan LJ yang jahil
Banyak
mereka termakan rayuan pak ketua yang gombal
Bicaranya
membuat LJ banyak merintih dan gatal-gatal
Bangkit
dari majelisnya langsung mereka main pukul
Berkata Abul Abbas –semoga Alloh
menguatkan dan mengokohkannya- dalam “Akhlaq Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dalam Pengarahan dan Kritikan”: “Adapun Luqman
Ba’abduh sangat cocok menyandang gelar penjahat dakwah karena dengan
kejahatannya yang ada, dari sejak dia menjabat sebagai wakil panglima laskar
jihad dan bertugas di Ambon tampak sekali kejahatannya terhadap kaum muslimin
dan penguasa serta dengan mudah menghalalkan darah yang haram untuk
ditumpahkan. Begitu pula penganiayaan, pemukulan dan kezholiman dilakukan, baik
itu dia lakukan sendiri atau melalui para pengikutnya. Maka cukuplah untuk
Luqman Ba’abduh menyandang gelar itu. Begitu pula makarnya terhadap Darul
Hadits Dammaj yang dia termasuk salah satu keluaran darinya, yang kemudian
menampakan permusuhan dengan hinaan dan celaan serta kedustaan dan pemutar
balikan fakta dia lakukan terhadap Darul Hadits Dammaj dan masyayikhnya, maka
itu bagian dari kejahatannya juga!".
Berkata Abul ‘Abbas –semoga Alloh menguatkan dan
mengokohkannya- dalam “BEKAL Bingkisan Emas untuk Kawan-kawan Al-Mulkiy
yang Berakal”:
Bila
mereka kalah hujjah maka langsung main pukul
Begitu
pula para hizbiyyin sukanya main pukul
Benar
apa yang dikatakan syaikhku Kholid Abu Bilal
Bahwa
mereka orang jahat dan kejam yang tidak pernah adil
Bersikapnya mereka seperti sikapnya para Dajjal
Betul kalau mereka penjahat yang paling handal
Bila berargumen mereka gunakan akalnya yang dangkal
Bahasa dan keterangan mereka tidak memiliki asal
Berupaya
cari pengikut walau dari orang besar atau kecil
Bila
dilihat pengikut mereka banyak orang aneh dan ganjil
Baju dan pakaian mereka sangat ketat dan kecil
Bantalon celana khos mereka lagi pula musbil
Botak mereka ditutupi dengan topi bertitel
Begonya mereka dalam berpikir seperti kancil
Bos
dan pengikut mereka perlu dikurung dan diborgol
Biar
mereka tidak leluasa berbuat aniaya dan berbuat nihil
BAB 9
PEMASTIAN BERITA
Patokan dan landasan hukum kami dalam penentuan bab
ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Al-Hujarot ayat 6:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ
نَادِمِينَ}. الآية.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada
kalian orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kalian
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan kalian itu”.
Berkata orang yang datang mencuri makanan:
“Biarkanlah aku! Aku akan ajarkan kamu dengan kalimat-kalimat yang Alloh akan
memberimu manfaat dengannya” Aku berkata: “Apa itu?”
Demikianlah cara syaithon
ketika sudah terjepit, diapun siap mencari jalan keluar untuk bisa hidup
berkesinambungan, begitu pula para ustadz-ustadz hizbiyyin mereka mau mengajar
atau mengisi ta'lim bila diberi upah, bila hal ini dikritik maka mereka akan
berlasan dengan berbagai macam alasan, sebagaimana yang dikampanyekan oleh
salah satu gembong hizbiyyin di kota Ambon yang bernama Abu Bakar Ahmad
Al-Jakartiy dengan menukilkan dari perkataan Asy-Syaikh Al-Utsaimin –semoga
Alloh merohmatinya- bahwa beliau –semoga Alloh merohmatinya-
mengatakan: “Sesuatu yang paling berhak untuk diambil upah darinya adalah
Al-Qur’an, ini bukan termasuk menjual ayat Alloh”.
Kami
katakan bahwa kami tidak menyatakan haram bagi siapa saja yang mengajarkan
Al-Qur’an kemudian mengambil darinya upah sebagaimana kami juga tidak
menyalahkan syaithon ketika menjadikan ayat Kursi sebagai penyebab supaya dia
lepas dari tawanan Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-!, namun yang
menjadi titik permasalahan di sini adalah sumber upah itu dari mana diperoleh?
Apakah dari kotak infaq atau dari yayasan atau dari minta-minta yang model
lain? Kalau mereka para pengajar hizbiyyin itu mau benar-benar mencari
keutamaan dan fadhilah menjadi pengajar Al-Qur’an maka tentu dituntut bagi
mereka untuk mengamalkan Al-Qur’an pula, karena Al-Imam Al-Bukhoriy berkata di
dalam “Ash-Shohih” (no. 5028): Telah menceritakan kepada kami Abu
Nu’aim, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan dari ‘Alqamah bin
Martsad dari Abu Abdirrohman As-Sulamiy dari Utsman bin ‘Affan, beliau –semoga
Alloh meridhoinya- berkata: Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ».
“Sesungguhnya
yang paling afdholnya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengamalkannya”.
Dan di
dalam “Ash-Shohih” juga dengan lafazh yang berbeda, bahwa Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ».
“Sebaik-baik
kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya”.
Dan diantara bentuk pengamalan terhadap
Al-Qur’an adalah menjauhi segala macam larangan, semisal larangan dari
meminta-minta, larangan menempuh jalan atau wasilah kepada hizbiyyah dan
larangan-larang yang lainnya.
Sekarang
yang jadi pertanyaan: Bisakah Abu Bakar Ahmad dan komplotannya mengajar dengan
tanpa upah? Maka tentu jawabannya: Perlu ditinjau lagi, karena pertimbangan
ekonomi!. Dan upah yang mereka dapatkan itu sumbernya dari yayasan maka tidak
heran kalau mereka bangkit beramai-ramai membela yayasan. Mereka membela dan
mempertahankan yayasan supaya apa? Supaya terus dapat tunjangan (gaji) walau
terus mengemis atau terus memakan upah dari hasil pengemisan bukankah begitu?
Atau supaya nanti jadi alasan inikan formal ada cap yayasan! Atau paling tidak
bisa datang ke dermawan dengan alasan hutang atas nama yayasan, karena sudah
tahu orang dermawan sering mengatakan tidak perlu dibayar hutangnya mereka pun
terus datang untuk hutang, maka tidakkah mereka mau melihat apa yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhoriy dalam “Ash-Shohih” dari hadits Abdillah
bin ‘Umar –semoga Alloh meridhoi keduanya-:
«مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِىَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
لَيْسَ فِى وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ».
“Senantiasa
seseorang meminta-minta kepada manusia sampai dia datang pada hari kiamat
dengan tidak memiliki daging pada wajahnya”.
Berkata
Al-Khoththobiy –semoga Alloh merohmatinya- sebagaimana dalam “Fathul
Bariy Libni Hajar” (Juz 5/hal. 95): Bahwasanya orang tersebut datang
dalam keadaan merangkak, yang dia tidak memiliki kemampuan dan kekuatan atau
dia diazab pada wajahnya sampai berguguran dagingnya karena beratnya siksaan”.
Adapun
masalah minta-minta maka hukumnya telah jelas harom, bahkan Al-Imam Ibnu Hajar –semoga
Alloh merohmatinya- dalam “Fathul Bariy” (Juz 17/hal. 98) telah
menukilkan dari Al-Imam An-Nawawiy –semoga Alloh merohmatinya- tentang
kesepakatan haromnya minta-minta, beliau berkata: "Akan tetapi telah
berkata Al-Imam An-Nawawiy dalam “Syarhu Muslim”: “Telah sepakat ulama
tentang larangan dari meminta-minta yang selain darurat”.
Sedangkan
pertanyaan Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya- kepada maling
yang menawarkan untuk mengajarinya Al-Qur’an: “Apa itu?” maka ini
sebagai bantahan atas Saifulloh yang dengan kebodohannya berkata: “Boleh
menerima khobar orang majhul (tidak dikenal) dengan dalil hadits Abu
Huroiroh ketika menangkap syaithon”.
Dari
alasannya Saifulloh ini sudah tampak jelas kalau dia miskin dan bodoh dalam
pendalilan, kalau seandainya dia hafal hadits lalu kemudian dia bacakan ketika dita'limnya
itu maka tentu apa yang dia baca akan menjadi bumerang atasnya, namun yang dia
bisa hanya menyebutkan hadits Abu Huroiroh ketika menangkap syaithon.
Maka kebetulan ada argumennya
seperti itu maka sedikit kami singgung lagi masalah yayasan karena dia berkata:
“Masalah yayasan adalah masalah ijtihady bukan qat’y”.
Juga perkataannya: “Syaikh Yahya sendiri tidak mengharomkan
yayasan dan pernyataan beliau yang ditandatangani oleh beliau”.
Kalaulah
Saifulloh ini mau menerima dari dua pihak yaitu mau menerima khobar dari
kawan-kawannya yang sudah sukses jadi hizbiyyun dan juga mau menerima khobar
dari Salafiyyin maka tentu dia tidak akan muncul kerancuannya yang rendah itu,
karena masalah yayasan ijtihady atau pengharoman yayasan dari Asy-Syaikh Yahya –semoga
Alloh menjaganya- telah ada dan tersebar, diantaranya di dalam kitab “Jam’iyyah
Harakah bila Barokah” atau di dalam makalah-makalah dari Darul Hadits
Dammaj, namun karena fanatik dan sikap kebodohan yang mendominasinya dia pun
hanya mau menerima khobar dan bayan dari syaithon dan jaringannya dan
dia enggan, congkak dan sombong dengan tidak mau menerima khobar atau bayan
dari Ahlussunnah.
Dengan prilakunya itu –dia sadari atau tidak-
telah berupaya untuk mengeluarkan umat dari keterangan dan berupaya
memasukannya ke dalam kegelapan, dia ingin menjadikan syaithon sebagai wali dan
rujukan dalam menghadapi problema maka tidakkah pernah dia membaca perkataan
Alloh (تعالى) dalam surat Al-Baqoroh ayat 257:
{اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ
إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ
مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُون}. الآية.
“Alloh adalah pelindung
orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada
cahaya (iman), dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah syaithon,
yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu
adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
Dengan
perbuatannya seperti itu mungkin dia merasa di atas petunjuk! Belumkah dia
membaca perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Al-A’rof
ayat 30:
{إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ}. الآية.
“Sesungguhnya mereka
menjadikan syaithon-syaithon sebagai pelindung (mereka) selain Alloh, dan
mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk”.
Karena
Saifulloh ini begitu pula kawan-kawannya dari kalaangan hizbiyyin hanya mau
menerima khobar dan penjelasan dari syaithon dan anak buahnya maka syaithon pun
menguasai mereka, Alloh (تعالى)
menyebutkan surat At-Taubah ayat 37 tentang trik-trik liciknya Syaithon
dalam memperbudak mereka:
{فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ}.
الآية.
“Maka mereka menghalalkan
apa yang diharomkan Alloh. (syaithon) menjadikan mereka memandang perbuatan
mereka yang buruk itu, dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir”.
Jadi argumen Saifulloh yang
mengkampenyakan untuk menerima khobar dan penjelasan dari kawan-kawannya baik
itu dari kalangan syaithon atau orang-orang majhul (tidak dikenal) telah
terbantah dengan surat Al-Hujarot ayat 6, juga terbantah dengan
pembenaran Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) terhadap perkataan syaithon, Rosululloh
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Adapun dia sesungguhnya telah jujur
kepadamu padahal dia itu adalah pendusta”.
Abu Huroiroh
–semoga Alloh meridhoinya- tidak langsung menerima atau mengamalkan khobar
syaithon tapi beliau sampaikan kepada kepada Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
ternyata Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) membenarkan, adapun berita dari syaithon atau orang majhul
yang disampaikan ke Saifulloh dan komplotannya dari kalangan hizbiyyin siapa
yang membenarkan? Ternyata Saifulloh tidak mau tahu, yang penting ada suara
bisikan yang datang dengan memberitakan khobar tentang Dammaj dan masyayikhnya
diapun dengan semangat buta menebarkannya.
Adapun
Saifulloh maka sangatlah cocok dan pantas untuk dijadikan pelajaran bagi yang
sedang duduk belajar di markaz-markaz untuk memanfaatkan peluang dan waktunya
mempelajari dasar-dasar ilmu syar’iy sehingga tidak senonoh dan serampangan
semisal orang bodoh semisal Saifulloh ini, dari prilaku dan ucapannya itu
tampak kalau dia tidak faham masalah beragama dengan benar jadi seenaknya
membuat keputusan –kita berlindung kepada Alloh dari kebodohannya-.
Maka
pada kesempatan ini sedikit kami paparkan tentang tafsir secara global
terhadap perkataan Alloh dalam surat Al-Hujarot ayat 6 sekaligus sebagai
bantahan atas apa yang dikampanyekan oleh Saifulloh:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ
نَادِمِينَ}. الآية.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang
kepada kalian orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah oleh kalian
dengan teliti agar kalian tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kalian menyesal atas perbuatan
kalian itu”.
Metode
kami dalam penafsiran secara global pada ayat tersebut adalah:
Pertama: Penafsiran dengan Mengaitkan ayat tersebut
dengan ayat yang lain.
Alloh (تعالى) berkata dalam surat An-Nahl ayat
43 dan Al-Anbiya’ ayat 7:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}. الآية.
“Maka
bertanyalah kalian kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui”.
Pada
ayat tersebut jelas sekali perintah untuk bertanya kepada ahli ilmu tentang
perkara atau problematika yang dihadapi, perintah Alloh (تعالى) sangat jelas yaitu bertanya kepada ahli
ilmu bukan kepada orang bodoh dan bukan pula kepada orang yang tidak dikenal,
lebih-lebih bukan kepada syaithon!, hal ini sebagaimana pada perkataan Alloh (تعالى) dalam surat An-Nisa’ ayat 83:
{وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى
الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ
مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ
إِلَّا قَلِيلًا}. الآية.
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita
tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalaulah
mereka menyerahkannya kepada Ar-Rosul dan ulil Amri (umara’ dan ulama’) di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Ar-Rosul dan ulil Amri). Kalau tidaklah
karena karunia dan rohmat Alloh kepada kalian, tentulah kalian mengikuti syaithon,
kecuali sebagian kecil saja (di antara kalian)”.
Pada
ayat ini juga jelas yaitu mengembalikan perkara kepada ulil amri bukan
kepada syaithon, bukan kepada orang jahil dan bukan pula kepada orang
yang tidak dikenal semisal Abdullah bin Robi’, Abu Mahfudz Ali bin Adam, Ummu
Abdillah Fulanah, Abdullah bin Abdirrohman dan Abu Umar bin Abdul Hamid serta
kawan-kawan majhul mereka –semoga Alloh tenggelamkan mereka semuanya-.
Dan petunjuk pada
ayat ini justru diselisihi oleh hizbiyyun, ketika terjadi fitnah langsung
mereka sebarkan, karena mereka takut berbuat terang-terangan dengan menampakan
diri, merekapun mengikuti jejak syaithonnya dengan menyembunyikan indentitas
dengan memakai nama samaran atau kata pepatah Indonesia “lempar batu sembunyi
tangan”. Perbuatan jelek dan terla'nat itu kemudian direspon oleh para
hizbiyyin yang bodoh semisal Saifulloh ini.
Lebih anehnya lagi
Saifulloh ini berkata: “Sedikit-sedikit masalah kecil tanya syaikh, cuma
mau dengar ulama Yaman saja”.
Tanggapan:
Bertanya kepada ahli ilmu baik itu yang sudah syaikh atau masih tholib maka
termasuk sesuatu yang dituntut di dalam syari’at yang suci ini, Alloh (تعالى) berkata dalam surat An-Nahl ayat
43 dan Al-Anbiya’ ayat 7:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ}. الآية.
“Maka
bertanyalah kalian kepada ahli ilmu jika kalian tidak mengetahui”.
Demikian keberadaan orang yang mengerti kadar dan kemampuan
dirinya, jadi mereka menyerahkan kepada ahlinya, adapun Saifulloh mungkin
karena merasa diri setingkat ulama jadi mau main hakim sendiri, atau kalau dia
masih punya perasaan merasa tidak tahu baru kemudian dia bertanya, dan
bertanyanya pun kepada orang yang tidak pantas untuk ditanya, sekadar contoh
Luqman bin Muhammad Ba’abduh yang begitu jahilnya, Saifulloh bertanya kepadanya
tentang wanita-wanita mereka dalam merayakan ‘id (hari raya) dengan main
tarik tambang atau lari karung atau yang semisalnya! Luqman Ba’abduh dengan
kejahilannya pun menfatwakan boleh dengan dalil Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
lomba lari dengan Aisyah –semoga Alloh meridhoinya-, dari sini
tampak keduanya memang termasuk orang-orang jahil atau istilah gaulnya “jeruk
minum jeruk” yaitu si jahil bertanya kepada si jahil.
Kedua: Penafsiran
dengan Atsar.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam "Muqoddimah
Shohihnya" berkata: Ibnu Sirin –semoga Alloh merohmatinya-:
"إِنَّ هَذَا
الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ".
"Sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka
lihatlah oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian".
Beliau –semoga Alloh merohmatinya-
berkata pula sebagaimana dalam "Muqoddimah Shohih Muslim":
"لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ
قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ
حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلاَ يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ".
“Dahulu
mereka (Ahli hadits) tidak bertanya tentang sanad-sanad, namun ketika telah
terjadi fitnah, mereka berkata: "Sebutkan kepada kami rijal (para
perowi) kalian! Bila dilihat (rijal-nya) dari kalangan Ahlussunnah maka
diambil hadits mereka dan bila dilihat dari Ahlu bid’ah maka tidak diambil
hadits mereka”.
Ketiga: Penafsiran dengan Perkataan Ulama’.
Berkata
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad –semoga Alloh merahmatinya- di dalam
“Dhowabith Al-Jarhi wat Ta’dil” (hal. 16): “Bahwasanya ayat (6 pada
surat Al-Hujarot) adalah nash tentang wajibnya tabayyun (mengecek)
dan tatsabbut (pemastian) tentang kebenaran khobarnya orang fasiq”.
Berkata
Al-Imam Ibnu Katsir –semoga Alloh merohmatinya- di dalam “Tafsir”nya
(Juz 7/hal. 283): “Sekelompok dari kalangan ulama melarang menerima riwayat
dari orang yang tidak dikenal jati dirinya”.
Inti
dari pembelaan mereka (para hizbiyyin) ini supaya mereka terus mengalap dan
menguras harta yayasan, bukan main enaknya hanya dengan duduk tiba-tiba datang
selembar amplop yang berisi “fulus”.
Ada pula
pembelaan dengan model baru yang diprakarsai oleh Muhammad bin Umar As-Sewwed
dengan serius mengatakan: "Masak gara-gara yayasan kita berpecah…….
Masak gara-gara ada yang bikin markaz baru dituduh hizbiy….masak…..".
As-Sewwed
ini memang lidahnya perlu dikikis sebagaimana kawannya yang bernama Luqman bin
Muhammad Ba’abduh, mereka itu memang para khotib yang pandai berorator,
diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Ya’la dalam “Musnad”nya (no. 4069) dengan
sanad shohih, dari hadits Anas bin Malik –semoga Alloh meridhoinya-
bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ) berkata:
«ليلة أسري بي رأيت قوما تقرض ألسنتهم بمقاريض من نار - أو قال : من
حديد - قلت : من هؤلاء يا جبريل ؟ قال : خطباء من أمتك».
“Ketika aku
di-isra (dinaikan ke langit) aku melihat suatu kaum di parut lidah-lidah mereka
dengan parutan dari api –atau dia berkata-: “Parutan dari besi” Maka aku
bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab: Para khotib dari
umatmu”.
BAB 10
HIZBIY TERIAK HIZBIY
Patokan dan landasan hukum kami dalam
penentuan bab ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat Thohaa ayat 120:
{فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ
عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى}.
الآية.
“Kemudian syaithon membisikkan pikiran jahat
kepadanya, dengan berkata: "Wahai Adam, maukah saya tunjukkan kepadamu
pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?".
Abu
Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-: “Dia berkata kepadaku:
“Akan senantiasa atasku penjagaan dari Alloh dan syaithon tidak akan
mendekatiku sampai pagi hari”.
Penjelasan: Syaithon berpenampilan
sebagaimana penasehat yang bersengaja memberitahu Abu Huroiroh –semoga
Alloh meridhoinya- dan memperingatkannya agar mengantisipasi adanya
makar syaithon di malam hari, padahal dia sendiri syaithonnya, begitu
sebaliknya hizbiyyun bergaya salafiyyun yang memperingatkan dari hizbiyyin
sementara mereka sendiri hizbiyyunnya, hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh
pentolan hizbiyyin yang bernama Muhammad Afifudin yang dia mengatakan bahwa
orang yang bersama Asy-Syaikh An-Nashihul Amin adalah hizbiyyun kemudian
seruannya seperti itu diestafetkan oleh da’i gadungan Muhammad Irfan, dia ikut
sebarkan seperti yang diserukan oleh pembesarnya Muhammad Afifuddin As-Sidawiy.
Begitu
pula Abdussalam ketika dikatakan bahwa yayasan mereka adalah yayasan hizbiyyah
diapun menegaskan bahwa yayasan mereka adalah yayasan salafiyyah dan orang
menyatakan bahwa yayasan mereka adalah yayasan hizbiyyah mereka itu hizbiyyun,
dan Abdussalam berkata: “Fatwa Syaikh Robi’ dan Syaikh Muqbil khusus kepada
Ihyaut Turots dan Abdurrohman Abdul Kholiq!”.
Demikian cara berpikirnya orang yang bodoh
ini, terus Jam’iyyah Haramain, Al-Sofwa Jakarta dan Jam’iyyah Al-Hikmah Shon’ah,
Jam’iyyah Asy-Syari’ah Jogjakarta dan Jam’iyyah Abu Bakar Ash-Shiddiq Ambon
tidak masuk karena melihat kekhususan begitu?!.
Adapun
Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga Alloh merohmatinya- telah mengeluarkan fatwa
yang sifatnya umum bukan pengkhususan, beliau berkata:
"جمعيات
هذه يا إخوان هي وسيلة، وكذا الصندوق أي، نعم، الطريق إلى حزبية والوسيلة إلى
الحزبية".
“Yayasan ini wahai saudara-saudara dia
adalah wasilah, demikian pula kotak infaq, yaitu, ya, dia adalah jalan kepada
hizbiyyah dan wasilah kepada hizbiyyah”.
Dari fatwa Al-Imam Al-Wadi’iy –semoga
Alloh merohmatinya- yang umum itu maka kita coba terapkan kaidah:
"العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب".
“Pelajaran itu
dengan keumuman lafazh bukan dengan kekhususan sebab”.
Para pengamat telah tahu bahwa diantara
program dan agenda kerja yayasan adalah:
1.
Minta-minta baik dengan berbentuk
proposal (sebagaimana Usamah Mahri dan Ahmad Khodim mengajukan proposal ke
seorang Ahlussunnah yang dianggap demawan yang namanya Feri penduduk Malang)
atau kotak infaq (sebagaimana yang ada di masjid Ma’had Dhiya’us Sunnah Cirebon
miliki Muhammad Umar As-Sewwed) atau telpon dan sms (sebagaimana yang
dijalankan oleh Agus Su’aidi dan adeknya yang bernama Muhammad Afifuddin).
2.
Mengadakan kerja sama dengan pihak
yang tidak jelas prinsipnya dalam beragama. Dengan hasil kerja samanya tersebut
kemudian mereka mengadakan acara yang disandarkan kepada da'wah berupa muhadhoroh
dengan ulama, yang ulamanya ternyata dari orang-orang yang rusak manhajnya
yaitu dari kalangan hizbiyyin.
3.
Adanya loyalitas dengan kebatilan
dan ahlinya, dan membuat keputusan yang tidak didasari dengan hukum Islam,
sebagaimana bila ada yang mengkritik aturan yayasan maka langsung diusir atau
dianggap menyimpang.
4.
Penyalahgunaan harta yang
diberikan oleh orang-orang dermawan.
5.
Mengunggulkan hukum yang dibuat
Syaithon daripada hukum syari’at.
Mereka
tetap tidak mau mengindahkan peringatan akan madhorot yayasan dan telah
dimaklumi bahwa penyelisihan syari’at pada yayasan sangat mendominasi namun
mereka tetap bersikeras mempertahankannya dan membelanya mati-matian maka
sangat dikhowatirkan mereka telah terjatuh dalam pengolok-olokan terhadap
syari’at, mengolok-olok sunnah (semisal siwak) saja sudah sangat besar
akibatnya, lalu bagaimana kiranya membolehkan wasilah-wasilah kepada kerusakan
dan dosa, semisal yayasan dengan alasan da"wah?! Atau bagaimana kiranya
dengan mengolok-olok dan menentang dalil-dalil yang jelas tentang suatu keharoman
seperti haromanya minta-minta?! Mengolok-olok sunnah semisal siwak saja sudah
berbahaya!.
Berkata Abul ‘Abbas –semoga Alloh
memberinya kefaqihan- dalam “Ahkamus Siwak” pada bab “Bahayanya
mengolok-olok siwak”, dengan dalil perkataan Alloh (تعالى) dalam surat An-Nuur ayat 63:
{فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ}.
“Maka hendaklah
orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih”.
Dan perkataan Alloh (تعالى)
dalam surat At-Taubah 65 sampai 66:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لَا
تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ
نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ}. الآية.
“Dan
jika kalian tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Alloh,
ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kalian memperolok-olok?" Tidak usah kalian
minta maaf, karena kalian telah kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan
segolongan kalian (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan
(yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa”.
Kisah
orang yang mengolok-olok siwak:
Al-Imam
Ibnu Katsir –semoga Alloh merohmatinya- berkata di dalam “Al-Bidayah
wan Nihayah” (Juz 13/Hal. 289): Ibnu Kholkan mengisahkan apa yang dinukil
dari tulisan Asy-Syaikh Qathbuddin Al-Yunaniy, dia berkata: Telah menyampaikan
kepada kami bahwa seorang laki-laki yang disebut dengan Abu Salamah dari
pinggiran Basroh, dia adalah orang yang suka ngelantur dan senda gurau,
disebutkan di sisinya tentang siwak dan keutamaan siwak, maka dia berkata: Wallahi
aku tidak akan bersiwak kecuali pada saluran pengeluaran –yaitu duburnya-, lalu
dia mengambil siwak dan memasukannya ke dalam duburnya kemudian mengeluarkannya,
selama 9 (Sembilan) bulan dia melahirkan anak bermodel tikus padanya 4 (empat)
kaki, kepalanya seperti kepala ikan dan padanya dubur seperti dubur kelinci.
Maka tatkala sudah melahirkannya, hewan tersebut menjerit dengan tiga kali
jeritan, maka berdirilah putri orang yang melahirkan tersebut lalu memecahkan
kepala (hewan) tersebut hingga mati. Dan laki-laki mengeluh kesakitan selama 2
(dua hari) setelah dia melahirkan hewan tersebut dan meninggal pada hari yang
ketiga. Dan sebelum mati dia berkata: Hewan ini telah membunuhku dan telah
memutus usus-ususku. Dan sungguh telah menyaksikan kejadian tersebut penduduk
pada pinggiran Basroh dan para khotib tempat tersebut. Sebagian mereka melihat
hewan tersebut ketika masih hidup dan sebagian yang lain melihatnya ketika
sudah mati".
PERBEDAAN MALING DARI SYAITHON DENGAN
MALING DARI MANUSIA
Maling
teriak maling itu merupakan salah satu dari siasat syaithon, Alloh (تعالى) berkata dalam surat Al-Baqoroh
ayat 168 sampai 169:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.
إِنَّمَا
يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}. الآية.
“Wahai sekalian
manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithon; karena sesungguhnya syaithon
itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Sesungguhnya syaithon itu hanya
menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Alloh apa yang
tidak kalian ketahui”.
Adapun maling teriak maling telah ada
pertanyaan yang menyangkut masalah itu, maka berikut ini kami kutipkan dari
tulisan kami yang berjudul “Menebar Ilmu Melalui Pertanyaan dari Maluku”:
Pertanyaan:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Apakah benar bahwa adanya pencurian terhadap karya/tulisan
orang lain kemudian diedit dan diganti dengan namanya adalah suatu yang bukan
kejadian baru tapi sudah pernah terjadi di zaman dahulu, namun para pencuri di
zaman ini sangat mengherankan karena kepiwaian mereka dalam bergerak sampai
diistilahkan “maling teriak maling”. Bagaimana mengetahui ciri-ciri dan
sifat-sifat “maling teriak maling”? Dan bagaimana cara menyikapinya?
Jawaban:
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله رب العالمين
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه
و سلم تسليما كثيرا. أما بعد:
Pencuarian terhadap karya tulis orang lain bukanlah perkara
baru tapi sudah terjadi dari zaman dahulu, walaupun mereka melakukan pencurian
dengan cara licik baik itu berupa
“maling teriak maling” atau yang semisalnya, namun pasti mereka akan diketahui
sebagaimana kata pepatah Indonesia: “Sepandai-pandainya tupai meloncat pasti
akan jatuh”.
Kalaulah para maling itu tidak ketahuan dari mencuri karya
tulis orang lain, maka pasti dia tidak akan lepas dari hukuman Alloh (تعالى) dan tentu si maling itu juga akan terkena
doa jelek dari pemilik karya tulis tersebut sebagaimana yang dikisahkan oleh
Al-Imam Al-Baihaqiy, beliau Rohimahulloh berkata: “Aku mendengar Abu
Abdillah Al-Hafizh berkata: Aku mendengar Ash-Shoffar dia berdoa di dalam
masjidnya dengan mengangkat ke dua telapak tangannya ke langit sambil berdoa:
“Ya Robb-ku sesungguhnya Engkau mengetahui bahwasanya Abul ‘Abbas Al-Mishriy
telah menzholimiku dan mencuri dariku lebih banyak dari 500 (lima ratus) juz
dari “Ushuul”ku. Ya Alloh janganlah Engkau beri manfaat kepadanya dengan
(tulisan “Ushuul”ku) itu, dan seluruh apa-apa yang telah dia
mengumpulkannya dari hadits-hadits, dan janganlah diberkahi untuknya dengan itu
semua”. Berkata Al-Imam Al-Baihaqiy atau Abu Abdillah Al-Hafidz: “Dan ketika
itu Abu Abdillah Ash-Shoffar terkabulkan doanya”.
Dan para maling sekarang ini ketika mencuri karya tulis
orang lain mereka menggunakan banyak metode, diantaranya:
1.
Pemalsuan: Dan metode ini
sering kali dilakukan oleh orang-orang bodoh yang belajarnya hanya bermodal
semangat D3 (datang, duduk dan dengar), dan ini kebanyakan dari mereka hanya
datang menghadiri kajian/ta’lim umum dan terkadang hanya bermodal belajar agama
dengan sistem privat (terbang-terbang). Dan ada dari orang yang semisal ini
kemudian bangkit dan tampil berbicara tentang agama dan bahkan ikut bantah sana
dan bantah sini dengan modal mengutip tulisan terjemahan baik diambil dari ustadz-ustadz
mereka atau mencuri dari tulisan orang-orang sholih kemudian dipalsukan dengan
menganti nama penulis dan diganti dengan namanya. Para salafush sholih
telah memperingatkan umat akan perbuatan seperti ini sebagaimana di dalam “Al-Jami’
Liakhlaqir Rowiy” bahwa Al-Imam Az-Zuhriy Rohimahulloh berkata
kepada muridnya (Yunus bin Yazid): Wahai Yunus hati-hati kamu dari memalsukan
tulisan? Lalu Yunus bertanya: Apa maksud dari memalsukan tulisan? Az-Zuhriy
berkata: "Menahan (tidak menyandarkan) kepenulisnya”.
Para maling melakukan perbuatan tersebut mungkin mereka
merasa bakalan tidak akan diketahui oleh manusia, kalaulah manusia tidak
mengetahui maka tentu Robb manusia lebih tahu, sungguh Robb kita (عز وجل) telah berkata sebagaimana dalam surat An-Nisa’:
{َسْتَخْفُونَ
مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ
مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا}. الآية.
“Mereka
bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Alloh, padahal
Alloh beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan
rahasia yang Alloh tidak ridhoi, dan adalah Alloh Al-Muhith (Maha meliputi
ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan”.
- Mengutip Disertai dengan Adanya Perubahan:
Hal ini terjadi pada orang-orang yang ingin popularitas dan
tenar, karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk menulis atau menerjemahkan
dari kitab sumber aslinya akhirnya dia mencoba mengutip, bila sumber kutipan
tersebut –misalnya- menyebutkan ayat atau hadits dengan tanpa disertai nomor
ayat atau nomor hadits maka dia kemudian lengkapi dengan penomoran. Dan bila
sumber kutipan itu dengan menyebutkan rujukan kitab dengan tanpa menyebutkan
jilid, halaman dan penerbit kitab, dia pun kemudian tambahkan dengan rujukan
tersebut supaya tidak diketahui kalau dia sedang melakukan pencurian atau
supaya dinilai “ilmiyah”. Atau kalau sumber kutipan si penulisnya menyebutkan
secara lengkap dengan rujukan dan nomor-nomor maka dia pun menempuh metode lain
yaitu dengan merubah bahasa baik itu pada kata atau kalimat, misalnya di dalam
kutipan si penulis mengatakan: “Alloh (تعالى) berkata” maka si pencuri kemudian
merubahnya dengan: “Allah (تعالى)
befirman” atau kalau si penulis mengatakan: “Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata” diapun merubah dengan: “Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
bersabda”, dia tidak merubah nama Alloh dengan Ar-Rohman, juga tidak merubah
nama Rosululloh dengan Nabi karena akan ketahuan maka dari situ dia merubah
dari segi kata yang memiliki ma'na yang sama.
Bila penulis memberikan muqaddimah (pengantar) pada
tulisannya atau pada terjemahannya maka dia akan menghapus muqaddimah
tersebut dan kemudian membuat muqaddimah sendiri dengan bahasa yang
seakan-akan dialah penulis atau penerjemahnya.
Dan maling pada zaman ini lebih canggih lagi, mungkin
karena seiring dengan perubahan zaman jadi mereka pun ikut berubah cara
pandangnya dalam mencuri, jadi tidak heran kalau kemudian muncul orang yang kebodohannya
sudah mencapai puncak dari kebodohan yang dia sebenarnya maling, kemudian
menebarkan fitnah dan dusta bahwa si Fulan mencuri tulisan orang ini, si Anu
mencuri tulisan orang itu! Padahal dia sendiri maling yang sering mencuri tulisan
orang lain.
BAB 11
JAM’IYYAH DI BANGUN DI ATAS HUKUM THOGHUT?
Patokan dan landasan hukum kami dalam
penentuan bab ini adalah perkataan Alloh (تعالى) dalam surat An-Nahl ayat 36:
{وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ}. الآية.
"Dan sungguhnya Kami telah
mengutus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah
Alloh (saja), dan jauhilah thoghut".
Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata kepada Abu Huroiroh tentang pencuri makanan: “Dia adalah
syaithon”.
Berkata Abdussalam: “Ulama siapa yang mengatakan kalau ada
yayasan di bangun di atas hukum thoghut?!”.
Kami jawab: Maka perlu Abdussalam ini dipaparkan tentang ma'na thoghut,
berkata Al-Imam Abdurrohman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga
Alloh merohmatinya- di dalam “Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid”
(Juz 1/hal. 112): “Sesungguhnya thoghut terkadang dari jin dan terkadang
dari manusia”.
Maka kami katakan: "Kalau dari kalangan jin tentu
sudah jelas syaithon masuk di dalamnya, sedangkan dari kalangan manusia maka
tentu masuk di dalamnya siapa saja yang sengaja menghalalkan apa-apa yang telah
Alloh haromkan seperti menghalalkan minta-minta dan yang semisalnya, dan
Al-Imam Abdurrohman As-Sa’diy –semoga Alloh merohmatinya- berkata di
dalam “Taisir Kariimirrohmaan” (Juz 1/hal. 187):
"{وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ}
الذي هو الشيطان".
“Dan orang-orang yang kafir yang mereka
berperang di jalan thoghut”.
Yang dia adalah syaithon”.
Telah terbukti
bahwasanya para hizbiyyin mengumumkan permusuhan dan bara’ (berlepas
diri) dari salafiyyin lantaran perjuangan mereka dalam membela yayasan, sekadar
contoh Abu Salwa Zaid Al-Buthoniy membuat keputusan bahwa siapa saja yang
berkeyakinan tentang tidak bolehnya yayasan dalam da'wah maka dia akan
mengusirnya dari dusun Hanunu. Yang jadi pertanyaan terus kalau mereka diusir
maka hartanya semisal rumah dan tanah dikemanakan? Tentu Zaid dan
kawan-kawannya akan mengambilnya atau kalau mereka masih punya rasa malu tentu
mereka akan serahkan harta tersebut ke yayasan atau ke yang lainnya atas nama
dakwah. Maka model seperti ini jelas berhukum dengan hukum yang bukan dari
hukum Alloh (تعالى) tapi berhukum dengan
hukum jin baik jin dari kalangan syaithon atau dari kalangan manusia.
Yang
lebih tampak lagi kalau mereka menjadikan yayasan ini seolah-olah syari’at yang
suci, mereka rela berperang dan menebarkan permusuhan lantaran pembelaannya
terhadap yayasan ini, sekedar contoh Kholil preman yang termasuk salah seorang thulaib
gelandangan di Darul Hadits Dammaj, ketika dars umum Syaikh kami An-Nashihul
Amin membaca hadits dalam “Ash-Shohihul Musnad”:
"لاَ
تَضْرِبُوا الْمُسْلِمِينَ".
“Jangan kalian memukul kaum muslimin”. Maka
saudara kami Irham Purworejo –semoga Alloh menjaga dan mengokohkannya-
ketika bertemu dengan seorang Indonesia yang pemalas yang bernama Zakariya
alias Jaka dikatakan kepadanya: “Lebih baik kamu itu menghafal hadits yang
dibaca syaikh tadi!”, Diapun memegang Irham dan membawanya ke Kholil sambil
berkata: “Irham ini mau mengatakan sesuatu kepadamu!”. Saudara kami Irham pun
mengatakan sebagaimana yang beliau katakan kepada Jaka. Setelah itu Kholil
datang ke masjid menemui Irham dan mengatakan: “Boleh saya akan menghafal
haditsnya tapi jangan sekali-kali membicarakan yayasan dan jangan membicarakan
ustadz-ustadz di Indonesia!”.
Demikian terlihat
pada Kholil ini sifat kebodohan, lantaran pembelahannya terhadap yayasan dan
ustadz-ustadz semisal ustadznya Muhammad Afifuddin As-Sidawiy dan yayasannya
maka Kholil pun rela mengumumkan permusuhan dan kebencian.
Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga Alloh merohmatinya-
berkata sebagaimana dalam “Fathul Majid” (Juz 1/hal. 30): “Sesungguhnya thoghut
itu umum (mencakup) setiap apa-apa yang disembah selain Alloh”.
Abul Abbas –semoga Alloh menguatkan dan mengokohkanya-
berkata di dalam footnote “Terjemah Mabadiul Mufidah”: Berkata
Al-Imam Ibnul Qayyim –semoga Alloh merohmatinya-: Ath-Thoghut sangat
banyak dan pemimpin (pentolan)nya ada 5 (lima): Iblis La'natulloh, orang
yang disembah dan dia ridho, orang yang mengajak manusia untuk menyembahnya,
orang yang mengaku mengetahui ilmu ghoib, dan orang yang berhukum dengan hukum
yang bukan hukum Alloh".
Dari jawaban tersebut maka kami bertanya pula: Apakah
yayasan menggunakan hukum Alloh dalam setiap agenda kerjanya? Tentu jawabannya:
Tidak, akan tetapi dia menggunakan hukum yang datangnya dari syaithon, lihat
apa argumen Saifulloh! “Boleh menerima berita dari orang majhul dalilnya
adalah syaithon”, dari argumen tersebut kemudian mereka berhukum dengannya,
syaithon datang dengan membawa berita bahwa ada ulama membolehkan yayasan dan
membolehkan minta-minta, mereka pun bergegas dengan serentak mendirikan yayasan
dan melakukan pengemisan.
Asy-Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy –semoga Alloh
merohmatinya- berkata di dalam “Taisir Karimirrohman” (Juz 1/hal.
184): “Setiap orang yang berhukum dengan hukum yang bukan dari hukum Alloh maka
itu adalah thoghut”.
Bila mereka menganggap syaithon itu adalah thoghut
maka tentu mereka juga harus memikirkan: "Lalu bagaimana dengan hukum dan
perundang-undangan yang dibuat oleh syaithon apakah dia thoghut juga
ataukah bukan?! Alloh (تعالى)
berkata dalam surat An-Nisa’ ayat 76:
{الَّذِينَ
آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي
سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ
كَانَ ضَعِيفًا}. الآية.
“Orang-orang
yang beriman berperang di jalan Alloh, dan orang-orang yang kafir berperang di
jalan thoghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaithon itu, karena sesungguhnya
tipu daya syaithon itu adalah lemah”.
Abdussalam
mengatakan seperti itu karena mungkin dia merasa bangga dan kagum terhadap
dirinya yang berdiri di belakang ulama’. Maka kami katakan: "Sikapnya ini
tidak ada bedanya dengan sikap mereka ketika melakukan kejahatan pada zaman LJ
(Laskar Jihad 2000-2002) dulu, kampanye dan teriakan mereka adalah “Kami bersama
ulama, kami bergerak karena fatwa ulama!”, mereka pun bangga dan kagum dengan
perbuatan mereka yang mereka menganggap itu adalah paling afdholnya ibadah,
sungguh benar apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dalam “Musnad”nya
(no. 13223) dengan sanad shohih, beliau –semoga Alloh merahmatinya-
berkata: “Telah menceritakan kepada kami Yahya dari At-Taimiy dari Anas bin
Malik, beliau berkata: Disebutkan kepadaku bahwasanya Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), dia (Anas) berkata: Aku tidak
mendengarnya darinya:
«إِنَّ فِيكُمْ قَوْماً يَعْبُدُونَ وَيَدْأَبُونَ حَتَّى يُعْجَبَ
بِهِمُ النَّاسُ وَتُعْجِبَهُمْ نُفُوسُهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ
مِنَ الرَّمِيَّةِ».
“Sesungguhnya
pada kalian ada suatu kaum yang mereka beribadah dan beraktivitas sampai
manusia kagum dengan mereka dan merekapun kagum terhadap diri-diri mereka,
mereka keluar dari (syari’at) agama seperti keluarnya anak pana dari busurnya”.
Dan terlihat pada Abdussalam rasa kagum pada
dirinya sendiri ketika dia baru pulang dari umroh (ziarah) ke Suadi Arobia,
sesampainya di Ambon langsung membuka muhadhoroh di kampung Kisar dan ketika
itu dia menjadikan dirinya seakan-akan sebagai seseorang yang baru pulang dari
markaz ilmu yang membawa segudang ilmu, dengan penuh PD (percaya diri) dia
menjelaskan fitnah yang sedang terjadi dan menegaskan bahwa yang berselisih
semuanya adalah Ahlussunnah dan dia menda'wahkan untuk berdiri di tengah-tengah
sebagaimana dzu maaliy Dzulqarnain bin Muhammad Sanusiy Al-Makassariy,
tapi ternyata dia memiliki siasat tersendiri yaitu secara diam-diam dia menahdzir
manusia untuk tidak ke Dammaj.
PENUTUP
PEMBAHASAN
Pada penutup ini
adanya himbauan untuk adanya perawatan
Permulaan biasanya ada kesulitan
Pas pertengahan ada kelongggaran
Pada penghujung ada kemudahan
Pada Kamis ini kugoreskan tulisan
Perlu sekali untuk aku paparkan
Perawatan
terhadap jasmani perlu dilakukan
Perawatan
terhadap rohani perlu ditingkatkan
Pendidikan
keperawatan tidak seperti kedokteran
Perawat
yang pandai dalam pengoperasian
Pasti
dia sudah banyak terjun ke lapangan
Pak dokter Muhammad Faiq dosen kebidanan
Pergi ke rumah sakit dengan pakaian kedinasan
Pulang dari rumah sakit langsung mengisi pengajian
Para hizbiyyin memang sukanya da’i gadungan
Pada
kesempatan ini kubuatkan pemaparan
Pertama
yang kupaparkan adalah pengenalan
Pada
pengenalan ini kujelaskan kejelekan
Pernah
terjadi pada orang berbuat kejelekan
Pergi
ke tempat ilmu hanya dapat kehinaan
Pulang
dari tempat ilmu dijadikan rujukan
Perbaiki dirimu dengan perawatan
Putihkan wajahmu dengan senyuman
Penuhilah hak Robbmu dengan ketaatan
Perbaiki akhlaqmu dengan pengintropeksian
Pernah
hizbiyyun membahas tentang kejelekan
Pergi
ke ta'lim mereka sering diperbincangkan
Pas
ustadznya berbuat jelek mereka ikut kerasukan
Pak Luqman Ba’abduh ikut menebarkan kedustaan
Perlu sekali pada lisannya diadakan
pembedahan
Pembedahan lisannya itu perlu dengan setruman
Penyetrumannya cukup dengan listrik
bertegangan
Penggunaan tegangan AC bisa membawa kematian
Pasanglah AVO meter untuk mengecek tegangan
Pada tegangan melebihi standar jangan
digunakan
Pada tegangan rendah cukup untuk pak Luqman
Pada penyetrumannya akan terlihat ada gerakan
Pada gerakan pertama itu alamat sedang
kesakitan
Pada gerakan kedua itu mengundang kematian
Putuskan teganggan biar Luqman terselamatkan
Penjelasan ini tujuannya untuk mengingatkan
DAFTAR RUJUKAN
- Al-Qur’anul Kariim
KITAB TAFSIR
- Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhiim/Al-Imam Ibnu Katsir/Al-Maktabah Asy-Syamilah & Al-Maktabah At-Taufiqiyyah Kairo-Mesir.
- Taisir Karimirrahman/Asy-Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa’diy/ Al-Maktabah Asy-Syamilah.
KITAB HADITS
- Shohihul Bukhoriy/Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhoriy/Darul Kitab Al-‘Arabiy Beirut-Lebanon/1428 H-2008 M.
- Shohih Muslim/Al-Imam Muslim bin Hajjaj/Darul Kitab Al-‘Arobiy Beirut-Lebanon/1428 H-2008 M.
- Ash-Shohihul Musnad Mimma Laisa Fish-Shohihain/Al-Imam Muqbil bin Hadiy Al-Wadi’iy/Darul Atsar Shon’a-Yaman/.
- Ash-Shohihul Musnad Min Asbabin Nuzul/Al-Imam Muqbil bin Hadiy Al-Wadi’iy/Darul Atsar Shon’a-Yaman/1430 H-2009 M.
- Fathul Bariy/Al-Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqolaniy/Al-Maktabah Asyamilah.
KITAB MUSHTHOLAH
- Dhawabithul Jarhi wat Ta’dil/Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin Ibrohim/1412.
KITAB AQIDAH & MANHAJ
- Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid/Asy-Syaikh Abdurrohman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab An-Najdiy/Al-Maktabah Asy-Syamilah.
- Thoriqatu Ahlis Sunnati wal Jama’ati fii Mukhalifati Ahlil Furqati wal Bid’ati/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy/www.aloloom.net & Darul Hadits Dammaj/1431 H.
- Al-Bayyinah fii Ma’rifati Ahwali Mubtadi’i wa Mukhalifis Sunnah/ Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy/www.aloloom.net & Darul Hadits Dammaj/1431 H.
- An-Ni’matus Saniyah/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy Al-Andunisiy/www.aloloom.net & Darul Hadits Dammaj/1431 H.
KITAB FIQIH
- Ahkamus Siwak/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy Al-Andunisiy/Darul Hadits Dammaj/1431 H.
BERBAHASA INDONESIA
- MEREKA ADALAH HIZBIYYUN Sebagai Sumbangsih Positif dalam Mengikis kedustaan dari Lisan Luqman bin Muhammad Ba’abduh/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy/Markiz Darul Hadits Dammaj-Yaman&RA. Media Ngawi-Indonesia.
- Terjemah Mabadiul Mufidah/Muhammad Al-Amin Al-Amboniy & Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy/www.aloloom.net & RA.Media Ngawi-Indonesia/
- Hizbiyyah Berlagak Jahiliyyah/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy.
- Harapan Pembimbing Habis Gelap Terbitlah Terang/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy/Markiz Darul Hadits Dammaj-Yaman/1430 H.
- BEKAL Bingkisan Emas untuk Kawan-kawan Al-Mulkiy yang Berakal/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy.
- TEMBAKAN JITU Terhadap Syubhat yang Berliku-liku/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy.
- Bingkisan Berharga Buat Paman-paman dan Para Tetangga/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy.
- Akhlaq Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dalam Pengarahan dan Kritikan/Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy/Darul Hadits Dammaj/1430 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar